Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

(1)

TUGAS AKHIR

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

OLEH

MASITHA SARI 102102147

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini untuk dapat menyelesaikan pendidikan di program Diploma III Fakultas Ekonomi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, dengan judul “Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara“.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak mengalami kesulitan yang disebabkan karena keterbatasan waktu, literatur, serta kekurangan kemampuan penulis sendiri dalam menulis dan menganalisa secara ilmiah. Untuk itu dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Selama dalam penulis tugas akhir ini penulis banyak menerima masukan dan dorongan baik moral maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi D III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara serta dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dalam tugas akhir ini.


(3)

3. Pimpinan dan seluruh karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan izin dan menyediakan data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini. 4. Ayahanda H. Ridwan Panjaitan S,Sos dan Ibunda Nurbasani Aritonang

yang telah mendidik penulis sampai ke Perguruan Tinggi dan seluruh keluarga yang penulis sangat sayangi.

5. Kepada teman-teman mahasiswa stambuk 2010 jurusan Diploma III Akuntansi yang telah memberi dorongan serta semangat baik dari segi moril maupun materil.

Akhir kata, penulis berharap kiranya apa yang disajikan dalam tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri.

Medan, 2013

Penulis

(MASITHA SARI) NIM. 102102147


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D.Sistematika Penulisan ... 6

1. Jadwal Survei / Observasi ... 6

2. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA ... 9

A.Sejarah Ringkas ... 9

B.Struktur Organisasi ... 13

C.Uraian Tugas ( job description ) ... 15

D.Jaringan Usaha / Kegiatan ... 23

E. Kinerja Usaha Terkini ... 23

F. Rencana Usaha ... 24

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA ... 26

A.Akuntansi Aktiva Tetap ... 26


(5)

2. Penggolongan Aktiva Tetap ... 28

3. Perolehan Aktiva Tetap ... 29

4. Penyusutan Aktiva Tetap ... 31

5. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap ... 34

6. Penarikan Aktiva Tetap ... 35

B.Pengertian Sistem Informasi Akuntansi ... 36

C.Pengertian Pengendalian Internal ... 37

D.Unsur-unsur Pengendalian Intern Aktiva Tetap ... 38

E. Hubungan Sistem Informasi Akuntansi dengan Pengendalian Internal ... 42

F. Prosedur Dokumen Aktiva Tetap ... 43

1. Struktur Kode Aktiva Tetap ... 43

2. Catatan Akuntansi ... 45

3. Prosedur Dokumen Aktiva Tetap ... 45

BAB IV PENUTUP ... 49

A.Kesimpulan ... 49

B.Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

No : Judul Halaman


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

No : Judul

Lampiran 1 Susunan Organisasi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Lampiran 2 Daftar Masa Manfaat Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero)

Wilayah Sumatera Utara

Lampiran 3 Surat Balasan Riset dari PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu perusahaan, akuntansi memegang peranan yang sangat penting karena akuntansi dapat memberikan informasi mengenai keuangan dari suatu perusahaan. Akuntansi merupakan bagian dari sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan yang relevan. Mengingat pentingnya sistem informasi tersebut maka setiap perusahaan dituntut untuk memiliki suatu sistem informasi yang baik. Apabila sistem informasi tersebut tidak baik dikhawatirkan akan menghasilkan informasi keuangan yang kurang handal. Selain bermanfaat untuk menghasilkan laporan keuangan, sistem informasi akuntansi juga berguna untuk pengawasan. Salah satu bagian akuntansi yang memiliki faktor yang cukup besar dan memiliki andil untuk menghasilkan laporan keuangan adalah aktiva tetap.

Aktiva tetap (fixed assets) adalah properti, pabrik, dan peralatan yang digunakan dalam operasi bisnis. Item-item ini relatif permanen dan sering kali secara kolektif mencerminkan investasi keungan terbesar perusahaan. Contoh dari aktiva tetap adalah tanah, gedung, perabotan, mesin, dan kendaraan bermotor. Sistem aktiva tetap perusahaan memproses transaksi yang berkaitan dengan akuisisi, pemeliharaan, dan penghapusan aktiva tetap. Sistem yang efektif akan mendukung keputusan manajemen, pelaporan keuangan, dan pelaporan ke pihak


(9)

yang berwenang, dan juga akan memiliki pengendalian internal yang memadai. Tujuan spesifik dari sistem aktiva tetap adalah:

1. Memproses akuisisi aktiva tetap ketika diperlukan dan sesuai dengan persetujuan dan prosedur manajemen formal.

2. Mempertahankan catatan akuntansi yang memadai dari akuisis, biaya, deskripsi, dan lokasi fisik aktiva di dalam organisasi.

3. Mempertahankan catatan depresiasi yang akurat untuk aktiva-aktiva yang dapat disusutkan sesuai dengan metode-metode yang wajar.

4. Menyediakan informasi bagi pihak manajemen yang dapat membantu merencanakan investasi aktiva tetap di masa yang akan datang.

5. Mencatat penghapusan aktiva tetap dengan benar.

Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atatu subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.

Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi.

Sistem Informasi Akuntansi terdiri lima komponen-kompenen yaitu: 1) Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan

berbagai fungsi.

2) Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang dilibatkan dalammengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas organisasi.


(10)

3) Data tentang proses-proses bisnis organisasi.

4) Software yang dipakai untuk memproses data organisasi.

5) Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung, dan peralatan untuk komunikasi jaringan.

Kelima komponen ini secara bersama-sama memungkinkan SIA memenuhi tiga fungsi pentingnya dalam organisasi, yaitu:

1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review) hal-hal yang telah terjadi.

2. Mengubah data menjadi Informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan,pelaksanaan dan pengawasaan.

3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, termasuk data organisasi, termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat,dan handal.

PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara juga memiliki berbagai macam aktiva tetap seperti tanah, gedung, kendaraan, komputer, mesin fotokopi, mesin genset, Air Conditioner, mesin pengahancur kertas dan peralatan lainnya. PT PLN


(11)

(Persero) Wilayah Sumatera Utara tidak dapat menjalankan kegiatan opersional tanpa adanya aktiva tetap tersebut, karena aktiva tetap memiliki peranan yang sangat penting bagi suatu perusahaan, maka diperlukan yang cermat serta pengawasan terhadap aktiva tetap tersebut. Mengingat pentingnya aktiva tetap (fixed assets) bagi sebuah organisasi / perusahaan khusunya PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, maka dalam penyusunan tugas akhir penulis mengambil judul “SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA”.

B. Rumusan Masalah

Setiap perusahaan akan selalu menghadapi permasalahan dalam menjalankan kegiatan perusahaannya. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan tersebut adalah berbeda - beda satu sama lainnya, sama halnya dengan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan pada latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan serangkaian penelitian dan memaparkannya dalam tugas akhir ini yaitu “apakah sistem informasi akuntansi aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah berjalan dengan baik”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(12)

Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai, tanpa adanya tujuan yang jelas akan mengakibatkan suatu kegiatan yang kurang terarah. Sesuai dengan penjelasan diatas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan bacaan jika suatu saat penulis dimintai pendapat mengenai sistem informasi akuntansi aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

2. Bagi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yaitu sebagai bahan bacaan dan pertimbangan untuk memperbaiki penerapan sistem informasi akuntansi aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yang sudah berjalan selama ini.

3. Bagi penulis lain yaitu sebagai bahan bacaan bagi penulis lain untuk menyempurnakan penelitian sejenis berikutnya.

2. Manfaat Penelitian

Adapun yang diharapkan dapat menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Penulis

Dapat memperdalam wawasan penulis mengenai penerapan sistem informasi akuntansi dan sebagi bahan untuk membandingkan teori yang didapatkan dibangku kuliah dengan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan guna membantu perusahaan dalam mengolah data.


(13)

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara untuk melihat sejauh mana penerapan yang telah dilakukan dalam memaksimalkan penggunaan sistem informasi akuntansinya hingga pada waktu ke depan, sehingga perusahaan dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

c. Bagi Pembaca

Sebagai informasi perbandingan didalam observasi dan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis lainnya dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mempunyai sistematika penulisan yang terdiri dari jadwal survei / observasi dan sistematika penulisan.

1. Jadwal Survei / Observasi

Survei / observasi ini dilakukan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Tabel 1.1


(14)

2. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, sistem informasi aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, dan penutup di mana satu sama lain saling berkaitan.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat observasi, dan sistematika penulisan.

BAB II : PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA Kegiatan

Mei 2013

Juni 2013

I II III IV I II III IV 1. Pengajuan Judul

2. Pengajuan Dosen Pembimbing 3. Pengumpulan Data

4. Pengolahan dan Analisis Data 5. Penyusunan Tugas Akhir 6. Bimbingan dan

Penyempurnaan Tugas Akhir 7. Penyelesaian Tugas Akhir


(15)

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang sejarah ringkas, struktur organisasi, uraian tugas (job description), jaringan usaha / kegiatan, kinerja usaha terkini, dan rencana usaha PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

BAB III : SISTEM INFORMASI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

Dalam bab ini penulis menguraikan tetang pengertian sistem informasi akuntansi, aktiva tetap, metode cara perolehan dan penyusutan aktiva tetap, manajemen aktiva tetap, dan unsur-unsur pengendalian intern aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

BAB IV : PENUTUP

Merupakan bagian akhir dari penyusunan tugas akhir yang terdiri dari kesimpulan serta saran yang dihasilkan dari penelitian ini. Dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai referensi dari kesimpulan yang diperlukan dalam penelitian.


(16)

BAB II

PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

A. Sejarah Ringkas

Sejarah keberadaan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berawal dari dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923, yakni ketika perusahaan swasta belanda bernama NV NIGEM / OGEM membangun sentral listrik di tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi kantor PLN Cabang Medan di Jl. Listrik No. 12 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan pada tahun 1924, di Tebing Tinggi tahun 1927, di Sibolga (oleh NV ANIWM) Berastagi dan Tarutung tahun 1929, di Tanjung Balai tahun 1931, di Labuhan Bilik tahun 1936 dan Tanjung Tiram pada tahun 1937.

Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, bergeraklah aksi karyawan perusahaan listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan listrik yang diambil alih itu kemudian diserahkan kepada Pemerintah RI yakni kepada Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu maka dengan Penetapan Pemerintah No.1 SD/45 ditetapkanlah tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik.

Dalam suasana hubungan antara Indonesia dan Belanda yang makin memburuk, maka pada tanggal 3 Oktober 1953 terbitlah Surat Keputusan Presiden


(17)

No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Setelah aksi ambil alih itu maka sejak tahun 1955 berdiri Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara (yang meliputi daerah Sumatera Timur dan Tapanuli) yang berpusat di Medan.

Pada bulan Maret 1958 dibentuk Penguasa Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (P3LG) yang merupakan gabungan antara pengusahaan listrik dan pengusahaan gas. Dalam perjalanannya, pada tahun 1959 P3LG berubah menjadi Direktorat Djenderal PLN (DDPLN). Pada tanggal 1 Januari 1961 dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU –PLN) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PUT No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan pun berubah. Perusahaan listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau diubah namanya menjadi PLN Eksploitasi. Pada tanggal dibentuklah 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara Kemudian dengan terbitnya Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkanlah pembagian daerah kerja PLN secara nasional menjadi 15 Kesatuan daerah Eksploitasi, dimana PLN Sumatera Utara ditetapkan menjadi PLN Eksploitasi I.

Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara tersebut, maka dengan Surat Keputusan Direksi PLN No. KPTS


(18)

009/DIRPLN/1966 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi empat cabang dan satu sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, dan Pematang Siantar (yang berkedudukan di Tebing Tinggi). Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 mengubah bentuk perusahaan menjadi Perusahaan Umum (PERUM) yang isinya mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab untuk membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh Wilayah RI. Dalam Surat Keputusan Menteri PUTL No. 01/PRT/73 menetapkan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera Utara. Menyusul kemudian terbit Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang mengubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah, dimana PLN Eksploitasi II berubah namanya menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.

Dengan berlakunya undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan, Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara ditetapkan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK). Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha penyediaan tenaga listrik, maka pada tanggal 16 Juni 1994 terbitlah Peraturan Pemerintah No.23/1994 yang isinya menetapkan status PLN yang berubah dari Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).

Sejak status perusahaan berubah, perkembangan kelistrikan di Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat. Hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas


(19)

kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi-indikasi pertumbuhan lainnya. Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara dimasa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996, dibentuklah organisasi baru bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara.

Dengan pembentukan Organisasi baru PT PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PT PLN (Persero) Wilayah II, maka fungsi – fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya dikelola oleh PT PLN (Persero) Wilayah II berpisah tanggung jawab pengelolaannya ke PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu, PT PLN (Persero) Wilayah II berkonsentrasi pada bidang distribusi dan penjualan tenaga listrik. Pada Tahun 2003 PT PLN (Persero) Wilayah II berubah namanya menjadi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara meliputi keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan luas 71.680,68 km2, dimana sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota dengan 417 kecamatan dan 5.856 desa/kelurahan.


(20)

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh-kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi insani.

Misi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

• Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

• Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

• Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

• Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Moto PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik (Electricity for a Better Life)

B. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut.

Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian instansi yang telah diterapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi


(21)

dalam instansi. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektivitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.

Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan persorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal melalui saluran tunggal. Keunggulan dari struktur organisasi, antara lain adanya pembagian tugas yang jelas, koordinasi dapat dilakukan dengan baik, dan keahlian khusus yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tertentu.

Setiap perusahaan pasti memiliki struktur organisasi, struktur organisasi sangat penting di dalam perusahaan karena berfungsi sebagai landasan bagi seluruh fungsi yang ada dalam organisasi untuk melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap fungsi. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara menganut struktur organisasi garis lurus staf ( line staff organization ) yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut karena:

1. Pembagian tugas secara jelas dapat dibedakan.

2. General manager langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah ditentukan berdasarkan spesialisasi tugas.


(22)

Wewenang dari puncak pimpinan dilimpahkan sepenuhnya kepada bawahannya dalam bidang pekerjaan sepanjang yang menyangkut bidang kerjanya. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dipimpin oleh seorang General Manager yang membawahi beberapa manajer bagian yang terdiri dari:

1. Manajer bidang SDM dan umum 2. Manajer bidang distribusi

3. Manajer bidang perencanaan 4. Manajer bidang keuangan

5. Manajer bidang niaga dan pelayanan pelanggan

C. Uraian Tugas ( job description )

Adapun uraian tugas dari PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah:

1. General Manager

Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh sumber daya secara efisien, efektif dan sinergis; pengelolaan pengusahaan pembangkitan, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai secara efisien, meningkatkan mutu dan keandalan serta pelayanan pelanggan; dan memastikan terlaksananya


(23)

Good Corporate Governance (GCG) di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Melakukan kegiatan pengusahaan pembangkitan (skala kecil) secara efisien, hemat energi, handal dan ramah lingkungan.

b. Mengusulkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) Wilayah Sumatera Utara.

c. Memastikan program rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) Wilayah Sumatera Utara dilaksanakan sesuai penetapan direksi.

d. Menetapkan kebijakan strategis terkait pengelolaan pengusahaan pembangkitan, penditribusian dan penjualan tenaga listrik Wilayah Sumatera Utara.

e. Menjamin pengelolaan kegiatan pengusahaan pembangkitan, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang baik dalam upaya peningkatan pelayanan pelanggan.

f. Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu termasuk menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya, memonitor dan mengendalikan pelaksanaannya.

g. Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme niaga dan operasi yang telah ditetapkan Direksi.


(24)

h. Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan manajemen resiko Wilayah Sumatera Utara.

i. Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota organisasi. j. Menetapkan Laporan Manajemen Wilayah Sumatera Utara.

2. Manajer Bidang SDM dan Umum

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan manajemen SDM berbasis kompetensi, pengembangan organisasi, evaluasi tingkat organisasi unit, perencanaan tenaga kerja, dan anggaran kepegawaian, pengelolaan data dan administrasi kepegawaian serta hubungan industrial.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Mengelola pengembangan organisasi.

b. Mengelola pengembangan sumber daya manusia.

c. Mengelola manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi. d. Mengelola administrasi dan data kepegawaian.

e. Mengelola perencanaan tenaga kerja.

f. Mengelola perencanaan anggaran kepegawaian.

g. Mengelola evaluasi tingkat organisasi unit pelaksana dan sub unit pelaksana.

h. Membina hubungan industrial. i. Menyusun laporan manajemen


(25)

3. Manajer Bidang Distribusi

Bertanggung jawab atas tersusunnya rencana operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi serta penerapan manajemen lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, menciptakan kerangka pelaksanaan kerja sehingga dapat mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang efektif, efisien, memenuhi tingkat mutu dan keandalan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Menyusun rencana kebijakan operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi.

b. Menyusun anggaran biaya operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi beserta sarananya.

c. Membuat pedoman pemeilharaan jaringan distribusi.

d. Menyusun rencana kebutuhan material dan jasa pemeliharaan jaringan distribusi.

e. Mengendalikan pelaksanaan pemeliharaan jaringan distribusi.

f. Melaksanakan manajemen aset distribusi (updating DIJ, Relokasi, Penghapusan).

g. Membina pelaksanaan manajemen lingkungan sesuai standar. h. Mengevaluasi dan menyusun tingkat mutu pelayanan.


(26)

i. Menyusun usulan pengembangan, sarana komunikasi dan otomatisasi operasi jaringan distribusi.

j. Melaksanakan analisa dan evaluasi terhadap gangguan jaringan distribusi.

k. Melaksanakan analisa dan evaluasi terhadap susut energi listrik. l. Membina pelaksanaan P2TL.

m. Menyusun dan mengendalikan operasi / pemeliharaan pembangkit isolated Universi.

4. Manajer Bidang Perencanaan

Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan kerja, sistem menajemen kinerja, perencanaan investasi, pengembangan aplikasi sistem informasi, untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang memiliki efisiensi, mutu dan keandalan yang baik serta upaya pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Menyusun Rencana Umum Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL), Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).

b. Menyusun rencana pengembangan sistem ketenagalistrikan. c. Menyusun sistem manajemen kinerja unit-unit kerjanya.


(27)

d. Menyusun metoda evaluasi kelayakan investasi dan melakukan penilaian finansialnya.

e. Mengembangkan hubungan kerjasama dengan pihak lain dan penyandang dana, baik secara bilateral maupun miltilateral.

f. Menyusun rencana pengembangan sistem teknologi informasi dan aplikasi pengembangan sistem informasi.

g. Mengendalikan aplikasi-aplikasi teknologi informasi. h. Menyiapkan SOP pengelolaan aplikasi sistim informasi.

i. Menyusun laporan manajemen dan database pada Bidang Perencanaan.

5. Manajer Bidang Keuangan

Bertanggung jawab atas penyelanggaraan keuangan sesuai dengan pronsip-prinsip manajemen keuangan yang baik, pengelolaan pajak dan asuransi yang efektif serta penyajian laporan keuangan dan akuntansi yang akurat dan tepat waktu.

Rincian tugas pokok sebagai berikut :

a. Menyusun kebijakan anggaran dan proyeksi keuangan perusahaan. b. Menyusun biaya perolehan pokok (BPP) per transaksi dan atau

perfungsi.


(28)

d. Mengendalikan aliran kas pendapatan. e. Mengendalikan aliran kas pembiayaan. f. Melakukan pengelolaan keuangan.

g. Melakukan analisis dan evaluasi laporan keuangan unit-unit. h. Menyusun laporan konsolidasi.

i. Menyusun laporan rekonsiliasi keuangan.

j. Menyusun dan menganalisa kebijakan resiko dan penghapusan asset. k. Melakukan pengelolaan pajak asuransi.

l. Membuat RKAP bersama bidang perencanaan danbidang lainnya. m. Menyusun dan mengelola manajemen mutu dan menerapkan tata

kelola yang baik.

n. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.

6. Manajer Bidang Niaga dan Pelayanan Pelanggan

Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari penjualan tenaga listrik, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan dan transaksi pembelian tenaga listrik yang memberikan nilai tambah bagi Perusahaan, serta ketersediaan standar pelaksanaan kerja dan tercapainya interaksi kerja yang baik antar unitunit pelaksana.


(29)

a. Menyusun ketentuan dan strategi pemasaran.

b. Menyusun rencana penjualan energi dan rencana pendapatan. c. Mengevaluasi harga jual energi listrik.

d. Menghitung biaya penyediaan tenaga listrik. e. Menegosiasikan harga jual beli tenaga listrik.

f. Menyusun strategi dan pengembangan pelayanan pelanggan. g. Menyusun standar dan produk pelayanan.

h. Menyusun ketentuan data induk (DIL) dan data induk saldo (DIS). i. Menyusun konsep kebijakan sistem informasi pelayanan pelanggan. j. Melakukan pengendalian DIS dan opname saldo piutang.

k. Mengkoordinasikan pelaksanaan penagihan kepada pelanggan tertentu antara lain TNI/POLRI dan instansi vertikal.

l. Mengkaji pengelolaan pencatatan meter dan menyusun rencana penyempurnaannya.

m. Menyusun mekanisme interaksi antar unit pelaksana.

n. Menyusun rencana pengembangan usaha baru serta pengaturannya. o. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.

p. Menyusun dan mengelola manajemen mutu. q. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. r. Menyusun laporan manajemen dibidangnya.


(30)

D. Jaringan Usaha / Kegiatan

PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Bergerak dalam bidang pendistribusian tenaga listrik Membawahi beberapa cabang yang memegang beberapa rayon dan Ranting. Adapun PLN CABANG MEDAN yaitu terletak di jl. Listrik Medan, PT. PLN Yang bergerak Dibidang Proyek Pembangkit dan Jaringan Sumatera, Aceh dan Riau (PIKITRING SUAR) di Jl. DR.Cipto No 12 Medan, ada beberapa cabang dan rayon di Tanjung Pura, Pangkalan Brandan, Brastagi, Tarutung, sibolga, dan akan berencana membuka Cabang Proyek pembangkit Jaringan Di Nias.

E. Kinerja Usaha Terkini

Adapun Kinerja Usaha Terkini yang telah dicapai oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah:

1. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah menjalin kerjasama dengan PT. INALUM untuk mengatasi Defisit Produksi Listik.

2. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara pada saat ini telah mampu meminimalisir Pencurian Arus Listrik dengan mengadakan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL).


(31)

F. Rencana Usaha

PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memegang beberapa cabang yang bergerak dalam pendistribusian tenaga listrik. Adapun beberapa rencana yang akan di realisasikan yaitu:

1. Menambah Proyek Pembangkit di Nias, Aceh dan beberapa daerah lainnya.

2. Mengadakan pemasangan distribusi listrik ke desa-desa yang terpencil. 3. Membuat kesepakatan fokus penekanan distribusi dengan fokus akurasi

pengukuran. Dengan Langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memastikan bahwa titik transaksi terukur dengan benar. b. Memastikan bahwa Kwh terbaca dengan baik.

c. Meningkatkan kompetensi kualitas SDM pengukuran melalui pelatihan.

4. Melaporkan Neraca alergi melalui fasilitas secara disiplin dan tepat waktu.

5. Mencatat dan menghitung susut dengan jujur dan akurat.

Sedangkan mengenai fungsi pengintegrasian pada PT. PLN (Persero) ini akan diatur dan dilaksanakan lebih baik lagi. Adapun strateginya dengan meningkatkan kualitas SDM manejer Sumber Daya Manusia, Mencari cara untuk lebih meningkatkan motivasi karyawan, mengamati kinerja karyawan serta


(32)

memperhatikan minat, kemauan, kebutuhan, dan keluhan yang di alami oleh karyawan. Selain itu juga PT. PLN (Persero) akan berusaha untuk memperkecil terjadinya konflik dalam Perusahaan. Strategi yang digunakan adalah dengan menambah pengawasan pada karyawan, dengan begitu diharapkan dapat membantu meningkatkan proses integrasi guna meningkatkan produktifitas perusahaan.


(33)

BAB III

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

A. Akuntansi Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan salah satu komponen aktiva yang berperan penting dalam kegiatan usaha perusahaan. Aktiva tetap biasanya menyangkut jumlah dana yang sangat besar dan untuk beberapa perusahaan tertentu jumlah aktiva tetap adalah yang terbesar dibandingkan jenis aktiva lainnya

Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tetapi pada prinsipnya pengertian aktiva tetap ini memiliki makna dan tujuan yang sama. Ada beberapa defenisi aktiva tetap yang diungkapkan oleh para ahli, seperti defenisi aktiva tetap menurut Mulyadi (2001 : 591) menyebutkan bahwa aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK No. 17 : 1494, Revisi 2007), menyebutkan bahwa aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :


(34)

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.

b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Pengertian aktiva tetap dalam akuntansi yaitu semua aktiva berwujud yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk membantu operasi perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 : No. 16) dikemukakan defenisi aktiva tetap adalah sebagai berikut :

“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”

Kieso, Weygandt dan Warfield (2001 : 500) mengemukakan :

“Property, plant, and equipment are properties of durable nature used in the regular operation of the business”

Sesuai dengan definisi yang telah dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) diatas tentang aktiva tetap, maka definisi aktiva tetap menurut PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah disesuaikan dengan standar akuntansi keuangan.

Dari definisi aktiva tetap di atas dinyatakan bahwa aktiva tetap tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi,


(35)

digunakan dalam bentuk operasi perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva tetap mempunyai usia yang terbatas kecuali tanah, dan aktiva tetap bersifat non moneter dalam artian masa manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang tertentu.

2. Penggolongan Aktiva Tetap

Dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain: 1. Sudut Substansi

a. Aktiva berwujud (tangible assets) seperti tanah, gedung, mesin, dan lain-lain.

b. Aktiva tidak berwujud (intangible assets) seperti hak cipta, hak paten, franchise, dan lain-lain.

2. Sudut Disusutkan atau Tidak

a. Aktiva tetap yang dapat disusutkan (depreciated plant assets) seperti gedung, mesin, peralatan, dan lain-lain.

b. Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan (undepreciated plant assets) seperti tanah.

3. Berdasarkan Jenis

Aktiva tetap berdasarkan jenis seperti tanah, bangunan, gedung, mesin, kenderaan, inventaris.

Sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Ikatan Alumni Indonesia di atas terkait ciri-ciri aktiva tetap, maka seluruh kategori yang


(36)

ada pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan dimana aktiva tetap yang ada memiliki ciri-ciri sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu berwujud dimiliki oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.

Beberapa aktiva tetap yang dimiliki oleh PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara antara lain:

a. Bangunan gedung dan kelengkapan halaman b. Peralatan kantor

c. Komputer d. Kendaraan

3. Perolehan Aktiva Tetap

Dalam menjalankan aktivitasnya, suatu perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap dengan beberapa cara, yakni dengan pembelian, disumbangkan (hadiah), dibangun sendiri.

1. Pembelian

Pembelian suatu aktiva tetap dapat dilakukan secara tunai dan kredit. Secara tunai bisa dilakukan apabila perusahaan memiliki dana yang cukup untuk memperolehnya. Dalam perkiraan, aktiva tetap tersebut dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian tersebut. Biaya-biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan adalah aktiva tetap itu sendiri ditambah dengan


(37)

biaya-biaya terkait pembelian aktiva tetap tersebut seperti pajak penjualan, biaya pengangkutan, asuransi dalam perjalanan, bea nama balik, dan biaya pemasangan.

Dengan begitu aktiva tetap dapat diakui oleh perusahaan pada saat aktiva tetap tersebut diterima sebesar harga perolehannya. Pajak pertambahan nilai, ongkos angkut, asuransi selama aktiva dalam perjalanan, fondasi khusus dan biaya pemasangan harus ditambahkan ke harga pembelian tersebut ditambah biaya-biaya reparasi atau perbaikan agar dapat dipakai. Nilai buku dari pihak yang dijual tidak perlu diperhatikan.

Jika perusahaan melakukan pembelian secara kredit, maka dalam aktiva tetap yang bersangkutan dicatat sebesar nilai tunainya. Sedangkan selisih anatara nilai tunai dengan harga pembelian kredit tersebut dianggap sebagai beban bunga. Unsur bunga dan financing cost yang terdapat di dalamnya harus dikeluarkan dan diperlukan sebagai biaya dalam periode dimana pembayaran itu terjadi. Oleh karena itu harus dicatat dalam perkiraan beban bunga.

2. Aktiva Tetap yang Dihadiahkan

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan disebut

nonreciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan

balik. Aktiva ini wajib dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai


(38)

yang independen (appraisal company) dan dikredit modal donasi (donate capital). Akltiva tetap yang dihadiahkan dicatat sebagai aktiva apabila hak atas aktiva tetap tersebut sudah diterima. Apabila ada biaya-biaya dalam rangka perolehan ini, maka dicatat sebagai resume expenditure. Contohnya biaya surat-surat, akte, dan sebagainya.

3. Aktiva yang Dibangun Sendiri

Dalam memperoleh suatu aktiva terkadang dilakukan dengan cara dibangun sendiri. Hal ini dikarenakan biaya perolehannya akan lebih rendah, selain itu kualitas aktiva tetap akan lebih baik. Biaya perolehan aktiva tetap meliputi seluruh biaya-biaya pembuatannya termasuk bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead langsung maupun tidak langsung yang merupakan biaya-biaya di luar biaya operasional perusahaan sehari-hari. Menentukan jumlah overhead tidak langsung yang akan dialokasikan pada aktiva yang dikerjakan bukanlah hal yang mudah.

4. Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Sundjaja dan Barlian (2002;75) “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi”.

Hal-hal yang menyebabkan penyusutan biasa diidentifikasikan sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik terjadi disebabkan kerusakan ketika digunakan, dan karena cuaca.


(39)

Sedangkan penyusutan fungsional terjadi karena aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan.

Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan periodik yang sama sepanjang umur aktiva. Metode unit produksi menghasilkan jumlah beban penyusutan periodik beragam, tergantung dari tingkat pemakaian aktiva. Metode saldo menurun menghasilkan jumlah penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal pemakaian aktiva, yang kemudian terus menurun. Untuk alasan ini metode saldo menurun dinamakan produktivitas atau kemampuan menghasilkan pendapatan dari aktiva terjadi lebih tajam pada tahun-tahun awal pemakaian aktiva. Lebih jauh pemakaian metode ini dapat dibenarkan dengan alasan bahwa reparasi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya umur aktiva. Dengan demikian berkurangnya jumlah penyusutan dalam tahun-tahun akhir, akan ditutupi oleh meningkatnya beban reparasi.

Dalam perhitungan penyusutan aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara menggunakan metode garis lurus yang diatur dalam SK No.054/DIRJ1988 dan telah dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun. penyusutan dilakukan pada semua aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, kecuali aktiva tetap tanah dan hak atas tanah.


(40)

Ada bebarapa alasan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara membuat penyusutan terhadap aktiva tetap yaitu disebabkan oleh penuaan fisik, dan perubahan teknologi.

1. Penuaan Fisik

Penyusutan dapat dikarenakan penggunaannya yang dipengaruhi oleh cuaca maupun suhu seperti panas maupun dingin. Perawatan secara rutin disertai pemeliharaan yang baik dapat menambah masa manfaat dan penggunaan suatu aktiva tetap. Namun lambat laun seluruh aktiva terkecuali tanah sewaktu-waktu harus diganti.

2. Perubahan Teknologi

Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat dari aktiva tetap. Contohnya komputer, manfaat dari komputer dapat habis sebelum masanya dikarenakan perubahan teknologi yang begitu cepat ditambah lagi karena perusahaan mengikuti sistem yang ada di luar negeri. Untuk menghitung beban penyusutan aktiva tetap PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara menggunakan metode garis lurus.

Metode penyusutan dengan garis lurus dianggap sederhana dan relatif mudah ini diterapkan terhadap semua jenis aktiva tetap. Pengalokasian dilakukan apabila aktiva tetap yang bersangkutan benar-benar telah digunakan dalam aktivitas perusahaan. Bentuk persentase penyusutan dari taksiran masa manfaat berbeda-beda sesuai dengan kategorinya.


(41)

5. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap

Selama menggunakan aktiva tetap untuk kegiatan usahanya, perusahaan seringkali mengadakan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap tersebut. Pengeluaran-pengeluaran tersebut biasanya ditujukan untuk :

1. Mempertahankan kesinambungan kerja 2. Menambah masa manfaat (umur ekonomis) 3. Meningkatkan kapasitas dan efisiensi

Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi selama penggunaan aktiva tetap dibagi dalam dua kategori yaitu :

a. Pengeluaran Modal

Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 162) menyatakan “penggunaan setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu, produksi, atau peningkatan, standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan”.

Sedangkan Skousen (2004 : 449) menyatakan “jika pengeluaran dihapuskan akan memberi sumbangan terhadap upaya mendatangkan pendapat lebih dari satu tahun fiskal, maka pengeluaran tersebut disebut pengeluaran modal”.


(42)

Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 104) mengemukakan bahwa: Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk menjaga manfaat perekonomian pada masa yang akan datang yang dapat diharapkan perusahaan untuk mempertahankan standar kinerja semula suatu aktiva, biasanya diakui sebagai beban saat terjadi. Contoh, biaya pengeluaran dan reparasi (servicing) atau turun mesin (over houling) pabrik dan peralatan biasanya merupakan beban, karena memelihara dan meningkatkan standar kinerja semula.

6. Penarikan Aktiva Tetap

Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya baik secara normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan penggunaanya dapat disebabkan aktiva tetap sudah berakhir masa umurnya, aktiva tetap rusak dan tidak dapt dipergunakan lagi oleh perusahaan.

Akibat yang timbul dari penghentian aktiva tetap beroperasi ini adalah timbulnya kerugian atapun keuntungan. Menurut PSAK (2007 : 16) “Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi”.

Penghentian aktiva tetap dapat berpengaruh langsung terhadap proses produksi, untuk penggantian aktiva dengan yang baru tersebut. Proses produksi dapat terganggu apabila ternyata aktiva tetap merupakan sarana yang vital bagi perusahaan.


(43)

Cara penarikan aktiva tetap yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dilakukan dengan cara dibuang, dijual, dan ditukar dengan aktiva lain.

1. Dengan Cara Dibuang

Dibuang dalam hal ini lebih dimaksudkan dinonaktifkan. Hal ini dikarenakan aktiva tetap tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan serta sudah tidak memiliki nilai residu atau nilai pasar.

2. Dengan Cara Dijual

Penjualan aktiva tetap yang sudah tidak produktif lagi dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit. Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat dijual lagi dengan cara lelang.

3. Dengan Cara Ditukar dengan Aktiva Lain

Dalam hal ini peralatan lama ditukar dengan peralatan baru yang sama penggunaannya. Jika nilai tukar lebih besar daripada nilai buku, maka diperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika nilai tukar lebih kecil daripada nilai buku, berarti pertukaran tersebut mendatangkan kerugian.

B. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Widjajanto (2001 : 41) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi adalah ”Susunan berbagai fomulir, catatan, peralatan, termasuk komputer dan


(44)

perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang terkoordinasikan secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen”. Sistem Informasi Akuntansi juga berperan sebagai pengaman harta kekayaan perusahaan. Apabila dikaitkan pengertiannya sebagai suatu sistem, sistem akan terdiri dari rangkaian input, proses, dan output. Menurut definisi, data adalah bahan baku informasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi disusun berdasarkan input yang berupa data akuntansi.

C. Pengertian Pengendalian Internal

Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan pada umumnya menggunakan Sistem Pengendalian Internal untuk mengarahkan operasi perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.

Menurut Mulyadi (2002 : 181), menyatakan bahwa, “Sistem Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yakni kendala pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi”. Menurut Niswonger Warren Reeve Fees (2000:183), “Pengendalian Internal (internal control) merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari


(45)

penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, dan memastikan bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya.”

Berdasarkan pengertian-pengertian pengendalian internal diatas, kita dapat memahami bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu yang saling berkaitan. Dengan adanya penerapan pengendalian intern dalam setiap kegiatan operasi perusahaan, maka diharapkan tidak akan terjadi tindakan-tindakan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya penggelapan baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.

D. Unsur-unsur Pengendalian Intern Aktiva Tetap

Unsur-unsur pengendalian intern aktiva tetap adalah sebagi berikut: 1. Organisasi

Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang melakukan pemisahan fungsi, berikut diuraikan organisasi sebagai unsur pengendalian intern antara lain:

a. Fungsi pemakai harus terpakai dari fungsi akuntansi aktiva tetap. Untuk mengawasi aktiva tetap dan pemakaiannya, fungsi yang mencatat semua data yang bersangkutan dengan aktiva tetap harus dipisah dari dungsi pemakai aktiva tetap.

b. Transaksi perolehan, penjualan, penghentian pemakaian aktiva tetap harus dilaksanakan oleh lebih dari unit organisasi yang bekerja


(46)

secara independen. Untuk menciptakan pengecekan intern dalam setiap transaksi yang mengubah aktiva tetap, unit organisasi dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun transaksi yang mengubah aktiva tetap yang dilaksansakan secara penuh hanya oleh satu unit organisasi saja.

2. Sistem Otorisasi

Sistem otorisasi dirancang untuk memudahkan pengendalian intern anggran pengadaan aktiva tetap, sistem otorisasi yang baik akan diuraikan sebagai berikut:

a. Anggaran investasi diotorisasi oleh rapat umum pemegang saham. Karena investasi dalam aktiva tetap umumnya meliputi jumlah rupiah yang besar dan menyebabkan keterikatan dana dalam jangka waktu yang lama, maka penggunaan anggaran investasi merupakan sasaran yang baik sebagai alat pengendalian invesatasi dalam aktiva tetap. Anggaran investasi dalam aktiva tetap ini diotorisasi oleh pemilik perusahaan sebagai dasar dalam melaksanakan perubahan terhadap rekening aktiva tetap.

b. Surat permintaan otorisasi investasi diotorisasi oleh direktur yang bersangkutan. Setiap realisasi investasi yang tercantum dalam anggaran investasi harus mendapat persetujuan dari direktur yang bersangkutan sebelum disetujui pelaksanaannya oleh direktur utama perusahaan.


(47)

c. Surat permintaan otorisasi reparasi diotorisasi oleh direktur utama. Surat otorisasi reparasi yang berisi persetujuan dilaksanakannya pengeluaran modal harus mendapat persetujuan otorisasi oleh direktur utama.

d. Surat perintah kerja diotorisasi oleh kepala departemen yang bersangkutan. Work order yang berisi persetujuan dilaksanakannya pengeluaran modal untuk pembanguna, reparasi, pembongkaran aktiva tetap harus mendapat otorisasi oleh kepala departemen yang bersangkutan.

e. Surat order pembelian diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Jika jumlah harga beli aktiva tetap tinggi, otorisasi surat order pembelian berada di tangan direktur utama.

f. Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan. Laporan penerimaan aktiva tetap yang dikirimkan oleh pemasok harus mendapat otorisasi oleh fungsi penerimaan.

g. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi. Bukti kas keluar yang berisi persetujuan dilaksanakannya pengeluaran kas untuk pembayaran harga aktiva tetap yang dibeli harus mendapat otorisasi oleh fungsi akuntansi.

h. Bukti memorial diotorisasi oleh fungsi akuntansi. Bukti memorial yang berisi persetujuan dilaksanakannya up dating terhadap kartu


(48)

aktiva tetap dan jurnal umum harus diotorisasi oleh kepala fungsi akuntansi.

3. Prosedur Pencatatan

Perubahan kartu aktiva tetap harus didasarkan pada bukti kas keluar dan bukti memorial yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap, yang diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Setiap pemutakhiran data yang dicatat dalam kartu aktiva tetap harus dilakukan oleh fungsi akuntansi, dan harus didasarkan pada dokumen sumber yang diotorisasi oleh pejabat yang berwenang serta dilampiri dokumen pendukung yang sahih.

4. Praktik yang Sehat

Praktik yang sehat memudahkan pengendalian intern terhadap aktiva tetap. Dalam melakukan pemeliharaan akttiva tetap perlu dilakukan pencocokan aktiva tetap secara fisik dengan kartu aktiva tetap. Berikut diuraikan pengendalian intern melalui praktik yang sehat antara lain:

a. Secara periodik dilakukan pencocokan fisik aktiva tetap dengan kartu aktiva tetap. Pengawasan intern yang baik mensyaratkan data dalam kartu aktiva tetap secara fisik.

b. Penggunaan anggaran investasi sebagai alat pengendalian investasi dalam aktiva tetap. Pengawasan investasi dalam aktiva tetap yang baik dilaksanakan dengan menggunakan perencanaan yang dituangkan dalam anggaran investasi. Anggaran investasi ini disusun


(49)

setelah dilakukan telaah dan studi kelayakan terhadap ususlan investasi.

c. Penutupan asuransi aktiva tetap terhadap kerugian. Untuk mencegah kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran dan kecelakaan, aktiva tetap harus diasuransikan dengan jumlah pertanggungan yang memadai.

d. Kebijakan akuntansi tentang pemisahan pengeluaran modal (capital

expenditures) dengan pengeluaran pendapatan (revenue

expenditures). Kebijakan akuntansi tentang perbedaan pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan harus dinyatakan secara eksplisit dan tertulis untuk menjamin konsistensi perlakuan akuntansi terhadap kedua macam pengeluaran tersebut.

Dalam hal ini PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah melakukan seluruh unsur pengendalian intern seperti yang telah dikemukakan di atas.

E. Hubungan Sistem Informasi Akuntansi dengan Pengendalian Internal

Sistem informasi akuntansi dirancang sedemikian rupa oleh suatu perusahaan sehingga dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang tepat waktu, relevan dan dapat dipercaya. Dalam suatu sistem informasi akuntansi terkandung unsur-unsur pengendalian, maka baik buruknya sistem informasi akuntansi sangat mempengaruhi fungsi manajemen dalam melakukan pengendalian internal, karena informasi yang dihasilkannya akan


(50)

dijadikan salah satu dasar dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Mengingat begitu pentingnya penerapan sistem informasi akuntansi dalam suatu perusahaan, maka tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau suatu perusahaan tidak memiliki sistem informasi akuntansi yang memadai. Perusahaan tersebut mungkin tidak dapat memproses transaksinya secara jelas, terinci dan terstruktur. Kemudian perusahaan tersebut mungkin tidak akan memperoleh informasi yang relevan dan dapat dipercaya yang diperlukannya untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan yang menyangkut aktivitas dan kelangsungan hidup perusahaan.

Selanjutnya karena sistem informasi akuntansi di dalamnya mengandung unsur-unsur pengendalian, maka perusahaan mungkin tidak dapat menjalankan pengendalian-pengendalian yang diterapkannya dengan baik. Karena pengendalian tidak dijalankan dengan baik, tidak menutup kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan kecurangan-kecurangan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja. Jika penyimpangan dan kecurangan sudah terjadi otomatis aktiva yang dimiliki perusahaan terancam keselamatannya dan aktivitas yang dilakukan menjadi tidak efektif dan efisien.

F. Prosedur Dokumen Aktiva Tetap 1. Struktur Kode Aktiva Tetap

Jika perusahaan memilki berbagai jenis aktiva tetap di berbagai lokasi, untuk memudahkan identifikasi aktiva tetap, diperlukan kode yang mampu


(51)

memberikan informasi lengkap mengenai aktiva tetap. Di antara informasi penting yang perlu dicerminkan dalam kode aktiva tetap adalah golongan aktiva tetap, jenis aktiva tetap, lokasi portability, tahun perolehan, fungsi yang bertanggung jawab dalam pemakaian aktiva tersebut. Oleh karena itu, jika perusahaan menggunakan kode angka kelompok (group code), maka berikut ini disajikan struktur kode aktiva tetap.

Contoh penggunaan kode aktiva tetap disajikan sebagai berikut:

X XX XX XX XX XX

Golongan aktiva tetap Jenis ativa tetap Tahun perolehan Fungsi

Lokasi

Portability

Dalam hal ini PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah menggunakan metode di atas dan dapat dilihat pada pemberian kode gudang seperti di bawah ini:

Gedung 2 2 03 22101 0

Keterangan : 2 gedung, 2 gudang, 3 fungsi, 03 tahun perolehan, 2 Medan, 2 Gedung, lantai 1, kamar 01, 0 Tidak dapat dipindahkan.


(52)

2. Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap adalah:

1. Kartu aktiva tetap 2. Jurnal umum

3. Register bukti kas keluar

Kartu Aktiva Tetap, yatitu catatan akuntansi yang merupakan buku

pembantu aktiva tetap yang digunakan untuk mencatat secara rinci segala data yang bersangkutan dengan aktiva tetap tertentu.

Jurnal Umum, digunakan untuk mencatat transaksi harga pokok aktiva tetap yang telah dibangun, biaya-biaya untuk pemasangan dan pembongkaran aktiva tetap, penghentian pemakaian aktiva tetap, dan depresiasi aktiva tetap.

Register Bukti Kas Keluar, digunakan untuk mencatat transaksi

pembelian aktiva tetap dan pengeluaran modal yang berupa pengeluaran kas. Dalam hal ini PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah melakukan pencatatan akuntansi seperti yang diuraikan di atas.

3. Prosedur Dokumen Aktiva Tetap

Dokumen yang digunakan untuk merekam data transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan adalah :


(53)

a. Surat permintaan otorisasi investasi (expenditures authorization

request). Karena investasi dalam aktiva tetap biasanya meliputi

jumlah rupiah yang relatif besar dan mencakup keterikatan dana dalam jangka waktu yang relatif panjang, maka pengendalian aktiva tetap dilakukan melalui perencanaan yang matang. Perencanaan pengeluaran investasi dalam aktiva tetap dimulai dengan diajukannya usulan investasi kepada manajemen puncak. Melalui staff direksi, usulan investasi diteliti kelayakan teknis dan ekonomisnya yang hasilnya dituangkan dalam laporan studi kelayakan. Studi kelayakn tersebut digunakan untuk menyusun anggaran investasi (capital budget) untuk disetujui / diotorisasi oleh rapat umum pemegang saham. Untuk melaksanakan investasi yang tercantum dalam anggaran investasi diperlukan dokumen untuk meminta dana yang telah diizinkan oleh rapat umum pemegang saham. Dokumen ini disebut surat permintaan otorisasi investasi. b. Surat Permintaan Reparasi (authorization for repair), berfungsi

sebagai perintah dilakukannya reparasi yang merupakan pengeluaran modal.

c. Surat Permintaan Transfer Aktiva Tetap, dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi transfer aktiva tetap.


(54)

d. Surat Permintaan Penghentin Pemakaian Aktiva Tetap, dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi penghentian pemakaian aktiva tetap.

e. Surat Perintah Kerja (work order), yaitu dokumen yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai perintah dilaksanakannya pekerjkaan tertentu mengenai aktiva tetap dan sebagai catatan yang dipakai untuk mengumpulkan biaya pembuatan aktiva tetap. Dokumen ini digunakan sebagai perintah kerja pemasangan aktiva tetap yang dibeli, pembongkaran aktiva tetap yang dihentikan pemakaiannya. f. Surat Order Pembelian, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi

pembelian yang merupakan surat untuk memesan aktiva kepada pemasok.

g. Laporan Penerimaan Barang, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi ini melakukan pemeriksaan kuantitas, mutu, dan spesifikasi aktiva tetap yang diterima dari pemasok.

h. Faktur dari Pemasok, yaitu dokumen yang merupakan tagihan sari pemassok atas aktiva tetap yang telah dibeli.

i. Bukti Kas Keluar, mmerupakan perintah pengeluaran kas yang dibuat oleh fungsi akuntansi setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok diterima dan diperiksa oleh fungsi tersebut.


(55)

j. Bukti Memorial, digunakan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi depresiasi aktiva tetap, harga pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, penghentian pemakaian aktiva tetap, dan pengeluaran modal.


(56)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang pembangunan pembangkit jaringan listrik di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

2. Struktur organisasi pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah berbentuk garis lurus staf (line staff organization) yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut karena adanya General Manager yang langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah ditentukan berdasarkan spesialisasi tugas.

3. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memperoleh aktiva tetapnya dengan tiga cara yakni dengan membeli dengan tunai, membuat sendiri, dan pemberian atau hibah.

4. Dalam menetapkan beban penyusutan setiap periode, perusahaan ini menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method) untuk semua jenis aktiva tetap kecuali tanah dan hak atas tanah.

5. Penghentian dan pelepasan aktiva tetap telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pelepasan dilakukan karena tidak ada manfaat ekonomi di masa depan yang diharapkan oleh perusahaan. Penghentian


(57)

pemakaian aktiva tetap dilakukan apabila aktiva tetap tersebut, dijual ataupun telah rusak.

B. Saran

1. Penggolongan aktiva tetap yang tetap dan sistematis akan memudahkan pencatatan dan pengawasan aktiva tetap. Hal ini perlu diteruskan khususnya jika terjadi penambahan aktiva tetap.

2. Perusahaan perlu memperhatikan tingkat pemeliharaan terhadap aktiva tetap dikarenakan pengeluaran untuk biaya penggantian terhitung cukup besar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyelewengan dan aktiva tidak cepat rusak, sehingga pengeluaran biaya dapat diminimumkan sekecil mungkin.

3. Mengingat nilai aktiva tetap yang cukup materil dan merupakan perangkat yang mendominasi jalannya operasi perusahaan sebaiknya pimpinan perusahaan mempertimbangkan kemungkinan mengasuransikan harta kekayaan perusahaan.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Hall, James A, 2009, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Keempat, Salmeba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Akuntansi AktivaTetap, Edisi pertama, Penerbit PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Mulyadi, 2002, Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta.

Niswonger, Warren, Reeve, Fees, 2000, Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi 19, Penerjemah: Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Stice, Earl K., James D. Stice, dan K. Fred Skousen, 2004, Akuntansi Intermediate, Buku Satu, Edisi Kelima Belas, Alih Bahasa Safrida R. Parulian dan Ahmad Maulana, Salemba Empat, Jakarta.

Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian, 2002, Manajemen Keuangan Dua, Edisi Ketiga, PT Prenhallindo, Jakarta.

Warren, Carl S, James M. Reeve, Philip E. Fess, 2005, Pengantar Akuntansi, Terjemahan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik H, 2005, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(1)

a. Surat permintaan otorisasi investasi (expenditures authorization request). Karena investasi dalam aktiva tetap biasanya meliputi jumlah rupiah yang relatif besar dan mencakup keterikatan dana dalam jangka waktu yang relatif panjang, maka pengendalian aktiva tetap dilakukan melalui perencanaan yang matang. Perencanaan pengeluaran investasi dalam aktiva tetap dimulai dengan diajukannya usulan investasi kepada manajemen puncak. Melalui staff direksi, usulan investasi diteliti kelayakan teknis dan ekonomisnya yang hasilnya dituangkan dalam laporan studi kelayakan. Studi kelayakn tersebut digunakan untuk menyusun anggaran investasi (capital budget) untuk disetujui / diotorisasi oleh rapat umum pemegang saham. Untuk melaksanakan investasi yang tercantum dalam anggaran investasi diperlukan dokumen untuk meminta dana yang telah diizinkan oleh rapat umum pemegang saham. Dokumen ini disebut surat permintaan otorisasi investasi. b. Surat Permintaan Reparasi (authorization for repair), berfungsi

sebagai perintah dilakukannya reparasi yang merupakan pengeluaran modal.

c. Surat Permintaan Transfer Aktiva Tetap, dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi transfer aktiva tetap.


(2)

d. Surat Permintaan Penghentin Pemakaian Aktiva Tetap, dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi penghentian pemakaian aktiva tetap.

e. Surat Perintah Kerja (work order), yaitu dokumen yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai perintah dilaksanakannya pekerjkaan tertentu mengenai aktiva tetap dan sebagai catatan yang dipakai untuk mengumpulkan biaya pembuatan aktiva tetap. Dokumen ini digunakan sebagai perintah kerja pemasangan aktiva tetap yang dibeli, pembongkaran aktiva tetap yang dihentikan pemakaiannya. f. Surat Order Pembelian, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi

pembelian yang merupakan surat untuk memesan aktiva kepada pemasok.

g. Laporan Penerimaan Barang, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi ini melakukan pemeriksaan kuantitas, mutu, dan spesifikasi aktiva tetap yang diterima dari pemasok.

h. Faktur dari Pemasok, yaitu dokumen yang merupakan tagihan sari pemassok atas aktiva tetap yang telah dibeli.

i. Bukti Kas Keluar, mmerupakan perintah pengeluaran kas yang dibuat oleh fungsi akuntansi setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan penerimaan


(3)

j. Bukti Memorial, digunakan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi depresiasi aktiva tetap, harga pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, penghentian pemakaian aktiva tetap, dan pengeluaran modal.


(4)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang pembangunan pembangkit jaringan listrik di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

2. Struktur organisasi pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara adalah berbentuk garis lurus staf (line staff organization) yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut karena adanya General Manager yang langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah ditentukan berdasarkan spesialisasi tugas.

3. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memperoleh aktiva tetapnya dengan tiga cara yakni dengan membeli dengan tunai, membuat sendiri, dan pemberian atau hibah.

4. Dalam menetapkan beban penyusutan setiap periode, perusahaan ini menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method) untuk semua jenis aktiva tetap kecuali tanah dan hak atas tanah.


(5)

pemakaian aktiva tetap dilakukan apabila aktiva tetap tersebut, dijual ataupun telah rusak.

B. Saran

1. Penggolongan aktiva tetap yang tetap dan sistematis akan memudahkan pencatatan dan pengawasan aktiva tetap. Hal ini perlu diteruskan khususnya jika terjadi penambahan aktiva tetap.

2. Perusahaan perlu memperhatikan tingkat pemeliharaan terhadap aktiva tetap dikarenakan pengeluaran untuk biaya penggantian terhitung cukup besar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyelewengan dan aktiva tidak cepat rusak, sehingga pengeluaran biaya dapat diminimumkan sekecil mungkin.

3. Mengingat nilai aktiva tetap yang cukup materil dan merupakan perangkat yang mendominasi jalannya operasi perusahaan sebaiknya pimpinan perusahaan mempertimbangkan kemungkinan mengasuransikan harta kekayaan perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hall, James A, 2009, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Keempat, Salmeba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi pertama, Penerbit PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Mulyadi, 2002, Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta.

Niswonger, Warren, Reeve, Fees, 2000, Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi 19, Penerjemah: Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Stice, Earl K., James D. Stice, dan K. Fred Skousen, 2004, Akuntansi Intermediate, Buku Satu, Edisi Kelima Belas, Alih Bahasa Safrida R. Parulian dan Ahmad Maulana, Salemba Empat, Jakarta.

Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian, 2002, Manajemen Keuangan Dua, Edisi Ketiga, PT Prenhallindo, Jakarta.

Warren, Carl S, James M. Reeve, Philip E. Fess, 2005, Pengantar Akuntansi, Terjemahan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik H, 2005, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.