Syarat- syarat formal diaturdalam Pasal 3 samapai dengan Pasal 9 Peraturan Pelaksana No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 1 tahun
1974 tentang Perkawinan, yang terdiri dari 3 tahap, yaitu: a.
pemberitahuan kepada Pegawai Pencatat Perkawinan; b.
penelitian syarat- syarat perkawinan; c.
pengumuman tentang pemberitahuan untuk melangsungkan perkawinan.
11
a. Pemberitahuan
Setiap orang yang akan malngsungkan perkawinan harus memberitahukan kehendaknya itu pada Pegawai Pencatat Perkawinan di tempat
perkawinan dilangsungkan.
12
Pemberitahuan akan melangsungkan perkawinan tersebut harus dilakukan secara lisan oleh salah seorang atau kedua calon mempelai, dapat juga
oleh kedua orang tua mereka, wali atau diwakilkan kepada orang lain. Tetapi apabila karena suatu alasan yang sah pemberitahuan kehendak melangsungkan
perkawinan secara lisan itu tidak mungkin dilakukan maka pemberitahuan dapat dilakukan secara tertulis.dalam hal pemberitahuan diwakilkan kepada orang lain,
maka orang tersebut harus ditunjuk berdasarkan kuasa khusus.
13
Pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan mengatakan bahwa dalam
pemberitahuan untuk melangsungkan perkawinan harus memuat nama, umur, agama kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman, dan apabila salah seorang
11
Mulyadi, Op.Cit., hal 23.
12
Riduan Syahrani, Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil, Jakarta, Melton Putra, 1987, hal. 36.
13
Loc. Cit.
atau keduanya pernah kawin, maka nama isteri atau suami terdahulu harus dicantumkan. Sedangkan bagi yang beragama Islam harus dibeirtahukan tentang
wali niikah. Pemberitahuan ini dalam Pasal 3 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan harus sudah disampaikan selambat- lambatnya 10 hari kerja sebelum perkawinan berlangsung kecuali ada alasan penting sehingga dapat diberikan
dispensasi oleh camat atas nama bupati kepala daerah Pasal 3 ayat 3 PP No. 9 Tahun 1975
b. Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan setelah menerima pemberitahuan kawin, mak ia harus mengadakan penelitian terutama
mengenai syarat- syarat dan halangan- halangan untuk melangsungkan perkawinan sebagaimana diatur dalaam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Setelah itu harus diteliti juga mengenai hal- hal yang telah disebutkan dalam Pasal 6 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975
tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu:
1. Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai;
2. Keterangan mengenai nama, agamakepercayaan, pekerjaan tempat tinggal
orang tua calon mempelai; 3.
Izin pengadilan tertulis dalam hal seorang calon mempelai atau keduanya belum mencapai umur 21 tahun;
4. Izin pengadilan dalam hal calon mempelai adalah seorang suami yang masih
mempunyai isteri; 5.
Dispensasi pengadilan pejabat, dalam hal adanya halangan perkawinan; 6.
Surat kematian isteri suami terdahulu atau dalam hal perceraian surat keterangan perceraian, bagi perkawinan untuk kedua kalinya;
7. Izin tertulis dari pejabat yang ditunjuk oleh Menteri HANKAM PANGAB,
apabila salah seorang mempelai atau keduanya dari calon mempelai anggota ABRI;
8. Surat kuasa autentik atau dibawah tangan yang disahkan oleh pegawai
pencatat, apabila salah seorang mempelai atau keduanya tidak dapat hadir sendiri karena suatu alasan yang penting, sehingga mewakilkan orang lain.
Apabila ternyata terdapat halangan atau belum memenuhi syarat- syarat untuk melangsungkan perkawinan, maka pegawai pencatat harus segera
memberitahukan hal ini kepada yang bersangkutan.
c. Pengumuman