Kota Surakarta Sebagai Etalase Kota Dagang

4 Mebel, Jamu, Desa Wisata, Minapolitan, Handy Craft, Keramik, dsb. Terletak cukup strategis di antara Jalur Semarang-Yogyakarta-Surakarta sampai dengan di perbatasan Jawa Timur Mampu memberikan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Selain itu banyak produk-produk unggulan dari kawasan Subosukawonosraten juga sudah bersaing dengan produk-produk luar negri melalui perdagangan ekspor, dengan hal ini diharapkan kawasan Subosukawonosraten dapat mengatasi permasalahan ekonomi di Indonesia dengan perdagangan melalui produk-produk unggulan tiap-tiap daerah di wilayah Subosukawonosraten.

1.2.3 Kota Surakarta Sebagai Etalase Kota Dagang

Salah satu daerah unggulan kawasan Subosukawonosraten yaitu Kota Surakarta, Kota Surakarta sudah dikenal sebagai kota dagang sejak tahun 1870 dan telah berlangsung cukup lama hingga tahun 1970 ditandai dengan memiliki kekuatan bisnis lokal, tepatnya sejak Mataram pindah ke Kartasura perdagangan batik kaum pribumi sangat menonjol bahkan menjadi saingan berbahaya bagi perdangangan Belanda dalam hal pertekstilan. Pada waktu itu Jawa telah mampu mengekspor produk tekstil dan industri itu berkembang pesat pada akhir abad ke- 19. Hingga pada era Orde Baru mengalami perkembangan pesat sejak memasuki dekade 1980-an, banyak prasarana kota dibangun seperti jalan, air besih, dan perkantoran. Dalam periode ini yang menarik untuk dicermati adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pebankan dan pariwisata. Berkaitan dengan kebijakan itu bak jamur di musim hujan di Solo banyak bemunculan bangunan bank dan hotel, menyusul kemudian adalah bangunan pusat-pusat perbelanjaan. Kota Solo dan Kabupaten di wilayah Subosukawonosraten secara langsung maupun tidak langsung memiliki keterkaitan dalam hal perdagangan. Tiap-tiap Kabupaten memiliki banyak potensi alam dan industri sebagai komoditas perdagangan melalui UMKM. Kabupaten memasarkan barang dagangannya seperti pertanian dan peternakan ke Kota Solo yang merupakan pusat regional Subosukawonosraten. Adanya sektor unggulan yang berbeda, membawa keuntungan komparatif antar daerah untuk mengembangkan perekonomiannya. Kota Solo memerlukan Kabupaten di wilayah Subosukawonosraten sebagai 5 pemasok hasil primer, sedangkan Kabupaten di wilayah Subosukawonosraten memerlukan Kota Solo sebagai pemakai komoditas dan pusat Subosukawonosraten dengan fasilitas lebih lengkap. Dalam hal ini Kota Solo berperan sebagai daerah pusat perdagangan bagi komoditas-komoditas dari daerah Subosukawonosraten. Slogan Solo The Spirit of Java yang diproklamirkan menjadi identitas wilayah Subosukawonosraten, membawa energi baru bagi tujuh daerah yang tergabung dalam kawasan ini untuk terus memasarkan potensi unggulan masing- masing daerah dengan satu brand “Solo Raya”. Menilik pasal 3 ayat 3 Peraturan Bersama Walikota dan Bupati Se-Solo Raya tentang Identitas Wilayah Subosukawonosraten, dapat diketahui bahwa sasaran eksternal nasional dan internasional penggunaan identitas wilayah tersebut adalah untuk membangun citra kawasan yang menarik, mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengenalkan Subosukawonosraten sebagai wilayah yang potensial bagi kegiatan investasi, perdagangan dan pariwisata. Dengan kata lain ada alasan tersirat bahwa dengan identitas wilayah yang jelas dan unik diharapkan akan dapat mewujudkan kawasan Subosukawonosraten sebagai pusat gravitasi pertumbuhan ekonomi baru baik di wilayah Provinsi Jawa Tengah, nasional bahkan internasional.

1.2.4 Keterbatasan Lahan