2.2. Karakterisasi
Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa campuran polimer. Karakterisasi yang dilakukan berupa uji tarik, Scanning Electron
Microscopy SEM dan Diffrensial Thermal Analysis DTA.
2.2.1. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer yang terpenting dan sering digunakan untuk karakteristik suatu bahan polimer.
Kekuatan tarik suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum F
maks
yang digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi dengan luas penampang awal A
.
Ao Fmaks
=
σ ………………………………………… 2.1
j
= kgmm
2
F = kgf Ao = mm
2
Bila suatu bahan dikenakan beban tarik yang disebut tegangan gaya
persatuan luas, maka bahan akan mengalami perpanjangan regangan. Kurva tegangan terhadap regangan merupakan gambaran karakteristik dari sifat mekanik
suatu bahan.
Edy Satianto: Pencampuran Serbuk Penggergajian Batang Kelapa Dengan Termoplastik Polipropilena Untuk Bahan Kemasan J erigen Plastik, 2008.
USU e-Repository © 2008
2.2.2. Regangan
Pertambahan panjang yang terjadi akibat kakas yang diberikan pada sampel sehingga pertambahan panjang sample setiap satuan atau perbandingan
antara pertambahan panjang mula-mula disebut regangan atau :
regangan = —————————————————
x 100 panjang akhir – panjang mula-mula
panjang mula-mula
Dalam bentuk persaman :
i =
———— x 100 ………………………………….….....2.2
Lo L - Lo
Regangan ini biasanya dinyatakan dalam 100 dan ini merupakan ukuran kekenyalan. Perbandingan kakas dengan sampel terhadap luas permukaan
penampang lintang pada saat pemberian kakas disebut regangan strain.
2.2.3. Modulus Tarik
Modulus Tarik adalah perbandingan antara tegangan tarik dan regangan.
E =
Dalam bentuk persamaan :
j i
………………………………………2.3 2.2.4. Scanning Electron Microscopy SEM
SEM adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara mikroskopik. Berkas elekton dengan diameter 5 – 10 nm diarahkan
Edy Satianto: Pencampuran Serbuk Penggergajian Batang Kelapa Dengan Termoplastik Polipropilena Untuk Bahan Kemasan J erigen Plastik, 2008.
USU e-Repository © 2008
pada spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar x, elektron sekunder,
elektron auger dan absorbsi elektron. Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa
permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 m dari permukaan. Gambar permukaan
yang diperoleh merupakan gambar tofografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan.Gambar tofografi diperoleh dari penangkapan elektron
sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detektor dan diteruskan ke monitor. Pada monitor akan
diperoleh gambar yang khas yang menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar dimonitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam
putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket. Sampel yang dianalisa dengan teknik ini harus mempunyai permukaan
dengan konduktivitas tinggi, karena polimer mempunyai konduktivitas rendah, maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor bahan pengantar yang tipis.
Bahan yang biasa digunakan adalah perak, tetapi jika dianalisa dalam waktu yang lama, lebih baik digunakan emas atau campuran emas dan palladium.
2.2.5. Differensial Thermal Analysis DTA
Salah satu metode analisa thermal adalah differensial thermal analysis DTA. Dalam DTA panas yang diserap atau yang dibebaskan dari suatu sistem
Edy Satianto: Pencampuran Serbuk Penggergajian Batang Kelapa Dengan Termoplastik Polipropilena Untuk Bahan Kemasan J erigen Plastik, 2008.
USU e-Repository © 2008
atau sampel dengan senyawa pembanding sebagai fungsi temperatur. Perubahan panas yang dicatat dalam metode ini adalah akibat kehilangan atau penterapan
panas karena adanya reaksi dalam sampel baik eksotermis maupun endotermis. Jika H reaksi endotermis maka temperatur sampel akan lebih rendah dari
pembanding, sedangkan jika H negatif reaksi eksotermis maka temperatur sampel akan melebihi senyawa pembanding.
2.3. Kayu Batang Kelapa KBK