C. Hubungan antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional
Kedudukan hukum internasional sebagai salah satu bagian dari hukum secara keseluruhan tidak dapat dipungkiri. Dengan demikian, hukum internasional
sebagai suatu hukum yang berlaku efektif dapat berperan dalam kenyataan hidup dan memiliki keterikatan atau hubungan dengan bidang hukum lainnya.
Perkembangan hukum internasional yang cepat dewasa ini merupakan konsekuensi dari hubungan internasional yang intensif dan luas antar bangsa telah
melahirkan berbagai macam norma hukum internasional dalam format perjanjian internasional seperti traktat, konvensi dan perjanjian internasional lainnya.
Sementara itu, keberadaan hukum kebiasaan internasional
customa ry interna tiona l la w
menjadi semakin penting mengingat semakin luas upaya untuk mengkodifikasi dan mengunifikasi hukum kebiasaan internasional ke dalam
bentuk perjanjian internasional. Keadaan ini menumbuhkan positivisme baru di ranah hukum internasional dan negara sebagai subjek hukum internasional perlu
untuk memperhatikan perkembangan tersebut. Dengan perkembangan ini, masyarakat internasional masih merupakan subjek hukum internasional yang
utama. Namun, tentunya hal yang perlu diperhatikan adalah peran dan status negara sebagai subjek hukum internasional mengalami penipisan pengaruh.
Indonesia sebagai subjek hukum internasional perlu juga memperhatikan perkembangan tersebut dengan baik, mengingat baik secara langsung maupun
tidak langsung, norma baru hukum internasional yang menyangkut kepentingan bersama dan diwujudkan dalam perjanjian internasional akan sulit untuk
dihindarkan.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan yang terpenting adalah dengan ketentuan hukum yang berlaku dalam lingkup nasional yang mengatur kehidupan manusia dalam negaranya
masing-masing, yang disebut dengan Hukum Nasional. The problem of rela tionship between interna tiona l la w a nd municipa l la w
ha s become the subject of much dera te with the prota gonist of va rious being much influenced by a desire to strengthen either municipa l la w or a
state’s sovereignity or a world community.
47
Rebecca M.M. Wallace mengemukakan bahwa persoalan mengenai hubungan antara hukum internasional dengan hukum nasional adalah perluasan
dimana pengadilan nasional akan memberikan pengakuan dalam sistem hukum setempat terhadap hukum internasional yang bertentangan atau tidak bertentangan
dengan hukum nasional. Secara teoritis, persoalannya berakar dari ketidakjelasan aliran yang dianut
oleh hukum Indonesia tentang hubungan hukum internasional dan hukum nasional. Di negara maju, aliran ini telah dicerminkan dalam constitutional
provisions atau undang-undang nasional yang secara tegas membuat kaidah
tentang apa status hukum internasional dalam hukum nasionalnya. Sistem hukum di Indonesia sayangnya masih belum memberi perhatian pada permasalahan ini,
sehingga jangankan suatu constitutional legal provision, wacana publik ke arah pembentukan politik hukum tentang persoalan ini juga belum dimulai.
48
Dalam teorinya, terdapat beberapa pilihan politik hukum, yaitu : • Aliran Dualisme
Menempatkan hukum internasional sebagai sistem hukum yang terpisah dari hukum nasional, dalam hal ini tidak terdapat hubungan hierarki antara kedua
47
Werner Levi, Contemporary International Law: A Concise Introduction 2
nd
Ed, Westview Press, Boulder-Colorado, 1991, hlm. 22.
48
Damos Dumoli Agusman,
Op.Cit.
, hlm. 96.
Universitas Sumatera Utara
sistem hukum ini. Konsekuensi dari aliran ini adalah diperlukannya lembaga hukum “transformasi” untuk mengkonversikan hukum internasional ke dalam
hukum nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk prosedur konversi ini. Pengikatan-pengikatan diri suatu negara ke suatu perjanjian
misalnya melalui ratifikasi harus dilanjutkan dengan proses transformasi melalui pembuatan legislasi nasional. Dengan dikonversikannya kaidah hukum
internasional ini ke dalam hukum nasional, maka kaidah tersebut akan berubah karakter menjadi produk hukum nasional serta tunduk dan masuk pada tata urutan
perundang-undangan nasional. Karena sistem yang terpisah maka tidak dimungkinkan adanya konflik di antara kedua hukum ini.
• Aliran Monisme Menempatkan hukum internasional dan hukum nasional sebagai bagian
dari satu kesatuan sistem hukum. Hukum internasional berlaku dalam ruang lingkup hukum nasional tanpa harus melalui proses transformasi. Pengikat diri
suatu negara kepada suatu perjanjian misalnya dengan ratifikasi merupakan inkorporasi perjanjian tersebut ke dalam hukum nasional dan tidak dibutuhkan
legislasi nasional yang sama untuk memberlakukannya dalam hukum nasional. Kalaupun ada legislasi nasional yang mengatur masalah yang sama, maka legislasi
yang dimaksud hanya merupakan implementasi dari kaidah hukum internasional. Dalam hal ini, hukum internasional yang berlaku dalam sistem hukum nasional
akan tetap pada karakternya sebagai hukum internasional. Mengingat ini merupakan kesatuan sistem maka terdapat kemungkinan adanya konflik antara
hukum nasional dan hukum internasional.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
LATAR BELAKANG PERJANJIAN KERJASAMA SISTER CITY KOTA BERSAUDARA
A. Pengertian Sister City Kota Bersaudara