Akuntansi Aktiva Tetap Dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Studi Kasus PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN STUDI KASUS

PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA Oleh :

Nama : Devi Syafitra

Nim : 080522153

Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Akuntansi Aktiva

Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Studi Kasus PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara” , adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul

yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2011 Yang Membuat Pernyataan

Devi Syafitra NIM : 080522153


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Akuntansi Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laporan

Keuangan Studi Kasus PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan, dorongan secara moril, masukan dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si.,Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M,Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan serta penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak., selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembanding/Penguji II yang telah memberikan banyak arahan dalam penyusunan skripsi ini.


(4)

5. Bapak Pimpinan serta seluruh Staff PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Khususnya Bagian Akuntansi dan Keuangan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Teristimewa untuk Ayah-Bunda tercinta Syafaruddin dan Mahyuni yang dengan sabar dan penuh kasih sayang dalam membesarkan, mendidik, dan membimbing penulis selama ini. Juga untuk kakak-kakakku kak Sri&bang Amin, Bang Dian&kak Ledy, bang Dedi&kak Reni, Bang Jimmy, Kak Kiki, dan Adikku Yuda serta keponakan-keponakanku yang tersayang atas dukungan dan doanya. Buat sahabat-sahabatku yang telah mendampingiku dalam suka dan duka.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, namun diharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2011 Penulis

Devi Syafitra NIM : 080522153


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap aktiva tetap yang diterapan oleh PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aktiva tetap, penarikan aktiva tetap, serta penyajian dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Sehingga penulis dapat membandingkannya dengan Standart Akuntansi Keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kebijakan yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan supervisor bagian akuntansi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, telah menerapkan Standart Akuntansi Keuangan dengan baik terhadap aktiva tetap yang dimilikinya.

Kata Kunci : Aktiva Tetap, Perolehan Aktiva Tetap, Penarikan Aktiva Tetap, Penyajian dan Pengaruh terhadap Laporan Keuangan


(6)

ABSTRACT

This research aim to obtain get clear pictue policy to plant asset applied by PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, like a way of acquirement of plant asset, method decrease of plant asset, expenditure after acquirement of plant asset, withdrawal of plant asset and also presentation of the plant asset in financial statement, so that writer can compare it with SAK.

In research, writer use descriptive method. Descriptive method is to collect, interpreting and clarifying data as according to occurrence which in fact. Data type the used is primary data and data of secondary got by writer from result direct interview with head and supervisor accounting of PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Research having taken steps, writer obtain get result of research with one conclution that PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara have applied SAK to planr asset had by company.

Keywords : Plant Asset, a way of acquirement of palnt assets, method decrease of palnt asset, expenditure after acquirement of plant assets.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ……….. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

ABSTRAK ………... v

ABSTRACT ……… vi

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 3

B. Perumusan Masalah ………... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 4

D. Kerangka Konseptual ……… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 6

A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap ... 6

B. Perolehan Aktiva Tetap ………. 8

C. Penyusutan Aktiva Tetap ……….. 12

D. Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap ………. 15

E. Penarikan Aktiva Tetap ………. 18

F. Pengertian Laporan Keuangan ……….. 21

G. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan ……... 22

H. Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….. 24

BAB III METODE PENELITIAN ……… 25

A. Jenis Penelitian ……….. 25

B. Jenis Data dan Sumber Data ……….. 25

C. Teknik Pengumpulan Data ……… 25

D. Teknik Analisis Data ………. 26


(8)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ……….. 27

A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan ……….. a. Sejarah Singkat dan Aktivitas Perusahaan ……... b. Struktur Organisasi Perusahaan ………... 27 27 32 2. Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera ……… a. Penggolongan Aktiva Tetap ... b. Perolehan aktiva Tetap ……… c. Penyusutan Aktiva Tetap ………. d. Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap ……… e. Penarikan Aktiva Tetap ……… f. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan ………. g. Pengaruh aktiva tetap terhadap Laporan Keuangan ……….. 42 42 44 45 48 48 50 50 B. Analisis Hasil Penelitian ………... 53

1. Penggolongan Aktiva Tetap ... 53

2. Perolehan aktiva Tetap ………. 54

3. Penyusutan Aktiva Tetap ………. 55

4. Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap ……… 56

5. Penarikan Aktiva Tetap ……… 57

6. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan .. 57

7. Pengaruh Aktiva Tetap Terhadap Laporan Keuangan ……….. 57


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 59

A. Kesimpulan ……… 59

B. Saran ……….. 60

DAFTAR PUSTAKA ………. 61


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 Penyajian dan Pengaruh Aktiva Tetap dalam Neraca ……… 23

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….. 24

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ………. 26

Tabel 4.1 Masa Manfaat Aktiva Tetap menurut Jenis ... 47

Tabel 4.2 Jurnal Pembelian Tunai ... 51

Tabel 4.3 Jurnal Membeli dengan Angsuran ... 52

Tabel 4.4 Jurnal Pemberian atau Hibah ... 52


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Wilayah Sumut ... 62

Lampiran 2 Neraca Konsolidasi ... ... 63

Lampiran 3 Laporan Laba Rugi Konsolidasi... ... 64

Lampiran 4 Rekapitulasi Aktiva Tetap Menurut Jenis... 65

Lampiran 5 Rekapitulasi Aktiva Tetap Menurut Fungsi... 66

Lampiran 6 Rekapitulasi Aktiva Tetap Menurut Fungsi... 67


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kebijakan terhadap aktiva tetap yang diterapan oleh PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, seperti cara perolehan aktiva tetap, pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aktiva tetap, penarikan aktiva tetap, serta penyajian dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Sehingga penulis dapat membandingkannya dengan Standart Akuntansi Keuangan.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah menyimpulkan, menafsirkan dan mengklarifikasi data sesuai dengan kebijakan yang sebenarnya. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang didapat penulis dari hasil wawancara langsung dengan staf dan supervisor bagian akuntansi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Setelah melakukan penelitian, penulis memperoleh hasil penelitian dengan satu kesimpulan bahwa PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, telah menerapkan Standart Akuntansi Keuangan dengan baik terhadap aktiva tetap yang dimilikinya.

Kata Kunci : Aktiva Tetap, Perolehan Aktiva Tetap, Penarikan Aktiva Tetap, Penyajian dan Pengaruh terhadap Laporan Keuangan


(14)

ABSTRACT

This research aim to obtain get clear pictue policy to plant asset applied by PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, like a way of acquirement of plant asset, method decrease of plant asset, expenditure after acquirement of plant asset, withdrawal of plant asset and also presentation of the plant asset in financial statement, so that writer can compare it with SAK.

In research, writer use descriptive method. Descriptive method is to collect, interpreting and clarifying data as according to occurrence which in fact. Data type the used is primary data and data of secondary got by writer from result direct interview with head and supervisor accounting of PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Research having taken steps, writer obtain get result of research with one conclution that PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara have applied SAK to planr asset had by company.

Keywords : Plant Asset, a way of acquirement of palnt assets, method decrease of palnt asset, expenditure after acquirement of plant assets.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dimiliki perusahaan digunakan untuk dapat menghasilkan output baik berupa barang maupun jasa. Faktor produksi ini antara lain berupa aktiva tetap yang nilainya cukup material dalam menunjang kelancaran kegiatan perusahaan guna pencapaian tujuan.

Aktiva tetap adalah salah satu elemen utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar dan mengalami penyusutan dalam satu periode. Penentuan besarnya jumlah biaya penyusutan aktiva tetap ini merupakan masalah penting di dalam perusahaan, karena besar kecilnya investasi yang tertanam didalam aktiva tetap mempengaruhi dan efektifitas perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pada laporan keuangan perusahaan tersebut. Menurut Mulyadi (2002:179) Aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.

Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi pengguna laporan keuangan dalam rangka menilai kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Informasi laporan keuangan dianggap memiliki nilai kualitas informasi jika memenuhi dua unsur yaitu dapat diandalkan (reliable) dan (relevance) bagi pengguna laporan keuangan.

Uniknya pencatatan Akuntansi Indonesia menganut sistem akuntansi konvesional dimana laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai histories (Historical Cost) yang


(16)

mengasumsikan bahwa harga-harga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan jika kita kembali kepada penjelasan di paragrap sebelumnya secara ekonomis tidaklah relevan.

Semua aktiva tetap yang dipergunakan dalam perusahaan baik yang masih baru maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan aktiva tetap tersebut sesuai dengan yang direncanakan perusahaan. Aktiva tetap yang dipergunakan lama kelamaan mengalami kerusakan, kehausan dan susut, baik karena dipakai maupun karena pengaruh lama kecuali tanah. Oleh karena itu maka terhadap aset tetap tersebut harus diadakan penyusutan sesuai dengan umur dan masa manfaatnya. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara bergerak di bidang pelayanan jasa bagi masyarakat dan perusahaan tentunya memerlukan Aktiva tetap untuk mendukung operasinya.

Aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mempunyai batas waktu tertentu untuk tetap beroperasi secara layak pakai. Oleh karena itu aktiva tetap memerlukan perbaikan-perbaikan dan pemeliharaan yang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam hal ini perlu suatu penetapan apakah pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap tersebut masuk kepada pengeluaran modal (Capital Expenditure) atau pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditure). Pengeluaran modal yaitu bila manfaat yang diperoleh lebih dari satu periode akuntansi dan pengeluaran pendapatan yaitu bila manfaat yang diperoleh hanya dalam periode akuntansi yang bersangkutan.


(17)

Akuntansi aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara itu sendiri harus tepat dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, hal ini dibutuhkan untuk menghindari salah saji dalam laporan keuangan. Aktiva tetap merupakan salah satu unsur neraca yang mempunyai nilai yang material. Dalam laporan laba rugi biaya penyusutan juga memberikan kontribusi biaya yang cukup besar.

Mengingat pentingnya peranan aktiva tetap dalam mencapai tujuan perusahaan dan nilainya yang cukup materil maka sangat dibutuhkan suatu kebijakan terhadap aktiva tetap yang meliputi penetapan harga perolehan, metode penyusutan, pengelompokan biaya, pelepasan aktiva tetap serta bagaimana aktiva tetap tersebut berpengaruh dalam laporan keuangan perusahaan tersebut sehingga penyajiannya di neraca telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah aktiva tetap dengan judul “AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN PENGARUHNYA

TERHADAP LAPORAN KEUANGAN STUDI KASUS PT PLN (Persero) WILAYAH SUMATERA UTARA”.

II. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut

1. Bagaimana akuntansi aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara?

2. Apakah penerapan kebijakan akuntansi aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah diterapkan dengan baik?


(18)

3. Apakah penyajian laporan keuangan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku?

III. Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akuntansi aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah diterapkan dengan baik dan benar sesuai dengan SAK.

B. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan atas penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti: memperoleh dan memberikan tambahan pengetahuan tentang penerapan aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan.

2. Bagi manajemen: Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penerapan aktiva tetap.

3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan dasar perbandingan dalam meneliti masalah yang sama

IV. Kerangka Konseptual

Untuk meneyelesaikan masalah yang tertuang dalam skripsi ini, penulis akan menguraikan alur berfikir penulis dalam permasalahan sebagai berikut :


(19)

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

Perolehan Aktiva Tetap

Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap

Penyusutan Aktiva Tetap

Penarikan Aktiva Tetap

Pengaruh Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan sesuai SAK

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

akuntansi aktiva tetap yaitu pemilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk menentukan :

a. Cara perolehan Aktiva Tetap

b. Pengeluaran-pengeluaran selama masa penggunaan Aktiva Tetap c. Metode penghitungan penyusutan aktiva tetap

d. Penarikan Aktiva Tetap

e. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK No.16.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aktiva operasional yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Menurut PSAK No.16 (2004:5) aktiva tetap adalah : “Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”. Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap, maka ada beberapa defenisi aktiva tetap yang dikemukakan oleh beberapa ahli dibidang akuntansi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan di bawah ini :

Menurut Mulyadi (2002:179) aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”.

Menurut Soemarso (2003:20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar”.

Warren, dkk (2005:492) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap (fixed asset) merupakan Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen”.


(21)

Dari semua penjelasan dan defenisi yang dikemukakan di atas aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Mempunyai bentuk fisik

2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan 3. Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual

4. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun)

5. Memberi manfaat di masa yang akan datang.

Aktiva tetap dapat dikelompokan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain :

1. Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi : a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets)

Aktiva berwujud adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisikserta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal.

Aktiva tetap berwujud dibagi menjadi lima bagian, antara lain : 1) Tanah

2) Bangunan 3) Kendaraan 4) Mesin 5) Peralatan 6) Inventaris


(22)

b. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets)

Aktiva Tidak Berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari :

1) Paten

2) Hak Cipta dan Merek Dagang 3) Goodwill

2. Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan :

a. Depreciated plant assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris fan lain-lain

b. Undepreciated plant assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti tanah.

B. Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap

Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam memperoleh aktiva tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap. Harga perolehan tersebut mencakup seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan.

Menurut Smith and Skousen (1996:443) “ Biaya atau harga perolehan aktiva tetap tidak hanya meliputi harga pembelian atau nilainya setaranya tetapi juga pengeluaran lain yang diperlukan untuk memperoleh serta menyiapkan agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan”.


(23)

Aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain :

1. Membeli dengan tunai

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran utnuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur.

2. Membeli dengan angsuran

Perolehan aktiva tetap dengan angsuran pembayarannya dilakukan dikemudian hari secara angsuran disertai bunga angsuran. Jurnalnya akan dibuat setiap akhir tahun sampai masa angsuran aktiva yang dibeli habis.

3. Pertukaran

Pertukaran adalah perolehan aktiva tetap dengan menyerahkan aktiva tetap yang dimiliki untuk dipertukarkan dengan aktiva tetap yang baru (baru disini bukan berarti senantiasa belum pernah dipakai). Aktiva tetap yang ditukarkan dapat sejenis dan tidak sejenis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap : a. Harga perolehan aktiva yang dipertukarkan

b. Nilai buku aktiva tetap c. Akumulasi penyusutan d. Harga pasar yang wajar

e. Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah.

Dalam hal pertukaran ini Ikatan Akuntan Indonesia (2009:16.6) memberikan batasan-batasan pertukaran yaitu sebagai berikut :


(24)

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya pos semacam ini diukur pada nilai wajar yang dilepaskan atau diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka perolehan aktiva tetap dalam pertukaran pencatatannya dilakukan sebesar nilai wajar akitva yang diperoleh atau diserahkan. Dalam hal ini, jika terdapat laba pertukaran, laba tersebut baru direalisasi apabila aktiva tetap tersebut dijual sebaliknya jika terdapat kerugian atas pertukaran aktiva tetap, maka kerugian tersebut diakui sebagai kerugian.

4. Sewa guna usaha / leasing

Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk menggunakan aktiva yang dimiliki lessor adalah selama suatu periode waktu tertentu dengan biaya periodik tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki aktiva tetap atau yang memberikan sewa guna usaha. Sedangkan Lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha aktiva tetap.

Menurut Harahap (2002 : 170) defenisi Leasing sebagai berikut “Leasing adalah suatu cara memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu tertentu”.

Sedangkan menurut Ikantan Akuntan Indonesia (2009 ; 30.1) dalam PSAK memberikan defenisi leasing sebagai berikut :

“Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunkana oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi


(25)

perusahaan untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati”.

Sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat dikategorikan sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva tetap dikapitalisasi sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar pada akhir masa sewa guna usaha.

5. Penerbitan surat-surat berharga

Dalam memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat-surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau saham dijual dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar jumlah pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio.

6. Membuat sendiri

Untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan dapat mengambil suatu kebijakan atas pertimbangan sendiri utnuk membuat aktiva tetap yang akan digunakan dengan beberapa alasan seperti yang diungkapkan oleh Smith & Skousen yaitu (2003 : 447) “Untuk menghemat biaya konstruksi, menggunakan fasilitas yang menganggur, untuk mencapai kualitas konstruksi yang lebih tinggi”.

Biaya yang membentuk harga perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah seluruh biaya-biya pembuatannya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tidak langsung yang merupakan biaya operasi sehari-hari.

Apabila harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun sendiri lebih dari tinggi dari harga perolehanya dicatat menurut harga pasar dan selisihnya sebagai kerugian.


(26)

7. Pemberian atau hibah.

Jika aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai basis penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Kendatipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut. Tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap.

Dalam PSAK, Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 16.7) mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”.

C. Penyusutan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :

1. Faktor fisik

Faktor fisik terjadi karena kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena cuaca. 2. Faktor fungsional

Faktor fungsional terjadi karena :

a. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan produksi;

b. Perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan; c. Kemajuan tegnologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi.

Adapun tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, (2001 : 509) yaitu : “tujuan utama dari akuntasi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan


(27)

kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”

Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output.

Jika melihat semua keterangan diatas dapat disimpulkan ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode yaitu

1. Harga Perolehan

Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai;

2. Nilai residual atau nilai sisa

Nilai sisa adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi.

3. Masa Manfaat

a. Periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau

b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.

Dalam prakteknya, tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang bersangkutan. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan;

2. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi biayanya dikenal dengan deplesi;


(28)

Dalam Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2009), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria sebagai berikut 1. Berdasarkan waktu

a. Metode garis lurus (straight-line-depreciation)

b. Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method)

c. Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda(declining/double declining-balance-method)

2. Berdasarkan penggunaan :

a. Metode-jam-jasa (service-hour-method)

b. Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method) 3. Berdasarkan kriteria lainnya :

a. Metode-berdasarkan jenis dan kelompok (group-and-composite-method) b. Metode-anuitas (annuity-method)

c. Sistem-persediaan (inventory-system)

D. Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap

Selama penggunaan aktiva tetap ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Biaya tersebut adalah biaya perbaikan, biaya pemeliharaan, biaya reperasi, biaya penambahan, biaya penggantian. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan oleh perusahaan agar aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan tetap dapat berfungsi dengan baik sesuai yang diharapkan.

Kesalahan dalam pengelompokan biaya dapat mempengaruhi rencana perusahaan dalam mencapai tujuan. Pengelompokan pengeluaran perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengklasifikasian biaya. Untuk itu perlu pengetahuan tentang taksiran


(29)

umur ekonomis aktiva tetap, memilih penyusutan yang tepat dan batasan tentang pengeluaran pemeliharaan, perbaikan dan pengeluaran lainnya.

Menurut Baridwan (2004:272) mengklasifikasikan pengertian pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan sebagai berikut:

1. Pengeluaran Modal (capital expenditure)

Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi).

2. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure)

Adalah pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dalam periode akuntansi yagn bersangkutan. Oleh karena itu, pengeluaran ini dicatat dalam rekening biaya.

Dalam praktek sangat sulit menentukan pengeluaran mana yang dianggap Revenue Expenditure dan pengeluaran mana yang dianggap sebagai Capital Expenditur. Untuk mengatasi kesuliran ini dalam akuntansi diberikan beberapa pedoman bagaimana untuk membedakannya.

Menurut Harahap (2002:49) pedoman itu adalah sebagai berikut : 1. Segi Keuntungan

Jika pengeluaran itu memberikan untung selama lebih dari 1 tahun dalam arti pengeluaran dapat menambah kegunaan aktiva itu maka dianggap sebagai Capital Expenditure, sedangkan jika manfaatnya hanya dalam tahun yang bersangkutan biasanya pengeluaran itu dianggap sebagai Revenue Expenditure.


(30)

2. Kebiasaan

Jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin dikeluarkan dalam periode tertentu maka dianggap sebagai Revenue Expenditure sedangkan jika pengeluaran itu tidak lazim maka dianggap sebagai Capital Expenditure.

3. Jumlah

Jika pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting, biasanya dianggap sebagai Capital Expenditur sedangkan jika pengeluaran itu relatif kecil maka dianggap sebagai Revenue Expenditur.

Pengeluaran – pengeluaran modal setelah aktiva tersebut diakuisisi dapat berupa : 1. Penambahan pada Aktiva tetap

Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan bangunan, ruang parker dan lain-lain. Pengeluaran-pengeluaran untuk penambahan aktiva tetap ini merupakan pengeluaran modal untuk penambahan aktiva tetap ini merupakan pengeluaran modal yang merupakan penambahan harga perolehan aktiva tetap dan nilainya akan disusutkan sepanjang umur ekonomisnya. Biaya untuk penambahan aktiva tetap yang ada harus didebit kea kun aktiva yang terkait.

2. Perbaikan Aktiva Tetap

Perbaikan merupakan perubahan-perubahan atas harta yang dilakukan untuk meningkatkan atau menyempurnakan aktiva tetap yang bersangkutan. Sama halnya seperti reperasi, perbaikan dengan biaya yang relatif kecil diperlakukan sebagai biaya sedangkan perbaikan dengan biaya yang relative besar akan mendebit perkiraan aktiva tetap yang diperbaiki.


(31)

3. Reparasi

Reparasi adalah perbaikan yang dilakukan terhadap kerusakan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan agar aktiva tetap tersebut tetap dapat menjalankan fungsinya. Pengeluaran untuk reparasi yang hanya memberikan manfaat untuk satu periode akuntansi diperlakukan sebagai biaya (pengeluaran pendapatan). Apabila reparasi yang dilakukan merupakan reparasi luar biasa yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntasi, maka pengeluaran untuk reparasi tersebut diperlakukannya sebagai biaya dalam periode-periode yang menerima manfaat.

4. Apabila pengeluaran yang dilakukan mempeepanjang umur aktiva tetap atau memperbesar nilai residunya, maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai prngurang akumulasi penyusutan.

5. Pemeliharaan Aktiva Tetap

Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktiva agar tetap dalam kondisi baik. Contoh pemeliharaan berupa pengecatan gedung. Pemeliharaan ini merupakan pos-pos biasa dan berulang-ulang serta tidak meningkatkan atau menambah usianya, dan pengeluaran ini dicatat sebagai biaya.

6. Penggantian aktiva Tetap.

Pengganitan maksudnya adalahnpengeluaran yang dilakukan untuk mengganti aktiva tetap atau suatu bagian dari aktiva tetap dengan unit yang baru yang sama tipenya. Pengeluaran untuk penggantian ini dapat dikelompokkan pengeluaran atau merupakan pengeluaran modal. Sama seperti pengeluaran untuk reparasi. Pengeluaran untuk pengganti aktiva tetap yang nilainya relative kecil dibanding aktiva tetap secara keseluruhan, maka pengeluaran ini diperlakukan sebagai pengeluaran dan dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya penggantian. Apabila penggantian yang


(32)

dilakukan memerlukan biaya yang cukup besar, maka pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan harus dikapitalisasi dengan menghapuskan harga perolehan dan akumulasi penyusutan aktiva tetap yang bersangkutan.

E. Penarikan Aktiva Tetap

Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya oleh perusahaan baik secara normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan penggunaanya dapat disebabkan aktiva tetap sudah berakhir masa taksiran masa manfaatnya, aktiva tetap telah rusak dan tidak dapt dipergunakan lagi.

Akibat yang timbul dari penghentian aktiva tetap ini adalah timbulnya kerugian atapun keuntungan. Menurut PSAK no. 16 (2009) : “Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi”.

Penghentian aktiva tetap dapat berpengaruh pada terganggunya proses produksi untuk penggantian aktiva dengan yang baru. Proses produksi dapat terganggu apabila ternyata aktiva tetap merupakan sarana yang vital bagi perusahaan. Pencatatan yang harus dilakukan bila terjadi penghentian aktiva tetap adalah :

1. Meng-up date kan buku

Jumlah biaya penyusutan dari awal tahun buku berjalan sampai pada tanggal terjadinya transaksi penarikan itu harus dicatat

2. Eliminasi

Dalam mencatat transaksi ini maka harus dihapuskan semua perkiraan yang berhubungan dengan aktiva yang ditarik.


(33)

Beberapa hal yang dilakukan oleh perusahaan sehubungan dengan penghetian aktiva tetap adalah dengan :

1. Membuang aktiva tetap

Dalam hal ini perkiraan aktiva tetap dan akumulasi penyusutan harus dihapuskan dengan mengkreditkan perkiraan aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya dan mendebet akumulasi penyusutan sampai saat penyingkirannya. Apabila ada nilai sisanya, maka dicatat sebagai kerugian atas pelepasan aktiva.

Jurnal :

Akumulasi Penyusutan Aktiva tetap xxx

Aktiva Tetap xxx

2. Menjual aktiva tetap

Penyusutan yang terjadi selam periode waktu antara tanggal ayat jurnal penyusutan terakhir dibuat dengan tanggal penjualan harus dicatatkan.

Jurnal :

a. Jika dijual dibawah nilai buku aktiva tetap

Kas/Piutang xxx

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap xxx

Rugi Penjualan Aktiva Tetap xxx

Aktiva Tetap xxx

b. Jika dijual diatas nilai buku aktiva tetap

Kas/piutang xxx

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap xxx

Laba Penjualan Aktiva Tetap xxx


(34)

3. Menukar aktiva tetap

Prosedur penukaran aktiva tetap sama dengan prosedur perolehannya yang dilakukan melalui pertukaran seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

4. Hilang (Rusak)

Aktiva yang tidak dipakai lagi dalam operasi perusahaan juga merupakan salah satu alasan penghentian aktiva tetap. Kerusakan aktiva tetap bias disebabkan oleh :

a. Kelalaian Pihak perusahan sendiri

b. Kerusakan akibat bencana alam (Force Majeur) Jurnal :

Beban Penyusutan Aktiva Tetap xxx

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap xxx

(untuk mencatat beban penyusutan aktiva tetap yang hilang/rusak sampai tanggal kehilangan/kerusakan aktiva tetap)

Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap xxx

Rugi Kehilangan Aktiva Tetap xxx

Aktiva Tetap xxx

(untuk mencatat penghapusan aktiva tetap yang hilang/rusak) 5. Dipakai di luar operasi normal perusahaan

Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat atau digolongkan sebagai investasi. Contoh : tanah yang dibeli yang tidak diperuntukkan untuk membangun pabrik atau bangungan di atasnya.


(35)

F. Pengertian Laporan Keuangan

Pada dasarnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat pengujian saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Dengan analisis tersebut, maka dapat membantu pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Jadi untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan perusahaan.

Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009) adalah sebagai berikut :

“Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses peloparan keuangan, meliputi neraca, laporan laba rugi , laporan perubahan modal (yang dapat disajikan dengan berbagai cara seperti misalnyanya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan atas laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari bagian Laporan Keuangan.”

Sedangkan pengertian Laporan Keuangan menurut Munawir dalam buku Analisa Laporan Keuangan (2002:2) :

“Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.

Jadi laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi pihak bank sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan kredit, disamping adanya data yang bersifat non keuangan sebagai informasi yang dibutuhkan bank selaku debitur. Misalnya akta pendirian, surat-surat izin yang masih berlaku , jaminan kredit, daftar isian yang disediakan bank organisasi dan manajemen perusahaan , data realisasi usaha, dan ata-data lainnya. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu


(36)

perusahaan sangat lah perlu untuk mengetahui kondisi perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan akan terlihat dari laporan keuang perusahaan yang bersangkutan.

G. Penyajian dan Pengaruh Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntasi Keuangan (2009) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ;

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan perubahan ekuitas 4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan.

Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunkanan oleh perusahaan adalah :

1. “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global

2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangn. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan Akumulasi Penyusutan masing-masing 3. Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap.”


(37)

Berikut ini peneliti akan mencoba membuat suatu contoh penyajian dan pengaruh aktiva tetap dalam laporan keuangan

Neraca

Per 31 Desember 20xx

ASET KEWAJIBAN dan EKUITAS

Aset Lancar

Kas xxx

Investasi Jangka Pendek xxx

Piutang xxx

Persediaan xxx

Jumlah Aset Lancar xxx

Aset Tetap

Tanah xxx

Bangunan xxx

Kendaraan xxx

Peralatan xxx

Inventaris Kantor xxx

Aset Tetap Tidak Berwujud xxx

Jumlah Aset Tetap xxx

Jumlah Aset xxx

Kewajiban Lancar xxx

Kewajiban Tak Lancar xxx

Ekuitas xxx

Jumlah Kewajiban

dan Ekuitas xxx

xxx xxx


(38)

H. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Di bawah ini terdapat dua buah hasil penelitian terdahulu, yaitu :

Nama Judul

Penelitian

Perumusan Masalah Hasil Penelitian

Ernie M. Tampubolon Tahun Penelitian: 2005 Ramot Nurlela. A Tahun Penelitian: 2004 Analisa Pengunaan, Penghentian Aktiva Tetap Dan Penyajiannya Dalam Laporan Keuangan Pada PT. Musim Mas Medan Pengakuan Dan Pengukuran Aktiva Tetap Pada Perusahaan Jasa Angkutan Darat Antar Kota Antar Propinsi Di Lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara Apakah penggunaan, penghentian aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan telah sesuai dengan PSAK No.16

Bagaimana perlakuan Akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran aktiva tetap pada

perusahaan jasa angkutan darat Antar Kota Antar Propinsi di lingkungan Dinas Perhubungan Medan-Sumatera Utara dan apakah perlakuan akuntansi tersebut telah sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.

Kebijakan perusahaan dalam menentukan

capital expenditure atau renenue expenditure dalam hal biaya

pemeliharaan dan perawatan, yaitu dengan mengelompokkan dan

pemeliharaan aktiva perusahaan dalam 4 bagian.

Dalam menghitung penyusutan

perusahaan menggunakan metode Garis Lurus.

Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap termasuk cara penghentian, pengalokasian biaya yang terjadi pada saat penghentian, dan lain-lain sudah cukup baik.

Pada dasarnya, proses pengakuan awal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap bus-busnya sudah memadai, namun proses pencatatan dan perlakuan akuntansi selama penggunaan aktiva tetap yang belum sempurna

menimbulkan kesulitan dalam hal pengukuran nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berbentuk deskriptif, yaitu penelitian yang menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian. Tujuannya adalah mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan.

B. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan penulis adalah data sekunder, yang merupakan data yang telah terdokumentasi yang diperoleh dari perusahaan. Seperti Sejarah Perusahaan, Struktur Organisasi, Company Profil, Laporan Aktiva Tetap, Laporan Keuangan Perusahaan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

a. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap bagian akuntansi pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

b. Teknik kepustakaan, dalam hal ini penulis membaca dan mempelajari dan mengumpulkan data sekunder mengenai teori-teori, konsep dasar akuntansi khususnya yang berhubungan dengan aktiva tetap.

c. Teknik dokumentasi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap catatan dan dokumen yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek penelitian.


(40)

D. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang dipakai penulis adalah Metode Deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menginterprestasikan serta menganalisanya sehinga diperoleh gambaran masalah yang diteliti.

E. Jadwal Penelitian Tahapan

Penelitian

September Oktober November Desember Januari

Pengajuan Judul

Penyelesaian

Proposal

Bimbingan

Proposal

Seminar

Proposal

Pengumpulan

Data

Pengolahan

Data

Penyelesaian


(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Ringkas Perusahaan

Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang,setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II.

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada


(42)

saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

Sesuai Undang-undang No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, berikut adalah rangkaian kegiatan usaha Perusahaan:

1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup: a. Pembangkitan tenaga listrik.

b. Penyaluran tenaga listrik. c. Distribusi tenaga listrik.

d. Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik. e. Pengembangan penyediaan tenaga listrik.

f. Penjualan Tenaga Listrik kepada konsumen.

2. Menjalankan usaha penunjang tenaga listrik yang mencakup: a. Konsultasi ketenagalistrikan.


(43)

b. Pembangunan dan pemasangan peralatanketenagalistrikan.

c. Pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.

3. Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup:

a. Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya untuk kepentingan tenaga listrik.

b. Pemberian jasa operasi dan pengaturan (dispatcher) pada pembangkitan, transmisi, distribusi serta retail tenaga listrik.

c. Kegiatan perindustrian perangkat keras dan lunak di bidang ketenagalistrikan dan peralatan lain terkait dengan tenaga listrik.

d. Kerja sama dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang ketenagalistrikan baik dari dalam maupun luar negeri di bidang pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi terkait dengan ketenagalistrikan.

Kegiatan usaha Perusahaan dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu: 1. Kegiatan Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Perusahaan sebagai induk perusahaan termasuk diantaranya perencanaan pengembangan fasilitas tenaga listrik (pembangkitan, transmisi dan distribusi secara umum) dan penunjangnya, rencana pendanaan, pengembangan usaha, pengembangan organisasi dan SDM. Kegiatan perencanaan dilakukan oleh induk Perusahaan yang mencakup pokok kebijakan makro, sedangkan detilnya dilakukan oleh satuan organisasi wilayah atau distribusi.


(44)

2. Kegiatan Pembangunan

Kegiatan pembangunan yang mencakup konstruksi sarana penyediaan tenaga listrik pembangkitan,transmisi dan gardu induk merupakan tugas dari satuan organisasi konstruksi Proyek Induk, sementara itu pelaksanaan pembangunan jaringan distribusi dilakukan oleh masing-masing unit organisasi wilayah dan distribusi. Kegiatan pembangunan proyek kelistrikan desa yang berasal dari pendanaan APBN adalah merupakan tugas Pemerintah melalui Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi.

3. Kegiatan Usaha/Operasi

Kegiatan usaha berupa produksi tenaga listrik dihasilkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari beberapa jenis pembangkit, yaitu Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batubara, gas alam atau bahan bakar minyak (BBM), Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), berbasis tenaga air sebagai penggerak turbin, Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTGgas turbine) berbasis gas alam atau BBM, Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) berbasis tenaga uap panas bumi dan Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbasis BBM.Selain itu, Perusahaan juga melakukan pembelian tenaga listrik yang diproduksi oleh pusatpusat pembangkit tenaga listrik swasta yang juga merupakan gabungan dari beberapa jenis pembangkit, yaitu PLTU berbahan bakar batubara, Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU-combined cycle) berbasis gas alam atau BBM, PLTA berbasis tenaga air sebagai penggerak turbin, PLTP berbasis tenaga uap panas bumi dan PLTD berbasis BBM.


(45)

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pusat pembangkit disalurkan ke gardu induk melalui jaringan transmisi dengan berbagai tingkat tegangan seperti Tegangan Ekstra Tinggi (500 kV) danTegangan Tinggi (150 dan 70 kV). Semakin besar daya yang akan disalurkan melalui kawat transmisi berukuran sama, semakin tinggi tegangan yang diperlukan. Tingkat tegangan di gardu induk yang berkapasitas 500 kV atau 150 kV akan diturunkan untuk tujuan distribusi kepada pelanggan.

Kategori pelanggan besar dilayani dengan jaringan tegangan tinggi sebesar 150 dan 70 kV dan jaringan menengah sebesar 20 kV, sementara untuk pelanggan kecil, energi listrik disalurkan ke gardu distribusi melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV dan selanjutnya di gardu distribusi tegangan diturunkan ke tingkat 380/220 volt untuk kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke sambungan rumah (SR).

4. Kegiatan Riset & Penunjang Kegiatan yang dilakukan oleh satuan organisasi penunjang mencakup :

a. Jasa Pendidikan dan Latihan PT PLN (Persero) yang bertugas untuk menyelenggarakan berbagai pendidikan dan latihan di bidang teknik, manajemen, keuangan dan administrasi umum.

b. Jasa Enjiniring PT PLN (Persero) yang bertugas memberikan dukungan dalam studi kelayakan, desain dan supervisi konstruksi sarana penyediaan tenaga listrik. untuk memberikan dukungan terhadap produksi dan layanan perbaikan terutama pada sektor kelistrikan.


(46)

c. Jasa Sertifikasi PT PLN (Persero) yang bertugas untuk memberikan dukungan dalam sertifikasi produk peralatan listrik, sistem manajemen mutu dan lingkungan bidang ketenagalistrikan serta kelayakan instalasi tenaga listrik dan tera meter.

d. Jasa Manajemen Konstruksi PT PLN (Persero) yang bertugas untuk memberikan dukungan dalam manajemen konstruksi lapangan untuk konstruksi dan layanan perbaikan terutama pada sektor kelistrikan. e. Jasa dan Produksi PT PLN (Persero) yang bertugas untuk memberikan

dukungan terhadap produksi dan layanan perbaikan terutamapada sektor kelistrikan.

b. Struktur Organisasi 1) Manager

Mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut: a) Menjaga nama baik PT PLN (Persero) Cabang Lubuk Pakam;

b) Memimpin, mengurus dan mengelolah cabang Lubuk Pakam sesuai dengan tugfas pokoknya dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna dari wilayah;

c) Mengusulkan dan melaksanakan tecana kerjadan anggaran yang ditetapkan Direksi PLN;

d) Melaksanakan kebijakan umum dalam pengurus cabang Lubuk Pakam yang telah digariskan oleh Direksi;

e) Menetapkan kebijaksanaan dibudang perencanaan, pembangunan dan pengusahaan sarana penyediaan tenaga listrik dan Sumber Daya Manusia;


(47)

f) Menjaga agar laporan keungan cabang lubuk Pakam kerjanya tidak menimbulkan kwalifikasi bagi auditor;

g) Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya dengan persetujuan Direksi dalam rangka mengembangkan sarana penyediaan tenaga listrik.

2) Asman ( Asisten Manager) Teknik

Bertanggung jawab atas tersusunnya strategi, standarisasi dan penerapan system pengelolaan jaringan distribusi dan pembangkit serta penerapan manajemen lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan serta upaya pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja, untuk mendukung upaya pengasuhan tenaga listrik yang efektif, efesien dengan tingkat mutu dan keandalan yang baik.

a) Menyusun dan membina penerapan systempengelolaan jaringan distribusi dan pembangkit;

b) Menyusun rencana kegiatan konstruksi dan administrasi pekerjaan serta membina penerapannya;

c) Menyusun kebijakan dan membina penerapan manajemen lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan;

d) Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya; e) Menyusun dan mengelolammanajeman mutu;

f) Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik;


(48)

3) Asman (Asisten Manager) Pengukuran dan Proteksi

Bertanggung jawab atas penyediaan tenaga listrik beserta kebutuhan investasinya. Merencankan pengembangan system pembangkit, transmisi, gardu induk, dan distribusi sesuai dengan standar, menciptakan kerangka pelaksanaan kerja sehingga dapat mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang efektif dan efesien dengan tingkat mutu serta keandalan yang baik dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

h) Menyusun dan memutahirkan RPTL;

i) Membuat perkiraan beban jangka pendek, menengah, dan jangka panjang;

j) Menyusun kebutuhan investasi untuk penyediaan tenaga listrik; k) Membuat desain standar konstruksi jaringan distribusi;

l) Membuat desain standar konstruksi jaringan isolated; m) Membuat pedoman untuk evaluasi kelayakan inveatasi;

n) Melakukan evaluasi sesuai pedoman kelayakan investasi dan penilaian finansial;

o) Membuat, mengendalikan dan meriview rencana pengembangan sistem ketenagalistrikan;

p) Membuat dan meriview standar pengembangan sistem dalam kaitannya dengan pelayanan penyambungan;

q) Melaksanakan survey dan evaluasi kelayakan sistem tenaga listrik untuk PB/PD pelanggan besar diatas 5 MVA;


(49)

s) Mengendalikan anggaran investasi dengan meperhatikan efisiensi kinerja perusahaan;

t) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.

4) Asman (Asisten Manager) Niaga dan Pelayanan

Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari penjualan tenaga listri, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan dan transaksi pembelian tenaga listrik yang memberikan nilai tambah bagi Perusahaan, serta ketersediaan standar pelaksanaan kerja dan tercapaianya interaksi kerja yang baik antar unit-unit pelaksana.

a). Menyusun,

i. Ketentuan dan strategi pemasaran

ii. Rencana penjualan energi dan rencana pendapatan; b). Mengevaluasi harga jual energi listrik;

c). Menghitung biaya penyediaan tenaga lsitrik; d). Menegosiasikan harga jual beli tenaga listrik; e). Menyusun :

i. Strategi dan pengembangan pelayanan pelanggan; ii. Standar dan produk pelayanan;

iii. Ketentuan data induk pelanggan (DIL) dan data induk saldo (DIS); iv. Konsep kebijakan sestem informasi pelayanan pelanggan;

f). Melakukan pengendalian DIS dan opname saldo piutang;

g). Mengkoordinasikan pelaksanaan penagihan kepada pelanggan tertentu antara lain TNI/POLRI dan instansi vertical;


(50)

h).Mengkaji pengelolaan pencatatan meter dan menyusun rencana penyempurnaanya;

i). Menyusun mekanisme interaksi antar unit pelaksana.

j). Menyusun rencana pengembangan usaha baru serta pengaturannya; k). Membuat ususlan RKAP yang terkait dengan bidangnya;

l). Menyusun dan mengelola manajemn mutu; m).Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik; n). Menyusun laporan manajemen di bidangnya.

5). Asman (Asisten Manager) Keuangan

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan anggaran dan keuangn unit sesuai dengan prisnsip-prinsip manajemen keuangan yang baik, pengelolaan pajak dan asuransi yang efektif serta penyajian laporan keuangan dan akuntansi yang akurat dan tepat waktu.

a). Menyusun kebijakan anggaran dan proyeksi keuangan Perusahaan; b. Menyusun Biaya perolehan (BPP) per titik transaksi dan atau perfungsi; c. Mengendalikan anggaran investasi dan anggaran operasi;

d. Mengendalikan aliran kas pendapatan; e. Mengendalikan aliran kas Pembiayaan; f. Melakukan pengelolaan keuangan;

g. Melakukan analisis dan evaluasi laporan keuangan unit-unit; h. Menyusun laporan keuangan konsolidasi;

i. Menyusun laporan rekonsiliasi keuangan;


(51)

k. Melakukan pengelolaan pajak asuransi;

l. Membuat RKAP besama bidang perencanaan dan bidang lainnya;

m. Menyusun dan mengelola manajemen mutu, menerapkan tata kelola perusahaan, Menyusun laporan manajeman dibidangnya.

5.1 SPV (Supervisor) Anggaran dan Pendanaan

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan anggaran unit sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, keuangan yang baik serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

a) Menyusun RKAP bersama bidang lain;

b) Menyusun cash budget untuk seluruh aktivitas (cash in dan cash out);

c) Menetapkan dan melaksanakan pengendalian SKKO dan SKKO; d) Memantau realisasi cash budget (anggaran tunai);

e) Mengevaluasi dan mengusulkan penetapan anggaran tunai unit-unit; f) Memantau dan mengendalikan cash in dan cash out;

g) Memantau dan mengendalikan anggaran investasi dan operasi dengan material PDP dan pemeliharaan;

h) Mengevaluasi perubahan alokasi pos anggaran; i) Mengevaluasi dan mengajukan revisi anggaran;

j) mengevaluasi resiko yang timbul dari suatu aktivitas (Risk Management);

k) Membuat laporan konsolidasi realisasi cash budget; l) Membuat laporan sesuai dengan bidang tugasnya.


(52)

5.2 SPV (Supervisor) Pendapatan

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik, pengelolaan pajak dan asuransi sesuai ketentuan yang berlaku serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik;

a) Melaksanakan pengelolaan administrasi transfer pendapat; b) Mengajukan permintaan droping anggaran tunai ke PLN Pusat; c) Membuat perencanaan aliran kas pembiayaan AO/AI;

d) Melaksanakan droping kas pembiayaan ke unit (Imprest); e) Melaksanakan pengendalian kas pembiayaan unit;

f) Melaksanakan rekonsiliasi kas, bank dan pendapatan; g) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung pembayaran;

h) Melaksanakan pembayaran atas transaksi sesuai batas kewenangan yang diberikan;

i) Melakukan rekonsiliasi piutang pegawai;

j) Memantau dan mengendalikan biaya operasional PPJJ

k) Melaksanakan ketentuan pembayaran pajak-pajak serta asuransi; l) Memantau dan mengevaluasi Revenue Protection;

m) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan transfer pendapatan bank receipt;

n) Membuat laporan perpajakan;


(53)

5.3 SPV (Supervisor) Akuntansi

Bertangung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan akuntasi unit sesuaai dengan standar akuntasi keuangan, serta penyajian laporan keuangan Standar Akuntasi Keuangan, serta penyajian laporan keuangan Standar Akuntasi yang akurat dan tepat waktu serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

a) Melaksanakan rekonsiliasi penerrimaan pendapatan dengan laporan akuntasi;

b) Menyusun laporan keuangan bulanan, triwulan, semester dan tahunan;

c) Menyusun laporan keuangan konsolidasi bulanan, triwulan, semester dan tahunan;

d) Menyusun laporan keuangan konsolidasi keuangan PUKK/Bina lingkungan;

e) Menyajikan data laporan konsolidasi keuangan listrik pedesaan; f) Menyajikan data laporan proyek selesai ke Departemen (APBN) g) Melaksanakan administrasi material PDP dan utang piutang; h) Melaksanakan rekonsiliasi hutang piutang termasuk iuran pensiun; i) Mengawasi pelaksanaan opname tisik kas bank kantor cabang dan

unit;

j) Menyusun biaya perolehan pokok (BPP) per titik traksaksi dan atau per fungsi;

k) Melaksanakan pembinaan tata kelola akuntansi unit;


(54)

m) Melakukan inventarisasi asset (AY, PDP, Pesediaan, dan Piutang); n) Mengelola administrasi asuransi dan penghapusan asset dan limbah; o) Menyusun dan mengakaji pengembangn aplikasi sistem informasi

akuntansi termasuk sistem akuntasi manajemen; p) Membuat laboran sesuais dengan bidang tugasnya.

5.3.1 Sub Bidang Akuntasi AT, Pdp dan Persediaan

Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan akuntansi untuk pembangunan dan pemugaran sarana penyediaan tenaga listrik serta akuntansi aktiva tetap, akuntansi persediaan dan analisa keungan akuntansi.

5.3.2 Sub Bidang Akuntasi Umum

Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan akuntansi umum dan pengusahaan sarana penyediaan tenaga listrik serta menyusun laporan keuangannya.

6). Asman (Asisten Manager) SDM

Bertanggung jawab atas penyelnggaraan pengelolaan manajemen Sumber Daya Manusia dan organisasi, administrasi kepegawaian dan hubungan industrial, pengelolaan administrasi kesekretariatan, kominukasi masyarakat dan hukum dan pengelolaan keamanan, sarana dan kelancaran kerja organisasi.

a). Mengelola :


(55)

ii. Pengembangan sumber daya manusia; iii. Manajemen sumber daya manusia;

iv. Administrasi kepegawaian dan data pegawai. b). Membina hubungan idustial;

c). Mengelola :

i. Mengelola sertifikasi asset; ii. Dokumentasi dan perpustakaan;

iii. Administrasi kesekretariatan, protokol dan rumah tangga kantor induk.

d). Megelola :

i. Komuikasi kemasyarakatan dan pelanggan; ii. Fasilitas dan prasarana kerja;

iii. Sistem keamanan dan pengamanan kantor. e). Megelola program bina / peduli lingkungan;

f). Melakukan advokasi hukum dan peraturan-peraturan perusahaan; g). Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya;

h). Menyusun dan mengelola manajemen mutu;

i). Menyusunlaporan keuangan manajemen di bidangnya.

2. Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara a. Penggolongan Aktiva Tetap

Pengertian aktiva tetap menurut PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara pada prinsipnya sama dengan pengertian yang terdapat pada Standar Akuntansi Keuangan yaitu :


(56)

1. Mempunyai bentuk fisik;

2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan; 3. Dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual;

4. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun);

5. Memberi manfaat dimasa yang akan datang.

Perusahaan mengelompokkan aktiva tetap yang dimilikinya atas dua bagian besar yaitu :

1. Aktiva Tetap Menurut Fungsi

PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara membagi aktiva tetapnya menurut fungsinya dengan tujuan mempermudah dalam hal pencatatannya selain itu juga sebagai alat kontrol terhadap setiap fungsi atau bagian yang ada, sebab banyak sekali jenis aktiva tetap yang dimiliki dan setiap fungsi membutuhkan aktiva tetap seperti material cadang yang sama. Pembagian ini diperlukan demi pengambilan keputusan yang tepat oleh pimpinan. aktiva tetap menurut fungsinya terdiri atas :

140 Distribusi 160 Tul

171 Tatausaha

172 Gudang dan Persediaan 176 Wisma dan Rumah Dinas 177 Sistem Telekomunikasi


(57)

2. Aktiva tetap Menurut Jenis

Pembagian aktiva tetap menurut jenis ini bertujuan sama dengan pembagian aktiva tetap menurut fungsinya untuk mengetahui secara keseluruhan jumlah aktiva tetap guna memperoleh gambaran yang jelas tentang aktiva tetap yang dimilki. Aktiva tetap menurut jenisnya terdiri atas : 01 Tanah

02 Bangunan dan Kelengkapan Halaman 12 Jaringan Distribusi

13 Gardu Distribusi

14 Perlengkapan Lain-Lain Distribusi 15 Perlengkapan Pengolahan Data 17 Perlengkapan Telekomunasi 18 Perlengkapan Umum

19 Kendaraan Bermotor

b. Perolehan Aktiva Tetap

Aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara diperoleh dengan beberapa cara yaitu :

1. Membeli dengan tunai

Aktiva tetap yang diperolah melalui pembelian tunai adalah tanah dan perlengkapan umum. Aktiva tetap yang diperoleh secara tunai ini dicatat berdasarkan harga perolehan yaitu seluruh biaya atau pengeluaran yang terjadi sampai aktiva tetap tersebut berfungsi atau dapat dipakai.


(58)

2. Membuat sendiri

Aktiva tetap di perusahaan yang dibangun sendiri adalah bangunan dan kelengkapan halaman. Ini dilakukan perusahaan untuk menghemat biaya konstruksi, menggunakan fasilitan yang menganggur atau untuk mencapai kwalitas konstruksi yang lebih tinggi.

Nilai perolehan aktiva tetap adalah sebesar jumlah seluruh biaya-biaya dan beban-beban yang diperlukan untuk membangun sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam operasi perusahaan.

3. Diterima dari satuan PLN lain

Sebagian aktiva tetap yang dimiliki perusahaan diterima dari satuan PLN lain yang terdiri dari : saluran udara tegangan tinggi, kabel bawah tanah, perlengkapan pengolah data, perlengkapan telekomunikasi, kendaraaan bermotor dan alat-alat mobil serta material cadang. Nilai perolehannya adalah sebesar jumlah nilai perolehan semula seperti yang telah tercatat dalam perusahaan satuan PLN yang menyerahkan beserta akumulasi penyusutannya dan biaya-biaya sehubungan dengan pemindahan aktiva tetap tersebut, misalnya biaya pengangkutan dan biaya pembongkaran tidak menambah nilai, tetapi biaya tersebut bibebankan sebagai biaya operasi.

4. Pemberian atau hibah.

Perusahaan pernah menerima hibah dari pihak lain yaitu tanah. nilai perolehan aktiva tersebut adalah menurut harga pasar yang layak untuk aktiva tetap yang bersangkutan ditambah pajak pertambahan nilai (Ppn)


(59)

sebesar 10 % sesuai dengan ketentuan Dirjen Pajak. Jika harga pasarnya tidak ada atau sulit diketahui, maka ditetapkan berdasarkan penilaian dan penaksir yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

c. Penyusutan Aktiva Tetap

Dalam perhitungan penyusutan aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara menggunakan metode garis lurus yang diatur dalam SK No.054/DIRJ1988 dan telah dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun. penyusutan dilakukan pada semua aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, kecuali aktiva tetap tanah dan hak atas tanah.

Perhitungan penyusutan aktiva tetap perusahaan adalah bulanan. Nilai awal aktiva tetap ditetapkan sebesar harga perolehan aktiva tetap tersebut. Sedangkan nilai residu adalah nol. Masa manfaat atau umur aktiva tetap yang telah ditetapkan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, sedangkan aktiva tetap yang telah habis disusutkan tidak disusutkan lagi. PT.PLN (Persero) telah menetapkan tarif penyusutannya untuk aktiva tetapnya yang berlaku untuk seluruh wilayah. Adapun masa manfaat aktiva tetap menurut jenisnya pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah sebagai berikut.


(60)

Tabel 4.1 Masa Manfaat Aktiva Tetap Menurut Jenis

No. Nama Jenis Masa Manfaat

(Tahun)

1. Tanah 0

2. Gedung-Gedung Batu 0

3. Bangunan Kayu / Seng 31

4. Kelengkapan Halaman 15

5. JTM (Menara) 15

6. Ja r. Udara Trg. Menengah (Tiang) 37

7. JTM (Hantaran Diatas Tanah) 37

8. Kabel Bawah Tanah 37

9. JTR (Tiang) 37

10. JTR (Hantaran Diatas Tanah) 37

11. JAR. Distr. Dibawah Tanah 37

12. Bangunan 37

13. Transformator 37

14. Regulator 37

15. Pemutus Aliran 37

16. Kapasitor 37

17. Prlkpn. Pelindung & Pengontrol 37

18. Rupa-rupa 37

19. Meter dan Saklar Waktu 15

20. Peralatan Kamar Tera 15

21. Sambungan Rumah Diatas Tanah 15

22. Sambungan Rumah Dibawah Tanah 15

23. Prlkpn. Penerangan Umum (PJU) 25

24. Prltn & Instalasi yang disewakan 1

25. Perabot dan Peralatan 5

26. Perlengkapan Kantor 5

27. Perlengkapan Service 5

28. Perlengkapan Rupa-rupa 5

29. Kendaraan Bermotor 5

30. Alat-alat yang Mobil 5

31. Mat. Cad Jaringan Udara T.M 37

32. Mat. Cad Gardu Distribusi 37

33. Mat. Cad Prlk. Lain-lain Distribusi 15

Jurnal yang dilakukan pada saat penyusutan adalah :

Beban Penyusutan (nama aktiva) Rp. xxxx


(61)

d. Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap

Pada umumnya aktiva tetap mempunyai umur ekonomis yang terbatas. keterbatasan ini dapat disebabkan oleh pengaruh faktor fisik dan faktor fungsional. Untuk mencegah proses ini berlangsung lebih cepat, maka dalam masa pemakaian aktiva tetap tersebut, perusahaan mengeluarkan sejumlah dana yang dikenal dengan nama expenditure atau pengeluaran.

PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mengeluarkan biaya pemeliharaan dan perbaikan untuk aktiva tetap yang dimilikinya. Hal itu dilakukan agar aktiva tetap tersebut tetap dapat dipakai dalam operasi perusahaan. Pengeluaran ini dapat digolongkan menjadi pengeluaran penghasilan (Revenue Expenditure) dan pengeluaran modal (Capital Expenditure).

Pengeluaran penghasilan pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara terdiri atas biaya pemeliharaan dan biaya reperasi kecil yang diperlakukan sebagai beban usaha selama masa penggunaan aktiva tetap tersebut. Pengeluaran modal mencakup biaya perbaikan atau reperasi besar yang dikapitalisasi sebagai pertambahan harga perolehan aktiva tetap.

e. Penarikan Aktiva Tetap

Pada saat tertentu perusahaan melakukan Penarikan aktiva tetap yang dimilikinya dari operasi normal perusahaan. Penghentian dan pelepasan aktiva tetap tersebut dilakukan oleh perusahaan apabila kondisi fisik tidak memungkinkan lagi utnuk beroperasi dan sudah tidak ekonomis lagi bagi perusahaan.

Tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan penarikan aktiva tetap adalah sebagai berikut :


(62)

1. Aktiva tetap yang akan ditarik untuk tahapan pertama dimasukkan ke dalam Aktiva Tetap Tidak Beroperasi (ATTB) terlebih dahulu.

Jurnal yang dilakukan adalah :

Aktiva Tetap Tidak Beroperasi Rp. xxxx

Aktiva Tetap Rp. xxxx

2. Apabila aktiva tetap yang dimasukkan ke dalam ATTB sudah tidak ekonomis lagi maka PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara akan mengusulkan kepada PLN Pusat agar aktiva tersebut dijual atau dihapuskan. PLN Pusat akan mengadakan penilaian dengan seksama dan meneruskan hal ini kepada, Menteri Keuangan dan Menteri Pertambangan dan Energi untuk ditinjau lebih lanjut.

Jurnal yang dilakukan jika PLN pusat menyetujui penghapusan aktiva tetap jurnal yang dilakukan adalah :

Aktiva Tetap Rp. xxxx

Aktiva Tetap Tidak Beroperasi Rp. xxxx

Ada kalanya aktiva tetap yang dimasukkan ke dalam ATTB masih bisa dimanfaatkan. Contoh, Tiang 15 meter rusak, masuk ke dalam ATTB, setelah ditinjau ulang tiang tersebut masih dapat digunakan tapi hanya 12 meter. Maka Tiang yang 15 meter dinilai ulang kembali menjadi 12 meter.

f. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Laporan Keuangan dapat dikatakan wajar jika laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan yang wajar, tidak menyesatkan dan tidak menimbulkan kekeliruan apabila dibaca oleh pemiliknya. Pada PT.PLN (Persero)


(63)

Wilayah Sumatera Utara Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Dalam neraca dicatat Aktiva tetap bruto dan penyusutan awal dan akhir periode dan dibandingkan dengan saldo periode tahun sebelumnya.

g. Pengaruh Aktiva Tetap terhadap Laporan Keuangan

Dalam hal pencatatanya sehubungan perolehan aktiva tetap, PT PLN telah mengikuti pedoman atau standar yang ada yaitu aktiva tetap yang dibeli secara tunai dicatat sebesar harga perolehan, yakni harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dampai aktiva tersebut siap utnuk dioperasikan / dipakai. Nilai perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri dicatat sebesar jumlah biaya dan beban yang diperlukan untuk membangun aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Nilai perolehan aktiva tetap yang diterima dari satuan PLN Lain adalah sebesar jumlah nilai perolehan semula seperti yang telah tercatat dalam perusahaan satuan PLN yang menyerahkan beserta akumulasi penyusutannya dan biaya-biaya sehubungan dengan pemindahan aktiva tetap tersebut. Sedangkan nilai perolehan aktiva tetap yang diperoleh dari hibah dicatat sebesar harga pasar atau harga taksiran yang layak. Hal ini dapat memperlihatkan pengaruh yang cukup signifikan pada laporan keuangan PT PLN tersebut.

Contoh :

1. Membeli dengan tunai

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran utnuk


(64)

pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur.

Contoh :

Pada tanggal 20 Januari 2010, dibeli mesin dengan tunai sebesar Rp.5.000.000,- biaya pengangkutan Rp.300.000,- dan biaya pemasangan Rp.200.000,- maka akan dijurnal sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jurnal Pembelian Tunai

Tanggal Uraian Ref. Debit Kredit

20/Jan/2010 Mesin

Kas

Rp. 5.500.000

Rp. 5.500.000

2. Membeli dengan angsuran

Perolehan aktiva tetap dengan angsuran pembayarannya dilakukan dikemudian hari secara angsuran disertai bunga angsuran.

Contoh:

Pada tanggal 1 Februari 2009, dibeli Mesin dengan harga Rp.25.000.000,- pembayaran pertama Rp. 10.000.000,- dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 Desember selama 3 tahun sebesar Rp.5.000.000,- dengan bunga 12% pertahun, maka akan dijurnal sebagai berikut :

Tabel 4.3 Jurnal Pembelian Angsuran

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

1/Feb/ 2009 31/Des/ 2009 Mesin Hutang Usaha Kas Hutang Usaha Beban Bunga Kas Rp. 25.500.000

Rp. 5.000.000 Rp. 1.650.000

Rp. 15.000.000 Rp. 10.000.000


(65)

Jurnalnya akan dibuat setiap akhir tahun sampai masa angsuran aktiva yang dibeli habis.

3. Pemberian atau hibah.

Jika aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai basis penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Kendatipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut. Tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap.

Contoh :

Pada tanggal 21 Maret 2009, diperoleh Tanah dan Bangunan dari sumbangan dengan nilai Rp.90.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah :

Tabel 4.4 Jurnal Pemberian / Hibah

Tgl. Uraian Ref. Debit Kredit

21/Mar/ 2009

Tanah Bangunan

Modal Donasi

Rp. 90.000.00 Rp. 50.000.000


(66)

B. Analisa Hasil Penelitian

1. Penggolongan Aktiva Tetap

PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mempunyai kebijakan akuntansi tersendiri dalam memperlakukan aktiva tetap yang dimilikinya yang dianggap perusahaan cukup baik dan sesuai dengan perusahaan. Dasar perusahaan mengelompokkan suatu aktiva tertentu ke dalam aktiva tetap yaitu aktiva tersebut mempunyai bentuk fisik, digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan, dimiliki tidak sebagai investasi dan tidak untuk dijual, memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun), memberi manfaat dimasa yang akan datang. Dasar penentuan aktiva tetap ini telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan. Keseluruhan aktiva tetap yang ada dikelompokkan oleh perusahaan menurut fungsi yang memanfaatkannya dan jenis aktiva tetap tersebut.

Jika dilihat dari cara penggolongan yang dilakukan perusahaan ini terhadap aktiva tetap yaitu dengan membagi aktiva tetap kedalam dua bahagian besar yakni menurut fungsi dan jenisnya. Hal ini dilakukan demi mencapai efektivitas dan kelancaran operasional perusahaan disamping diinginkannya kontrol antara aktiva tetap menurut fungsinya dan menurut jenisnya. Jika dibandingkan dengan teori yang ada, hal ini tidaklah menyalahi aturan atau menyimpang dengan pedoman yang ada.

PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara membuat suatu daftar aktiva tetap sebagai pendukung laporan keuangan. Di dalam daftar tersebut dirinci mengenai nama aktiva tetap, jumlah fisik, satuan, masa manfaat, harga perolehan, beban penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku dari aktiva tetap. Daftar tersebut sangat membantu pemakai laporan keuangan untuk membaca informasi mengenai aktiva tetap perusahaan.


(67)

2. Perolehan Aktiva Tetap

PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memperoleh aktiva tetapnya dengan empat cara yakni dengan membeli dengan tunai, membuat sendiri, diterima dari satuan PLN lain dan pemberian atau hibah.

Dalam hal pencatatanya sehubungan perolehan aktiva tetap, perusahaan ini telah mengikuti pedoman atau standar yang ada yaitu aktiva tetap yang dibeli secara tunai dicatat sebesar harga perolehan, yakni harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dampai aktiva tersebut siap utnuk dioperasikan / dipakai. Nilai perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri dicatat sebesar jumlah biaya dan beban yang diperlukan untuk membangun aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Nilai perolehan aktiva tetap yang diterima dari satuan PLN Lain adalah sebesar jumlah nilai perolehan semula seperti yang telah tercatat dalam perusahaan satuan PLN yang menyerahkan beserta akumulasi penyusutannya dan biaya-biaya sehubungan dengan pemindahan aktiva tetap tersebut. Sedangkan nilai perolehan aktiva tetap yang diperoleh dari hibah dicatat sebesar harga pasar atau harga taksiran yang layak.

Dari keempat cara perolehan tersebut perusahaan telah melakukannya seuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

3. Penyusutan Aktiva Tetap

Penggunaan aktiva tetap secara terus menerus akan mengakibatkan penuaan secara fisik. Walaupun ketika masa penggunaannya aktiva tetap tersebut diperbaiki, akan tetapi kemampuan produksinya akan semakin berkurang dan suatu saat aktiva itu harus diganti. Aktiva tetap tidak pernah lepas dari penyusutannya, karena aktiva tetap


(68)

itu sendiri memiliki masa manfaat yang terbatas dan kemampuan ekonomis yang semakin hari semakin berkurang kecuai tanah, jadi perlu diadakan pengalokasian biaya secara berkala.

Dalam prakteknya terdapat beberapa macam metode penyusutan yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan yang dapat disesuaikan dengan jenis aktiva tetap yang dimiliki. Perusahaan bisa memilih salah satu atau beberapa diantaranya untuk dijadikan pedoman dalam menentukan beban penyusutan setiap periode akuntansi.

PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dalam prakteknya hanya menetapkan satu metode penyusutan saja untuk semua jenis aktiva tetap, yang dimiliki yakni metode garis lurus dengan mengabaikan nilai residu atau menganggap nilai residu sama dengan nol. Metode ini telah dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun dan telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan.

Berdasarkan analisa dan observasi yang dilakukan oleh penulis di perusahaan ini, penulis kurang setuju dengan penerapan metode garis lurus yang sepenuhnya diterapkan untuk semuajenis aktiva tetap. Untuk Gedung/bangunan, perlengkapan umum dan perlengkapan pengolahan data, penulis setuju dengan diterapkannya metode garis lurus, tetapi untuk kendaraan, jaringan distribusi, perlengkapan telekomunikasi dan perlengkapan distribusi lainnya penulis kurang setuju dengan diterapkannya metode garis lurus terhadap aktiva ini karena kemampuan ekonomis yang dimiliki aktiva ini tidak sama sepanjang tahun dalam masa manfaat.

Pada tahun-tahun pertama kemampuan atau daya yang bisa disumbangkan aktiva ini jauh lebih besar dari tahun-tahun berikutnya, hal inilah yang menyebabkan penulis kurang setuju dengan penerapan metode garis lurus untuk semua jenis akitva tetap. Penulis lebih merasa tepat jika terhadap jaringan distribusi, gardu distribusi,


(69)

perlengkapan telekominikasi dan kendaraan diterapkan metode penyusutan jumlah angka tahun atau saldo menurun atau metode jam jasa.

Jika dilihat dari segi kemudahan/kesederhanaanya, metode garis lurus adalah satu-satunya metode yang tepat. Menurut penulis, faktor kemudahan dan kesederhanaan bukanlah satu-satunya alasan yang paling utama dalam menentukan pemilihan metode penyusutan, kembali harus tetap memastikan faktor-faktor lain yang tidak kalah pentingnya, seperti faktor ketepatan dan keakuratan demi kewajaran laporan keuangan yang dihasilkan.

4. Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap

Dalam penggunaan aktiva tetap PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara menetapkan kebijakan akuntansi untuk memperlakukan pengeluaran setelah perolehan aktiva tetap menjadi dua bagian besar yaitu sebagai pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Dalam pelaksanaanya pengeluaran modal dikapitalisasi sebagai pertambahan harga perolehan aktiva tetap dan pengeluran pendapatan dibebankan pada periode berjalan. Perlakuan akuntansi ini telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

5. Penarikan Aktiva Tetap

Pada saat tertentu perusahaan melakukan penarika aktiva tetap yang dimilikinya dari operasi normal perusahaan. Penghentian dan pelepasan aktiva tetap dilakukan oleh perusahaan apabila kondisi fisik dari aktiva tetap yang bersangkutan sudah tidak memungkinkan lagi untuk beroperasi atau aktiva tetap yang dihentikan atau dilepaskan tersebut tidak lagi ekonomis bagi perusahaan.


(70)

Dalam pelaksanaanya, aktiva tetap yang dihentikan dari operasi normal perusahaan akan dimasukkan dalam perkiraan aktiva tetap tidak beroprasi dan apabila aktiva tetap tersebut dijual maka nilainya dihapuskan seluruhnya dari perkiraan aktiva tetap demikian juga dengan akumulasi penyusutannya.

6. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan

Penyajian aktiva tetap pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah sesuai dengan Standar Akuntasi Keuangan. Aktiva tetap disajikan dalam laporan keuangan pada komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca Di dalam neraca dicantumkan nilai buku dan akumulasi penyusutan aktiva tetap.

7. Pengaruh Aktiva Tetap terhadap Laporan Keuangan

Aktiva tetap terhadap laporan keuangan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara mempunyai pengaruh yang cukup signifikan, dimana jumlah beban penyusutan dalam suatu periode dilaporkan secara terpisah dalam laporan laba rugi atau diungkapkan pada catatan kaki. Penjelasan umum mengenai metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan juga dilaporkan. Jumlah setiap kelompok aktiva utama harus diungkapkan dalam neraca atau dalam catatan kaki. Disajikan pada nilai buku (harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan). Biaya-biaya dari beberapa upaya PT PLN juga dicantumkan didalam neraca yang memperlihatkan pengaruh terhadap laporan keuangan tersebut.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)