Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur semua aspek kehidupan baik hal yang besar maupun hal yang kecil sekalipun. “Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan sepanjang masa, mencakup semuanya, dan semua tempat”. 1 Islam adalah agama yang senantiasa mengajak pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukan. Oleh sebab itu Al-Qur’an menyebutkan kegiatan dakwah dengan kata Aḥ sanu Qaula. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang begitu tinggi dan mulia bagi kemajuan agama Islam. 2 Adapun mengenai permulaan dakwah dimasa Rasul, Hasan Ibrahim mengatakan dalam salah satu bukunya yang berjudul Dustur Dakwah Al-Quran “Permulaan dakwah Islam berasal dari turunnya surat Al-Mudatsir ayat 1-7 sebagai perintah kepada Rasul untuk memulai dakwah”. 3 Dakwah sendiri merupakan senjatanya para Nabi dan Rasul Allah dalam mengembangkan agama Islam kepada umat manusia sejak zaman dulu kala sampai akhir zaman. Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang didalam hatinya beriman kepada Allah, baik sekelompok orang maupun bagi setiap individu yang 1 Rusmiati dkk, Panduan Mentoring Agama Islam, Jakarta: Departemen Pembinaan Iqro Club, 2003, hlm. 28. 2 Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema InsaniPress, 1998, hlm. 79. 3 Hasan Ibrahim, Dustur Dakwah Menurut Al-Quran, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, hlm. 348. 2 mengerti, memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Adapun mereka yang benar-benar profesional dibidang dakwah dan mengerti tata cara penyampaian dakwah yang baik, istilah ini lebih dikenal dengan sebutan da’i atau mubalig. 4 Dunia yang semakin hari semakin maju dan modern, perkembangannya pun semakin cepat, dan kerusakan yang ditimbulkanya pun juga semakin banyak. Maka manusia perlu diberikan pengarahan-pengarahan lagi tentang etika-etika dalam bermasyarakat dan berkarya di dunia, sehingga tidak saling berlomba untuk semakin maju dan maju tanpa memperdulikan efek setelahnya. Terutama keberadaan anak muda sebagai penerus bangsa ditengah gempuran kemajuan zaman yang bebas ini. Oleh karena itu, dakwah sangatlah dibutuhkan saat ini sebagai satu-satunya alat yang digunakan untuk menyadarkan manusia kembali ke jalan yang benar. Pastinya dalam berdakwah tidak hanya sebatas menyampaikan kebenaran saja, tapi perlu adanya prinsip-prinsip dalam berdakwah, supaya dakwah itu dapat dilakukan dengan benar, tersusun dengan rapi, apik dan sebaik mungkin. Guna tercapainya tujuan dakwah perlu diperhatikan hal-hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam berdakwah salah satunya adalah metode dakwah yang akan dipergunakan. Berlandas dari surat An-Nahl: 125:                           4 Asmuni Syukir, Dasar- Dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al- Ikhlas, 1983, hlm.27. 3 Artinya: “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan ḥ ikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa orang-orang yang mendapat petunjuk. 5 Dalam surat An-Nahl 125 tersebut diatas dapat disimpulkan ada tiga metode yang dapat diterapkan yaitu: 1. Bil-Ḥ ikmah, menurut Muhammad Abduh mengatakan bahwa Ḥ ikmah sendiri adalah mengetahui rahasia dan faedah didalam tiap–tiap hal. Ḥ ikmah juga digunakan dalam arti ucapan yang sedikit lafaẓ akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakkan atau menempatkan sesuatu pada tempat atau semestinya. 6 2. al-mauiḍ ah al-ḥ asanah menurut Abd. Hamid al bilali al-mauiḍ ah al- ḥ asanah adalah memberikan nasehat atau membimbing kepada orang lain dengan perkataan yang lemah lembut agar mereka mau melakukan perbuatan baik. 7 3. Mujadalah Billati Hiya Aḥ san, menurut Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi dalam bukunya yang berjudul Managemen Dakwah Mujadalah Billati Hiya Aḥ san yaitu berdakwah dengan melakukan tukar pikiran dan memberi argumen dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang dapat memberatkan pada komunitas yang menjadi mad’u atau sasaran dakwah. 5 Departemen Agama RI, Al Hikmah Al Qur’an dan terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2008, hlm.281. 6 Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, Jakarta: Darul Haq, 2008, hlm. 145-146. 7 M. Munir, Metologi Dakwah, Jakarta: kencana , 2006. hlm.15-16. 4 Ketiga metode yang telah dipaparkan diatas tentunya memiliki kelebihannya masing-masing, akan tetapi peneliti lebih fokus terhadap metode dakwah bil- Ḥ ikmah. Sebab Ḥ ikmah merupakan hal penting pertama yang harus dimiliki oleh seorang da’i dalam melaksanakan dakwahnya. Karena dengan adanya ḥ ikmah ini dapat melahirkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam mengamalkan langkah- langkah dakwah, baik secara metodologis maupun praktis. 8 KH. Ahmad Dahlan adalah da’i sekaligus pendidik yang kredibilitasnya sudah tidak diragukan lagi dalam dunia dakwah. Meskipun ia sudah meninggal dunia tapi semangat dakwah dan peranannya masih dapat kita rasakan melalui amal usaha yang beliau tinggalkan. Oleh sebab itu meneliti dan melakukan studi atas kegiatan dakwah KH. Ahmad Dahlan menjadi penting dilakukan, terutama atas metode yang ia terapkan. Ini akan berguna untuk menjadi salah satu rujukan metode dalam pelaksanaan dakwah bagi para penyampai risalah Islam atau da’i dalam menghadapi dinamika perkembangan dakwah. Sehingga Perlu adanya analisis secara komperhensip dan objektif terhadap pemikiran-pemikiran yang dikemukakan dari seorang Ahmad Dahlan, hal inilah yang melatar belakangi penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang metode dakwah KH. Ahmad Dahlan, khususnya dakwah bil-ḥ ikmah sehingga peneliti mengajukan judul tesis : “METODE DAKWAH BIL- Ḥ IKMAH KH. AHMAD DAHLAN”. 8 M. Munir, Metologi Dakwah...., hlm. 14 5

B. Pembatasan Masalah