Konsep Akuntabilitas dan Transparansi Menurut keputusan Kepala Lembaga

27 AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Idhar Yahya Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi USU Abstract: The operational of transparancy and accountability are the important things to make a good and clean government according to the expectation of its stakeholders. Transparancy and accountability can be realized by the responsibility in all of regional’s financial management periodicly in financial’s report form to the central government, Regional General Assembly DPRD and the public. The acceleration in regional accounting system implementation is the necessity for the government, since its make Kepmendagri No.29, 2002, about the orientation of regional’s government which is not implements the regional’s accounting system already are worried not to manage its regional’s accounting transparancy. Keywords: Transparancy and Accountablility PENDAHULUAN Gerakan reformasi mengedepankan beberapa tuntutan penting antara lain mendesak pemerintah meningkatkan kinerja, memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme KKN, dan pelaksanaan praktek pemerintah yang good governance dan clean government . Good governance mengandung dua pengertian yaitu nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginankehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Sentralisasi kekuasaan dan keuangan negara pada masa sebelum era reformasi telah banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat daerah atas ketimpangan yang terjadi mengenai pembagian hasil dan sumber daya alam antara daerah dan Jakarta. Hal ini mengakibatkan pergolakan- pergolakan di daerah untuk menuntut pemberlakuan otonomi khusus atau bahkan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai rasa ketidakpuasan tersebut. Salah satu masalah penting yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah sebagai unsur dari suatu good governance . Pelaksanaan good governance tersebut, ternyata pelaksanaannya menghadapi banyak kendala yang cukup rumit. Di satu pihak pemerintah daerah dituntut untuk mewujudkan good governance sementara dipihak lain sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk semua kegiatan terutama menyangkut teknologi informasi dan sumber daya manusia belum memadai. Hal tersebut dapat dipahami mengingat pemenuhan segala kebutuhan minimal memerlukan biaya dan tenaga ahli tidak sedikit. Pemerintah daerah mempunyai dana yang terbatas, personalia yang mempunyai kemampuan juga terbatas.

A. Konsep Akuntabilitas dan Transparansi Menurut keputusan Kepala Lembaga

Administrasi Negara LAN No.589IX6Y99 dalam Sitompul 2003, akuntabilitas diartikan sebagai kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menjelaskan kinerja dan tindakan seseorangbadan hukumpimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hakberkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Oleh karena itu, pemberlakuan undang-undang otonomi daerah harus dapat meningkatkan daya inovatif dari pemerintah daerah untuk dapat memberikan laporan pertanggung jawaban mengenai pengelolaan keuangan daerah dari segi efisiensi dan efektivitas kepada DPRD maupun masyarakat luas. Osborne 1992 dalam Mardiasmo 2002 menyatakan bahwa Akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik siapa, yang mana, dan bagaimana. Pertanyaan yang memerlukan jawaban tersebut antara lain, apa yang harus dipertanggungjawabkan, mengapa pertanggungjawaban harus diserahkan, kepada siapa pertanggungjawaban diserahkan, siapa yang bertanggung jawab terhadap berbagai bagian kegiatan dalam masyarakat, apakah pertanggungjawaban berjalan seiring dengan kewenangan yang memadai, dan lain sebagainya. Konsep pelayanan ini dalam akuntabilitas belum memadai, maka harus diikuti dengan jiwa eterpreneurship pada pihak-pihak yang melaksanakan akuntabilitas. Konsep pelayanan dalam akuntabilitas selain harus diikuti dengan jiwa eterpreneurship juga harus diikuti dengan jiwa responsiveness. Hal ini harus dilakukan agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat dilakukan secara cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder sesuai dengan karakteristik Good Governance menurut UNDP dan Word Bank . Selain itu, dalam pengantar Standar Akuntasi Pemerintah dinyatakan bahwa salah satu Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 4 Oktober 2006 28 upaya nyata untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip waktu. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tantang Perbendaharaan Negara Pasal 58 ayat 1 dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengadilan intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Akuntabilitas dapat hidup dan berkembang dalam suasana yang transparan dan demokratis serta adanya kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Oleh karena itu, pemerintah harus betul-betul menyadari bahwa pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari publik. Katz 2004 menyatakan bahwa transparansi merupakan proses demokrasi yang esensial di mana setiap warga negara dapat melihat secara terbuka dan jelas atas aktivitas dari pemerintah mereka daripada membiarkan aktivitas tersebut dirahasiakan. Jiwa dari sistem ini adalah kemampuan dari setiap warga negara untuk memperoleh informasi melalui akuntabilitas pejabat pemerintah atas kegiatan yang mereka lakukan. Setiap warga negara berhak mengetahui right to know untuk setiap aktivitas penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh setiap pejabat negara baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan adanya transparansi maka diharapkan setiap warga negara dapat berperan aktif dalam melakukan pengawasan atas jalannya pemerintahan.

B. Akuntabilitas Publik Keuangan Daerah