PROSES PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA BUNCU KABUPATEN BIMA (Study Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)

PROSES PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA BUNCU
KABUPATEN BIMA
(Study Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)

SKRIPSI
“Diajukan sebagai salah satu Syarat Mengikuti Ujian Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) dalam
rangka Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dengan Konsentrasi Ilmu Pemerintahan”

Oleh:
MULYANA
08230015

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

SURAT PERNYATAAN

Nama


: Mulyana

Tempat, Tanggal Lahir

: Bima, 25 November 1990

NIM

: 08230015

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan

: Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul:


Proses Pemilihan Kepala Desa Di Desa Buncu Kabupaten Bima (Study Tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)

Adalah bukan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali
dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik
sebagaimana yang berlaku.

Malang, 14 April 2012
Yang Menyatakan,

Mulyana

MOTTO HIDUP
Berikan senyuman anda kepada semua orang, namun berikan
hati anda kepada satu orang

Bangsa y ang masih bermusuhan masih membutuhkan bany ak

pahlaw an

Politik ibaratkan sebuah pisau y ang sangat tajam. Akan
bermanfaat jika digunakan dengan baik dan akan berbahay a
jika disalah gunakan bahkan tidak sedikit orang tersakiti
olehny a

A llah menceburkan manusia ke dalam mata air yang
dalam, tidak berkehendak menenggelamkannya, tetapi
berkehendak membersihkannya
(A ughey)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah penghargaan untuk mereka yang selalu
menilaiku dengan sebuah ketulusan dan kesabaran:

(Terimakasih tuk semuanya dalam hidup-KU)

Ayahanda (Almarhum) dan Ibunda,

Sodara-sodara-KU; kak Yanto , Rohana, KK Sri, Ahyar,Hendra
,Eka, Rusdi, K Ria, Sani,Sida, Ju, Rahmi, adinda lisda, & adikku
Joni Unyu
Eyang-KU; H. Ahmad & Ina Rija
Terkasih

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya. Juga tak lupa Shalawat serta Salam
semuga tercurah-limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi yang berjudul; “Proses Pemilihan Kepala Desa Di Desa Buncu
Kabupaten Bima (Study Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa
Buncu),” terinspirasi oleh kegelisahan seorang peneliti di tengah-tengah
kompleksitas persoalan pemilihan kepala Desa. Proses pemilihan memang
menjadi

barometer


implementasi

dari

semangat

Berdemokrasi

dimana,

dimalamnya lahir bersama persoalannya. Sudah sejauhmanakah signifikansi
pilkades sebagai pilar demokrasi terhadap pelaksanaan Pilkades Desa Buncu
Kabupaten Bima.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Kedua orang tuaku Aji (Almarhum), Umi, dan kakakku Yanto, saudaraku
Rohana yang tersayang dan semua Keluarga Besar saya dan tetangga-tetangga
saya yang telah banyak membantu; baik do’a, logistik, financial, maupun

dukungan moril sejak Kuliah hingga saya LULUS.
2.

Para pejabat pemerintah Desa, Masyarakat Desa Buncu, Panitia pilkades, dan
panitia pengawas pilkades yang ikut membantu memberikan informasi dan
data-data penting tentang penelitian (skripsi) ini.

3.

Dr. Muhajdir Effendy, M.AP selaku Rektor UMM yang telah memberikan

kesempatan untuk menempuh jenjang studi di UMM.
4.

Drs. Joko Widodo, M.Si selaku Pembantu Rektor 3 (PR III) UMM yang telah
memberikan support, bantuan dan kontribusi yang tak ternilai harganya.

5.

Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan FISIP UMM atas masukannya selama ini.


6.

Drs. Asep Nurjaman, M.Si selaku Pembantu Dekan 1 (PD I) FISIP UMM
yang ikut memberikan stimulus dan semangat untuk bangkit.

7.

Drs. Mas’muh, M.Si selaku Pembantu Dekan 3 (PD III) FISIP UMM orang
yang sejak awal berkontribusi besar dalam pengembangan karier politik
Penulis baik materil maupun moril khususnya di Kampus UMM.

8.

Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si selaku Ketua Jurusan (Kajur) Ilmu
Pemerintahan FISIP UMM yang selalu memberikan nasehat dan kritik
konstruktif atas terselesainya Penyusunan Skripsi.

9.


Drs. Jainuri, M.Si selaku Sekretaris Jurusan (Sekjur) Ilmu Pemerintahan
FISIP UMM sekaligis selaku Pebimbing satu yang selalu setia membimbing
dan mendampingi saya dalam membantu menyelesaikan kendala-kendala
teknis Skripsi hingga skripsi selesai, beliau berjasa besar dalam Skripsi
Penulis.

10. Prof. Dr. M. Mas’us Said selaku pembimbing satu

yang dengan awal

memberikan nasehat demi suksesnya studi Penulis.
11. Drs. Imam Hidayat, M.M selaku Pebimbing II (Dua) yang selalu setia
membimbing dan mendampingi saya dalam membantu penyelesaian kendalakendala teknis hingga skripsi dapat terselesaikan, beliau berjasa besar dalam
Penulis Skripsi ini.

12. Teman-teman Ilmu Pemerintahan Khususnya Mami/Lidia Susanti, Mbak Yu/
Lilik Rahayu, Hardi, Beta, Alfita dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan secara detail yang telah membantu memberikan semangat demi
terselesainya skripsi ini baik materiil maupun spirituil.
Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis

semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Dan penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 14 April 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Judul ..................................................................................................
Lembar Persetujuan ........................................................................................
Lembar Pengesahan ........................................................................................
Lembar Pernyataan .........................................................................................
Berita Acara Bimbingan Skripsi ......................................................................
Motto ..............................................................................................................
Persembahan ...................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................
Daftar Tabel....................................................................................................

Abstraksi ........................................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xii
xiii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................

1

B. Rumusan Masalah .........................................................................


9

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................

9

D. Manfaat Penelitian ........................................................................

10

E. Definisi Konseptual.......................................................................

10

F. Definisi Operasional .......................................................................

11

G. Metode Penelitian .........................................................................

12

1. Subjek Penelitian ......................................................................

12

2. Lokasi Penelitian ......................................................................

13

3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................

13

H. Analisisa Data ...............................................................................

14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemerintahan Desa. .......................................................................

16

1. Lembaga Musyawarah Desa ....................................................

18

2. Hak, Wewenang, Kewajiban dan Keputusan Desa ....................

20

B. Proses Pemilihan ...........................................................................

23

C. Pemilihan Kepala Desa ................................................................

25

1. Kampanye Pemilihan ................................................................

28

2. Partisipasi Politik Masyarakat ...................................................

31

3. Komunikasi Politik ...................................................................

34

4. Penyelenggaraan Pilkades .........................................................

37

5. Pemungutan dan Perhitungan Suara Pilkades ............................

41

6. Persoalan Politik Dalam Pilkades..............................................

43

BAB III : DESKRIPSI WILAYAH
A. Selintas Sejarah Desa Buncu .........................................................

47

B. Kondisi Umum Wilayah...............................................................

49

1.1.

Geografi..............................................................................

49

1.2.

Klimatologi.........................................................................

51

1.3.

Sumber Daya Manusia ........................................................

52

C. Sarana dan Prasarana ....................................................................

53

1.1. Sarana Pendidikan ..................................................................

53

1.2. Kesehatan...............................................................................

55

1.3. Keagamaan ............................................................................

56

1.4. Kondisi Ekonomi ...................................................................

57

1.5. Kesenian dan Kebudayaan......................................................

59

1.6. Gambaran Umum Kehidupan Politik Desa Buncu ..................

61

BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISA DATA
1. Tahap Persiapan ..............................................................................

63

a. Penetapan Pemilih ......................................................................

63

b. Pendekatan Calon .......................................................................

65

c. Verifikasi Calon..........................................................................

68

d. Penetapan Calon ..........................................................................

69

2. Tahap Sosialisasi .............................................................................

70

a. Penjadwalan Kampanye ..............................................................

70

b. Catatan Kepatuhan dan Pelanggaran ...........................................

72

3. Tahap Pemungutan Suara ................................................................

74

a. Pemungutan Suara ....................................................................

74

b. Penetapan Jumlah Suara ...........................................................

75

c. Penetapan Tingkat Perolehan Jumlah Suara Terbanyak............

76

4. Sistem Pengawasan .......................................................................

78

a. Panitian Pengawas Pilkades ......................................................

78

b. Jumlah Kasus dan Penyelesaian Kasus Pilkades .......................

80

1.1. Money Politics ................................................................

80

1.2. Perjudian Masal ..............................................................

82

1.3. Penambahan jumlah suara ...............................................

85

BAB V: PENUTUP
a. Kesimpulan .......................................................................................

88

b. Rekomendasi. ....................................................................................

90

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
Tabel1: Konsepsi Partisipasi Politik ………………………………………….. 32
Tabel 2: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ………………….…….. 50
Tabel 3: Jumlah kependudukan ………………………………………….……. 52
Tabel 4: Jumlah penduduk berdasarkan jumlah keluarga ..……………….….. 52
Tabel 5: Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan…………………………... 54
Tabel 6: Prasarana peribadatan di desa Buncu………………………………… 57
Tabel 7: Kondisi ekonomi masyarakat………………………………………… 58
Tabel 8: Ringkasan jumlah kasus dan penyelesaian kasus …………………… 86

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rozali. Mewujudkan Pemilu Yang Lebih Berkualitas: Pemilu Legislatif,
Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Alim, Abdul. MK Beri Kepepastian Keadilan Pemilu, Seputar Indonesia, Edisi 27
Oktober 2011.
Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, Jakarta:
Rajawali Pers, 2009.
J.A Deni, Catatan Politik, Yogyakarta: LKIS,2006.
Leibo, Jefta. & Supriyadi. Politik Local dan Pembangunan, Surakarta: Lindu
Pustaka, 2010
Materi Ngajar, Pendidikan Kewarganegaraan, Menjadi Warga Negara Yang Baik
untuk kelas IV. Jakarta.
Mazayasyah, Firman R. Jangan Percaya Politikus. Yogyakarta: Magma Pustaka.
2007.
Prasojo, Eko. Pemerintahan Politik Local di Jerman dan Prancis, Jakarta:
Salemba Humanika, 2009.
Pratiwi. Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Tugu Publisher, 2009.
Pujileksono,sugeng. Polemik pesta demokrasi, Malang: UMM Press, 1996
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT.Grasindo. 1992.
Soetisna Sendjaja Momon & Basah Sjachran. Pokok-pokok Pemerintahan
Didaerah dan Pemerintahan Desa, Bandung: Alumni. 1983.
Sawitri, Isma. Perjalanan Suara Nukitan Cerita dan Fakta Pemilihan Umum
2004, Jakarta: yayasan Obor Indonesia, 2007.
Taliziduhu, Ndraha. Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa, Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1984.
Warsito, Tulus. Pembangunan Politik Refleksi Krisis Atas Krisis, Yogyakarta:
Bigraf Publishing, 1999.
Varma, S.P. Teori Politik Modern, Jakarta: PT. RajaGrasindo Persada, 2001.
Joko. James. & wulandari, Esti. Pemilu 2004 sebuah tinjau krisis, Jakarta:
Friedrich Ebert Stiftung, 2004.

Internet:
http://www.scribd.com/doc/50749847/Perda-Nomor-6-Tahun-2006
http://nasional.kompas.com/read/2010/04/19/20481987 di akses tgl 3/10/2011.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21082232.pdf di akses 12/12/2011
http://www.jurnalbesuki.com/index.php?option=com_content&task=view&id=18
3&Itemid=47 di akses tgl 21/10/2011

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai Politik selalu saja menarik untuk disimak, mulai dari
prosesnya hingga hasil dari politik itu sendiri. Dalam prakteknya, politik
melahirkan wajah-wajah baru dalam dunia

perpolitikan hingga proses

kelahirannya terjadi sedikit prematur. Carut marut politik terus bergulir
berhadapan dengan berbagai dinamika politik yang terjadi, dimana Pertarungan
memperebutkan kekuasaan adalah hal yang lumrah terjadi. kemampuan individual
calon dan peranan tokoh yang tampil di daerah pemilihan merupakan point
tersendiri dalam menentukan figur-figur yang akan ditawarkan kepada para
penentu pemimpin (masyarakat).
Jika kita mengambarkan kembali politik pada tahun 1996, apa yang terjadi
dengan politik indonesia sepanjang tahun 1996 terjadi sebuah pembalikan
kecenderungan. Berbagai gerakan yang mengidentifikasikan diri sebagai gerakan
prodemokrasi dan aksi protes mengalami pelemahan. Awal dari pelemahan itu
adalah huru-hara 27 juli 1996. Sebaliknya format politik orde baru yang ingin
diubah gerakan itu justru mengalami konsolidasi dan makin kuat.
1

Sejak akhir 1995, gerakan prodemokrasi mulai ramai dengan beberapa

gejala. Pertama, lahirnya berbagai kelompok baru baik yang mengklaim sebagai
lembaga

swadaya

masyarakat,

yayasan

sosial

maupun

partai

politik.

Berbagainama kelompok bertaburan dengan hiruk-pikuknya masing-masing,
1

J.A Deni, Catatan Politik, Yogyakarta: LKIS,2006 Hal. 90

1

mulai PNI Baru, Masyumi Baru, Partai Rakyat Demokratik, sampai Komite
Independen Pengawas Pemilu.
Kedua, makin menyatunya gerakan itu di bawah satu pemimpin. Sejak
awal 1996, mana Megawati mulai memasuki pentas politik nasional sebagai
pemimpin alternatif. Mitos atas megawati mulai lahir ia mulai dihubunghubungkan dengan Cory Aquino yang memimpin perubahan di Filipina.
Sungguhpun megawati belum menunjukkan kepiawaiannya dalam politik praktis,
simbolnya sebagai pemersatu dan pembawa moralitas dalam politik makin dalam.
Kesan yang lahir makin kuat lagi bahwa gerakan demokrasi di indonesia sudah
tiba waktunya.
Ketiga. Adalah makin menajamnya isu politik. Tuntutan agar pemerintah
meninjau kembali lima paket Undang-Undang Politik makin bergema. Undangundang itu diantaranya membatasi partai politik, mengontrol organisasi
masyarakat, dan penata pemilihan umum serta DPR, di anggap fondasi dari
format politik Orde Baru. Terbatasnya partisipasi politik masyarakat dianggap
dilegitimasi secara hukum oleh undang-undang itu. Di sisi lain, isu suksesi
presiden semakin kuat berhembus. Isu ini menambah kesan bahwa gerakan
demokrasi akhirnya memang akan sampai di Indonesia.
Namun huru-hara 27 juli 1996 membalikkan semua kecenderungan di atas.
Pembakaran gedung dan potensi kerusuhan politik akibat huru-hara itu menjadi
legitimasi yang kuat bagi pemerintahan untuk melakukan kontrol atas berbagai
kelompok masyarakat. Pelemahan kekuatan masyarakat di atas itu pun terjadi.
Sebagian dari mereka menjadi terdakwah di sidang pengadilan dengan ancaman
2
2 Ibid,

Hal 91

2

Hukuman penjara. Sebagian dari kelompok itu juga dilabel sebagai lembaga yang
bermasalah.
Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu jawaban atas
lemahnya sistem demokrasi perwakilan yang dianut dulu. Hal ini dikarenakan
demokrasi perwakilan telah menghilangkan hak rakyat sebagai pemegang
kedaulatan dan digantikan oleh segelintir wakil rakyat, sehingga dalam
pelaksanaannya terjadi perselingkuhan politik antar sesama wakil rakyat maupun
dengan pemerintah dan para elit partai, sehingga kepentingan rakyat kemudian
sering terabaikan. Elit partai dan anggota Dewan kerapkali memiliki kepentingan
sendiri yang berbeda dengan aspirasi masyarakat.
Pemilihan kepala daerah dan pemilihan kepala desa membuka peluang
terbukanya saluran-saluran politik masyarakat yang selama ini di hilangkan untuk
ikut menentukan pemimpinnya. Dalam pelaksanaannya demokrasi seharusnya
mempunyai makna pemberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi (akses
terhadap sumberdaya produktif utamanya lahan) politik (sistem pengambilan
keputusan) dan sosial (kelembagaan masyarakat) hingga pada tingkat desa, serta
aspek lingkungan.
Setidaknya Masyarakat telah tahu dan menyadari hak-hak politiknya.
Organisasi sosial politik tidak bisa lagi memaksa kehendak politik kepada
masyarakat. Berdasarkan pengamatan Drs. Priyotmoko MA (Pakar Politik Unair),
kesadaran politik masyarakat terkait dengan semakin terbukanya akses informasi
yang mendukung. Dengan globalisasi informasi, hampir tidak ada satupun
peristiwa yang tidak bisa dirahasiakan. Hari ini terjadi hari ini juga kita dapat

3

menyaksikannya secara live (langsung) melalui siaran Televisi ataupun siaran di
Radio.
Dalam proses berjalannya lembaga Negara penting bagi proses penguatan
demokratisasi. Sedangkan tahapan dan perangkat pilkades telah didesain
sedemikian rupa guna menjalankan proses demokrasi secara adil, terbuka, dan
transparan. Perseteruan antar kelompok yang kerap terjadi selama pemilihan
umum dan setelah pesta demokrasi dipicu oleh kurangnya pemahaman tentang
konstitusi. Untuk mengantisipasi ketidakadilan dari demokratisasi, semua pihak
perlu kembali kepada konstitusi dan menerapkan pancasila secara murni dan
konsekuen. Menjaga jalannya konstitusi di Indonesia dalam berbagai bidang
kehidupan. Demokrasi bukan segala-galanya karena suara terbanyak bisa jadi
kemasan oleh golongan tertentu. Akibatnya, aspirasi masyarakat cenderung
terabaikan. Pancasila dan konstitusi tidak bisa diartikan parsial. Penyelewengan
penguasa di masa Orde Baru dengan mencederai pancasila harus diluruskan.
Kegiatan-kegiatan politik di desa dibatasi saat memilih kepala desa
setiap delapan tahun maupun pemilu nasional setiap lima tahun, hal yang sunguhsunguh dikendalikan oleh pejabat di atas. Orang-orang desa harus merebut
kembali arena politiknya, tempat dimana rakyat bebas bersaing secara sehat.
menentukan sendiri sosok pemimpin yang ideal versi mereka.
3Pilkades seperti hajatan demokrasi yang lain sebenarnya juga membuka
jalan bagi pembaharuan desa. Hasil Pilkades, sesungguhnya jabatan politis yang
kuat legitimasinya dan berdaulat. Dengan kekuasaannya Kades mempunyai

3 Alim, Abdul. MK Beri Kepepastian Keadilan Pemilu, Seputar Indonesia, Edisi 27 Oktober 2011.
http://happy-melani.blogspot.com/2009/12/pilkades-pesta-demokrasi-di-desa.html di akses tanggal
3/10/2011

4

kewenangan untuk mengeluarkan peraturan (Perdes) dengan persetujuan (BPD),
dengan terbentuknya (BPD) dipandang mencerminkan berjalannya prinsip
demokrasi desa. Semacam kontrak politik, masyarakat pedesaan juga bisa
memanfaatkan momentum Pilkades untuk mencari sosok Kepala Desa yang
penuh komitmen yang akan membawa pada perubahan fisik desa, dari pada terus
menerus dibohongi oleh janji-janji manis aktor politik yang memainkan peran
yang memang sangat cocok dengan karakter aslinya.
Di tambah lagi dalam proses demokrasi hanya sebagai sandiwara elit,
politik yang diijinkan dalam prosedur pemilihan calon. Banyak Kecurangankecurangan dalam pemilihan umum dan terjadi manipulasi dari hasil politik,
bukan hal yang baru jika banyak kasus kecurangan dalam suatu proses politik baik
di tingkat pusat, daerah maupun desa. Berbagai macam visi dan misi para
kandidat menawarkan pada masyarakat dengan iming-iming pembaharuan fisik
daerah, pendidikan gratis, kesehatan gratis dll. Semua begitu energik menjual visi,
misi mereka pada kampanye politik dimasyarakat. Visi, misi dan figur calon
sebagai magnet untuk menyedot suara masyarakat.
Dalam pesta demokrasi di daerah-daerah yang ada Indonesia kita sering
menyaksikan. Hiruk pikuk dan segala macam hingar bingarnya betapa proses
politik dan proses kelahirannya membuat mata dan telinga tertuju pada kata
politik untuk ikut berpartisipasi memilih pemimpinnya. Dalam Kampanye politik,
kita sering mendengar kata-kata yang cukup familiar di telinga kita yaitu dari
rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat, yang tujuannya untuk kesejahteraan rakyat
pula. Tapi sering kali proses politik sering mengatas namakan rakyat padahal
kepentingan dewe. Bahkan rakyat sendiri tidak tahu diatas namakan.

5

Dalam prakteknya, asas jujur dan adil dalam pelaksanaann pemilihan
umum pada hakekatnya bersifat universal. Berlaku di masyarakat bangsa
manapun yang meyakini pengembangan tradisi demokrasi sebagai bagian dalam
membangun kehidupan politik yang manusiawi. Pelaksanaan pemilu di Indonesia
juga menerapkan asas langsung, umum, bebas dan rahasia yang disahkan sebagai
dasar pelaksanaan pemilu semasa Orde Baru. Pemilu yang benar-benar jujur, adil
dan beradab memungkinkan terjadinya pergantian kekuasaan bagi kelompokkelompok masyarakat yang selama ini tidak bisa berpartisipasi penuh dalam
sistem politik.
Sugeng

Riyanto

seorang

pengamat

politik

dari

Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta mengatakan Bagi sebagian masyarakat, proses
politik sudah kehilangan kesakralannya dan dianggap hanya sebagai hiburan,
Politik dipersepsikan hanya permainan dan sandiwara elit politik untuk
kepentingan kelompoknya. Kondisi itu mengakibatkan apatisme masyarakat yang
dapat berdampak buruk bagi masa depan bangsa.
Menurut dia, sebagian masyarakat kini cenderung menganggap persoalan
politik seperti kasus mantan petinggi Demokrat Muhammad Nazaruddin tidak
lebih dari sekadar tontonan masyarakat yang memilukan sekaligus memalukan,
bagi seorang salah satu petinggi negara. "Keadaan itu merupakan akibat
perpaduan antara politik dan hiburan yang belakangan marak terjadi. Jika keadaan
itu terus terjadi maka masyarakat akan kian acuh pada aktivitas politik sehingga
membahayakan masa depan bangsa. Padahal, dalam negara demokrasi, partisipasi
politik warga negara merupakan pilar terpenting untuk keberhasilan demokrasi.
Hal itu diawali dari ketertarikan masyarakat terhadap masalah politik yang akan

6

menentukan masa depan masyarakat itu sendiri. 4Kasus kecurangan dalam
pemilihanpun terjadi di daerah seperti

Tangerang, Pemilihan Kepala Desa

(Pilkades) Tegal Kunir Kidul yang berlangsung pada hari Minggu 13 Februari
2011 lalu, berlangsung dengan ada kecurangan di dalam pemilihan. Banyak
terdapat keganjilan di Pilkades, antara lain adanya penggelembungan suara,
penambahan surat suara, adanya DPT di bawah umur. Ahmad Ja’a membagikan
kartu suara kepada masyarakat sebelum pilkades berlangsung, kartu pemilihan
tidak dihitung kembali, warga yang bukan masyarakat Tegal Kunir Kidul
diikutsertakan daftar pemilihan tetap.
Dari sisi lain, Pilkades Desa Padomasan Jember yang berlangsung di
Kantor Desa Padomasan tersebut situasi dan kondisinya sangat kondusif dan
aman. “Bahkan, sesuai dengan peraturan dan mekanisme pada tahapan
pelaksanaan praktis Pilkades desa tersebut menjadi contoh untuk pelaksanaan
Pilkades di desa-desa lainnya yang akan melaksanakan hajatan demokrasi. Dalam
pelaksanaan Pilkades Desa Padomasan menjadi contoh berharga karena masingmasing calon kades telah melakukan komitmen yang telah disepakati bersama
Inilah realitas politik kita, Politik dengan segala permainannya melahirkan
beranekaragam perilaku serta menampilkan wajah yang berbeda-beda. Dimana
hajatan demokrasi sebagai ajang untuk menentukan pemimpin disalah gunakan
oleh segelintir orang. Pemilihan Kepala Desa secara langsung memperoleh nilai
signifikan dalam pembangunan demokrasi yang sehat dan dinamis "Demokrasi
yang sehat harus dipahami sebagai sebuah proses menuju masyarakat yang cerdas,
Sugeng. Polemik Pesta Demokrasi, Malang: UMM Press, 1996 Hal 17.
http://www.antaranews.com/berita/274686/proses-politik-hanya-sandiwara-elite di akses tanggal

4 Pujileksono,

28/10/2011

7

mandiri dan bermartabat. Salah satu bentuk dari demokrasi di tingkat desa yaitu
pemilihan Kepala Desa yang merupakan wujud dari pelaksanaan demokrasi
langsung.
Di masa Orde Baru, pemerintah menerapkan UU No. 5/1979, sebuah
kebijakan untuk menata ulang terhadap kelembagaan pemerintahan desa,
membuat desa tradisional menjadi desa modern. Kebijakan tersebut sangat efektif
menciptakan stabilitas dan katahanan desa. Tetapi kerugiannya bagi masyarakat
lokal jauh lebih banyak dan lebih serius. Bagi komunitas lokal di luar Jawa, UU
No. 5/1979 merupakan bentuk penghancuran terhadap kearifan lokal, keragaman
identitas lokal, maupun adat istiadat lokal. UU No. 5/1979 juga meneguhkan
posisi kepala desa sebagai “penguasa tunggal” di desa, yang sekaligus membuat
kepala desa lebih berorientasi ke atas ketimbang sebagai pemimpin desa yang
memperoleh legitimasi kuat di hadapan masyarakat.
Dengan memberlakukannya UU no 22/1999, yang mengantikan UU No.
5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ( UU No.5/1979) yang menyebabkan
banyak kerusakan dan penderitaan desa-desa. Terdapat tiga unsur baru dari tata
pengurusan desa: pengenalan badan perwakilan desa, semakin kuatnya derajat
pemerintah sendiri, dan keragaman organisasi.
Sebagaimana dalam teori tentang permainan politik dengan di definisikan
sebagai sekumpulan pemikiran yang menguraikan strategi keputusan yang
rasional dalam situasi konflik dan kompetisi politik, ketika masing-masing peserta
atau pemain saling berusaha memperbesar keuntungan dan memperkecil kerugian,
teori tersebut mencapai kebenaran. Teori tentang permainan tersebut atau teori
permainan seperti yang lazim disebut berasal dari berbagai permainan seperti
8

catur yang mengandung unsur konflik. Dalam situasi semacam ini, dimana setiap
pemain berminat untuk memenangkan suatu kompetisi politik.
Permainan itu ada dua orang atau lebih, harus dilakukan tindakan memilih
dan mempunyai pilihan, memperhatikan akibat-akibat dari tindakan memilih itu
tadi, maka seyogianya mereka memiliki suatu pengetahuan akan tindak pemilihan
yang tersedia pada, dan dilakukan oleh, satu sama lain dan akan pilihan yang
memiliki para pemain lainnya di dalam tindakan pemilihan mereka.
Suksesi politik dalam proses demokrasi sejatinya di tentukan oleh
keterlibatan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses politik itu sendiri .
Dimana-mana di dunia ini kekuasaan cenderung mau menang sendiri. Kekuasaan
cenderung untuk korup. Oleh karena itu, persoalan-persoalan dalam proses politik
dari zaman ke zaman membuat peneliti mengangkat judul tentang Proses
Pemilihan Kepala Desa di Desa Buncu Kabupaten Bima (Studi Tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, kiranya peneliti akan
membatasi permasalahan sehingga akan sesuai dengan realita peneliti yang di
inginkan: Bagaimana Proses Pemilihan Kepala Desa di Desa Buncu
Kabupaten Bima ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

9

1. Untuk mengetahui secara lebih dekat tentang kehidupan politik di desa
yang menjadi objek penelitian.
2. Untuk mengetahui gambaran tentang proses pelaksanaan pemilihan kepala
desa objek dalam penelitian.
3. Ingin mengetahui sampai sejauh mana keikutsertaan masyarakat dalam
proses pemilihan kepala desa.
C. Manfaat Penelitian
Sedangkan yang menjadi kegunaan atau manfaat dari penulisan skripsi ini
penulis mengharapkan:
a. Dapat memberikan gambaran secara lebih riil tentang kehidupan politik
dan perkembangan kehidupan politik pedesaan.
b. Dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pemerintahan pada
umumnya dan kehidupan politik khususnya kehidupan politik pedesaan.
c. Bagi masyarakarat umum, diharapkan peneliti dapat mengkaji,
memahami dan menambah informasi serta sebagai bahan rekomendasi
bagi masyarakat dan pemerintah desa untuk bertindak dan berperilaku
dalam menjalannya fungsinya demi suksesi politik dengan harapan
nantinya aktifitas politik tidak hanya selalu di maknai dengan perebutan
kekuasaan semata.
E. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah unsur atau bagian penting dalam penelitian
dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk mengambarkan
secara abstrak suatu fenomena sosial atau fenomena yang alami. Definisi
10

konseptual ini di maksudkan untuk memberikan penegasan tentang makna arti
dari kalimat yang ada dalam permasalahan yang disajikan. Dimana, dengan
adanya penegasan arti tersebut akan mampu mempermudah dalam memahami
maksud kalimat yang tercantum dalam penelitian.
a. Proses
Proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas
dan dapat ditempuh, untuk mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan.
Jika ditempuh, setiap tahapan-tahapan dari proses itu secara konsisten
mengarah pada hasil yang diinginkan. Proses juga termasuk aktivitas
yang sedang terjadi.
b. Pemilihan Kepala Desa
Pemilihan kepala desa atau biasa di sebut pilkades adalah suatu
pemilihan kepala desa secara langsung yang diselenggarakan oleh warga
negara sebagai ajang untuk menentukan pemimpinnya. Kepala desa ini
merupakan jabatan yang dapat diduduki oleh warga biasa. Pemilihan
kepala desa ini dilakukan dengan mencoblos tanda gambar yang tertera
dalam kertas suara yang disediakan oleh panitia penyelenggara.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah petunjuk tentang bagaimana suatu variabel di
observasi atau diukur. Dalam penelitian ini terkait dengan judul “Proses
Pemilihan Kepala Desa di Desa Buncu Kabupaten Bima” dapat dirumuskan
beberapa indikator di antaranya:
1. Tahap Persiapan

11

a. Penetapan Pemilih
b. Pendekatan Calon
c. Verifikasi Calon
d. Penetapan Calon
2. Tahap Sosialisasi
a. Penjadwalan Kampanye
b. Catatan kepatuhan dan pelanggaran
3. Tahap Pemungutan Suara
a. Pemungutan suara
b. Penetapan jumlah suara
c. Penetapan tingkat perolehan jumlah suara terbanyak
4. Sistem Pengawasan
a. Panitian pengawas pilkades
b. Jumlah kasus dan penyelesaian kasus pilkades
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah serangkaian prosedur berupa cara yang
digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Maka dari itu metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
1. Subjek Penelitian
Ada beberapa subjek-subjek penelitian yang akan di observasi antara lain
sebagai

berikut:

1. Panitia Pilkades
2. Kepala Desa Terpilih

12

3. Panitia Pengawas Pilkades
4. Masyarakat Desa Buncu
2. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat peneliti dapat menangkap keadaan yang
sebenarnya dari objek penelitian sebagaimana yang tertera dalam judul ”
Proses Pemilihan Kepala Desa Di Desa Buncu Kabupaten Bima (Studi
Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)”, maka
peneliti melakukan penelitian di Desa Buncu Kabupaten Bima NTB.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dengan teknik pengumpulan data, maka pembaca diharapkan dapat
memahami proses politik di masyarakat desa sehubungan dengan hal
tersebut. Dengan pengumpulan data-data tersebut maka akan diperoleh
informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian dalam rangka
mencapai tujuan peneliti. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Observasi ialah metode pengumpulan data secara sistematis melalui
pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2003), observasi merupakan suatu proses
komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
b.

Wawancara atau Interview

13

Interview atau wawancara dapat dilakukan melalui tatap muka
dengan orang yang tahu tentang pemilihan kepala desa untuk
memperoleh informasi penting. Dengan melakukan Interview atau
wawancara dipergunakan sebagai cara untuk memperoleh data
dengan jalan mengadakan wawancara dengan narasumber atau
responden yang di anggap memahami masalah yang akan diteliti.
H. Analisisa Data
Teknik analisa data yang dilakukan peneliti adalah dengan mengunakan
analisis kualitatif yang terdiri dari:
1. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan. Proses
pengumpulan data harus melibatkan sisi aktor (informan), aktivitas, atau konteks
terjadinya peristiwa. data penelitian kualitatif bukan hanya sekadar terkait dengan
kata, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan data dalam penelitian kualitatif
adalah segala sesuatu yang diperoleh dari yang dilihat, didengar, dan diamati.
2. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terusmenerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.
5

5

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. 2009. Hal 148-150

14

3. Display Data
Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah
penyajian data, yang dimaknai oleh Miles dan Heberman (1992) sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini,
peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan.
4. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi dan penarikan
kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan.
Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interprestasi yang
dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan
melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan, dan
pencarian kasus-kasus negatif (kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang
dari kebiasaan yang ada di masyarakat).

15