Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

2. Pengangguran

Pengangguran (unemployment) adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Pengangguran terjadi karena ketidak sesuaian antara permintaan dan penyediaan dalam pasar kerja (Sumarsono, 2009: 259).

Jenis-jenis pengangguran menurut Sumarsono (2009: 251) dapat dibagi menjadi:

a. Pengangguran Friksional Pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk: (1) tenggang waktu yang diperlukan selama proses/prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi, (2) kurangnya mobilitas pencari kerja di mana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan disekitar tempat tinggal si pencari kerja, (3) pencari kerja tidak mengetahui di mana adanya lowongan pekerjaan dan demikian pula pengusaha tidak mengetahui di mana tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai.

b. Pengangguran Musiman Pengangguran yang terjadi karena pergantian musim. Di luar musim panen dan turun kesawah, banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu musim yang baru. Selama masa menunggu tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur musiman.

c. Pengangguran Siklikal Sebenarnya macam pengangguran seperti ini, mirip dengan pengangguran musiman. Namun hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang.

d. Pengangguran Struktural Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan ketrampilan baru tersebut. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengangguran pekerja akibat penggunaan alat-alat dan teknologi maju.

e. Pengangguran Teknologis Dalam pertumbuhan industri, bahwa teknologi yang dipakai dalam proses produksi selalu berubah. Perubahan teknologi merupakan bagian bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Perubahan teknologi produksi membawa dampak kesempatan kerja berbagai arah. Kekuatan substitutive dan kekuatan merombak spesifikasi jabatan yang ditimbulkan membawa dampak negatif bagi kesempatan kerja berupa pengangguran.

f. Pengangguran karena kurangnya permintaan agregat Permintaan total masyarakat merupakan dasar untuk dilaksanakannya kegiatan investasi. Pengeluaran investasi memberikan peluang untuk tumbuhnya kesempatan kerja. Bila permintaan terhadap barang dan jasa lesu, maka pada gilirannya

timbul pula kelesuan pada permintaan tenaga kerja. Kurangnya permintaan agregat di sini diartikan sebagai mendasar bukan sementara bulanan atau sementara tahunan, tetapi merupakan kondisi yang berlaku dalam jangka panjang. Profil yang perlu diketahui adalah tempat terjadinya pengangguran menurut sektor ekonomi, apakah disektor pertanian, pertambangan dan seterusnya. Selanjutnya distribusinya menurut pendidikan perlu juga diketahui pengangguran tidak terdidik atau berpendidikan rendah dapat lebih mudah ditangani karena biasanya, kesempatan kerja bagi tenaga berketrampilan mudah lebih besar, sehingga kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih besar. Akan tetapi sebaliknya dapat juga terjadi yaitu bahwa acapkali orang yang berpendidikan rendah susah menyesuaikan diri dengan ketrampilan baru.

Pengangguran terdidik dapat berbahaya karena golongan terdidik merupakan golongan yang sangat peka, sehingga dapat mempengaruhi yang berpendidikan tinggi. Namun mereka juga lebih gampang diarahkan dan dicarikan penyelesaian, di samping itu golongan senior ini justru diminta untuk mampu menciptakan pekerjaan tersendiri.

Menurut Sukirno (2004), menyatakan bahwa efek buruk dari pengangguran adalah berkurangnya tingkat pendapatan masyarakat yang pada

kemakmuran/kesejahteraan. Kesejahteraan masyarakat yang turun karena menganggur akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak

akhirnya

mengurangi

tingkat tingkat

Terdapat kaitan yang erat antara tingkat pengangguran dengan luasnya kemiskinan dan distribusi pendapatan, bagi sebagian masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau bahkan tidak mamiliki perkerjaan, maka tidak ada pendapatan yang diperolah, semakin banyak masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan maka semakin banyak masyarakat tidak mendapatkan pendapatan, dengan demikian hanya sebahagian masyarakat saja yang menikmati pandapatan. Masyarakat yang bekerja part-time atau bahkan tidak memiliki pekerjaan selalu berada dalam kelompok yang rentan. Pendidikan juga memiliki andil dalam kemiskinan, banyak orang miskin karena mengalami kebodohan. Karena itu penting untuk dipahami oleh pengambil kebijakan bahwa kebodohan akan menyebabkan kemiskinan. penyebab Untuk memutus mata rantai kemiskina maka pendidikan merupakan salah satu solusi yang harus dilakukan oleh pemerintah (BUSRA: 7).

3. Kesehatan

Menurut Arsyad (2010: 307) kesehatan masyarakat merupakan salah satu alat kebijakan penting dalam memerangi kemiskinan. Terdapat tiga faktor utama yang mendasari kebijakan ini, diantaranya:

a. Berkurangnya beban penderitaan secara langsung dapat memuaskan kebutuhan atas konsumsi barang-barang pokok.

b. Perbaikan kesehatan akan meningkatkan produktivitas golongan miskin, kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan daya kerja.

c. Penurunan tingkat kematian bayi dan anak-anak secara tidak langsung berperan dalam mengurangi kemiskinan, tingkat kematian yang semakin rendah tidak saja membantu para orang tua untuk mencapai jumlah keluarga yang mereka inginkan, namun membuat mereka menginginkan keluarga yang lebih kecil. Kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Akses terhadap perawatan kesehatan merupakan faktor penting bagi pembangunan ekonomi. Oleh karenanya perlu adanya jaminan kesehatan. Dalam hal ini jaminan kesehatan merupakan pendorong pembangunan dan strategi penting dalam penanggulangan kemiskinan (Suharto 2013: 59).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan alah satu faktor dari derajat kesehatan. Faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan alah satu faktor dari derajat kesehatan. Faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2011: 9).

4. Pendidikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk modal manusia (human capital) yang menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM). Pendekatan modal manusia berfokus pada kemampuan tidak langsung untuk meningkatkan utilitas dengan meningkatkan (SDM). Pendekatan modal manusia berfokus pada kemampuan tidak langsung untuk meningkatkan utilitas dengan meningkatkan

Pendidikan formal maupun non formal berperan penting dalam mengurangi kemiskinan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, melalui pelatihan dengan bekal ketrampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan (Arsyad, 2010:307).

Jalur pendidikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Jenjang pendidikan formal meliputi:

1) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.

b. Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan ini meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, dan lain-lain.

c. Pendidikan informal Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan formal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan setandar nasional pendidikan. Suryawati (2005: 128) mengemukakan penduduk miskin dalam

konteks pendidikan sosial mempunyai kaitan terhadap upaya pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan kepercayaan diri, maupun kemandirian. Pendidikan nonformal perlu mendapatkan prioritas utama dalam mengatasi kebodohan, keterbelakangan, dan ketertinggalan sosial ekonominya. Pendidikan informal dalam rangka pendidikan sosial dengan sasaran orang miskin selaku kepala keluarga (individu) dan anggota masyarakat tidak lepas dari konsep learning

society adult education experience learning yang berupa pendidikan luar sekolah, kursus keterampilan, penyuluhan, pendidikan dan latihan, penataran atau bimbingan, dan latihan.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan manusia berkualitas dan mempunyai penghasilan secara berkelanjutan adalah peningkatan pendidikan dan ketrampilan yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dalam mengelola sumberdaya alam secara Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan manusia berkualitas dan mempunyai penghasilan secara berkelanjutan adalah peningkatan pendidikan dan ketrampilan yang diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dalam mengelola sumberdaya alam secara

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63