KRITERIA DAN FUNGSI LAPISAN PADA PERKERASAN LENTUR.

26 Repetisi Beban Timbul rutting lendutan pada jalur roda Timbul retak-retak pada permukaan Penurunan Tanah Dasar Jalan bergelombang mengikuti tanah dasar Bersifat sebagai balok diatas perletakan Perubahan Temperatur Modulus kekakuan berubah. Timbul tegangan dalam yang kecil Modulus kekakuan tidak. berubah timbul tegangan dalam yang besar Sumber: Silvia Sukirma

II.2. KRITERIA DAN FUNGSI LAPISAN PADA PERKERASAN LENTUR.

Upaya yang dilakukan dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan, maka kontruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu yang dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu : a. Syarat-syarat berlalu-lintas.  Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak berlubang.  Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja diatasnya.  Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tak mudah selip.  Permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari. b. Syarat-syarat kekuatanstruktural. Kontruksi perkerasan jalan dipandang dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban, haruslah memenuhi syarat-syarat: 27  Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan bebanmuatan lalu- lintas ke tanah dasar.  Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di bawahnya.  Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat cepat di alirkan.  Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti. Secara jelas susunan lapis konstruksi perkerasan lentur terdiri dari : a. Lapis Permukaan surface course Lapisan permukaan pada umumnya dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Lapisan ini terletak paling atas, yang berfungsi sebagai berikut:  Menahan beban roda, oleh karena itu lapisan perkerasan ini harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa layan.  Lapisan kedap air, sehingga air hujan tidak meresap ke lapisan di bawahnya yang akan mengakibatkan kerusakan pada lapisan tersebut.  Lapis aus, lapisan yang langsung terkena gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.  Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawahnya, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain. Jenis lapis permukaan yang banyak digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut: 28  Lataston lapis tipis aspal beton, yaitu lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, mineral pengisi dan aspal keras dengan perbandingan tertentu dan tebal antara 2 – 3,5 cm. Jenis lapisan di atas merupakan jenis lapisan yang bersifat nonstructural yang berfungsi sebagai lapisan aus dan penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air dan memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu-lintas. Pemilihan bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana, serta pentahapan kontruksi agar di capai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan. Jenis lapisan berikutnya merupakan jenis lapisan yang bersifat structural yang berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda, antara lain:  Penetrasi macadam lapen, yaitu lapis pekerasan yang terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Tebal lapisan bervariasi antara 4 – 10 cm.  Lasbutag, yaitu lapisan yang terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal lapisan padat antara 3 – 5 cm.  Laston lapis aspal beton, yaitu lapis perkerasan yang terdiri dari campuran aspal keras dengan agregat yang mempunyai gradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Laston terdiri dari 3 macam campuran, Laston Lapis Aus AC-WC, Laston Lapis Pengikat AC-BC dan Laston Lapis Pondasi ACBase. 29  Ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19mm, 25mm dan 37,5 mm. Jika campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi masing-masing campuran dan tebal nominal rancangan. b. Lapis Pondasi Atas base course Lapisan pondasi atas terletak tepat di bawah lapisan perkerasan, maka lapisan ini bertugas menerima beban yang berat. Oleh karena itu material yang digunakan harus berkualitas tinggi dan pelaksanaan di lapangan harus benar. c. Lapis Pondasi Bawah subbase course Lapis pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi dan tanah dasar. Jenis pondasi bawah yang biasa digunakan di Indonesia adalah sebagai berikut:  Lapis Pondasi Agregat, dibedakan atasAggregat kelas A, Agregat kelas B, Agregat kelas C.. d. Tanah Dasar subgrade Lapisan paling bawah adalah lapisan tanah dasar yang dapat berupa permukaan tanah asli, tanah galian atau tanah timbunan yang menjadi dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Perkerasan lain diletakkan di atas tanah dasar, sehingga secara keseluruhan mutu dan daya tahan seluruh konstruksi perkerasan tidak lepas dari sifat tanah dasar. II.3.BAHAN PENCAMPURAN ASPAL PANAS 30 II.3.1. AGREGAT Batuan atau agregat untuk campuran beraspal umumnya diklasifisikan berdasarkan sumbernya, seperti contohnya agregat alam,agregat hasil pemrosesan, agregat buatan atau agregat artifisial. Secara umum bahan penyusunan beton aspal terdiri dari agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi dan aspal sebagai bahan pengikat. Dimana bahan bahan tersebut sebelum digunakan harus diperiksa di laboratorium. Agregat yang akan dipergunakan sebagai material campuran perkerasan jalan haruslah memenuhi persyaratan sifat dan gradasi agregat seperti yang ditetapkan didalam buku spesifikasi pekerjaan jalan atau ditetapkan badan yang berwenang. Menurut Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI untuk Campuran Beraspal Panas, Dep. PU, 2010 Revisi III memberikan persyaratan untuk agregat sebagai berikut. 1. Agregat Kasar Tabel 2.3. Ketentuan Agregat Kasar untuk Campuran Beton Aspal. Jenis pemeriksaan Standart Syarat maksmin Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat. SNI 3407-2008 Maks. 12 Maks 18 Abrasi dengan Mesin Los Angeles SNI 2417-2008 Maks. 40 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439-2011 Min. 95 Angularitas SNI 7619-2002 9590 Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Maks. 10 Material lolos Saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks.2 31 Sumber : Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010 Revisi III Catatan : 9590 menunjukkan bahwa 95 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih. Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5 2. Agregat Halus Tabel 2.4.Ketentuan Agregat Halus untuk Campuran Beton Aspal. Jenis Pemeriksaan Standar Syarat MaksMin Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Maks. 60 Material lolos saringan No. 200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 10 Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 Kadar Lempung SNI 3432 : 2008 Maks. 1 Sumber : Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi VI Perkerasan Beraspal, Dep. PU, 2010 Revisi III 3. Bahan Pengisi filler Menurut SNI 03-6723-2002 yang dimaksud bahan pengisi adalah bahan yang lolos ukuran saringan no.30 0,59 mm dan paling sedikit 65 lolos saringan no.200 0.075 mm. Pada waktu digunakan bahan pengisi harus cukup kering untuk dapat mengalir bebas dan tidak boleh menggumpal. Macam bahan pengisi yang dapat digunakan ialah: abu batu, kapur padam, portland cement PC, debu dolomite, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak 32 plastis lainnya. Banyaknya bahan pengisi dalam campuran aspal beton sangat dibatasi. Kebanyakan bahan pengisi, maka campuran akan sangat kaku dan mudah retak disamping memerlukan aspal yang banyak untuk memenuhi workability. Sebaliknya kekurangan bahan pengisi campuran menjadi sangat lentur dan mudah terdeformasi oleh roda kendaraan sehingga menghasilkan jalan yang bergelombang. Tabel 2.5. Gradasi Bahan Pengisi. Ukuran Saringan Persen Lolos No. 30 600 mikron 100 No. 50 300 mikron 95 – 100 No. 200 75 mikron 70 – 100 Sumber : SNI 03-6723-2002 spesifikasi bahan pengisi untuk campuran beraspal Material filler bersama-sama dengan aspal membentuk mortar dan berperan sebagai pengisi rongga sehingga meningkatkan kepadatan dan ketahanan campuran serta meningkatkan stabilitas campuran, sedangkan pada campuran laston filler berfungsi sebagai bahan pengisi rongga dalam campuran. Pada prakteknya fungsi dari filler adalah untuk meningkatkan viskositas dari aspal dan mengurangi kepekaan terhadap temperature. Meningkatkan komposisi filler dalam campuran dapat meningkatkan stabilitas campuran tetapi menurunkan kadar air void rongga udara dalam campuran. Berikut hasil pengujian kandungan apa saja yang terkandung dalam Semen dan Abu Vulkanik Gunung Sinabung. Dan Abu Kapur 33 Tabel 2.6. Kandungan dalam Semen Portland dan Abu Vulkanik Sinabung Sumber : Laboratorium FMIPA Kimia Universitas Sumatera Utara Tabel 2.7 Kandungan dalam Abu Kapur Sumber : Rosenqvist T., 2004, “Principles Of Extractive Metallurgy”, Second Edition, Tapir Academic Press, Trondheim. 34 4. Gradasi Gabungan Gradasi untuk gabungan campuran aspal ditunjukkan dalam persen terhadap berat aggregat dan bahan pengisi ,harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam tabel spesifikasi umum 2010 revisi III Tabel.2.8 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal Sumber :Spesifikasi Umum 2010 Revisi III 35 II.3.2. ASPAL Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Jenis Aspal yang digunakan adalah Aspal buatan Minyak Aspal minyak dengan bahan dasar aspal AC asphalt concrete.dan ditentukan berdasarkan spesifikasi divisi VI 2010 Revisi III pada tabel 2.8 Tabel 2.9 Persyaratan aspal minyak pada spesifikasi umum Sumber : Spesifikasi Umum 2010 Revisi III 36

II.4. MARSHALL TEST