KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI PROVINSI BENGKULU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (TAHUN 2011-2014) Ketimpangan Perekonomian Di Provinsi Bengkulu Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Tahun 2011-2014).

(1)

KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI PROVINSI BENGKULU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (TAHUN 2011-2014)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh : SEPTA SUNANDA

B300130094

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN – S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

1

KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI PROVINSI BENGKULU DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA ( TAHUN 2011-2014)

ABSTRAKSI

Ketimpangan dan pemerataan menjadi masalah utama dalam pembangunan daerah, bahkan ketimpangan ini akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak akan bermanfaat dalam pemecahan masalah kemiskinan. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel independen yaitu PDRB, Jumlah Penduduk dan IPM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketimpangan perekonomian dan besarnya pengaruh PDRB, Jumlah Penduduk dan IPM terhadap tingkat ketimpangan perekonomian di Provinsi Bengkulu tahun 2011-2014. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan di Provinsi Bengkulu tergolong rendah jika dilihat dari perhitungan rasio pertumbuhan antara kabupaten dan provinsi. Sedangkan hasil analisis regresi data panel dapat diambil kesimpulan bahwa Fixed Effect Model (FEM) adalah model regresi data panel yang paling tepat. Berdasarkan uji validitas pengaruh atau uji t, variabel PDRB memiliki pengaruh negaitif dan signifikan terhadap ketimpangan perekonomian sedangkan variabel Jumlah Penduduk dan IPM memiliki pengaruh positif dan signifikan. Berdasarkan uji F, variabel PDRB, Jumlah Penduduk dan IPM secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap ketimpangan perekonomian. Kata kunci: Jumlah Penduduk, Ketimpangan Perekonomian, PDRB, IPM

ABSTRACT

Inequality and equity become a major problem in the construction area, even these imbalances will lead to economic growth will not be helpful in solving the problem of poverty. This study uses three (3) independent variables are the GDP, Population and HDI. This study aims to determine the level of economic inequality and the influence of the GDP, Population and HDI on the level of economic inequality in Bengkulu province in 2011-2014. Methods of analysis used in this study is panel data regression analysis. The results showed that the level of inequality in the Bengkulu Province is relatively low when seen from the calculation of the growth rate between the district and the province. While the panel data regression analysis results can be concluded that the Fixed Effects Model (FEM) is a panel data regression model is most appropriate. Based on test validity or the effect of the t test, the GDP variable has a significant influence on the negaitif and economic inequality while variable Population and HDI has a positive and significant impact. Based on the test F, variable GDP, Population and HDI simultaneously or jointly affect the economic imbalance.


(6)

2 1. PENDAHULUAN

Proses pembangunan suatu negara diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu pembangunan adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi berkaitan pula dengan peningkatan produksi barang dan jasa, dimana dalam hal ini dapat diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Todaro (2003) memberikan definisi pembangunan ekonomi merupakan suatu bentuk usaha untuk mengurangi kemiskinan, ketidakmerataan distribusi pendapatan serta pengangguran, yang merupakan suatu proses multidimensional dalam konteks pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan yang merata sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi harus diikuti pula pemerataan ekonomi yaitu dengan pengurangan tingkat ketimpangan. Semakin tinggi ketimpangan ekonomi akan memperlebar sekat pemisah antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya. Ketimpangan dalam pembangunan ekonomi antar wilayah merupakan salah satu aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah.

Penyebab ketimpangan antar daerah antara lain: kegiatan ekonomi wilayah, alokasi yang digunakan untuk investasi, rendahnya tingkat mobilitas antar daerah, perbedaan sumber daya alam yang dimiliki, kondisi geografis suatu daerah, dan tersendatnya perdagangan antar daerah (Tambunan, 2003).

Pemerintah baik pusat maupun daerah selalu menetapkan target laju pertumbuhan yang harus dicapai dalam perencanaan dan tujuan pembangunan. Melalui Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1999 revisi menjadi Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (UU RI Nomor 33, 2004), merupakan suatu upaya pemerintah pusat dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah. Hal ini bertujuan agar daerah berlomba-lomba dalam membangun dan meningkatkan pertumbuhan ekonominya.


(7)

3

Kesejahteraan masyarakat diharapkan dapat tercapai dengan dilaksanakannya otonomi daerah dan pelimpahan kewenangan pembangunan daerah. Maka pembangunan terlebih daerah yang tertinggal dan terbelakang dapat lebih digerakkan. Daerah dapat menggali potensinya dari aspirasi masyarakat sehingga proses pembangunan secara keseluruhan dapat ditingkatkan dan secara bersama dapat mengurangi ketimpangan antar wilayah (Sjafrizal, 2008).

Provinsi Bengkulu saat ini memiliki 10 (sepuluh) kabupaten dan kota yang tentunya memiliki berbagai masalah yang harus segera diatasi, seperti masalah pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan perekonomian. Sebagai wilayah yang memiliki banyak kabupaten pemekaran baru, aspek pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan menjadi sangat penting untuk di perhatikan, agar tujuan utama dari pemekaran daerah dapat tercapai sebagai salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia.

Grafik 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 (persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkulu Tengah 2016

Grafik diatas menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing kabupaten/kota dalam Provinsi Bengkulu pada tahun 2015. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Kota Bengkulu selain memiliki nilai PDRB tertinggi juga memilkik nilai pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula.


(8)

4

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI

PROVINSI BENGKULU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA (TAHUN 2011-2014)”.

Ma’mun Musfidar (2012) dengan judul penelitian “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan Distribusi Pendapatan di Sulawesi Selatan Tahun

2001-2010”, alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Variabel independen yang digunakan adalah Populasi Penduduk, UMR, Kontribusi sektor industri, dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil pengujian uji t didapatkan hasil bahwa semua variabel independen yaitu populasi penduduk, UMR, kontribusi sektor industry dan pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Sulawesi Selatan tahun 2001-2010 karena semua nilai p-value< α yaitu 0,05.

Suyatno (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Disparitas

Perekonomian di Wilayah Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur) Tahun

1996-2011”, dengan menggunakan alat analisis Indeks Williamsons dan juga

regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil perhitungan rumus Indeks Williamsons selama tahun 1996-2011 di Provinsi Jawa Barat (0,096), Jawa Tengah (0,214), dan Jawa Timur (0,086) semuanya memiliki tingkat ketimpangan yang cukup rendah. Kemudian berdasarkan hasil uji regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least

Square (OLS) dapat diketahui bahwa semua variabel independen yaitu PDRB

perkapita, Jumlah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan perekonomian di wilayah Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur) tahun 1996-2011, Sedangkan variabel APBD (sisi pengeluaran) tidak memiliki pengaruh.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan tipe data panel. Data panel merupakan gabungan data runtut waktu (time series)


(9)

5

dan data cross section. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Adapun data yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan tingkat kemiskinan Provinsi Bengkulu tahun 2011-2014.

2.2 Metode Analisis Data

Kesenjangan perekonomian dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Rasio Pertumbuhan Kabupaten dan provinsi. Adapun tujuan dari analisis ini adalah sebagai bahan untuk melihat adanya ketimpangan antar wilayah maupun sektor ekonomi.

Pengukuran ini didasarkan pada variasi-variasi dari hasil pembangunan perekonomian antar wilayah yaitu berupa besaran Pertumbuhan Ekonomi. Jika nilai RPKP >1 maka suatu wilayah dapat dikatakan merata dan sebaliknya bila nilai RPKP <1 maka wilayah tersebut mengalami masalah ketimpangan.

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi data panel. Data panel merupakan gabungan data deret waktu (time series) dengan cross section. Dengan kata lain, data panel adalah data yang diperoleh dari data cross section yang diobservasi berulang pada unit objek yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan demikian, akan diperoleh gambaran tentang perilaku beberapa objek tersebut selama beberapa periode waktu. (Tarigan, 2012).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rasio pertumbuhan antara kabupaten provinsi (RPKP) sedangkan variabel independennya adalah PDRB atas harga konstan, Jumlah Penduduk (JP), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Secara umum, formula dari model regresi panel adalah sebagai berikut:

Keterangan: i : 1, 2, ...., N t : 1, 2, ...., T Y : Variabel terikat α : Koefisien intersep

β :Menunjukkan arah dan pengaruh masing-masing X : Variabel bebas


(10)

6 N : Banyaknya observasi

T : Banyaknya waktu

µ : Faktor gangguan atau tidak dapat diamati 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan rasio pertumbuhan menunjukkan bahwa nilai rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi untuk tahun 2011 hanya Kabupaten Rejang Lebong dan Kota Bengkulu yang memiliki nilai lebih dari 1 (satu) artinya pertumbuhan di kedua wilayah tersebut melebihi pertumbuhan Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2012 hanya Kota Bengkulu yang pertumbuhannya berada di atas pertumbuhan Provinsi Bengkulu.

Tahun 2013 beberapa daerah yang memiliki nilai pertumbuhan lebih dari 1 (satu) yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Kepahiang dan Kota Bengkulu. Pada tahujn 2014 juga beberapa daerah memiliki pertumbuhan dengan rasio lebih dari 1 (satu) yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Kepahiang dan Kota Bengkulu. Dari perhitungan diatas adalah dapat disimpulkan bahwa daerah-daerah yang memiliki rasio lebih dari satu terdapat indikasi pembangunan yang lebih merata.

Tabel 1

Ringkasan Hasil Penelitian

Variabel Koefesien Model

PLS FEM REM

C -0.844859 -5.077666 -1.542522 PDRB -3.59E-07 -2.08E-07 -5.26E-08 JP 5.10E-07 1.13E-05 6.02E-07 IPM 0.027845 0.071666 0.039092 R2 0.348609 0.728592 0.299552

Prob F-stat 0.000038 0.000001 0.001185


(11)

7

Berdasarkan hasil estimasi data panel, untuk memilih model yang terbaik dengan menggunakan uji chow dan hausman, maka model yang terbaik adalah

Fixed Effect Model (FEM).

Pada tabel hasil regresi FEM nilai PDRB p-value sebesar 0.0072, JP

p-value sebesar 0.0163 dan IPM p-value sebesar 0.0000. Dengan signifikansi α =

0,05 atau 5%.

Pengujiannya adalah variabel PDRB p-value sebesar 0,0072 < 0,05; H0 1

ditolak maka variabel PDRB memiliki pengaruh signifikan. Variabel JP p-value

sebesar 0,0163 < 0.05; H0 2 ditolak maka variabel PDRB memiliki pengaruh

signifikan. Variabel IPM p-value sebesar 0,0000 < 0,05; H0 3 ditolak maka

variabel PDRB memiliki pengaruh signifikan. Kesimpulannya adalah semua variabel independen yaitu PDRB, JP dan IPM memiliki pengaruh signifikan terhadap ketimpangan perekonomian atau Rasio Pertumbuhan Kabupaten dan Provinsi.

Hasil pengujian Uji F adalah prob F-statistic 0,000001 < α = 0,05; H0

ditolak maka model yang dipakai eksis. Variabel PDRB, JP dan IPM secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap nilai variabel ketimpangan perekonomian atau Rasio Pertumbuhan Kabupaten dan Provinsi (RPKP).

Berdasarkan hasil output regresi menunjukkan Adjusted R-square (R2)

sebesar 0.7285 atau 72.85 % artinya adalah 72.85 % variasi variabel rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi dapat dijelaskan oleh variasi variabel PDRB, jumlah penduduk (JP) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam model, dan sisanya sebesar 0.2715 atau 27.15 % variasi variabel rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

1. PDRB dan Ketimpangan Perekonomian

Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan hasil bahwa PDRB mempengaruhi ketimpangan perekonomian. PDRB berpengaruh positif dan


(12)

8

signifikan terhadap ketimpangan perekonomian yang diukur dengan rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi pada tahun 2011-2014 dengan besarnya koefisien -2.08E-07 (-0.000000208). Artinya, setiap kenaikan variabel PDRB sebesar Rp. 1 Juta akan menurunkan ketimpangan perekonomian sebesar 0.000000208.

2. Jumlah Penduduk (JP) dan Ketimpangan Perekonomian

Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk mempengaruhi tingkat ketimpangan perekonomian yang diukur dengan rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi. Jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan perekonomian pada tahun 2011-2014 dengan besarnya koefisien 1.13E-05 (0.0000113). Artinya, variabel jumlah penduduk di Provinsi Bengkulu naik sebesar 1 (satu) jiwa dapat mengakibatkan naiknya tingkat ketimpangan perekonomian sebesar 0,0000113.

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Ketimpangan Perekonomian Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan bahwa variabel IPM mempengaruhi tingkat ketimpangan perekonomian yang diukur dengan rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi. IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan perekonomian pada tahun 2011-2014 dengan besarnya koefisien 0.071666. Artinya, variabel IPM di Provinsi Bengkulu naik sebesar 1 (satu) satuan dapat mengakibatkan naiknya tingkat ketimpangan perekonomian sebesar 0,071666.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten bahwa ketimpangan perekonomian di Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2014 cukup rendah yaitu


(13)

9

Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Kepahiang dan Kota Bengkulu. Kabupaten-kabupaten tersebut memiliki rasio pertumbuhan yang hampir setipa tahun berada diatas rata-rata Provinsi Bengkulu.

2. Pengujian model menggunakan uji chow menunjukkan bahwa model FEM lebih tepat digunakan dari model PLS. Selanjutnya, dengan uji Hausman didapatkan hasil bahwa model FEM lebih tepat digunakan daripada model REM. Oleh karena itu penelitian ini diputuskan menggunakann model FEM.

3. Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) pada signifikansi (α) sebesar 0,05 , nilai JP dan IPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan perekonomian. Sedangkan nilai PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat ketimpangan perekonomian yang diukur dengan menggunakan rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi.

4.2 Saran

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, mka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

1. Berdasarkan angka ketimpangan yang diperoleh dengan menghitung rasio pertumbuhan kabupaten, diharapkan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dapat membuat kebijakan untuk memperkecil ketimpangan perekonomian dengan cara memaksimalkan potensi yang dimiliki secara berkelanjutan (seperti memaksimalkan SDA, SDM, pembukaan akses-akses baru dan sebagainya). Khusus untuk Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki nilai ketimpangan atau rasio di bawah rata-rata, agar segera mengambil kebijakan dan langkah alternatif agar angka ketimpangan dapat ditekan seperti kabupaten/kota yang lain.

2. Bagi Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam upaya menurunkan tingkat ketimpangan perekonomian perlu memperhatikan PDRB, Jumlah Penduduk,


(14)

10

dan IPM sehingga kebijakan yang diambil dapat tepat sasaran sehingga dapat memberikan efek positif dalam menekan angka ketimpangan.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang terkait, diharapkan untuk dapat mengembangkan lebih lanjut baik dengan cara mengembangkan variabel maupun analisis agar hasil penelitian lebih sempurna. Diharpakan juga agar melihat kondisi objek penelitian secara riil.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN. Yogyakarta

Barika. 2012. Analisis Ketimpangan Pembangunan Wilayah Kabupaten/Kota di

Provinsi Bengkulu Tahun 2005-2009. Jurnal Ekonomi Perencanaan

Pembangunan Vol.4 No. 03. Januari-Juni 2012. Bengkulu. Ditelusuri pada tanggal 19 September 2016.

Badan Pusat Statistik. 2015. Provinsi Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu : Bengkulu

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill/Irwin Companies, Inc.

Iswanto, Denny. 2015. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota dan

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Jurnal: SignifikanVol 4.

No. 1 April 2015. Tangerang Selatan. Ditelusuri pada tanggal 10 September 2016.

Jhingan, ML. 1993. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Juanda, Bambang. 2012. Ekonometrika Deret Waktu Teori dan Aplikasi. Bogor: PT Penerbit IPB Presss.

Khairunnisa, A,. Hidayat, P. 2011. Analisis Disparitas Pembangunan Ekonomi

Antar Kecamatan di Kota Medan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.3

No.07. Medan. Ditelusuri pada tanggal 19 September 2016.

Musfidar, Ma’mun . 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan

Distribusi Pendapatan Di Sulawesi Selatan Tahun 2001-2010. Skripsi.


(15)

11

Nurlaili, Ani. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan

Distribusi Pendapatan di Pulau Jawa Tahun 2007-2013. Skripsi.

Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta

Richardson, H.W. (1991). Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional (Terjemahan) . LPFE UI. Jakarta

Sukirno, Sadono. 2010. Pengantar Makro Ekonomi . Raja Grafindo Persada. Jakarta

Santosa, Siswoyo Hari. 2015. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembangunan Ekonomi Wilayah Di Satuan Wilayah Pembangunan Iv

Propinsi Jawa Timur. Jurnal Media Trend Vol 10, No. 2 Oktober 2015.

Jember. Ditelusuri pada tanggal 10 September 2016.

Sjafrizal. 2008. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat, Jurnal Buletin Prisma. Jakarta. Ditelusuri pada tanggal 10 September 2016.

Suyatno. 2013. Analisis Disparitas Perekonomian di Wilayah Jawa (Jawa Bar at,

Jawa Tengah, dan Jawa Timur) Periode 1996-2011. Skripsi 2013.

Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta

Tambunan, Tulus, 2003. Transformasi Ekonomi di Indonesia : Teori dan

Penemuan Empiris. Salemba Empat : Jakarta

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.Bumi Aksara.

Todaro, Michael P dan Stephen C . Smith. 2010 . Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Erlangga

Undang – Undang No. 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Utomo, Yuni Prihadi. 2012. Buku Praktek Komputer Statistik II. Surakarta. Universitas Muhammdiyah Surakarta.

Wicaksono, Cholif Prasetio. 2010. Analisis Disparitas Pendapatan Antar Kabupaten / Kota dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2003 2007.Skripsi, April 2010. Universitas Diponegoro.

Semarang. Ditelusuri pada tanggal 10 September 2016.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan


(1)

N : Banyaknya observasi T : Banyaknya waktu

µ : Faktor gangguan atau tidak dapat diamati 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan rasio pertumbuhan menunjukkan bahwa nilai rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi untuk tahun 2011 hanya Kabupaten Rejang Lebong dan Kota Bengkulu yang memiliki nilai lebih dari 1 (satu) artinya pertumbuhan di kedua wilayah tersebut melebihi pertumbuhan Provinsi Bengkulu. Pada tahun 2012 hanya Kota Bengkulu yang pertumbuhannya berada di atas pertumbuhan Provinsi Bengkulu.

Tahun 2013 beberapa daerah yang memiliki nilai pertumbuhan lebih dari 1 (satu) yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Kepahiang dan Kota Bengkulu. Pada tahujn 2014 juga beberapa daerah memiliki pertumbuhan dengan rasio lebih dari 1 (satu) yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Kepahiang dan Kota Bengkulu. Dari perhitungan diatas adalah dapat disimpulkan bahwa daerah-daerah yang memiliki rasio lebih dari satu terdapat indikasi pembangunan yang lebih merata.

Tabel 1

Ringkasan Hasil Penelitian

Variabel Koefesien Model

PLS FEM REM

C -0.844859 -5.077666 -1.542522 PDRB -3.59E-07 -2.08E-07 -5.26E-08 JP 5.10E-07 1.13E-05 6.02E-07 IPM 0.027845 0.071666 0.039092 R2 0.348609 0.728592 0.299552 Prob F-stat 0.000038 0.000001 0.001185 Sumber: Output data Panel menggunakan Eviews 7


(2)

Berdasarkan hasil estimasi data panel, untuk memilih model yang terbaik dengan menggunakan uji chow dan hausman, maka model yang terbaik adalah

Fixed Effect Model (FEM).

Pada tabel hasil regresi FEM nilai PDRB p-value sebesar 0.0072, JP

p-value sebesar 0.0163 dan IPM p-value sebesar 0.0000. Dengan signifikansi α =

0,05 atau 5%.

Pengujiannya adalah variabel PDRB p-value sebesar 0,0072 < 0,05; H0 1 ditolak maka variabel PDRB memiliki pengaruh signifikan. Variabel JP p-value

sebesar 0,0163 < 0.05; H0 2 ditolak maka variabel PDRB memiliki pengaruh signifikan. Variabel IPM p-value sebesar 0,0000 < 0,05; H0 3 ditolak maka variabel PDRB memiliki pengaruh signifikan. Kesimpulannya adalah semua variabel independen yaitu PDRB, JP dan IPM memiliki pengaruh signifikan terhadap ketimpangan perekonomian atau Rasio Pertumbuhan Kabupaten dan Provinsi.

Hasil pengujian Uji F adalah prob F-statistic 0,000001 < α = 0,05; H0 ditolak maka model yang dipakai eksis. Variabel PDRB, JP dan IPM secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap nilai variabel ketimpangan perekonomian atau Rasio Pertumbuhan Kabupaten dan Provinsi (RPKP).

Berdasarkan hasil output regresi menunjukkan Adjusted R-square (R2)

sebesar 0.7285 atau 72.85 % artinya adalah 72.85 % variasi variabel rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi dapat dijelaskan oleh variasi variabel PDRB, jumlah penduduk (JP) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam model, dan sisanya sebesar 0.2715 atau 27.15 % variasi variabel rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

1. PDRB dan Ketimpangan Perekonomian

Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan hasil bahwa PDRB mempengaruhi ketimpangan perekonomian. PDRB berpengaruh positif dan


(3)

signifikan terhadap ketimpangan perekonomian yang diukur dengan rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi pada tahun 2011-2014 dengan besarnya koefisien -2.08E-07 (-0.000000208). Artinya, setiap kenaikan variabel PDRB sebesar Rp. 1 Juta akan menurunkan ketimpangan perekonomian sebesar 0.000000208.

2. Jumlah Penduduk (JP) dan Ketimpangan Perekonomian

Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk mempengaruhi tingkat ketimpangan perekonomian yang diukur dengan rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi. Jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan perekonomian pada tahun 2011-2014 dengan besarnya koefisien 1.13E-05 (0.0000113). Artinya, variabel jumlah penduduk di Provinsi Bengkulu naik sebesar 1 (satu) jiwa dapat mengakibatkan naiknya tingkat ketimpangan perekonomian sebesar 0,0000113.

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Ketimpangan Perekonomian

Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan bahwa variabel IPM mempengaruhi tingkat ketimpangan perekonomian yang diukur dengan rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi. IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketimpangan perekonomian pada tahun 2011-2014 dengan besarnya koefisien 0.071666. Artinya, variabel IPM di Provinsi Bengkulu naik sebesar 1 (satu) satuan dapat mengakibatkan naiknya tingkat ketimpangan perekonomian sebesar 0,071666.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil perhitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten bahwa ketimpangan perekonomian di Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2014 cukup rendah yaitu


(4)

Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Kepahiang dan Kota Bengkulu. Kabupaten-kabupaten tersebut memiliki rasio pertumbuhan yang hampir setipa tahun berada diatas rata-rata Provinsi Bengkulu.

2. Pengujian model menggunakan uji chow menunjukkan bahwa model FEM lebih tepat digunakan dari model PLS. Selanjutnya, dengan uji Hausman didapatkan hasil bahwa model FEM lebih tepat digunakan daripada model REM. Oleh karena itu penelitian ini diputuskan menggunakann model FEM.

3. Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) pada signifikansi (α) sebesar 0,05 , nilai JP dan IPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan perekonomian. Sedangkan nilai PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat ketimpangan perekonomian yang diukur dengan menggunakan rasio pertumbuhan kabupaten dan provinsi.

4.2 Saran

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, mka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

1. Berdasarkan angka ketimpangan yang diperoleh dengan menghitung rasio pertumbuhan kabupaten, diharapkan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dapat membuat kebijakan untuk memperkecil ketimpangan perekonomian dengan cara memaksimalkan potensi yang dimiliki secara berkelanjutan (seperti memaksimalkan SDA, SDM, pembukaan akses-akses baru dan sebagainya). Khusus untuk Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki nilai ketimpangan atau rasio di bawah rata-rata, agar segera mengambil kebijakan dan langkah alternatif agar angka ketimpangan dapat ditekan seperti kabupaten/kota yang lain.

2. Bagi Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam upaya menurunkan tingkat ketimpangan perekonomian perlu memperhatikan PDRB, Jumlah Penduduk,


(5)

dan IPM sehingga kebijakan yang diambil dapat tepat sasaran sehingga dapat memberikan efek positif dalam menekan angka ketimpangan.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang terkait, diharapkan untuk dapat mengembangkan lebih lanjut baik dengan cara mengembangkan variabel maupun analisis agar hasil penelitian lebih sempurna. Diharpakan juga agar melihat kondisi objek penelitian secara riil.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. STIE YKPN. Yogyakarta

Barika. 2012. Analisis Ketimpangan Pembangunan Wilayah Kabupaten/Kota di

Provinsi Bengkulu Tahun 2005-2009. Jurnal Ekonomi Perencanaan

Pembangunan Vol.4 No. 03. Januari-Juni 2012. Bengkulu. Ditelusuri pada tanggal 19 September 2016.

Badan Pusat Statistik. 2015. Provinsi Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu : Bengkulu

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill/Irwin Companies, Inc.

Iswanto, Denny. 2015. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota dan

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Jurnal: SignifikanVol 4.

No. 1 April 2015. Tangerang Selatan. Ditelusuri pada tanggal 10 September 2016.

Jhingan, ML. 1993. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Juanda, Bambang. 2012. Ekonometrika Deret Waktu Teori dan Aplikasi. Bogor: PT Penerbit IPB Presss.

Khairunnisa, A,. Hidayat, P. 2011. Analisis Disparitas Pembangunan Ekonomi

Antar Kecamatan di Kota Medan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.3

No.07. Medan. Ditelusuri pada tanggal 19 September 2016.

Musfidar, Ma’mun . 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan

Distribusi Pendapatan Di Sulawesi Selatan Tahun 2001-2010. Skripsi.


(6)

Nurlaili, Ani. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan

Distribusi Pendapatan di Pulau Jawa Tahun 2007-2013. Skripsi.

Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta

Richardson, H.W. (1991). Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional (Terjemahan) . LPFE UI. Jakarta

Sukirno, Sadono. 2010. Pengantar Makro Ekonomi . Raja Grafindo Persada. Jakarta

Santosa, Siswoyo Hari. 2015. Disparitas Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembangunan Ekonomi Wilayah Di Satuan Wilayah Pembangunan Iv

Propinsi Jawa Timur. Jurnal Media Trend Vol 10, No. 2 Oktober 2015.

Jember. Ditelusuri pada tanggal 10 September 2016.

Sjafrizal. 2008. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat, Jurnal Buletin Prisma. Jakarta. Ditelusuri pada tanggal 10 September 2016.

Suyatno. 2013. Analisis Disparitas Perekonomian di Wilayah Jawa (Jawa Bar at,

Jawa Tengah, dan Jawa Timur) Periode 1996-2011. Skripsi 2013.

Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta

Tambunan, Tulus, 2003. Transformasi Ekonomi di Indonesia : Teori dan

Penemuan Empiris. Salemba Empat : Jakarta

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.Bumi Aksara.

Todaro, Michael P dan Stephen C . Smith. 2010 . Pembangunan Ekonomi. Jakarta : Erlangga

Undang – Undang No. 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Utomo, Yuni Prihadi. 2012. Buku Praktek Komputer Statistik II. Surakarta. Universitas Muhammdiyah Surakarta.

Wicaksono, Cholif Prasetio. 2010. Analisis Disparitas Pendapatan Antar Kabupaten / Kota dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2003 2007.Skripsi, April 2010. Universitas Diponegoro.

Semarang. Ditelusuri pada tanggal 10 September 2016.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan


Dokumen yang terkait

PERKEMBANGAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI LAMPUNG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA(2001 – 2012)

2 7 79

Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

0 12 101

ANALISIS KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA: STUDI ANALISIS KETIMPANGAN EKONOMI ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA: STUDI KASUS PROVINSI SUMATERA SELATAN (2004-2007).

0 2 21

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PULAU SUMATERA TAHUN 2011- ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PULAU SUMATERA TAHUN 2011-2015.

0 4 15

KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI PROVINSI BENGKULU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Ketimpangan Perekonomian Di Provinsi Bengkulu Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Tahun 2011-2014).

0 4 16

PENDAHULUAN Ketimpangan Perekonomian Di Provinsi Bengkulu Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Tahun 2011-2014).

0 4 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Timur (Tahun 2011-2015).

0 2 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan Di Provinsi Jawa Timur (Tahun 2011-2015).

0 3 17

MEMPENGARUHINYA Audit Delay dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014).

0 6 16

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran di provinsi Jawa Timur tahun 2011-2014 COVER

0 0 14