BAB III
LATAR BELAKANG PERJANJIAN KERJASAMA SISTER CITY KOTA BERSAUDARA
A. Pengertian Sister City Kota Bersaudara
Sister City sering juga disebut Twining City atau dalam bahasa Indonesia
disebut Kota Bersaudara atau Kota Kembar, dimana kerjasama antar kota bersifat luas, disepakati secara resmi dan bersifat jangka panjang. Pengertian seperti itu
lebih disukai oleh kota-kota di Amerika Serikat yang tergabung dalam “Sister
Cities Interna tiona lSCI ” yang berpusat di Washington D.C.
Oleh karena itu, istilah Sister City lebih banyak digunakan di Amerika Serikat USA dan kota-kota aliansinya. SCI didirikan pada 1956 sebagai bagian
dari “The National League of Cities” yang kemudian memisahkan diri menjadi
semacam NGO atau korporasi non-profit pada 1967. Sedangkan Twining City lebih banyak digunakan oleh negara-negara
Eropa yang tergabung dalam “Council of European Municipalities and
RegionsCEMR ” di bawah Masyarakat Ekonomi Eropa MEE dan aliansinya.
CEMR tersebut didirikan sejak 1951 untuk mempromosikan kerjasama antar kota dan komunitas Eropa sebagai driving force untuk pertumbuhan dan pembangunan.
Sister City
49
pada mulanya dilakukan oleh kota-kota di Benua Amerika dengan negara lain di luar Amerika. Kerjasama yang dilakukan pertama kali oleh
49
Sister city adalah suatu konsep penggandengan dua kota yang berbeda lokasi dan administrasi politik dengan tujuan menjalin hubungan budaya dan kontak sosial antar penduduk
Universitas Sumatera Utara
Kota Seattle, Washington D.C. dengan Kota Kobe, Jepang.
50
Kerjasama ini kemudian berkembang menjadi 1992 kerjasama yang dilakukan oleh 694 kota di
Amerika.
51
Dari kerjasama Sister City yang dilakukan oleh kota-kota di Amerika ini akhirnya diikuti oleh kota-kota lain yang ada di Asia dan Eropa.
Sementara di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang ditulis oleh Prof. Dr. Agustinus Supriyanto S.H.,
M.Si tahun 2003, Indonesia pertama kali melakukan kerjasama Sister City pada tahun 1992 yang dilakukan oleh Kota Bandung dengan Kota Berlin, Jerman.
Kerjasama yang dilakukan meliputi transportasi, lingkungan hidup, program kota bersihlimbah buangan, kebun binatang, perkotaan dan perdagangan. Dan untuk
istilah, yang digunakan oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri adalah Sister City, dengan keluarnya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
No. 1931652PUOD pada tanggal 26 April 1993 perihal Tata Cara Pembentukan Hubungan Kerjasama Antar Kota Sister City dan Antar Provinsi Sister
Province Dalam dan Luar Negeri.
Kerjasama Sister City
52
atau hubungan kerjasama antar kota, antar daerah di dua negara adalah hubungan kemitraan yang diakui resmi dan bersifat jangka
panjang antar dua komunitas, atau antar dua daerah dalam dua negara. Kerjasama ini membuka kemungkinan pengembangan berbagai macam kegiatan atau
dari kedua kota tersebut. Umumnya,
Sister City
diadakan oleh pemerintah daerah satu negara dengan pemerintah daerah dari yang lain.
50
Adam Macinnis,
What is a Sister City ?,
Pro Quest Documents, Washington, 2014, hlm. 1.
51
Ibid.
52
Sayid Fadhil, Makalah “Kerjasama Luar Negeri oleh Daerah dalam Rangka
Kerjasama Sister City dan Kerjasama Ekonomi Sub-Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle KESR IMT-GT
” yang disampaikan pada Lokakarya “Aktualisasi Tata Cara Hubungan Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah”, 14 Juli 2007, hlm. 15-16.
Universitas Sumatera Utara
program internasional seluas mungkin. Program-program sister city juga bersifat unik karena melibatkan ketiga aktor utama dalam masyarakat, yaitu : pemerintah
daerah, dunia usaha dan berbagai unsur masyarakat yang secara sukarela ingin terlibat.
Penggunaan skema Sister City lebih sering untuk pembangunan ekonomi antara dua kota yang bekerja sama. Walaupun harus dikompromikan terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi. Dalam banyak kasus, kompromi terjadi antara pihak yang berkepentingan dengan pertukaran kegiatan
bisnis, pertukaran pendidikan dan pertukaran kebudayaan. Pada awalnya, program Sister City ini biasa dilakukan antar kota di negara
maju di Amerika Utara atau Eropa, sehingga ada kesetaraan kondisi sosial dan ekonomi, antara kota yang bekerja sama. Meskipun akhirnya muncul Sister City
antara kota negara maju dengan kota negara berkembang, atau kota negara berkembang dengan negara berkembang.
Berikut beberapa keuntungan dari Kerjasama Sister City : 1. Kesempatan untuk tukar menukar pengetahuan dan pengalaman pengelolaan
pembangunan bidang-bidang yang dikerjasamakan. 2. Mendorong tumbuhnya prakarsa dan peran aktif pemerintah daerah kota,
masyarakat dan swasta. 3. Mempererat persahabatan pemerintah dan masyarakat kedua belah pihak.
4. Kesempatan untuk tukar menukar kebudayaan dalam rangka memperkaya kebudayaan daerah.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun demikian, Sister City ini juga memiliki beberapa faktor negatif, diantaranya sering menjadi beban keuangan negara atau daerah, sering menunggu
fasilitas dari pemerintah, munculnya ketidaksetaraan, kerjasama kurang seimbang dari aspek modal dasar sehingga menguntungkan salah satu pihak.
53
Adapun prosedurmekanisme pelaksanaan Kerjasama Kota Bersaudara Sister City
adalah sebagai berikut
54
: 1.
Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Daerah di luar negeri Sister CitySister Province
dilakukan dengan negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, tidak mengganggu stabilitas politik
dan keamanan dalam negeri, dan berdasarkan pada prinsip menghormati kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, persamaan kedudukan, tidak
memaksakan kehendak, memberi manfaat dan saling menguntungkan serta tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam negeri masing-masing;
2. Pemerintah Daerah yang berminat mengadakan kerjasama dengan Pemerintah
KotaProvinsi di luar negeri memberitahukan kepada Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan instansi terkait untuk mendapat
pertimbangan; 3.
Pemerintah daerah bersama dengan Departemen Luar Negeri melalui Perwakilan RI di luar negeri mengadakan penjajakan untuk mengetahui
apakah minatnya tersebut mendapat tanggapan positif dari Pemerintah KotaProvinsi di luar negeri;
53
Andi Oetomo, “Pengelolaan Perkotaan Lewat Skema Sister City” Kelompok
Keahlian Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung diakses pada tanggal 02
Februari 2015.
Lihat
, http:penataanruang.pu.go.idbulletinuploaddata_artikeledisi3i.pdf
54
Riska Mareba Meliala,
Tinjauan Hukum Ekonomi terhadap Kerjasama Ekonomi Internasional di Bidang Penanaman Modal yang Dilakukan oleh Pemerintah Daerah
, Jurnal Hukum Ekonomi, FH USU, 2008, hlm. 51.
Universitas Sumatera Utara
4. Dalam hal terdapat tanggapan positif dari kedua Pemerintah Daerah mengenai
rencana kerjasama, maka kedua pemerintah daerah dapat menyiapkan penandatanganan kesepakatan awal dalam bentuk Letter of Intent LoI;
5. Letter of Intent LoI dapat disiapkan oleh Pemerintah Daerah, Departemen
Luar Negeri atau Perwakilan RI di luar negeri untuk disampaikan dan dimintakan tanggapan kepada mitra asing di luar negeri;
6. Naskah LoI yang disepakati bersama dapat ditandatangani oleh pimpinan atau
pejabat setingkat dari kedua Pemerintah Daerah; 7.
Sebagai tindak lanjut dari LoI, kedua pihak dapat bersepakat untuk melembagakan kerjasama dengan menyiapkan naskah Memorandum of
Understa nding MoU ;
8. Pembuatan MoU sebagai salah satu bentuk perjanjian internasional dilakukan
menurut mekanisme yang berlaku; 9.
Rancangan naskah MoU dapat memuat bidang kerjasama dengan memperhatikan pula aturan tentang pemberian visa, izin tinggal, perpajakan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 10.
Dalam hal para pihak sepakat untuk melakukan penandatanganan terhadap MoU tersebut, selanjutnya dapat dimintakan surat kuasa full powers kepada
Menteri Luar Negeri; 11.
Naskah asli Letter of Intent LoI dan Memorandum of Understanding MoU kerjasama Sister CitySister Province yang telah ditandatangani oleh kedua
pihak diserahkan kepada Departemen Luar Negeri c.q Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya. Selanjutnya Direktorat Perjanjian Ekonomi dan
Sosial Budaya akan membuatkan salinan resmi certified true copy untuk kepentinganarsip Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari program Sister City di negara maju seperti Indonesia salah satu diantaranya yaitu untuk mempercepat pembangunan ekonomi antara dua kota
yang bekerja sama, tapi seringkali malah tidak menjadi prioritas. Tidak ada salahnya menjadikan Sister City ini berbasis pada kerja sama kebudayaan dan
pendidikan, tetapi seharusnya dikemas untuk jangka waktu panjang demi pengembangan kapasitas SDM pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat
kota yang bersangkutan, sehingga dapat meningkatkan pembangunan daerah. Kerjasama Sister CitySister Province dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mengoptimalkan potensi yang ada.
55
B. Perkembangan Sister City Kota Bersaudara di Indonesia