Suriah di bawah Pemerintahan Bashar Al-Assad
yang baru. Dan kandidatnya juga hanya satu : Bashar Al-assad.seluruh peserta Kongres. Seperti sudah diduga karena memang sudah direncanakan sepakat
memilih Bashar al-assad sebagai sekretaris jenderal yang baru. Kuncahyono, Musim Semi Suriah, 2012, p. 59.
Pada tanggan 10 juli 2000, terpilihnya Bashar AL-assad menjadi Presiden kedua di Suriah.tampilnya Bashar Al-Assad sebagai pemimpin baru suriah yang
semula diragukan kemampuannya terlebih karena kurang memiliki pengalaman politik, namun dengan dukungan jajaran Militer, Partai ba‟ath dan kelompok
alawite, Bashar al-assad mulai memimpin Suriah, memiliki latar belakang pendidikan barat, menjadikan modal usahanya untuk mmbangun dan membawa
Suriah untuk menatap dan mangarungi masa depan, setelah diangkat nya menjadi presiden Bashar melancarkan serangkaian pembaharuan yang sesuai dengan
tuntutan Zaman. Bashar melancarkan kempanye anti korupsi memodernisasi aparatur Negara, menggunakan Teknologi Modern dalam manajemen, melakukan
Reformasi Ekonomi dan melakukan Hubungan diplomatik yang baik dalam rencana Politik Luar Negrinya.
Sekalipun Bashar al-assad sudah melalkukan Reformasi Ekonomi sebaik mungkin, tetapi tetap saja yang memperoleh keuntungan dari kebijakan Bashar al-
assad adalah mereka yang memiliki hubungan atau ikatan dengan keluarga rezim, atau mereka yang menjalankan bisnis dengan keluarga atau yang memiliki
koneksi Politik dengan partai yang berkuasa. Banyak yang berpendapat yang kaya bertambah kaya dan yang miskin tetap miskin, tekadnya untuk memberantas
korupsi hanya sampai pada pernyataan. Proyek Bashar al-
assad adalah “memodernisasi autoritarianisme” di Suriah. Ambisi ini sejalan dengan derakan-gerakan serupa di seluruh Negri,
kekuasaan otoritarian digunakan oleh Bashar al-assad untuk mendoorng liberalisasi ekonomi dan privatisasiswastanisasi, mengalihkan asset public kepada
kapitalis kroni yang memi liki “jaringan hak-hak istimewa”. Pada saat yang sama,
dilakukan liberalisasi politik terbatas dan manipulasi pemilu untuk memfasilitasi terus berlangsungnya pemerintahan atoritarian. Dengan kata lain, semua gerakan
modernisasi adalah semu, hal itu terbukti ketika pada akhirnya pecah pergolakan melawan rezim Bashar al-assad. Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, 2012, p.
228 Pada akhirnya orang melihat dan berpendapat bahwa masa 18 bulan hidup
di London belumlah cukup untuk memmbentuk dirinya berbeda dengan ayahnya. Bashar yang lahir dan besar di Damaskus, di Suriah. Ia tetaplah anaknya dari
Hafez al-assad penguasa Suriah tiga dasawarsa. Ia lahir dan tumbuh dewasa di saat perang dingin, saat Negerinya terlibat perang dengan Israel, saat Negerinya
terlibat dalam urusan Lebanon dan mengendalikan Lebanon. Semua itu sangat mewarnai Hidupnya. Cara pandangnya, yang menurut David W Lesch
membentuk prinsip-prinsip nya bukan studinya di London. Kuncahyono, Musim Semi di Suriah, 2012, p. 75.