xix
8. Kata Sandang Alif + Lam
a. Bila diikuti huruf Qamariyyah
آ ق
Ditulis al
–Qur’ n
يق
Ditulis al-
Qiy s b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l el-nya
ء س
Ditulis as
–Sam ’
ش
Ditulis asy- Syams
9. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.
ضو ف و
Ditulis Zawi al-
furūḍ
س هأ
Ditulis Ahl as-Sunnah
xiv
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel makro ekonomi yakni inflasi, kurs rupiah, BI rate, dan Gross Domestic Product GDP terhadap
Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data panel dari
Januari 2013 sampai dengan Desember 2015. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa
inflasi, kurs rupiah, BI rate, dan GDP secara simultan berpengaruh signifikan terhadap terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah.
Sedangkan secara parsial inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah, kurs rupiah dan GDP
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah, sementara BI rate berpengaruh positif dan
signifikan terhadap terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah.
Kata kunci: Inflasi, Kurs Rupiah, BI rate, Gross Domestic Product, Net Asset
Value, Reksadana Campuran Syariah.
xv
Abstract This research aims to examine the influence of macroeconomic variables
namely inflation, rupiah exchange rate, BI rate, and Gross Domestic Product GDP towards Net Asset Value NAV of Balanced Sharia Mutual Fund from
January 2013 through December 2015. This research used a quantitative approach method, and used panel data from January 2013 through December
2015. The analysis techniques used is panel data regression analysis. The results of this research concluded that inflation, rupiah exchange rate, BI rate, and GDP
simultaneously has a significant influence to Net Asset Value NAV of Balanced Sharia Mutual Fund. Inflation partially has not significant influence to Net Asset
Value NAV of Balanced Sharia Mutual Fund, rupiah exchange rate and GDP has negative and significant effect to Net Asset Value NAV of Sharia Balanced
Fund, while BI rate has positive and significant influence to Net Asset Value NAV of Balanced Sharia Mutual Fund.
Keywords: Inflation, Rupiah Exchange Rate, BI rate, Gross Domestic Product, Net Asset Value, Balanced Sharia Mutual Fund.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sektor investasi memiliki peranan yang cukup besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut Tandelilin 2001:3
investasi adalah suatu itikad untuk sejumlah uang atau benda lainnya yang dilakukan pada masa sekarang, dengan harapan akan memperoleh
keuntungan dimasa yang akan datang. Mempersiapkan keuntungan di masa mendatang menandakan
adanya persiapan, strategi, untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang. Apabila sesorang melakukan investasi, maka ia
menyisihkan sebagian aset untuk tidak digunakan sekarang, namun diberdayakan guna mendapatkan keuntungan dimasa mendatang.Itulah
mengapa investasi menjadi faktor penting yang mendukung terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara.
Produk investasi sering disebut dengan istilah efek. Dalam undang- undang Pasar Modal nomor 8 tahun 1995 yang dimaksud dengan efek
adalah surat berharga, yaitu suatu surat pengakuan atas hutang, surat berharga komersil, obligasi, saham, tanda bukti hutang, kontrak berjangka
atas efek, unit penyertaan KIK, dan derivatif dari efek. Nah, efek inilah yang nantinya ditawarkan kepada investor sebagai sarana untuk
berinvestasi guna menghasilkan keuntungan bagi investor.
Setiap efek memiliki kriteria keuntungan dan resiko masing- masing. Oleh karena itu dalam berinvestasi, menganilisa efek adalah
langkah terbaik guna mendapatkan untung sesuai dengan yang kita harapkan. Tidak sedikit investor yang mengalami kegagalan, banyak
faktor yang membuat mereka gagal dalam investasinya, diantaranya faktor kondisi perekonomian, regulasi pemerintah yang berlaku, dan kualitas
perusahaan tempat menanam investasi itu sendiri. Dalam berinvestasi efek, menurut Tandelilin 2001:7 semakin tinggi risiko suatu aset, maka
semakin tinggi pula hasil return yang diharapkan atas aset tersebut, demikian sebaliknya.
Sumber : Farrel, James L, 1997, “Portofolio Management: Theory and
Application”, McGraw-Hill, Singapore hal. 11. dalam Tandelilin 2001:7
Grafik.1.1. Hubungan Risko Dan Return Yang Diharapkan
Selanjutnya ada yang disebut dengan reksadana. Yang mana reksadana adalah suatu wadah yang digunakan untuk menghimpun
danamodal dari masyarakat investor yang kemudian akan diinvestasikan
Risiko Rendah
Risiko Moderat
Risiko Sedang
Risiko Diatas
Rata-rata Risiko
Diatas Tinggi
Risiko RF
Tingkat bunga bebas risiko
Obligasi Pemerintah
Obligasi Perusahaan
Saham Opsi „put‟
„call‟ Kontrak
„Futures‟ Ekuitas
Internasional
dalam suatu portofolio efek oleh Manajer Investasi. Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 27
Dengan adanya manajer investasi ini, menjadikan reksadana sebagai alternatif dalam berinvestasi bagi investor yang tidak pandai
dalam menganalisis pergerakan pasar investasi. Maka tidak heran jika reksadana merupakan salah satu produk investasi yang banyak diminati
oleh masyarakat. Seperti halnya lembaga keuangan, sistem ekonomi syariah pun
digunakan dalam reksadana. Adapun tujuan dari reksadana syariah ialah sebagai alternatif berinvestasi reksadana yang mudah dan bebas dari
unsur-unsur yang diharamkan dalam agama Islam. Menurut Firdaus 2005:15-16 tujuan reksadana Syariah selain untuk mendapatkan
keuntungan, juga mempunyai nilai tanggung jawab sosial terhadap sekitarnya, juga menjunjung nilai-nilai Islam, tanpa melupakan tujuan
investor. Pertumbuhan reksadana syariah di Indonesia terus mengalami
peningkatan. Dalam statistik yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan OJK per mei 2015 dalam situsnya, menunjukan nilai kekayaan
yang dimiliki reksadana syariah atau Net Asset Value NAV berada diangka Rp11,796 trilyun dengan total 80 reksadana syariah. Angka yang
fantastis jika dibandingkan tahun-tahun pertama reksadana syariah berjalan. Berikut perkembangan reksadana syariah dari tahun pertam
berjalan hingga Mei 2015 dalam bentuk tabel:
Tabel 1.1. Perkembangan Reksadana Syariah Periode 2003-Mei 2015
Tahun Jumlah Reksadana
Syariah NAV dalam Milyar
2003 4
66,94
2004 11
592,75
2005 17
559,10
2006 23
723,40
2007 26
2.203,09
2008 36
1.814,80
2009 46
4.629,22
2010 48
5.225,78
2011 50
5.564,79
2012 58
8.050,07
2013 65
9.432,19
2014 74
11.158,00
Mei 2015 80
11.796,36
Sumber : http:www.ojk.go.id
Dilihat dari data diatas, tren perkembangan NAV reksadana syariah terus meningkat dari tahun 2003 hingga Mei 2015, kecuali pada
tahun 2005 dan 2008. Lantas apa yang terjadi pada tersebut, sehingga menurunkan NAV.
Tahun 2005 Indonesia dipimpin oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun tersebut banyak kebijakan fiskal maupun moneter
yang cukup krusial diambil oleh pemerintahan, salah satunya adalah kebijakan Bank Indonesia BI untuk menaikan suku bunga yang
menyebabkan terjadinya redemption penjualan kembali besar-besaran dalam industri reksadana. Kenaikan suku bunga ini membuat investor
menarik dananya di reksadana, sehingga menyebabkan NAV reksadana syariah mengalami penurunan pada tahun tersebut.
Kemudian pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global. Banyak perusahaan besar bangkrut, seperti perusahaan raksasa Amerika Serikat,
Lehman Brothers dan Goldman Sach. Perusahaan-perusahaan keuangan Amerika kehilangan likuiditasnya disebabkan kebiasaan rakyat amerika
dengan gaya hidup konsumtif melebihi pendapatan. Kehancuran perusahaan negara kapitalis dunia ini merambat luas dan berdampak hebat
terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Hasil penelitian Iman Sugema 2012 menunjukan bahwa dampak
krisis ekonomi global 2008 bagi Indonesia diantaranya mengurangi ekspor, output domestik dan menekan ke bawah suku bunga dan inflasi.
Kemudian terkena krisis likuiditas global yaitu situasi ketika bank-bank menghadapi kekurangan likuiditas karena membengkaknya kredit macet
dan jatuhnya harga aset. Kondisi ini tentunya sangat berpengaruh bagi kondisi pasar modal, termasuk profitabilitas reksadana syariah.
Penurunan NAV reksadana syariah ternyata terulang kembali dipenghujung tahun 2015. Data statistik OJK mencatat bahwa NAV turun
sebanyak Rp. 2,09 Trilyun atau 21,1 persen pada bulan juni 2015. Penurunan yang tinggi, lebih tinggi dibandingkan penurunan pada tahun
2005 dan 2008 masing-masing sebanyak 5,6 persen dan 17,6 persen. Kemudian jika dibandingkan lagi, nilai akhir tahun NAV 2015 turun
sebanyak 1,24 persen menjadi Rp. 11,019 Trilyun dari tahun sebelumnya Rp. 11,158 Trilyun.
Tabel.1.2. Perkembangan Reksadana Syariah Periode Mei-Desember 2015
Sumber: http:www.ojk.go.id
Jika dikaitkan dengan kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2015, masalah ekonomi yang paling sensasional di tahun tersebut ialah
melemahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat USD. Bagaimana tidak, pada tahun tersebut kurs rupiah berada di titik
terlemahnya yakni Rp. 14.657 per 1 USD. Berikut tabel pergerakan kurs rupiah terhadap USD tahun 2015 :
Tabel.1.3. Kurs Rupiah Terhadap USD Tahun 2015
Sumber: http:www.bi.go.id
Tahun Jumlah Reksadana Syariah
NAV dalam Milyar Mei 2015
80 11.796,36
Juni 2015
80 9.303,46
Juli 2015
82 11.393,42
Agustus 2015
85 10.838,18
September 2015
85 10.108,49
Oktober 2015
85 10.696,32
November 2015
86 11.030,35
Desember 2015
93 11.019,43
BULAN KURS
RUPIAH Desember 2015
13.795,00
November 2015 13.840,00
Oktober 2015
13.639,00
September 2015
14.657,00
Agustus 2015 14.027,00
Juli 2015 13.481,00
Juni 2015 13.332,00
Mei 2015
13.211,00
April 2015
12.937,00
Maret 2015 13.084,00
Februari 2015 12.863,00
Januari 2015 12.625,00
Secara umum kurs rupiah melemah ditahun 2015. Menguat hanya pada Bulan April, Oktober dan Desember. Jika dikaitkan dengan
reksadana syariah memang terlihat adanya keterkaitan antara keduanya. Namun jika dikatakan penyebab turunnya NAV reksadana syariah pada
tahun 2015 adalah melemahnya kurs rupiah saja rasanya kurang tepat. Kenapa demikian, karena bulan melemah dan menguatnya keduanya tidak
sama persis. Penurunan NAV reksadana syariah yang terjadi pada tahun 2015
tentunya tidak lepas dari beberapa peristiwa perekonomian lain yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun tersebut. Sama halnya seperti saat
krisis ekonomi global tahun 1998 dan 2008, tahun 2015 juga menjadi tahun yang sulit bagi sektor investasi Indonesia, meskipun tahun tersebut
bukan dalam kondisi krisis ekonomi global. Dikutip dari http:www.okezone.com, Nurhaida menyatakan
bahwa kondisi pasar modal investasi Indonesia sepanjang tahun 2015 dipengaruhi perekonomian global. Seperti kondisi pasar saham China,
krisis Yunani, dan kebijakan Central Bank Amerika Serikat menaikan suku bunga. Selanjutnya Head of Research NH Korindo Securities Reza
Priyambada berpendapat, bahwa turunnya NAV Reksadana Syariah disebabkan oleh kondisi pasar investasi yang kurang baik. Terbukti dari
Indeks Jakarta Islamic Index JII yang ditutup pada angka 599,44 poin pada akhir tahun 2015 atau turun 13,26 persen dibandingkan akhir tahun
2014.
Kemudian dalam laporan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN-SETJEN DPR RI menyebutkan bahwa perlambatan ekonomi
Indonesia pada tahun 2015 tidak bisa dilepaskan dari perlambatan ekonomi global. Seperti pelemahan ekonomi China, embargo terhadap
Rusia serta penurunan harga komoditas dunia di pasar internasional. Perlambatan-perlambatan tersebut mendorong penurunan permintaan
dunia secara agregat sehingga berimplikasi terhadap kinerja ekspor Indonesia di tahun berikutnya.
Secara umum, turunnya NAV reksadana campuran syariah tahun 2005, 2008 dan 2015 tidak bisa dilepaskan dari peristiwa ekonomi yang
terjadi pada tahun tersebut. Banyak pula kajian yang membahas tentang hubungan kondisi perekonomian dengan profitabilitas reksadana. Seperti
jurnal penelitian Akbar Maulana 2013 yang berjudul “Pengaruh SBI,
jumlah uang beredar, inflasi terhadap kinerja Reksa Dana saham di indonesia periode 2004-
2012”, Fatharani Sholihat, Moch. Dzulkirom AR, dan Topowijono 2015
yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan
Terhadap Tingkat Pengembalian Reksadana Saham Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011 - 2013
”, Ainur Rachman 2015 yang b
erjudul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate terhadap Net Asset Value Reksadana Saham S
yariah”, dan Pipit Citraningtyas 2016 yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Bank Indonesia Rate, dan Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih NAB Danareksa Syariah Berimbang Periode : Januari 2012 sampai dengan Desember 2014”.
Dari beberapa pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa kondisi perekonomian sangat berpengaruh terhadap profitabilitas reksadana
syariah, yang diukur dengan Net Asset Value NAV. Beberapa penelitian diatas juga ternyata sangat penting sebagai bahan analisa maupun
pengetahuan. Berkaca dari penelitian diatas dan juga kondisi perlambatan perekonomian global serta penurunan NAV pada tahun 2015 maka penulis
tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkait hubungan kondisi perekonomian dan reksadana syariah. Agar penelitian dapat berkembang dari penelitian
sebelumnya maka penulis mempertimbangkan beberapa hal, yakni ragam variable makro ekonomi, jenis reksadana syariah, dan waktu peneletian.
Variable makro yang digunakan merujuk pada teori yang ada serta diperkaya dari penelitian sebelumnya. Kemudian jenis reksadana syariah
yang dipakai tidak hanya terdiri dari satu efek saja, tapi yang beragam terdiri dari beberapa efek, hal ini dilakukan agar objek yang diteliti
diharapkan dapat mewakili semua efek yang ada dalam reksadana syariah, sehingga penelitian lebih maksimal. Yang terakhir, waktu penelitian
dilakukan pada tahun 2015, mengingat kondisi perekonomian dan NAV pada tahun tersebut yang sudah dipaparkan diatas, dan juga data NAV
pada tahun 2015 merupakan data terbaru dan lengkap saat dilakukan penelitian ini. Agar penelitian memenuhi standar, maka jumlah data yang
diolah harus sesuai dengan teori yang ada. Menurut Winarno 2011:5.37
dalam analisis multivariat, para peneliti menggunakan pedoman jika tiap variable terdiri diatas 30 data, maka data sudah berdistribusi normal.
Apabila analisis melibatkan 3 variabel, maka diperlukan data sebanyak 3x30=90.
Berdasarkan hal-hal diatas akhirnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait pengaruh variabel makro ekonomi yakni inflasi, kurs
rupiah, BI Rate dan Gross Domestic Product GDP terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah inflasi mempengaruhi Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah?
2. Apakah kurs rupiah mempengaruhi Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah?
3. Apakah BI Rate mempengaruhi Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah?
4. Apakah Gross Domestic Product GDP mempengaruhi Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Setelah peneliti merumuskan masalah yang tercantum di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah
2. Untuk menganalisis pengaruh kurs rupiah terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah
3. Untuk menganalisis BI Rate terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah
4. Untuk menganalisis pengaruh Gross Domestic Product terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Campuran Syariah
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Akademis
a. Kegunaan Teoritis Penelitian ini bisa dijadikan tambahan referensi dan bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitan terkait reksadana syariah. b. Untuk Pembaca
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan acuan dan referensi bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat memperkaya wawasan keilmuan bagi peneliti dan pembaca tentang reksadana Syariah.
2. Praktis a. Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk mengembangkan reksadana syariah
yang lebih baik kedepannya. b. Bagi manajer investasi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang kinerja portofolio yang telah dibentuk.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian, diantaranya :
1. Fatharani Sholihat, Moch. Dzulkirom AR, dan Topowijono 2015 dala
m penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan
Terhadap Tingkat Pengembalian Reksadana Saham Studi Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -
2013.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial variabel inflasi,
tingkat suku bunga SBI, IHSG terhadap tingkat pengembalian reksadana saham. Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan
explanatory dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 37 reksadana saham yang terdaftar pada
BAPEPAM RI. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu
tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan IHSG seluruhnya berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pengembalian reksadana
saham. Hasil tersebut dibuktikan dengan nilai probabilitas Fhitung 0,000 α ≤ 0,05 pada reksadana saham. Tingkat inflasi, suku bunga
SBI dan IHSG juga berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pengembalian reksadana saham, sedangkan variabel yang paling
dominan terhadap tingkat pengembalian reksadana saham adalah IHSG, ditunjukan dengan beta senilai 0,404 maka variabel IHSG lah
yang memiliki nilai paling dominan dan paling tinggi diantara tiga variabel bebas tersebut. Variabel independen dalam penelitian ini
mempengaruhi variabel dependen sebesar 18,1 persen sedangkan faktor lain yang tidak ikut di uji sebesar 81,9 persen dijelaskan oleh
variabel lain diluar ketiga variabel bebas tersebut. 2. Ainur Rachman 2015 dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI rate Terhadap Net Asset Value
Reksadana Saham S yariah”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, dan BI rate terhadap Net Asset Value NAV Reksadana Saham Syariah periode Januari 2011 sampai
Desember 2014. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Berdasarkan hasil uji t, nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang signifikan ditunjukan dengan nilai -3017. Inflasi dan
BI rate secara parsial memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Net Asset value NAV Reksadana Saham Syariah dengan
hasil t -0.144 untuk Inflasi dan -1.431 untuk tingkat BI. Hasil dari uji simultan menunjukkan bahwa inflasi, nilai tukar rupiah, dan BI rate
bengaruh dan signifikan Net Asset Value NAV Reksadana Saham Syariah dengan nilai signifikansi 0,004.
3. Pipit Citraningtyas 2016 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Bank Indonesia Rate, dan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih NAB Danareksa Syariah Berimbang Periode : Januari 2012 sampai dengan
Desember 2014”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
Inflasi, Bank Indonesia Rate, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Nilai Aktiva Bersih NAB Danareksa Syariah Berimbang Periode : Januari
2012 sampai dengan Desember 2014. Variabel dependen berupa nilai aktiva bersih NAB danareksa Syariah berimbang, sedangkan
variabel independen berupa inflasi INF, Bank Indonesia Rate IR, nilai tukar rupiah kurs. Penelitian ini menggunakan data sekunder
time series dengan analisis regresi linier berganda metode Partial Adjustment Model PAM. Hasil uji t dapat diketahui bahwa variabel
yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai aktiva bersih adalah variabel inflasi dan BI rate pada jangka pendek dan jangka
panjang dan berpengaruh positif signifikan adalah nilai tukar rupiah. Nilai aktiva bersih tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap NAB pada jangka pendek. 4. Denny Hermawan dan Ni Luh Putu Wiagustini 2016, dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Ukuran Reksa Dana, Dan Umur Reksa Dana Terhadap Kinerja Reksa Dana
”.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga, ukuran reksa dana saham, dan umur reksa dana
saham terhadap kinerja reksa dana saham yang terdaftar dibursa efek Indonesia. Objek dari penilitian ini adalah perusahaan reksa dana
saham, dengan metode penentuan sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling.
Kemudian data dalam penelitian ini menggunakan data pada Bursa Efek Indonesia. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear
berganda dengan hasil yang didapat bahwa inflasi dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana saham. Sementara
ukuran dan umur reksa dana saham berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana saham.
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan diatas, ditemukan hasil yang berbeda antara penelatian satu dengan yang lainnya berkaitan
pengaruh variabel makro terhadap reksadana. Penelitian diatas juga menyisakan banyak pertanyaan baru, pasalnya objek penelitian yang
dilakukan tidak mencakup seluruh reksadana, hanya salah satu yang diambil sebagai sampel seperti reksadana saham. Khusus untuk reksadana
syariah penelitian yang dilakukan A. Rachman pun hanya pada reksadana saham, padahal masih ada reksadana syariah lain seperti campuran, pasar
uang, dll. Kemudian penelitian Citraningtyas yang mengambil objek satu perusahaan reksadana syariah saja.
Berdasarkan hal tersebut, masih banyak penelitian yang harus dilakukan terkait reksadana, khususnya reksadana syariah. Selanjutnya
penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya dengan fokus pada produk reksadana campuran syariah.
Kemudian variabel makro ekonomi akan diperkaya dengan formula variabel inflasi, kurs rupiah, BI rate, jumlah uang beredar dan Gross
Domestic Product GDP. Penelitian ini penting untuk dilakukan, mengingat penelitian tentang reksadana syariah khususnya reksadana
campuran syariah masih sangat minim. Terlebih lagi penilitian ini akan dilakukan pada periode Januari 2013 sampai Desember 2015, yang mana
dalam periode ini terjadi penenurunan dalam statistik NAV reksadana syariah setelah tren positif yang panjang ditahun
–tahun sebelumnya. Hal ini tentunya menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
B. Kerangka Teoritik
1. Reksadana Syariah
a. Pengertian Reksadana Syariah
Bila dilihat dari arti katanya, reksadana terdiri dari dua kata, yaitu “reksa” yang berarti “jaga” atau “pelihara”, dan “dana”
yang berarti “himpunan uang”, sehingga bila digabungkan, maka dapat diartikan sebagai “pemeliharaan himpunan uang. Menurut
pengertian umumnya, reksadana adalah salah satu bentuk investasi yang dalam bahasa asalnya disebut mutual-funds, dimana para
investor secara bersama-sama melakukan investasi mereka dalam
suatu himpunan dana dan kemudian himpunan dana ini diinvestasikan dalam berbagai bentuk ivestasi seperti saham,
obligasi ataupuin melalui tabungan atau sertifikat deposito di bank-bank. Dengan demikian, reksadana adalah diversifikasi
investasi dalam portofolio yang dikelola oleh manajer investasi di perusahaan reksadana. Sitompul, 2000:2
Sememntara pengertian reksadana menurut Undang- Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 adalah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Portofolio Efek adalah kumpulan efek yang dimiliki secara bersama kolektif oleh para
pemodal dalam Reksa Dana. Reksadana terdiri dari berbagai macam efek yang dimiliki
oleh sebuah Manager Investasi. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Jenis
efek yang berada didalamnya akan berbeda antara satu reksadana dengan reksadana lainnya, tergantung dari jenis reksadana itu
sendiri. Manager Investasi tersebut akan mengelola Portofolio Efek
untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif