Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

(1)

PERAN (S N KEPEMI Suatu Penel Kecamata FAKUL U IMPINAN GO litian Desk an Panyabu ZAINA DEPART LTAS ILM UNIVERSI KEPALA OOD GOVE kriptif Kual ungan Kab SKRIP OLEH AL ARIFI

080906

TEMEN IL MU SOSIAL ITAS SUM MEDA 2013 DESA DA ERNANCE

litatif di de bupaten Ma PSI H N DAULA

6010

LMU POLI L DAN ILM MATERA U AN 3 ALAM MEW sa Sigalapa andailing N Y ITIK MU POLIT UTARA WUJUDKA ang Julu Natal) TIK AN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ZAINAL ARIFIN DAULAY (080906010)

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (Studi Penilitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal).

Rincihan isi skripsi 98 halaman, 7 tabel, 16 buku, 3 Undang-Undang Pemerintah, serta 9 wawancara. (kisaran buku dari tahun 1984-2008).

Abstrak

Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam mewujudkan Good Governance di Desa Sigalapang Julu pada tahun 2011. Teori yang digunakan untuk menguraikan masalah tersebut adalah teori Good Governance merupakan metode dan konsep-konsep tentang pelaksanaan pemerintahan yang baik. Good Governance menjadi landasan utama dalam menjalankan pemerintahan yang demokrasi dan baik terutama di dalam pemerintahan desa. Dalam skripsi ini juga melihat bagaimana peran kepemimpinan Kepala Desa dalam menjalankan konsep-konsep Good Governance di dalam menjalakan pemerintahan desa, sehingga dapat terwujud pemerintah yang baik. Dan bagaimana Kepala Desa dapat menginplementasikan suatu kebijakan dan pelayanan terhadap masyarakat desa.

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk menggambarkan suasana yang terjadi di lapangan berdasarkan data-data, perilaku, ucapan, dan tulisan yang diamati. Metode wawancara digunakan sebagai teknik utama pengumpulan data. Data dianalisis melalui wawancara melalui relevansinya dengan teori yang digunakan.

Kata Kunci : Kepemimpinan Kepala Desa, Good Governance. Implementasi Kebijakan


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ZAINAL ARIFIN DAULAY (080906010)

VILLAGE CHIEF LEADERSHIP ROLE IN MAKING GOOD GOVERNANCE (This research Descriptive Qualitative Study in Rural Sub Panyabungan

Sigalapang Julu District Mandailing Natal).

Contents: ix, 97 pages, 7 tables, 16 books, 3 of the Act the Government, as well as 9 interview. (range of books from the year 1984 to 2008).

   

ABSTRACT

This research tried to describe the facts about the role of Head of Village Leadership in Delivering Good Governance in the village of Julu Sigalapang in 2011. The theory is used to describe the problem is the theory of good governance is the method and the concepts of the implementation of good governance. Good Governance in the running to be the main foundation of democracy and good governance, especially in the village government. In this thesis also see how the village chief leadership role in running the concepts of good governance in the government run the village, to enable the creation of good governance. And how can the village chief inplementing a policy and service to rural communities.

In this research uses descriptive qualitative method, the research that is used to describe the atmosphere that occur in the field based on the data, behavior, speech, and writing were observed. Interview method is used as the primary data collection technique. Data were analyzed through interviews with relevant theory used.

Keywords: Rural Principal Leadership, Good Governance. Policy implementing it.

     


(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tidak lupa saya ucapkan terima kasih buat setiap orang yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu yang turut memberikan dorongan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance”.(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal).

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena itu dengan kerendahan hati mohon kritikan dan saran yang sifatnya membangun intelektualitas untuk perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat bermamfaat bagi kita semua.

Dalam kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Teristimewa kepada Orang tua yang selama ini telah mendidik penulis mulai dari masih bayi hingga dewasa, agar kemudian kelak penulis dapat berguna bagi nusa dan bangsa khususnya membahagiakan orang tua penulis dan keluarga besar, tidak lupa kasih sayang mereka yang tak terhingga, baik doa dan nasehat, H. Hamsar Daulay dan Ibunda Tercinta Hj.Nurhana Pulungan.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. T. Irmayani, M, Si Selaku Ketua Departemen Ilmu Politik

4. Bapak DR. Zakaria Taher, MSP, dosen pembimbing yang begitu banyak memberikan arahan dan banyak meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyusun Skripsi ini.


(5)

5. Bapak Faisal Andri Mahrawa, S.IP. M,SI, Sebagai dosen Pembaca yang begitu banyak memberikan saran dan kritikan yang bersifat membangun, yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam merampungkan skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Seluruh dosen dan asisten dosen yang mengajar dan mendidik penulis selama ini, seluruh staf departemen ilmu politik

7. Terima kasih juga kepada Key Informan yang telah mau meluangkan waktu untuk diwawancarai.

Dan saya mengucapkan banyak terima kasih terhadap kawan-kawan semua, khususnya jurusan Ilmu Politik, yaitu yang selama ini membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terimakasih kepada Andre ketawa, Saleh so imut, Dani tulalit, Ketua Pahrur rozi, Martin jarang mandi, Winner paok, Andi situkang tidur, Rio Repsol, dan banyak lagi kawan-kawan yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas canda tawa dan sedih yang kita jalani selama ini. Tak ada kesempurnaan dalam hidup ini, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, begitu juga dalam skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis memohon maaf.

Medan, 24 Mei 2013

Penulis


(6)

Daftar Tabel

Tabel II.1 Jumlah Penduduk Desa Sigalapang Julu... 33

Tabel II.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 34

Tabel II.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 34

Tabel II.5 Klassifikasi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 36

Tabel II.6 Ketersediaan Pelayanan Desa... 37

Tabel II.7 Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara Pemilihan Kepala Desa Sigalapang Julu Tahun 2010... 42


(7)

Daftar Gambar

Gambar II.I Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sigalapang Julu……….42 Gambar II.2 Struktur Organisasi BPD Sigalapang Julu……….. 43


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... I

Abstrak ... i

Abstrack ... iii

Halaman Pengesahan ... v

Halaman Persetujuan ... vi

Lembar Persembahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Batasan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Kerangka Teori ... 11

1.6.1 Good Governance ... 11

1.6.2 Teori Kepemimpinan ... 15

I.6.3Teori Kebijakan ... 19

I.6.3.1Implementasi Kebijakan ... 22

I.6.3.2 Tahap-Tahap Implementassi Kebijakan ... 24

1.7 Metodologi Penelitian ... 26

1.7.1. Jenis Penelitian ... 26

1.7.2. Teknik Pengumpulan Data ... 26

1.7.3. Teknik Analisis Data ... 27


(9)

BAB II. DESKRIPSI PEMERINTAHAN DESA SIGALAPNG JULU 29

II.1. Sejarah Desa Sigalapang Julu ... 29

II.2. Profil desa Sigalapang Julu... 31

II.3. Kehidupan Sosial... 37

II.4. Struktur Pemerintahan Desa Sigalapang Julu... 38

II.5. Visi dan Misi Desa Sigalapang Julu... . 45

BAB III. KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI DESA SIGALAPANG JULU... 50

III.1 Penyajian data dan Isi... 50

III.1.1. Deskripsi data identitas Key Informan... 50

III.1.2. Pertanyaan penelitian... 52

III.2 Kepemimpinan Kepala Desa... 54

III.2.1 Kepemimpinan Kepala desa dalam menjalankan pemerintahan yang terbuka (transparency)... .. 55

III.2.2 Kepemimpinan kepala desa dalam menjalankan Pemerintahan yang baik dengan meningkatkan partisipasi (participation) masyarakat... 60

III.2.2.1 Diskusi Umum/Musyawarah... 61

III.2.3 Kepemimpinan kepala desa dalam menciptakan hukum yang adil (Rule of Law) di dalam menjalankan pemerintahan... 66

III.2.4. Kepemimpinan kepala desa dalam menciptakan pemerintahan yang baik didalam desa, berdasarkan tugas dan kewajiban yang diatur dalam undang-undang pemerintah.. 70


(10)

III.2.4.1. Komunikasi/Konsultasi... 74

III.2.4.2. Azas Kekeluargaan... 76

III.2.4.3. Demokrasi... 77

III.2.5 Kepemimpinan kepala desa dalam meningkatkan pelayanan publik (Resvonsivevness)... 78

III.2.6 Kepemimpinan kepala desa dalam menjalankan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.. 82

III.3 Kewenangan Kepala Desa... 86

BAB IV. PENUTUP ... . 93

4.1 Kesimpulan ... . 93

4.2 Saran ... . 96

DAFTAR PUSTAKA ... 93

Daftar Lampiran :

Lampirtan 1. List Wawancara Lampiran 2. Daftar Hadir Seminar Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 5. Surat Kesediaan Dosen Pembimbing

Lampiran 6. Rekapitulasi Pemilihan Kepala desa Sigalapang Julu Lampiran 7. Surat Balasan Kepala Desa Sigalapang Julu


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ZAINAL ARIFIN DAULAY (080906010)

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (Studi Penilitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal).

Rincihan isi skripsi 98 halaman, 7 tabel, 16 buku, 3 Undang-Undang Pemerintah, serta 9 wawancara. (kisaran buku dari tahun 1984-2008).

Abstrak

Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam mewujudkan Good Governance di Desa Sigalapang Julu pada tahun 2011. Teori yang digunakan untuk menguraikan masalah tersebut adalah teori Good Governance merupakan metode dan konsep-konsep tentang pelaksanaan pemerintahan yang baik. Good Governance menjadi landasan utama dalam menjalankan pemerintahan yang demokrasi dan baik terutama di dalam pemerintahan desa. Dalam skripsi ini juga melihat bagaimana peran kepemimpinan Kepala Desa dalam menjalankan konsep-konsep Good Governance di dalam menjalakan pemerintahan desa, sehingga dapat terwujud pemerintah yang baik. Dan bagaimana Kepala Desa dapat menginplementasikan suatu kebijakan dan pelayanan terhadap masyarakat desa.

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk menggambarkan suasana yang terjadi di lapangan berdasarkan data-data, perilaku, ucapan, dan tulisan yang diamati. Metode wawancara digunakan sebagai teknik utama pengumpulan data. Data dianalisis melalui wawancara melalui relevansinya dengan teori yang digunakan.

Kata Kunci : Kepemimpinan Kepala Desa, Good Governance. Implementasi Kebijakan


(12)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

ZAINAL ARIFIN DAULAY (080906010)

VILLAGE CHIEF LEADERSHIP ROLE IN MAKING GOOD GOVERNANCE (This research Descriptive Qualitative Study in Rural Sub Panyabungan

Sigalapang Julu District Mandailing Natal).

Contents: ix, 97 pages, 7 tables, 16 books, 3 of the Act the Government, as well as 9 interview. (range of books from the year 1984 to 2008).

   

ABSTRACT

This research tried to describe the facts about the role of Head of Village Leadership in Delivering Good Governance in the village of Julu Sigalapang in 2011. The theory is used to describe the problem is the theory of good governance is the method and the concepts of the implementation of good governance. Good Governance in the running to be the main foundation of democracy and good governance, especially in the village government. In this thesis also see how the village chief leadership role in running the concepts of good governance in the government run the village, to enable the creation of good governance. And how can the village chief inplementing a policy and service to rural communities.

In this research uses descriptive qualitative method, the research that is used to describe the atmosphere that occur in the field based on the data, behavior, speech, and writing were observed. Interview method is used as the primary data collection technique. Data were analyzed through interviews with relevant theory used.

Keywords: Rural Principal Leadership, Good Governance. Policy implementing it.

     


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Reformasi tahun 1998 menjadi tonggak sejarah bagi Indonesia yang berhasil mendorong perubahan tata pemerintahan di negara ini. ”Transisi politik yang terjadi di Indonesia, sejak berahirnya kekuasaan Soeharto pada bulan Mei 1998 tersebut menghasilkan dua proses politik yang berjalan secara simultan yaitu desentralisasi dan demokratisasi. Kedua proses politik itu terlihat jelas dalam pergeseran format pengaturan politik di aras lokal maupun nasional, dari pengaturan politik yang bersifat otoritarian-sentarilistik menjadi lebih demokratis-desentralistik”.1

Desentralisasi memungkinkan berlangsungnya perubahan mendasar dalam karateristik relasi kekuasaan antara daerah pusat dengan daerah-daerah yang ada di kabupaten/kota yang diberikan kekuasan untuk menghasilkan keputusan-keputusan politik tanpa harus di intervensi oleh pusat. Pada level lokal, pergeseran itu didorong oleh perubahan konstitusional yang dibawa oleh UU No. 22/1999 dan UU No. 25 tahun 1999. Berbeda dengan pengaturan politik sebelumnya, desa tidak diatur oleh Undang-Undang tersendiri melainkan dimasukkan dalam kerangka Undang-Undang otonomi daerah. Selain didorong oleh reformasi regulatif, pergeseran politik ditingkat lokal juga didukung oleh menguatnya partisipasi masyarakat dalam proses politik desa. Pada beberapa kesempatan dalam era reformasi, bermunculan aksi penentangan yang dilakukan oleh warga desa untuk menuntut keterlibatan masyarakat dalam pembuatan kebijakan maupun aksi-aksi sporadis yang dilakukan untuk menuntut akuntabilitas pejabat publik di desa.

       1


(14)

Dalam tataran empiris, penerapan UU No. 22/1999 menimbulkan implikasi yang cukup besar ditingkat lokal. Implikasi yang pertama berkaitan dengan perubahan hubungan desa dan pemerintahan supra desa (pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat). Implikasi kedua menyentuh perubahan dalam tata hubungan antara lembaga dan kekuatan di desa.

Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara bangsa ini terbentuk. Struktur sosial jenis desa masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. ”Desa merupakan intitusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri, hal ini antara lain ditunjukkan dengan tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang paling kongkrit”.2Desa merupakan bentuk pemerintahan tradisional yang tetap dapat bertahan dengan nilai-nilai budaya, sejarah dan adatnya. Desa sebagai pemerintahan tradisional telah menganut nilai-nilai demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahannya.

Beberapa bentuk pemerintahan yang bersifat tradisional yang ada di Indonesia dapat terlihat di beberapa daerah di Indonesia dengan beberapa sebutan yakni, Desa di Jawa dan Bali, Nagari di Sumatera Barat, Marga di Palembang, Pananian di Tana Toraja,Tumenggungan dan lain-lain. Landasan dari terbentuknya pemerintahan desa adalah keberanekaragaman masyarakat yang terdapat dalam desa dan partisipasi aktif. “Dalam sistem pemerintahan desa telah dikenal sistem demokrasi yang terlihat dengan adanya musyawarah yang dilakukan untuk mencapai mufakat dalam membahas permasalahan yang terdapat dalam desa”.3Dalam musyawarah ini masyarakat desa memiliki hak suara untuk dapat berkumpul dan mengajukan aspirasinya.

”Kepala desa adalah alat pemerintah, alat pemerintah daerah, dan alat pemerintah desa yang memimpin penyelenggaraan pemerintah desa.Kepala desa sebagai penyelenggara dan penanggungjawab utama di bidang pembangunan,       

2

R.H Unang Sunarjo, 1984. Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Bandung: Tarsito,.Hal. 6. 3


(15)

pemerintahan, pembinaan kemasyarakatan dengan dijiwai oleh azas usaha bersama dan kekeluargaan”.4.

Setelah adanya peraturan pemerintah yang baru setelah terbentuknya otonomi daerah dan otonomi desa, agar dapat terwujudnya pemerintahan yang demokratis di dalam desa, dijelaskan dalam pasal 94 UUNo. 22 tahun 1999, pemerintahan desa terdiri atas pemerintahan desa dan badan perwakilan desa, dimana pemerintahan desa terdiri atas kepala desa, perangkat desa (Sekdes, Bendaharawan desa, Kepala Seksi).Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan desa yang merupakan pengganti UU No.5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa.“Dalam UU No. 22 Tahun 1999 menegaskan bahwa desa tidak lagi merupakan wilayah administratif, bahkan tidak lagi menjadi bawahan atau unsur pelaksanaan daerah, tetapi menjadi daerah yang istimewa dan bersifat mandiri yang berada dalam wilayah kabupaten sehingga setiap warga desa berhak berbicara atas kepentingan sendiri sesuasi kondisi sosial budaya yang hidup di lingkungan masyarakatnya”.5

“Dalam peraturan pemerintah No. 22 Tahun 1999 menyebutkan bahwa Badan Perwakilan Desa (BPD)sesuai pasal 104 adalah orang yang dipilih masyarakatnya sendiri yang dipercayai dapat mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa”.6

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang pemerintahan desa ini diterbitkan untuk melaksanakan ketentuan pasal 216 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Untuk lebih jelasnya, maka uraian yang ada dalam paragraf 2 pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa tugas kepala desa adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.“Dalam melaksanakan tugasnya itu, kepala desa mempunyai       

4

R.H. Unang Sunarjo, Op. cit. Hal 13

5

Haw Widjaja. Op. cit. Hal. 17.  6


(16)

wewenang yaitu, memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Perwakilan Desa (BPD), mengajukan rancangan peraturan desa, menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD, menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD, membina kehidupan masyarakat desa, mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif, mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang undangan, melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang undangan”.7Dalam proses pembangunan desa maka perlu dibangun hubungan yang ideal diantara lembaga desa tersebut. “Dengan kalimat lain perlu dibangun adanya partisipasi yang menyeluruh dan saling menguatkan antar lembaga yang ada di desa. Dalam bahasa akademis hubungan yang saling menguatkan tersebut dikenal dengan istilah tata pemerintahan yang baik (good governance)”.8

Tata pemerintahan yang baik (good governance) adalah suatu kesepakatan tentang penyelenggaraan pemerintahan yang diciptakan secara bersama oleh semua elemen yang ada di suatu wilayah. Jika ditingkat desa, tata pemerintahan yang baik adalah suatu kesepakatan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa yang diciptakan secara bersama oleh pemerintah desa, kelembagaan politik, dan kelembagaan lain di desa. “Tata pemerintahan yang baik merujuk pada proses penciptaan hubungan kerjasama antara lembaga desa yang ada di desa untuk membuat peraturan-peraturan yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa”.9

Munculnya fenomena tata kelola pemerintahan yang buruk (badgovernance)

menimbulkan kebutuhan untuk melakukan pembaruan tata pemerintahan, menuju tata pemerintahan yang lebih baik (good governance), dengan demikian       

7

Beratha I Nyoman. 1992. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan. JakartA: Ghalia Indonesia. Hal. 23. 8

Prathama Raharja. 2001. Pemberdayaan dan pengembangan masyarakat desa. Jakarta: UI. Hal. 203. 9

Joko Purnomo. Dkk. 2008.Menuju Tata Pemerintahan Yang Baik (Pelaksanaan Good Governance di Tingkat Desa). Yogyakarta: Penerbit Institute for Research and Empowerment (IRE). hal 19.


(17)

pembaruan tata pemerintahan yang harus dibenahi ada dua level.“Pertama ditingkat desa, perlu dibangun good governanceyang memungkinkan keterlibatan seluruh elemen desa dalam urusan publik, penyelenggaraan pemerintah serta merumuskan kepentingan desa,agar tercipta kesejahteraan sosial, baik dari segi ekonomi, politik dan sosial. Dalam pergeseran peradigma dari konsep

govermentke governance, maka proses penyelenggaraan pemerintahan desa seharusnya bersendikan pada Truste (saling kepercayaan) serta partnership

(kemitraan) antara elemen dalam masyarakat (stake holders). Karena bagaimanapun, setiap persoalan yang terjadi dalam proses penyelenggaraan pemerintahan tidak bisa dipecahkan oleh pemerintah desa semata. Oleh karena itu pemerintah desa harus bekerja sama dengan elemen masyarakat dengan prinsip kemitraan. Dalam upaya membangun Trustee dan partnership itu maka tidak ada jalan lain kecuali menyandarkan proses penyelenggaraan pemerintahan desa pada prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik, prinsip-prinsip tersebut antara lain: Partisipasi, yaitu dimana dalam penyelenggaraan pemerintahan desa melibatkan seluruh elemen masyarakat, dan transparansi terhadap proses pemerintahan dan pembangunan, sehingga setiap perubahan dapat diketahui oleh seluruh masyarakat, akuntabilitas (amanah) setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan desa harus bisa dipertanggungjawabkan kepada publik atau masyarakat, baik secara hukum, politik maupun moral. Kedua, dalam level tata hubungan desa dengan supra desa (Kabupaten-Provinsi), perlu dibangun sebuah proses yang bisa mengantarkan kepadakepentingan desa pada domain politik supra desa secara partisipatif”.10 Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang memberikan kewenangan kepada Kabupaten/Kota dengan memberikan kewenangan kepada desa untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri, dengan tujuan agar terciptanya pemerintahan yang baik di dalam desa.

       10


(18)

Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan sebuah isu sentral yang paling utama dalam pembahasan pengelolaan pemerintahan, tuntutan-tuntutan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat, selain dari pengaruh globalisasi, tidak terkecuali pada tingkat pemerintahan terendah seperti desa.Tata kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini dipergunakan secara reguler didalam ilmu politik. Prinsip dari

good governance tersebut merupakan konsep-konsep yang erat kaitannya dengan pelayanan publik. Pelayanan publik yang selama ini dirasakan masyarakat belum bisa memberikan kemudahan dan kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri, banyak pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat tidak secara efektif dan efisien. Sejauh ini pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tidak efisien yang cenderung bersifat rente birokrasi, dengan artian costumer masyarakat dalam mendapatkan pelayanan dari provider, yang artinya adalah,pemerintah sebagai pihak penyedia jasa pelayanan belum dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, dimana pelayanan yang diberikan kepada masyarakat cenderung kurang memuaskan dan berbelit-belit, sehingga dapat memicu terjadinya konflik.

Pelayanan publik (public service) merupakan suatu perwujudan dari fungsi aparatur Negara sebagai abdi masyarakat dan abdi negara. Pelayanan publik oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada perpolitikan di dalam pemerintahan desa juga terdapat unsur penting yang dapat mewujudkan suatu pemerintahan yang good governance (kepemerintahan yang baik).Dengan demikian good governance adalah sebuah kerangka institusional untuk memperkuat otonomi desa. Karena secara subtantif desentralisasi dan otonomi desa bukan hanya masalah pembagian kewenangan antara level pemerintahan, melainkan upaya membawa negara lebih dekat terhadap masyarakat, good governance adalah basis peneyelenggaraan otonomi lokal.


(19)

Pemerintahan lokal yang kuat dan otonom tidak akan bermakna bagi masyarakat lokal jika tidak ditopang oleh transparansi, akuntabilitas, responsipitas dan partisipasi masyarakat. Penerapan good governance di level desa merupakan sebuah solusi canggih terhadap bad governance yaitu sebuah pemerintahan desa yang didominasi oleh kepala desa beserta elit desa, yang kurang berbasis kepada partisipasi masyarakat serta transparansi, akuntabilitas, dan resvonsipitas yang terbatas. Sehingga melalui penerapan prinsip good governance tidak akan muncul lagi pola kepemimpinan desa yang benevolent, mandatory dan otoritardari kondisi struktur desa yang bias elit, sentralistik, dan feodal, sebaliknya akan muncul kepemimpinan sosial yang partisipatip, responsive dan demokratis. Dengan good governance, warga desa akan mempunyai ruang dan kapasitas yang leluasa untuk bersuara, akses dan kontrol. Dalam mendukung terwujudnya smua partisipasi, tugas dan wewenang para aparat desa maka diperlukan adanya pembentukan atau penerapan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) ditingkat lokal seperti desa, agar tercipta kesejahtraan sosial, baik dari segi ekonomi, politik dan sosial. Terbangunnya democratic governance di desa juga akan mengurangi high cost secara sosial maupun ekonomi.

Desa Sigalapang Julu adalah salah satu desa yang dapat dikatakan sukses dalam menjalanakan pemerintahannya dengan menerapkan konsep-konsep dari

good gonernance, yaitu yang berbasis kepada partisipasi masyarakat, transparansi, akuntabilitas, responsipitas, demokratis, dan pelayanan publik yang baik, yaitu salah satu desa yang berada di Kecamatan Panyabungan,Kabupaten Mandailing Natal, yaitu desa Sigalapang Julu, dapat dilihat pada pemilihan kepala desa pada tahun 2010 dengan tingkat partisipasi politik masyarakatnya sangat tinggi dan berjalan secara demokratis, terbuka. Pada tahun 2011, dalam menjalankan pemerintahan desa, desa Sigalapang Julu mengalami kemajuan yang baik, baik dari segi pembangunan, partisipasi masyarakat, tingkat demokrasi yang tinggi, dan pelayanan-pelayanan yang sangat memuaskan terhadap masyarakat, seperti partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa, dalam hal suatu kebijakan ataupun peraturan yang ada di dalam desa selalu


(20)

dimusyawarahkan dengan warga masyarakat desa yang bersipat terbuka (transparan) sehingga dapat diketahui seluruh masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahannya selalu melibatkan seluruh masyarakat dengan adanya akses dan kontrol terhadap pembangunan dan pemerintahan desa, yang bersifat demokratis dimana tidak ada kekuasan elit-elit aparatur desa, seperti kepala desa dan BPD, sehingga tercapai semua kepentingan masyarakat.

Tingkat ekonomi warga desa semakin meningkat karena dari hasil bumi yang di kelola oleh warga masyarakat dengan bantuan dari aparatur desa, seperti kepala desa. Hubungan antara Kepala Desa, BPD, dengan masyarakat sangat terjalin secara azas kekeluargaan, pelayanan-pelayanan dari aparatur desa sangat memuaskan bagi masyarakat, seperti pengurusan KTP, pembagian RASKIN (beras bagi warga masyarakat miskin),dan setiap permasalahan yang terjadi selalu dituntaskan secara kekeluargaan, dengan putusan dari kepala desa tersebut, untuk mengatasi terjadinya konflik yang berkepanjangan dan supaya dapat terjalin kesejahteraan dan ketenteraman di dalam desa tersebut.11

Hal ini dapat berjalan karena pemerintahan desanya benar-benar menjalankan prinsip-prinsip dari good governance.Sehingga dapat dilihat dengan kemajuanbaik secara politik, ekonomi dan sosial,Dimanakesejahteraan, partisipasi masyarakat yang tinggi, pemerintahan yang demokratis, pembangunan dan ketenteraman yang dicapai oleh desa Sigalapang Julu tidak terlepas dari peran kepemimpinan kepala desanya itu sendiri dalam menjalankan pemerintahan di desa tersebut.Kepemimpinan kepala desa yang dimaksud disini yaitu bagaimana kepala desaSigalapang julu dapat menjalankan pemerintahan desa dengan transparansi, akuntabilitas, resvonsipitas, demokratis, dan pelayanan publik yang baik.

1.2.Rumusan Masalah

Kepala desa sebagai penyelenggara dan penanggungjawab utama di bidang pembangunan, pemerintahan, pembinaan kemasyarakatan dengan dijiwai oleh       

11


(21)

azas usaha bersama dan kekeluargaan.Kepala esa harus dapat mengayomi mayarakatnya dan memahami seluk-beluk didalam desa tersebut serta adat istiadat yang berlaku di desa tersebut.Kepemimpinan kepala desa pada dasarnya bagaimana kepala desa dapat mengoordinasi seluruh kepentingan masyarakat desa dalam setiapmengambil keputusan.Setiap kepala desa akan berhasil apabila dalamkepemimpinannya memperhatikan suara masyarakat yang dipimpin yang secara demokratis, yaitu secara terbuka, bertanggungjawab dalam mengambil keputusan yang didasarkan kepada hasil kesepakatan untuk kepentingan masyarakat., dengan konsep good governance yaitu secara transparansi, akuntabilitas, resvonsipitas dan partisipasi masyarakat serata memberikan pelayanan yang baik. Oleh karena itu perandari kepaladesa sangat menentukan dalam memberdayakan semua potensi yang dimiliki untuk kemajuan desa,kesejahteraan masyarakat dan terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance).

Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan penelitian didesa yang berada di kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, karena desa ini adalah salah satu desa, yang berhasil menjalankan pemerintahan desanya dengan baik, yang menerapkan konsep-konsep good governance di dalam desa tersebut. Dimanakesejahteraan, partisipasi masyarakat yang tinggi, pemerintahan yang demokratis, pembangunan dan ketenteraman yang dicapai oleh desa Sigalapang Julu tidak terlepas dari peran kepala desanya itu sendiri dalam menjalankan pemerintahan di desa tersebut.

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakandalam proposal penelitian ini, penulis ingin meneliti tentang, “Bagaimana Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam mewujudkan Good Governancesehingga terwujud pemerintahan yang baik di Desa Sigalapang Julu”. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul“Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam Mewujudkan Good Governancedi Desa Sigalapang Julu. Kec. Panyabungan. Kab. Mandailing Natal. Tahun 2011”.


(22)

1.3.Batasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraian yang sistematis diperlukan adanya batasan masalah.

Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti oleh penulis,yaitu: Penelitian ini akan mengkaji bagaimana peran kepemimpinankepaladesa dalam mewujudkan good governance di desa Sigalapang Julu, Kec. Panyabungan, Kab. Mandailing Natal, Sumatera Utara, pada tahun 2011.

1.4.Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui peran kepemimpinan kepala desa Sigalapang Julu dalam mewujudkan good governance.

2. Menganalisis kewenangan kepala desa dalam mewujudkan prinsip-prinsip

good governance.

1.5.Manfaat Penelitian

1. Secara akademis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu, khususnya Mahasiswa Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Secara intitusi, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi pemerintahan desa, khususnya aparatur pemerintahan desa, karena dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang bagaimana peran kepemimpinankepala desa dalam mewujudkan good governance.

3. Secara umum, penelitian ini akan memberikan manfaat kepada masyarakat secara luas, karena dapat memperkaya khasanah pengetahuan terhadap Ilmu Politik, yaitu mengenai konsep-konsep good governance

dalam mewujudkan pemerintahan yang baik di dalam pemerintahan desa.


(23)

Salah satu unsur yang paling penting peranannya dalam penelitian adalah menyusun kerangka teori, karena kerangka teori berfungsi sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari segi mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.12 Adapun teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:

1.6.1.Good Governance

Secara konsepnya, good governance terdiri atas dua kata,yaitu kata good

dangovernance. Dimana dari dua kata tersebut memiliki arti dan maknanya sendiri. Good yang berarti baik dan governance adalah suatu keadaan yang berada dalam kondisi terkendali (Pemerintahan), dengan adanya interaksi antara Negara dan Masyarakat sipil.13“Arti good dalam good governance mengandung dua pengertian. Pertama nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat ,dan nilai yang dapat meningkatkankan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut.Jika dikaitkan dengan tata kelola pemerintahan maka good governance adalahsuatu gagasan dan nilai untuk mengatur pola hubungan antara pemerintah,dunia usaha swasta, dan masyarakat sehingga terjadi penyelenggaraan pemerintahanyang bersih, demokratis, dan efektif sesuai dengan cita-cita terbentuknya suatumasyarakat yang makmur, sejahtera dan mandiri”.14

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, Governance memiliki tiga kaki, yang menjadi landasan utamanya dalam menjalankan pemerintahan yang baik, yaitu :

       12

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey.Jakarta:LP3ES, 1989, hal.37 13

Lefwitwickh, 1994, rhodes,1997. dalam buku Membangun Good Governannce di Desa. oleh Ari Dewapayana. Yogyakarta: IRE 2003. Hal. 8

14

Sedarmayanti.2003. Good Governance (Kepemerintahan yang baik) dalam rangka otonomi daerah.


(24)

1. Economic governance,meliputi proses pembuatan keputusan

2. Political governance, adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan

3. Administrative governance,adalah sistem implementasi proses kebijakan.15

Beberapa definisi yang dikemukakan para ahli tentang good governance

menurut sudut pandangnya masing-masing,seperti Pierre dan Guy Peters mengartikan goodgovernanceyaitu, “suatu konsep yang berada dalam konteks hubungan antara sistem politik dengan lingkungannya, berarti berpikir tentang bagaimana mengendalikan ekonomi dan masyarakat, serta bagaimana mencapaitujuan-tujuan bersama”.16SedangkanWorld Bank mendefenisikan “good governance sebagai suatu cara bagaimana menyelenggarakan manajemen pembangunan yang solid, bertanggungjawab, sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efesien”.17

Lain juga halnya dari yang didefenisikan “OECD (Organization For Economic Cooperation and Development). mendefenisikan Governance

sebagaisuatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi, agar bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”. 18

Menurut “UNDP,(United Nations Development Program), Suatu badan membekalkan bantuan pembangunan di dunia, yang merupakan lembaga eksekutif dalam Majelis Ekonomi dan Sosial PBB, mendefinisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat, dalam prinsip-prinsip, partisipasi, supremasi hukum, transparansi, cepat tanggap, membangun konsensus, kesetaraan, efektif dan efisien, bertanggungjawab serta visi stratejik. Good governance dimaknai sebagai praktek penerapan kewenangan penerapan pengelolaan berbagai urusan       

15

Ibid. hal. 5. 16

Ari Dwipayana. 2003. Membangun Good Governance di Desa. Yogyakarta: IRE. Hal. 10

17

Sedarmayanti.Op. cit. Hal.5-6. 18


(25)

penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi dan administratif disemua tingkatan”.19

Dari beberapa definisi good governance yang dikemukakan oleh beberapa tokoh di atas, good governance mempunyai beberapa karakteristik konsep dalam pelaksanaannya, yaitu:

Partisipasi (Participation), iyalah keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara, serta berpartisipasi secara konstruktif. Setiap orang atau setiap warga negara harus memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat menyalurkan inspirasinya, dan mengutarakan pendapatnya. Aturan hukum (Rule of law), kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu. Transparansi (Transparency),

transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik, secara langsung dapat diperoleh dari masyarakat. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengolahan daerah, berkaitan dengan hal tersebut aparatur pemerintah perlu proaktif dalam memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakan masyarakat. Daya Tanggap (Responsivevnes), dimana lembaga-lembaga publik harus cepat tanggap dalam melayani masyarakat. (Consensusorientation), berorientasi kepada kepentingan masyarakat luas. Equity, berkeadilan dimana setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan. Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisiensi), dan berhasil guna(efektif). Akuntabilitas (Accountability), adanya pertanggungjawaban dari setiap apa yang dilakukan oleh pemerintah. Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda bergantung kepada jenis keputusannya. Strategicvision, dimana aparatur pemerintahan dan masyarakat harus mempunyai visi yang lebih baik secara bersama”.20

Good Governance berorientasi kepada suatu proses, sistem, prosedur dan peraturan yang membuat suatu entitas bertindak dengan suatu kerangka atau panduan dalam rangka untuk mencapai tujuannya dengan meningkatkan efektifitas dan efisien dalam penciptaan kesinambungan antara tujuan ekonomis       

19

Sedarmayanti.Op. cit. Hal 7. 20


(26)

dan tujuan sosial, selain itu good governance dapat mengusahakan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang dapat memberi keuntungan bagi suatu entitas secara keseluruhan,21penyelenggaraan negara harus mempunyai kemampuan responsif, adaftasi dan akuntabilitasi publik. Krangka good governance yang bersifat makro bisa dimasukkan pada level desa.Jika good governance diletakkan dalam konteks desa, maka dua isu yang perlu diperhatikan.“Pertama adalah pemerintahan demokratis (democratic governance) yaitu pemerintahan desa yang berasal dari partisipasi masyarakat, dikelola oleh akuntabilitas dan taranparansi masyarakat, dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk resvonsipitas masyarakat. Kedua adalah hubungan antara elemen governance di desa yang didasarkan pada prinsip kesejajaran, keseimbangan dan kepercayaan (trust)”.22

Inti dari kedua pola ini adalah keterrlibatan masyarakat (partisipsi) dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan untuk mencapai kebaikan bersama (common good) secara kolektif.Pola hubungan antara elemen bisa sejajar dan seimbang bila pemerintahan desa dikelola secara partisipatif, transparan, akuntabel, dan rensvonsip.Sebaliknya pemerintahan desa yang demokratis (partisipatif, transparan, akuntabel, dan rensvonsip) bisa semakin kokoh bila ditopang dengan kesejajaran.Tujuan good governance diterapkan dalam pemerintahan adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efesien dan efektif dengan menjaga kesinergian intraksi yang konsurtif diantara domain-domain pemerintah, swasta, dan masyarakat.Dalam konteks good governance membutuhkan tampilan masyarakat politik yang demokratis, yang mampu memberikan jembatan antara masyarakat dengan Negara, berbasis pada masyarakat sipil, mampu melakukan kontrol terhadap Negara.Secara minimal aktor-aktor politik dapat ditemukan di tingkat desa, seperti partai politik, Badan Perwakilan Desa (BPD), kepala desa, dan masyarakatnya.

      

21

Sedarmayanti.Op. cit. Hal. 6.

22


(27)

1.6.2. Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan (leadership) merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. “Kepemimpinan (leadership) secara umum merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut mengikuti sebagaimana apa yang dikatakan seorang pemimpin tersebut agar tercipta tujuan bersama”.23

Beberapa definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan menurut sudut pandangnya masing-masing sebagai berikut :

1. Menurut Ordway Tead (1929), mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu sifat dari individu itu sendiri yang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.24

2. C.N.Coley mendefinisikan kepemimpinan merupakan titik pusat dari suatu kecendrungan, yang dimana kecendrungan itu harus bisa diatur seorang yang dipercayai masyakatnya atau kelompok.25

3. P.Pigors (1935), mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses saling mendoroong melalui suatu keberhasilan interaksi dari sebuah perbedaan individu, mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan bersama.26

4. Menurut George R Terry (1964), bahwa kepemimpinan itu adalah kekuatan pribadi seseorang yang kreatip ditambah dengan ke ahlian yang bersangkutan dalam menjalankan tugas pekerjaannya itu.27

Dari beberapa definisi ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpnanmerupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,       

23

Haw. Widjaja. 2008. Otonomi Desa. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Hal. 31 24

Inu Kencana Safei. 2003 Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung. PT Rafika Aditama. Hal. 2. 25

Inu Kencan Safei. Log. Cit. Hal. 2. 26

Inu Kencan Safei. Log. Cit.Hal. 2. 27


(28)

memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan organisasi atau kelompok, masyarakat itu sendiri.Dalam hal pemerintahan desa, kepemimpinan kepala desa sangat berpengaruh terhadap suatu jalannya pemerintahan desa itu dengan baik dan demokrasi.Kepemimpinan kepala desa pada dasarnya bagaimana kepala desa dapat mengoordinasi seluruh kepentingan masyarakat desa dalam setiapmengambil keputusan.Setiap kepala desa akan berhasil apabila dalamkepemimpinannya memperhatikan suara masyarakat yang dipimpin yang secara demokratis, yaitu secara terbuka, bertanggungjawab dalam mengambil keputusan yang didasarkan kepada hasil kesepakatan untuk kepentingan masyarakat.dengan konsep good governance yaitu secara transparansi, akuntabilitas, resvonsipitas dan partisipasi masyarakat serata memberikan pelayanan yang baik.Pemimpin membutuhkan kemampuan dan keterampilan serta sifat-sifat yang memadai untuk melakukan kegiatannya. Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian tersendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gaya yang membedakan dirinya dengan orang lain, gaya hidupnya ini pasti akan mempengaruhi prilaku dan tipe kepemimpinannya.

Oleh karena itu perandarikepemimpinan kepala desa sangat menentukan dalam memberdayakan semua potensi yang dimiliki untuk kemajuan desa,kesejahteraan masyarakat dan terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance).Oleh karena itu kepemimpinan yang demokratis dari seorang kepala desa sangat cocok dalam penerapan dari konsep-konsep good governance dalam menjalankan pemerintahan desa.Karena konsep-konsep good governance juga mengutamakan adanya sifat yang transparansi, akuntabilitas, resvonsipitas dan partisipasi masyarakat, sehingga tecapai kepentingan dari seluruh elemen masyarakat.Dalam kepemimpinan demokratis juga memandang bahwa manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi.

“Kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi atau kelompok.Disamping itu diwujudkan juga


(29)

melalui perilaku kepemimpinan sebagai pelaksana (eksekutif). Berdasarkan prinsip tersebut ini, dalam gaya kepemimpinan ini selalu terlihat usaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin, proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok atau organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu disesuaikan dengan posisi atau jabatan masing-masing, disamping memperhatikan pula tingkat dan jenis kemampuan setiap anggota kelompok atau organisasi”.28Dalam kepemimpinan kepala desa dengan gaya demokratis dimana dalam setiap mengambil keputusan dengan selalu mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong untuk mensukseskannya sebagai tanggungjawab bersama.Setiap anggota kelompok atau organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri atau beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.

Dalam kepemimpinan demokratis pemimpin dalam tipe ini menafsirkan kepemimpinanya bukan sebagai diktator melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya, hubungannya dengan para bawahannya bukan sebagai atasan dan bawahan tetapi lebih pada saudara tua pada adiknya.Dalam melaksanakan tugasnya seorang pemimpin mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran dari para bawahannya, demikian juga terhadap kritik yang membangun dari bawahannya dijadikan sebagai umpan balik dan bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Disamping itu pemimpin ini juga memberikan kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasilkan sebagian kekuasaan dan tanggungjawab.Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsi dan wewenangnya sebagai peimimpin. Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi       

28


(30)

sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam, bukan berada diluar situasi itu, pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa isi perintah yang didapat, bagaimana cara mengerjakan perintah, dan dimana mengerjakan perintah tersebut agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Pemimpin juga bisa menggunakan pendekatan konsultatif sebagai komunikasi dua arah, untuk dapat mempertimbangkan suatu keputusan dengan orang-orang yang dipimpinnya, baik dari aparatur pemerintahan itu sendiri atau masyarakat. Pemimpin juga harus bisa mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam kondisi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Untuk itu berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, maka penekanan dan perhatian khusus penulisan skrifisi ini akan ditujukan kepada kemampuan kepemimpinan kepala desa yang berkenan dengan penyelenggaraan pemerintahan desa, untuk dapat memberdayakan masyarakat, yakni yang menyangkut peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelaksanaan kehidupan masyarakat dan kemampuan kepala desa selaku pimpinan desa dalam mengayomi warga masyarakatnya.

Dalam perakteknya pada desa yang diteliti oleh penulis, yaitu desa Sigalapang Julu, dimana kepala desanya menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis dalam mewujudkan good governance di desa Sigalapang Julu, dimana dalam menjalankan pemerintahan di desa tersebut, kepala desa mempunyai prinsip yang selalu mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan, dan dalam menjalankan pemerintahannya juga selalu terbuka, memberikan kesempatan kepada setiap masyarakatnya untuk mengajukan setiap inspirasinya yang bertujuan untuk membangun desa tersebut.Selalu memusyawarahkan setiap suatu kebijakan yang akan diterapkan di dalam desa


(31)

tersebut, selalu terjalin komunikasi yang timbalbalik antara kepala desa dengan warga masyarakatnya, dengan begitu hubungan masyarakat dengan aparatur pemerintahan tidak renggang karena adanya kepercayaan dan kepuasaan yang diberikan oleh aparatur desanya tersebut, oleh karena itu semua warga masyarakatnya dapat berpartisipasi dalam setiap pembangunan dan pengembangan desanya karena kepemimpinan dari kepala desanya yang bersipat demokratis dan transparan membuat masyarakat menjadi bagian dari setiap pembangunan dan kepemerintahan desa Sigalapang Julu.

1.6.3 Teori Kebijakan

Secara sederhana dapat diartikan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah, kebijakan juga dapat diartikan suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi. “Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan”.29 Selain itu kebijakan publik juga dapat di artikan sebagai suatu strategi yaituadalah,“strategi untuk mengantarkan masyarakat pada awal, memasuki masyarakat pada transisi, untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan”.30

Beberapa teori tentang kebijakan yang dikemukankan para ahli seperti yang di kemukakan oleh “Ealau dan Pewit (1973) yang mendefenisikan kebijakan sebagai sebuah ketetapan yang berlaku, dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang baik dari yang membuat atau yang melaksanakan kebijakan tersebut.Menurut Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan dan diarahkan pada tujuam tertentu, menurut Edi Suharto (2008:7) menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang       

29

Edi suharto. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik.Jakarta: Alfabeta. Hal. 7. 30


(32)

memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.Sedangkan Richard Rose mengatakan bahwa kebijakan harus dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan dengan orang banyak, beserta konsekuensinya terhadap mereka yang bersangkutan, daripada hanya sebagai keputusan tersendiri.Dan James Anderson mendefinisikan kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan”.31

Jenis-jenis kebijakan menurut James Anderson. “Pertama, kebijakan distributip, kebijakan ini lebih melihat dari segi pelayanan, atau kemanfaatan pada masyarakat.Kedua, kebijkan subtantif, kebijakan ini lebih kepada persiapan atau perencanaan membuat suatu kebijakan apa yang akan dibuat oleh pemerintah. Ketiga, kebijakan material,yaitu kebijakan yang memberikan keuntungan sumberdaya konkrit pada kelompok sasaran. Keempat yaitu kebijakan publik goods, yaitu suatu kebijakan yang dibuat untuk masyarakat yang berhubungan dengan keinginan masyarakatnya, dan dalam menerapkan kebijakan ini selalu dibutuhkan musyawarah dalam setiap keputusan sehingga terjalin sebuah kebijakan yang demokratis”.32 Proses perumusan kebijakan merupakan inti dari kebijakan publik, karena dari sinilah akan dirumuskan batas-batas kebijakan itu sendiri. Impelementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang, dan untuk menginplementasikan kebijakan publik ada dua, yaitu dengan langsung menginplementasikannya dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan

derivate atau turunan dari kebijakan tersebut.

Tujuan kebijakanpada prinsipnya adalah untuk melakukan intervensi, dalam menerapkan pemerintahan yang baik di desa suatu kebijakan harus didasarkan oleh kepentingan seluruh masyarakat, dengan azas permusyawarahan, karena suatu kebijakan adalah sebagai pencapaian secara efesien dan efektif, dengan cara       

31

Budi Winarno. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Presindo. Hal. 16-19 32


(33)

memperhatikan kehidupan masyarakat, kebutuhan, dan apa yang diinginkan masyarakat desa tersebut, makasuatu kebijakan itu harus benar-benar public good, yang artinya suatu kebijakan tersebut benar-benar dapat membangun, mendorong, dan meningkatkan kehidupan masyarakat, baik secara politik, ekonomi, dan sosial.

Dari setiap kebijakan harus ada komunikasi terhadap warga masyarakat sebelum kebijakan itu dijalankan, untuk melihat apakah suatu kebijakan itu dapat di jalankan dan mempunyai kepentingan terhadap tujuan bersama, dengan mellihat juga sumber daya manusianya itu, apa dapat menjalankan suatu kebijakan tersebut, dengan melakukan pendekatan yang mendalam terlebih dahulu sebelum melakukan suatu kebijakan tersebut, seperti pendekatan yang dalam teori implementasi kebijakan publik. Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan danumumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupunpemerintah.Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencaripeluang-peluang untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang diinginkan. Hal tersebut berarti kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi nilai-nilaiyang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, makakebijakan tersebut akan mendapat kendala ketika di implementasikan. Sebaliknya,suatu kebijakan harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai dan praktik-praktikyang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

1.6.3.1. Implementasi Kebijakan

Implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapatberupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakanyang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan. Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.


(34)

“Lester dan Stewart yang dikutip olehWinarno, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah,Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alatadministrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan”.33

Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Sedangkan Implementasi kebijakan “menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut”.34

Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasi dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi kebijakan.Dalam pandangan George C Edward 111 (1980) dalam buku Subarsono menyebutkan bahwa,“Implementasi kebijakan dapat dipengaruhi oleh empat variabel yaitu, komunikasi, suberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi, dan keempat pendekatan tersebut saling mempengaruhi”.35

Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor dari implementasi kebijakan yaitu.

1. Komunikasi.

Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan (clarity).Faktor pertama yang       

33

Budi Winarno. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo. Hal.101-102

34

Riant Nugroho. 2003. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 158

35


(35)

mendukung implementasi kebijakan adalah transmisi. Seorang pejabat yang mengimlementasikan keputusan harusmenyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untukpelaksanaanya telah dikeluarkan. Faktor kedua yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa petunjuk-petunjuk pelaksanaan kebijakan tidakhanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi komunikasitersebut harus jelas.Faktor ketiga yang mendukung implementasi kebijakan adalahkonsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan ingin berlangsungefektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas.

2. Sumber-sumber.

Sumber-sumber penting yang mendukung implementasi kebijakan meliputi: staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan publik.

3. Kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku.

Kecenderungan dari para pelaksana mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu yangdalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh parapembuat keputusan awal.

4. Struktur birokrasi.

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkansecara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan, baik itu struktur pemerintah dan juga organisasi-organisasi swasta.

Dalam penjeleasan yang di atas adalah faktor-faktor penting dalam menjalankan suatu kebijakan supaya dapat menginplementasikannya dengan baik agar mengetahui sisi negatif dan positipnya dalam menerapkannya di dalam pemerintahan.


(36)

1.6.3.2. Tahap-Tahap Implementasi Kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. membagi tahap implementasi dalam dua (2) bentuk, yaitu:

1. Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan di sahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain.

2. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai.

Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn mengemukakan sejumlah tahap implementasi sebagai berikut:

1. Terdiri atas kegiatan-kegiatan:

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas

b. Menentukan standar pelaksanaan

c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktupelaksanaan. 2. Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakanstruktur staf,

sumber daya, prosedur, biaya serta metode 3. Merupakan kegiatan-kegiatan:

a. Menentukan jadwal b. Melakukan pemantauan

c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaranpelaksanaan program.36

Dengan demikian jika terdapatpenyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan yangsesuai dengan segera.Jadi implementasi kebijakan akan       

36

Subarsono, 2005.Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 108.


(37)

selalu berkaitan dengan perencanaanpenetapan waktu dan pengawasan. Mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan. Yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatanyang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan baik yang menyangkutusaha-usaha untuk mengadministrasi maupun usaha untuk memberikan dampaktertentu pada masyarakat. Hal ini tidak saja mempengaruhi perilaku lembaga-lembaga yang bertanggungjawab atas sasaran (target grup) tetapi memperhatikan berbagai kekuatan politik, ekonomi, sosial yang berpengaruh pada impelementasi kebijakan negara.

Dalam menjalankan kebijakan aktor yang paling mempengaruhi adalah seorang kepemimpinan, jika dikaitkan kedalam desa yaitu kepala desa. dalam menjalankan pemerintahannya kepala desa tidak bisa sendiri untuk menciptakan atau merumuskan suatu kebijakan tersebut, oleh karena itulah semua elemen harus ikut berpartisipasi dalam membangun dan menciptakan pemerintahan ynag baik di dalam pemerintahan desa. Kebijakan implementasi bisa jadi patokan utama dalam menjalankan pemerintahan desa, dengan tujuan agar tercipta kepentingan bersama, dengan melakukan pendekatan yang mendalam terhadap permasalahan yang ada di dalam desa, sehingga dapat menjalankan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan yang tidak bertentangan dengan adat istiadat yang ada di desa.

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan ini menerapkan metode penelitian Deskriptif Kualitatif yang bersifat mendeskripsikan tentang masalah yang diangkat kemudian diterjemahkan berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.37

1.7.1. Jenis Penelitian

      

37


(38)

Studi ini bertumpu pada penelitian kualitatif,aplikasi penelitian kualitatif ini adalah konsekuensi metodologis dari penggunaan metode deskriptif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.38

1.7.2.Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang di gunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik penelitian yang bersifat kuallitatif, dengan mengumpulkan sumber data Primer dan Sekunder :39

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari penelitian kelapangan dengan melakukan wawancara, dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara langsung yakni face to face, artinya peneliti berhadapan langsung dengan obyek untuk menanyakan secara lisan partanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti dan jawaban kemudian dicatat oleh peneliti.Wawancara dilakukan langsung terhadap pihak-pihak yang terkait dan dapat membantu proses penelitian, seperti beberapa orang dari BPD, Seketaris Desa, beberapa tokoh masyarakat, seperti Hatobangan dan Naposo Nauli Bulung.

2. Mengumpulkan data Sekunder, yaitu penelitian kepustakaan (library research) yakni referensi data yang sudah tertulis dan diolah oleh orang lain berupa dokumen, buku-buku, media cetak, internet dan lain-lain yang dapat membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

1.7.3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini mendeskripsikan data-data yang ada dan kemudian dilakukan analisis sehingga diperoleh gambaran yang

      

38

Ibid. Hal. 43. 39

Bagong Suyanto dan Sutinah.2006. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group..hal.60.


(39)

jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.40

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri dari 4 ( empat ) Bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusann masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: DESKRIPSI PEMERINTAHAN DESA SIGALAPANG JULU

Dalam bab ini membahas mengenai profil Desa Sigalapang Julu, gambaran secara umum Desa Sigalapang Julu, dengan menjelaskan sistem pemerintahan desa tersebut yang meliputi lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga politik desa.

BAB III: KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MEWUJUDKAN

GOOD GOVERNANCE

Dalam bab ini akan dilakukan analisis terhadap data-data yang telah disajikan terkait dengan peran kepemimpinan kepala desa dalam mewujudkan

good governance di Desa Sigalapang Julu Kec. Panyabungan, Kab. Mandailing Natal, Sumatera Utara, Tahun 2011).

BAB IV: PENUTUP

Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil analisis data yang telah di ambil.

       40


(40)

BAB II

DESKRIPSI PEMERINTAHAN DESA SIGALAPNG JULU

II.1. Sejarah Desa Sigalapang Julu

Desa merupakan intitusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri serta relatif mandiri, hal ini antara lain ditunjukkan dengan tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang paling kongkrit. Desa merupakan bentuk pemerintahan tradisional yang tetap dapat bertahan dengan nilai-nilai budaya, sejarah dan adatnya. Desa sebagai pemerintahan tradisional telah menganut nilai-nilai demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahannya.

Terkait dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu terhadap desa Sigalapang Julu yang mempunyai sejarah sendiri, yaitu dimana Jauh sebelum merdeka negara Indonesia, desa Sigalapang Julu sudah ada, dan memang dari dulu sebutan daerah ini adalah desa, dimana desa Sigalapang Julu merupakan desa yang mempunyai sejarah tentang berdirinya dari cerita masyarakat setempat, bahwa daerah ini dulunya adalah daerah yang dikelilingi oleh sawah dan perkebunan, dan daerah ini sangat subur untuk menanam berbagai kebutuhan masyarakat pada saat itu, didalam desa ini bermula hanya sebagian kelompok kecil warga masyarakat yang hidup di desa ini, dimana kehidupan masyarakatnya masih sederhana, dengan mata pencaharian sebagai petani dan berkebun diatas lahan yang ada di desa tersebut.

Dalam kepercayaan masyarakat dahulunya, atau dengan mitos yang didapat dari para Hatobangon atau para tetua yang lebih mengetahui sejarah desa ini, mengatakan cara bertani waktu dulu tidak sama dengan cara bertani masyarakat sekarang, dimana dahulu warga masyarakat di desa Sigalang Julu percaya bahwa cara bertani itu harus seperti manusia juga, yaitu bahwa padi juga


(41)

harus mempunyai masa istirahat, tidak seharusnya ditanam langsung setelah panen, masa istirahatnya harus selama 6(enam) bulan. Selama 6 (enam) bulan itu warga masyarakat dulu mengisinya dengan bercocok tanam, seperti menanam kacang-kacangan, ubi, jagung, dan tanam-tanaman lain.Selain itu warga masyarakat juga melakukan pkerjaan lain seperti menganyam tikar dengan bahan dasarnya dari pandan, dimana pandan ini tumbuh sendiri disekitar pemukiman desa, dan hasilnya akan dijadikan tikar, ataupun keranjang untuk dijual ataupun di pakai di dalam rumah. Dalam mengolah pandan ini warga masyarakatnya punya cara sendiri, dan menjadi kebiasaan masyarakat dahulu, supaya menghasilkan banyak belahan pandan dalam satu helai pandan, dengan cara membelah-belah daun pandan tersebut menjadi 8 (delapan) bagian perlembar. Dalam bahasa Mandailingnya “Sigalapan” yang mana “Siga” mempunyai arti dibelah atau dibagi sedangkan “Lapan” artinya delapan.

Dari istilah dan kebiasan warga masyarakat dulu dalam mengolah daun pandan itulah masyarakat menamakan desa tersebut desa Sigalapan pada saat itu. seiring dengan perkembangan desa dan masyarakatnya dengan mengubah nama desa tersebut menjadi “Sigalapang Julu” dengan tujuan agar semakin menjadi maju desa itu dan berhubungan karena letak desa tersebut berada di timur dari desa lain maka ditambahkan kata “Julu” yang artinya timur dalam bahasa Indonesianya, maka dijadikan nama desa ini desa Sigalapang Julu. Walau dahulu desa ini adalah desa yang masih sangat sederhana, namun seiring dengan perkembangannya, desa ini semakin maju dan semakin banyak mata pencaharian warga masyarakatnya seperti memanpaatkan pohon karet yang sudah ada, dan sebahagian juga menanamnya sendiri dan hasilnya akan dijual. awalnya desa ini di isi warga masyarakatnya yang mempunyai suku Mandailing, namun seiring berkembangnya desa berdatangan orang-orang dari luar wilayah, seperti dari hasil kebijakan pada masa Soeharto yaitu warga yang transmigran dari pulau jawa, dan


(42)

ada juga dari suku Minang, karena dekatnya batas wilayah kabupaten Mandailing Natal dengan Sumatera Barat.41

II.2. Profil desa Sigalapang Julu

Desa Sigalapang Julu terdapat di Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, desa ini berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Desa Gunung Tua Panggorengan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Huta Siantar

3. Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Kampung Padang

4. Sebelah Timur setelah desa ini berbatasan langsung dengan Desa Sopo Batu

Desa Sigalapng Julu memiliki luas wilayah 500,65 Hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 1217 jiwa yang terdiri dari 564 jiwa penduduk pria, dan 653 jiwa penduduk wanita. Memiliki penduduk yang selama satu tahun terakhir mengalami pertumbuhan sekitar 4,35% dari 1095 jiwa pada tahun 2009, menjadi 1217 jiwa pada tahun 2011.Mayoritas penduduk di desa ini adalah etnis mandailingdan ada juga etnis jawa dan minang baik secara datang sendiri ataupun yang berasal dari program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah yang berasal dari pulau Jawa. Penduduk transmigrasi tersebut tinggal menetap di desa ini. Mata pencaharian penduduk desa ini mayoritas adalah petani, dengan menggarap hasil kebun dan sawah.42

Komoditas pendapatan dari masyarakat desa ini berasal dari perkebunan seperti karet, kopra dancoklat, dan juga dari hasil panen sawah, sumber       

41

Sumber: Profil Desa Sigalapang Julu 

42


(43)

pendapatan desa berasal dari retribusi pengangkutan hasil bumi dari para agen pengumpul hasil bumi yang diperoleh seperti dari perkebunan seperti, kopra, karet, padi, dari hasil perkebunan dan petani lainnya yang kelola oleh masyarakat.43Mayoritas tingkat pendidikan masyarakat desa ini adalah tamatan Sekolah Menengah Umum (SMU) namun dengan program pengembangan pembangunan desa maka desa ini telah memiliki sarana pendidikan seperti Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD). Desa Sigalapang mempunyai organisasi seperti pemuda olahraga, Ikatan Mahasiswa Sigalapang, dan Naposo Naulibulung.

Data diatas menunjukkan bahwa besarnya luas wilayah desa Sigalapang Julu, besar kemungkinan akan bertambahnya penduduk yang akan berdatangan dari luar desa Sigalapang Julu. Dengan hadirnya penduduk-penduduk transmigran tersebut, akan membentuk kelompok-kelompok baru yang akan mewarnai dinamika kemasyarakatan yang multikultural.Seluruh warga masyarakat desa Sigalapang Julu memeluk agama Islam.Desa Sigalapang Julu adalah desa yang dikelilingi oleh desa-desa lain, desa ini berada di bagian timur pusat pasar Panyabungan, Kab. Mandailing Natal, dengan suhu udara 26-280C, desa ini mempunyai luas wilayah 500,65 Ha2, dengan mempunyai empat Banjar, atau disebut Dusun, yang berada dalam desa yaitu:

1. Banjar Pisang 2. Banjar Tonga 3. Banjar Jae 4. Banjar Saba

Desa Sigalapang Julu memiliki luas kemiringan lahan dataran 350 Ha, dan perbukitan 15 Ha. Desa ini mempunyai ketinggian curah hujan 2500 mm, dan       

43


(44)

kelembapan udara 65%, mempunyai luas lahan pertanian 65 Ha, yaitu sawah yang teririgasi, dan luas perkebunan rakyat seluas 315 Ha.

1. Jumlah Penduduk Desa Sigalapng Julu

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Sigalapang Julu No

.

Keterangan/Usia Jumlah Penduduk 1.

2. 3.

4.

Jumlah penduduk

Jumlah Kepala Keluarga

Jumlah Laki-Laki

a. 0-15 Tahun b. 15-55 Tahun c. Diatas55 Tahun Jumlah Perempuan

a. 0-15 Tahun b. 15-55 Tahun c. Diatas 55 Tahun

1217 408

506 189 315 60 651

254 321 78

Sumber: Kantor Kepala Desa Sigalapang Julu

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah keseluruhan penduduk Desa Sigalapang Julu yang didapat dari data yang telah diteliti sebesar 1217. Jika di kelassififkasikan maka jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:


(45)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah

1. 2.

Pria

Perempuan Total

564 653 1217

Sumber: Kantor Kepala Desa Sigalapang Julu

Berdasarkan Jumlah penduduk desa Sigalapang diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak penduduk yang bejenis kelamin perempuan, dengan jumlah keseluruhan sebanyak 1217 jiwa.

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Sesuai dengan data yang diperoleh dari kantor kepala desa Sigalapang Julu, yaitu dari data penduduk desa Sigalapang Julu dapat dilihat bahwa mata pencaharian masyarakat adalah berbeda-beda, dan mayoritas sebagai petani. Berikut ini adalah tabel mata pencaharian masyarakat desa Sigalapang Julu.


(46)

Tabel 3. Jumlah penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Mata

Pencaharian/Pekerjaan Jumlah Jiwa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. 9. 10. 11. 12. Petani Wiraswasta PNS Pegaawai Swasta TNI/Polri Pensiunan PNS Peternak Pengrajin

Hom Industri Kecil Buruh Tani Tukang Batu Lain-Lain Total 314 105 27 35 5 6 12 6 15 16 7 43 591 Sumber: Data Penduduk Desa Sigalapang Julu

Berdasarkan data di atas mata pencaharian warga desa adalah mayoritas sebagai petani, hal ini dikarenakan adanya sifat turun temurun dari warisan keluarga, sehingga memungkinkan pekerjaan warga didominasi oleh petani. Dengan begitu warga desa sigalapang mempunyai pertanian yang luas didalam desa yang dapat dikelola oleh masyarakat desa.

4. Prasarana dan Sarana Desa Sigalapang Julu

Desa Sigalapang Julu mempunyai beberapa sarana dan prasarana untuk memperlancar jalannya pembangunan desa, dan ekonomi masyarakat, berikut dapat dilihat di dalam tabel di bawah ini:


(47)

Tabel 4. Prasarana dan Sarana Desa Sigalapang Julu No. Sarana/Pasarana Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Masjid Musholla Poskesdes Mck MDA Jalan Desa Jembatan Jalan lingkungan desa

Sekolah Dasar Kantor kepala desa Poskamling Total 2 Unit 4 Unit 1 Unit 4 Unit 1 Unit 3 Km 2Unit 5 Km 1 Unit 1 Unit 2 Unit 26 Unit

Sumber: RPJM Desa Sigalapang Julu

Dari sarana dan Prasarana yang ada di dalam desa Sigalapang Julu diharapkan dapat meningkatkan pembangunan, baik secara ekonomi, sosial, dan politik, agar menciptakan pemerintahan desa yang baik, dan memajukan ekonomi.

5. Klassifikasi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi pola pikir suatu komunitas, sehingga hal tersebut dapat menjadi ukuran bagi setiap perkembangan suatu masyarakat untuk berpartisipasi di desa, terhadap pemerintahan desa. Berikut ini adalah tabel menurut tingkat pendidikan masyarakat desa:


(48)

Tabel 5.Klassifikasi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa

1. 2. 3. 4. 5.

SD

SLTP/SMP SLTA/SMU DIPLOMA/S1 Tidak Tamat SD Total

254 370 415 121 57 1217

Sumber: Data Penduduk Desa Sigalapang Julu

Berdasarkan jumlah diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat desa Sigalapang Julu mayoritas tamatan SLTA/SMU sederajat, dengan jumlah 415. Dan jumlah keseluruhan 1217 jiwa. Namun seiring meningkatnya perekonomian masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat mengalami kemajuan dari tahun sebelumnya.

II.2.1. Kehidupan Sosial

Warga masyarakat desa Sigalapang Julu mempunyai beragam suku yang ada didalamnya, namun sebagian besar atau mayoritas suku masyarakat desa Sigalapang adalah suku Mandailing, yaitu suku asli dari desa Sigalapang Julu, yang berjumlah 1198, dan selebihnya adalah suku lain, seperti jawa, minang, dan batak toba, dan seluruh warga masyarakat desa Sigalapang Julu menganut agama islam.Dalam waktu tertentu, budaya gotong royong masih berjalan di dalam desa, dikarenakan hubungan persaudaraan dan keharmonisan di dalam desa, baik dari aparatur desanya, dan di dalam masyarakatnya sendiri. Kesadaran yang sangat tinggi diantara masyarakat juga menjadi faktor yang sangat penting di dalam menjalankan kehidupan yang harmonis. Fasilitas sarana dan prasarana sosial yang ada di dalam desa kebanyakan dibangun atas swadaya masyarakat sendiri, kecuali pembangunan yang bersekala besar, yang memang kewajiban dari pemeintah


(49)

daerah, seperti kantor kepala desa, jalan umum, sekolah, dan bangunan lainnya. Dalam pelayanan publik kantor kepala desa selalu terbuka, jika kantor tutup, kepala desa memberikan saran agar mendatangi kediamannya, kalo benar-benar membutuhkan urusan yang sangat penting, seperti pengurusan KTP, surat miskin, kartu keluarga, dan lainnya.44

Potensi ekonomi di desa Sigalapang Julu banyak dipengaruhi dari hasil tani, karena itu adalah mayoritas mata pencaharian masyarakat desa. Namun selain itu, warga masyarakat juga berusaha mandiri dengan membangun usah-usaha kecil, seperti pembuatan tikar, yang dari dahulu sudah ada, ada juga sebagai pembuat kerupuk dari ubi. Hal ini dapat membangun perekonomian masyarakat agar lebih mandiri menghadapi ekonomi yang lebih baik lagi. Namun sebagian besar penduduk mengandalkan dari hasil tani, dan perkebunan, yang bisa mendongkrak prekonomian warga desa,

II.3. Struktur Pemerintahan DesaSigalapang Julu

Struktur pemerintahan Desa Sigalapang Juludipimpin oleh kepala desa yang dibantu oleh sekretaris desa, kepala urusan, dan badan perwakilan desa (BPD). Kepala desa Sigalapang Julu dipilih langsung oleh masyarakat desa, dengan diadakannya pemilihan langsung pada tahun 2010 lalu.Sesuai dengan peraturan pemerintah yang diatur di dalam UUNo. 72 Tahun 2005 tentang pemerintahan desa, dan di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,maka kepala desa Sigalapang Julu mempunyai tugas dan kewenangan sebagai kepala desa.

A. Tugas dan Kewajiban Kepala Desa

Kepala desa berkedudukan sebagai pimpinan dan penanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala desa bertindak sebagai lembaga Eksekutif dalam pemerintahan desa untuk dapat menjalankan roda pemerintahan       

44


(1)

BAB IV

PENUTUP

IV. I. KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah hal yang sangat penting dalam menjalankan suatu pemerintahan desa, Seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai tugas dan kewenangan dalam menjalankan pemerintahan, kearah yang lebih baik, pemimpin yang dimaksud disini iyalah kepala desa. Dalam menjalankan tugas dan kewenangan itu kepala desa harus benar-benar mampu menjalankannya. Untuk membangun desa dan mejalankan pemerintahan desa yanng demokrasi, terbuka, adil, kepemimpinan kepala desa salah satu aktor yang terpenting, namun semua kepentingan desa, demi terciptanya pemerintahan yang baik (good governannce) desa, masyarakat juga harus ikut berperan aktif (participation), dalam mengontrol pemerintahan desa. Desa merupakan akar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang merupakan landasan falsafah terbentuknya dmokrasi pancasila yang berasal dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat desa seperti musyawarah desa. Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat desa semenjak dahulu mendapatkan perhatian pemerintah melalui pemberian otonomi desa yang tetap menghormati nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada dalam masyarakat desa. Otonomi desa bertujuan untuk menciptakan kemandirian di tingkat desa.

Otonomi desa merupakan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah kepada desa untuk dapat mengatur urusan dan rumah tangganya sendiri seperti dalam bidang sosial dan politik sehingga terciptanya kemandirian di tingkat desa. Otonomi yang diberikan kepada desa memperhatikan sejarah, asal usul desa dan adat istiadat yang ada dalam masyarakat. Untuk dapat menciptakan pemerintahan yang baik (good governance)ditingkat desa, peran kepemimpinan kepala desa


(2)

dapat menjadi tinggi dan sadar akan kepentingan masyarakat sebagai pelaksana pembangunan desa, dan mejalankan pemerintahan desa, kepala desa juga mempunyai peran dalam menciptakan keterbukaan terhadap jalannya pemerintahan desa, dan bisa mendelegasikan wewenangnya kepada bawahannya agar pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Dalam menjalankakan pemerintahan yang baik, kepala desa Sigalapang Julu menjalankannya dengan gaya kepemimpinannya yang demokrasi, agar dapat terwujud keterbukaan, partisipasi, hukum yang adil, dan adanya saling kerjasma antara masyarakat dengan pemerintahan desa. Dari hasil penelitian yang penelti peroleh dapat disilmpulkan sebagai berikut:

1. Dalam menjalankan pemerintahan desa Sigalapang Julu, partisifasi masyarakat desa sangat aktif terhadap pemerintahan desa, baik dari segi ekonomi, sosial, dan politik.

2. Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governannce), kepala desa Sigalapang Julu mempunyai peran aktif dalam meningkatkan partisipasi masyarakat desa, dengan melakukan pendekatan-pendekatan dengan memberikan pelajaran melalui diskusi atau musyawarah yang dilakukan di dalam desa.

3. Kepala desa Sigalapang Julu menjalankan perannya dalam mewujudkan pemerintahan yang terbuka dan transparan, dengan gaya kepemimpinan yang demokratis. Dan sejauh ini masih berhasil dalam menerapkan prinsip-prinsip Good Governance.

4. Dalam menjalankan pemerintahan desa, kepala desa Sigalapang Julu menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis.

5. Dalam merumuskan suatu kebijakan kepala desa Sigalapang Julu selalu mengutamakan musyawarah atau diskusi umum dengan


(3)

masyarakat desa, untuk mendapatkan persetujuan dan agar dapat di inflementasikan.

6. Dalam menciptakan kesejajaran dan pemerintahan yang baik, kepeala desa mempunyai wewenang dan mendelegasikan kepada tokoh-tokoh masyarakat desa untuk dapat berjalan secara merata dan adanya saling kontrol antara masyarakat dan aparatur pemerintahan desa.


(4)

IV.2. SARAN

Dalam penelitian mengenai peran kepemimpinan kepala desa Sigalapang Julu yang dilakukan oleh penulis maka penulis memberikan beberapa saran yakni :

1. Kepala desa harus tetap menjaga nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat desa seperti nilai-nilai kekeluargaan sehingga dalam pelaksanaan pemerintahan desa tidak terjadi pelanggaran yang dapat menggangu nilai demokrasi di tingkat desa.

2. Dalam mewujudkan good governance di desa, pemerintahan desa harus saling terbuka, transparancy, dan mengajak masyarakat agar berpartisipasi dalam setiap pembangunan desa, dan melakukan koordinasi yang menyeluruh agar kepentingan dan aspirasi masyarakat desa dapat mewujudkan pembangunan desa.

3. Dalam menjalankan sebuah kebijakan di dalam desa, aparatur desa harus benar-benar terlibat secara aktif dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kebijakan yang akan di ambil,agar masyarakat dapat aktif dan ikut berpartisipasi dalam proses demokrasi di tingkat desa.

4. Sebelum menjalankan suatu kebijakan harus lebih dulu mengkaji lebih dalam apa kebijakan tersebut dapat berjalan dengan sumber daya manusianya, dan apakah suatu kebijakan itu demi kepentingan bersama.


(5)

5. Peran dari kepala desa sangatlah penting untuk memajukan suatu desa, oleh karena itu kepala desa harus benar-benar mengetahui permasalahan di dalam desa yang di pimpinnya.

6. Gaya kepemimpinan yang demokrasi dari seorang kepala desa adalah dasar untuk menciptakan pemerintahan yang baik di desa, dengan melibatkan setiap warga masyarakatnya.

7. Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, kepala desa harus benar-benar mengutamakan pelayanan yang baik, transparancy, akuntabel, demokrasi, dan mempunyai visi dan misi yang sejalan antara aparatur pemerintahan desa dan warga masyarakatnya.

8. Kepala Desa Sigalapang Julu agar bisa memprtahankan dan meningkatkan lagi kualitas yang sudah di capai saat ini, agar suatu saat desa ini menjadi contoh suksesnya pemerintahan yang mengandalkan partisipasi, transparansi, terhadap menjalankan pemerintahan yang baik.


(6)

DAFTAR FUSTAKA

Bungin, Burhab. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatip. Jakarta: PT Raja Grapindo.

I Nyoman, Beratha. 1992. Masyarakat Desa dan Pembangunan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ndaraha, Taliziduhu. 1991. Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa. Jakarta: PT Bumi Aksara. Cetakan ke 3.

Nogi, S Hessel. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: YPAPI.

Raharja, Prathama. 2001. Pemberdayaan dan Pembangunan Masyarakat Desa. Jakarta: UI.

Safei, Kencana Inu. 2003. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung: PT Rafika Aditama.

Sarwono, Wirawan, Sarlito. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sedarmayanti. 2003. Good Governannce (pemerintahan yang baik)dalam rangka otonomi daerah. Bandung: Mandar Maju.

Subarsono, Ag. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Jakarta: Alfabeta. Sunarjo,Unang, RH. 1984. Pemerintahan Desa dan Kelurahan. Bandung: Tarsito. Sutinah, dan bagong Suyanto. 2006. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana

Pranada Media Group.

Sutoro, Eko, Ari, Dwipayana. 2003. Membangun Good Governance di Desa. Yogyakarta: IRE pres.

Purnomo, Joko, Dkk. 2008. Menuju Tata Pemerintahan Yang Baik. (Pelaksanaan good governance di desa). Yogyakarta: IRE.

Widjaja, Haw. 2008. Otonomi Desa. Jakarta: PT Raja Rafindo Persada.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Peressindo.

Sumber Undang-Undang

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang No. 22 Tahun 1999. Tentang Pemerintahan Desa. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Desa.


Dokumen yang terkait

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara).

10 155 109

Peran Serta Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

4 111 89

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI DESA IPARBONDAR KECAMATAN PANYABUNGAN KOTA KABUPATEN MANDAILING NATAL.

0 2 22

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara).

0 0 42

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara).

0 1 10

RELASI ANTARA KEPALA DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian - Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

0 0 27

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

1 1 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Peran Serta Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal

0 0 30