Tingkat pengangguran ANALISIS PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT KEJAHATAN PENCURIAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015

E. Rasio Gini

Penghitungan dengan menggunakan indeks gini memiliki rasio antara 0 dan 1. Bila indeks gini sama dengan 0 berarti terjadi distribusi pendapatan yang sempurna merata karena setiap golongan penduduk menerima bagian pendapatan yang sama. Akan tetapi, apabila indeks gini sama dengan 1 maka terjadi ketimpangan distribusi pendapatan sempurna karena seluruh pendapatan hanya dinikmati oleh satu orang saja. Berdasarkan hasil penelusuran data, diperoleh indeks gini menurut kabupatenkota di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut. Tabel 4. 5 Rasio Gini Menurut KabupatenKota se-DIY, 2010-2015 Kab.Kota Rasio Gini Rata- rata 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Kota Jogja 0,27 0,26 0,27

0,44 0,42

0,44 0,35 Sleman 0,37 0,41 0,44 0,38 0,37 0,44 0,40 Bantul 0,25 0,30 0,24 0,25 0,24 0,24 0,25 Kulon Progo 0,26 0,38 0,40 0,33 0,37 0,38 0,35 Gunung Kidul 0,25 0,30 0,31 0,32 0,30 0,29 0,30 Sumber : BPS Provinsi D.I. Yogyakarta Dari data di atas dapat diketahui bahwa selama periode 2010-2015 rata-rata rasio gini paling tinggi ada di wilayah Kabupaten Sleman dengan indeks 0,40, artinya ketimpangan di daerah tersebut tergolong kateogri sedang. Sedangkan rata- rata ketimpangan terkecil terjadi di wilayah Kabupaten Bantul, artinya distribusi pendapatan di daerah tersebut cukup merata. Jika dilihat di setiap tahun, rasio gini paling tinggi terjadi di beberapa wilayah dengan indeks sebesar 0,44 diantaranya di Kabupaten Sleman pada tahun 2012 dan 2015 kemudian di Kota Jogja pada tahun 2013 dan 2015. 67 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uji Kualitas Intrumen dan Data

Uji kualitas data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas.

1. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah residual dari model yang terbentuk memiliki varians yang konstan atau tidak. Suatu model yang baik adalah model yang memiliki varians dari setiap gangguan atau residualnya konstan. Dalam penelitian ini pengujian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan variabel-variabel independen dengan nilai absolut residualnya Gujarati, 2004 Berdasarkan uji Glejser didapatkan nilai probabilitas utnuk semua variabel bebas atau independen yaitu tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa adanya homokedastisitas antara variabel-variabel independen atau dengan kata lain terbebas dari heteroskedastisitas. Di bawah ini merupakan output hasil uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser. Tabel 5. 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Koefisien Probabilitas C 0,890465 0,6241 PND? -0,006117 0,7472 PNG? -0,047079 0,1035 GINI? 0,087236 0,8347 Sumber : Lampiran Dari data dapat dilihat bahwa nilai probabilitas tingkat pendidikan, tangkat pengangguran dan rasio gini masing-masing adalah 0,7472, 0,1035, 0,8347 0,05 sehingga terbebas dari adanya heteroskedastisitas.

2. Uji Multikolinearitas

Berdasarkan tabel di bawah, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya masalah multikolinearitas antar variabel independen. Hal ini terlihat dari tidak adanya koefisien kolerasi yang lebih besar dari 0,8. Tabel 5. 2 Hasil Uji Multikolinieritas Pengangguran Pendidikan Rasio Gini Pengangguran