Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DAN STRAWBERI (Fragaria vesca Linn.) DI KECAMATAN PEMATANG
SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
OLEH:
USMUL SAFTI KARTIKA 110301012
AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DAN STRAWBERI (Fragaria vesca Linn.) DI KECAMATAN PEMATANG
SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
OLEH:
USMUL SAFTI KARTIKA 110301012
AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Penelitian : Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun
Nama : Usmul Safti Kartika
Nim : 110301012
Prodi : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(4)
ABSTRACT
The research had been conducted in Pematang Sidamanik Subdistrict of
Simalungun District. The objective of this research is to evaluate
the land suitability arabica coffee (Coffea arabica) and strawberry (Fragaria vesca Linn.) in Pematang Sidamanik Subdistrict of
Simalungun District.
The methode of this research is the survay method. from the results of the overlay from the map of soil types, map of topography, and map of height place, retrieved 10 (ten) units of land use map. With the Matching method, then retrieved the land suitability class actual and potensial class for arabica coffee and strawberry on each of the SPL.
The result of the research showed that actual land suitability class for arabica coffee and strawberry at SPL 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 is of equal N (eh),
while the potential land suitability class is N (rc). The actual land suitability class for arabica coffee and strawberry at SPL 7 is of equal N (eh), while the potential land suitability class for arabica coffee is S3 (wa, eh) and for strawberry is S3 (eh). The actual land suitability class for arabica coffee at SPL10 is S3 (wa, nr, eh), while the potential land suitability class is S3 (wa). The actual land suitability class for strawberry at SPL 10 is S3 (nr, eh), while the potential land suitability class is S3 (nr, eh)
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
kesesuaian lahan tanaman kopi arabika (Coffea arabica.) dan strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten
Simalungun.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Dari hasil overlay peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, danpeta ketinggian tempat, diperoleh 10 (sepuluh) Satuan Peta Lahan (SPL). Dengan metode pencocokan, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi arabika dan Strawberi pada setiap SPL.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika dan strawberi pada SPL 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 adalah sama yaitu N (rc), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah N (rc). Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika dan strawberi pada SPL 7 adalah sama yaitu N (eh), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya untuk tanaman kopi arabika adalah S3 (wa, eh) dan untuk tanaman strawberi adalah S3 (eh). Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada pada SPL 10 adalah S3 (wa, nr, eh), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3 (wa). Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman strawberi pada SPL 10
adalah S3 (nr, eh), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3 (nr, eh).
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Afdeling C. Tobasari Kec. Pematang Sidamanik
Kabupaten Simalungun pada tanggal 27 Oktober 1993 dari Ayahanda Untung dan
Ibunda Sunarti. Penulis merupakan putri pertama dari 4 (empat) bersaudara.
Tahun 2011 Penulis lulus dari MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Pematang
Siantar dan lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur
SNMPTN Undangan. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi minat
Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, aktivitas yang pernah diikuti oleh penulis
yaitu sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK)
pada tahun 2011 sampai dengan sekarang dan anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu
Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014
sampai dengan sekarang. Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
PT. Meskom Agro Sarimas (MAS) yang berlokasi di Jl. Utama Pangkalan Batang
Km. 7,5 Bengkalis, Riau pada tahun 2014. Penulis melaksanakan penelitian di
Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun dengan judul
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
”Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun”
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ir. Posma Marbun, MP dan Ir. Purba Marpaung, SU selaku dosen komisi
pembimbing atas kesediaannya membimbing Penulis dan memberikan saran
dalam penyusunan skripsi ini, serta kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen Ilmu
Tanah yang telah memberi kritik dan saran. Disamping itu penghargaan dan
terima kasih Penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang telah mendukung,
memotivasi dan mendoakan, serta teman teman yang telah banyak membantu dan
memberi semangat sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Program Studi
Agroekoteknologi Sumatera Utara Medan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca untuk pebaikan skripsi ini menjadi yang lebih baik lagi.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2015
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ... 6
Evaluasi Lahan ... 7
Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 10
Karakteristik Lahan ... 14
Sifat Fisik Tanah ... 17
Drainase ... 17
Kedalaman Tanah ... 20
Tekstur Tanah... 21
Bahaya Banjir ... 22
Bahan Kasar ... 23
Sifat Kimia Tanah ... 23
Kapasitas Tukar Kation (KTK) ... 23
Kejenuhan Basa (KB) ... 24
pH Tanah ... 24
C-Organik Tanah ... 25
Bahaya Erosi ... 26
Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Metode USLE ... 27
a. Faktor Erosivitas Hujan (R) ... 28
b. Faktor Erodibilitas Tanah (K) ... 28
c. Faktor Topografi (LS) ... 29
d. Faktor Penutup dan Konservasi Tanah (CP) ... 30
Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)... 30
(9)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
Bahan dan Alat ... 33
Metodologi Penelitian ... 33
Pelaksanaan Penelitian ... 34
Tahap Persiapan ... 34
Tahap Kegiatan di Lapangan ... 35
Tahap Analisis di Laboratorium ... 35
Analisis Kesesuaian Lahan ... 36
Parameter yang Diamati ... 36
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 38
Pembahasan ... 69
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 73
Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN ... 77
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Jenis usaha perbaikan karakteristik lahan aktual (saat ini) untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya
11
2. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya
(10)
3. Menentukan kelas tekstur di lapangan 21
4. Kelas bahaya banjir 22
5. Tingkat bahaya erosi 27
6. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
40
7. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi(Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
41
8. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
43
9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi(Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
44
10. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
45
11. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi(Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
47
12. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 4 (SPL 4)
48
13. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi(Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 4 (SPL 4)
50
14. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 5 (SPL 5)
51
15. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi(Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 5 (SPL 5)
53
16. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 6 (SPL 6)
54
17. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi(Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 6 (SPL 6)
56
18. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 7 (SPL 7)
57
19. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi(Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 7 (SPL 7)
(11)
20. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 8 (SPL 8)
60
21. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi(Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 8 (SPL 8)
62
22. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 9 (SPL 9)
63
23. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi (Fragaria vesca
Linn.) pada Satuan Peta Lahan 9 (SPL 9)
65
24. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 10 (SPL 10)
66
25. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi(Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 10 (SPL 10)
68
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Karakteristik Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)
77
2. Karakteristik Kesesuaian Lahan Tanaman Strawberi (Fragaria vesca Linn.)
78
3. Hasil Laboratorium Analisis Tanah I 79
4. Hasil Laboratorium Analisis Tanah II 80
5. Data Iklim : Curah Hujan 10 Tahun Terakhir (mm/tahun) 81
6. Data Iklim : Temperatur 10 Tahun Terakhir (0C) 82
(12)
8. Peta Administrasi Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun
84
9. Peta Jenis Tanah Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun
85
10. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun
86
11. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun
87
12. Peta Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun
88
13. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)
89
14. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)
90
15. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Strawberi (Fragaria vesca Linn.)
91
16. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Strawberi (Fragaria vesca Linn.)
(13)
ABSTRACT
The research had been conducted in Pematang Sidamanik Subdistrict of
Simalungun District. The objective of this research is to evaluate
the land suitability arabica coffee (Coffea arabica) and strawberry (Fragaria vesca Linn.) in Pematang Sidamanik Subdistrict of
Simalungun District.
The methode of this research is the survay method. from the results of the overlay from the map of soil types, map of topography, and map of height place, retrieved 10 (ten) units of land use map. With the Matching method, then retrieved the land suitability class actual and potensial class for arabica coffee and strawberry on each of the SPL.
The result of the research showed that actual land suitability class for arabica coffee and strawberry at SPL 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 is of equal N (eh),
while the potential land suitability class is N (rc). The actual land suitability class for arabica coffee and strawberry at SPL 7 is of equal N (eh), while the potential land suitability class for arabica coffee is S3 (wa, eh) and for strawberry is S3 (eh). The actual land suitability class for arabica coffee at SPL10 is S3 (wa, nr, eh), while the potential land suitability class is S3 (wa). The actual land suitability class for strawberry at SPL 10 is S3 (nr, eh), while the potential land suitability class is S3 (nr, eh)
(14)
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
kesesuaian lahan tanaman kopi arabika (Coffea arabica.) dan strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten
Simalungun.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Dari hasil overlay peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, danpeta ketinggian tempat, diperoleh 10 (sepuluh) Satuan Peta Lahan (SPL). Dengan metode pencocokan, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi arabika dan Strawberi pada setiap SPL.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika dan strawberi pada SPL 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9 adalah sama yaitu N (rc), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah N (rc). Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika dan strawberi pada SPL 7 adalah sama yaitu N (eh), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya untuk tanaman kopi arabika adalah S3 (wa, eh) dan untuk tanaman strawberi adalah S3 (eh). Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada pada SPL 10 adalah S3 (wa, nr, eh), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3 (wa). Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman strawberi pada SPL 10
adalah S3 (nr, eh), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3 (nr, eh).
(15)
PENDAHULUAN Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan manusia
dalam menunjang kelangsungan kegiatan hidupnya. Bisa jadi sebagai tempat
tinggal, tempat kegiatan pertanian dan lain – lain. Dalam kegiatan pertanian, tanah merupakan tempat tumbuh tanaman sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh
berkembang dan berproduksi.
Setiap usaha pertanian menitik beratkan kepada tingginya produksi. Hal
ini dapat dicapai bila didasari atas pemahaman kondisi lahan dengan komoditi
pertanian yang akan dikembangkan. Oleh karena itu suatu lahan perlu dievaluasi
sehingga komoditas yang akan dikembangkan dapat memberikan hasil yang
optimal.
Kabupaten Simalungun terletak antara 98032’ – 99035’ BT dan 2036’ – 3018’ LU. Secara luas wilayah, merupakan kabupaten terbesar ketiga di Sumatera Utara setelah Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Langkat dengan luas
wilayah 4.386,60 km². Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 Kecamatan, 22
Kelurahan dan 345 desa (nagori) (PEMKAB Simalungun, 2015). Kabupaten
Simalungun memiliki potensi kekayaan sumberdaya yang melimpah, yakni daerah
lahan pertanian dan perkebunan yang luas yaitu 346.195 Ha atau 78,92 % dari
total wilayah Kabupaten Simalungun. Sementara itu tanaman perkebunan
memberi kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Simalungun sebesar 25,48 %. Dari keseluruhan luas perkebunan tersebut,
perkebunan kopi Arabika memiliki luas areal 7.589,35 ha (2,19% dari seluruh
(16)
Kecamatan Pematang Sidamanik merupakan satu dari 31 kecamatan yang
ada di Kabupaten Simalungun. Secara geografis terletak antara 98049’ - 98058’ BT dan 2052’ - 2043’ LU, pada ketinggian 800-1400 diatas permukaan laut dengan luas wilayah 137,80 km2 . Mata pencaharian penduduk Kecamatan
Pematang Sidamanik cukup bervariasi. Mayoritas pekerjaan mereka adalah di
bidang pertanian (56,54%) dan perkebunan (29.70%) dari tota keseluruhan jumlah
penduduk yang bekerja yaitu 11.020 orang (BPS Simalungun, 2014).
Kopi merupakan bahan minuman yang tidak asing lagi didengar, baik di
kalangan petani maupun masyarakat luar dan dalam negeri pada umumnya.
Selain memiliki aromanya yang khas dan rasanya yang nikmat, kopi juga
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kopi sebagai tanaman perkebunan merupakan
salah satu komoditas yang menarik bagi banyak negara terutama negara berkembang, karena perkebunan kopi memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi dan dapat menghasilkan devisa yang sangat diperlukan bagi pembangunan nasional. Di Indonesia komoditas kopi merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai andil cukup penting yaitu sebagai penghasil devisa ketiga setelah kayu dan karet.
Kopi Arabika di Indonesia pada umumnya termasuk varietas typica
(Coffea arabika var Typica) dan dari varietas ini telah diperoleh suatu kultivar yang banyak ditanam di Jawa Timur (Dataran Tinggi Ijen), yaitu kultivar
Blawan Pasumah yang peka sekali terhadap penyakit karat daun, sehingga hanya
dapat ditanam pada ketinggian ≥1000 m dpl. Data menunjukkan, Indonesia
mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588.329.553.
walaupun masih mengimpor juga dari berbagai negara senilai US$ 9.740.453
(17)
Adapun permasalahan yang dihadapi petani kopi di Kecamatan Pematang
Sidamanik adalah rendahnya produktivitas tanaman kopi Arabika yang menjadi
salah satu sumber utama pendapatan petani kopi di Kecamatan Pematang
Sidamanik. Berdasarkan data Statistik Perkebunan Kabupaten Simalungun (2014),
luas lahan perkebunan rakyat total untuk tanaman kopi Arabika di Kecamatan
Pematang Sidamanik pada tahun 2013 adalah 388,94 ha. Produktivitas tanaman
kopi di Kecamatan Pematang Sidamanik pada tahun 2013 sebesar 402,03
kg/ha/tahun, nilai produktivitas tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan
dengan produktivitas tanaman kopi di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon yang
memiliki total luas lahan untuk tanaman kopi arabika seluas 387,25 ha, namun
nilai produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Pematang Sidamanik
yaitu mencapai 502,17 kg/ha/tahun (BPS Kabupaten Simalungun, 2014). Oleh
karena itu, potensi produksi tanaman kopi Arabika di Kecamatan Pematang
Sidamanik masih perlu ditingkatkan.
Tanaman strawberi adalah salah satu komoditas penting yang bernilai
ekonomis tinggi yang banyak diminati baik didalam negeri maupun luar negeri
khususnya di daerah sub tropis, permintaan akan strawberi juga meningkat dari
tahun ketahun. Ekspor buah strawberi pada tahun 2004 dari Indonesia mencapai
rata - rata 3971.4 kg/ tahun dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 yaitu
27.000 kg/ tahun (BPS, 2011 dalam Zaimah dkk., 2013). Dengan besarnya permintaan akan komoditas ini sehingga dapat menjadi peluang besar bila
dikembangkan dalam skala besar ataupun skala komersial sehingga dapat
menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat petani maupun meningkatkan
(18)
Tanaman strawberi belum pernah dibudidayakan di Kecamatan Pamatang
Sidamanik secara komersil maupun skala besar. Jika dilihat dari lingkungan
tempat tumbuhnya, Kecamatan Pematang Sidamanik cocok untuk dibudidayakan
tanaman Strawberi. Sementara itu, lebih banyak para petani maupun masyarakat
setempat di daerah tersebut hanya mengandalkan tanaman kopi sebagai sumber
pendapatan untuk mencukupi kehidupan mereka dan keluarganya, sehingga pada
saat hasil produksi kopi turun atau belum masuk waktu panen tanaman kopi,
banyak masyarakat yang menganggur dan tidak memperoleh pendapatan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengevaluasi kesesuaian lahan bagi tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) dan strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik yang merupakan salah satu daerah sentra kopi di Kabupaten Simalungun, mengingat
daerah ini memiliki lahan yang luas dan berpotensi untuk pengembangan
tanaman perkebunan maupun tanaman hortikultura. sehingga diketahui desa
mana saja di kecamatan ini yang sesuai ditanami kopi arabika dan strawberi.
Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan petani kopi Arabika dan
Strawberi di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun dapat
mengelola lahannya dengan baik, agar produksi yang akan diperoleh dapat
meningkat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan petaninya.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menetapkan
kelas kesesuain lahan aktual dan potensial serta usaha perbaikan yang dapat
(19)
strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi dalam penanaman dan pengembangan tanaman kopi
arabika (Coffea arabica) dan strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun.
2. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas
(20)
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan
biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan
umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan
proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai
sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei
dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu
dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993 dalam Cibro, 2012).
Tujuan utama survei tanah adalah (1) membuat semua informasi spesifik
yang penting tentang tiap – tiap macam tanah terhadap penggunaannya dan sifat – sifat lainnya sehingga dapat di tentukan pengelolaannya, (2) menyajikan uraian
satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat di interpretasikan oleh orang – orang yang memerlukan fakta–fakta yang mendasar tentang tanah (Rayes, 2007).
Dalam melakukan survei tanah, terdapat beberapa prinsip dasar yang
harus dipahami yaitu satuan peta tanah dan satuan taksonomi. Satuan peta tanah
merupakan satuan yang dibatasi di lapangan berdasarkan pada kenampakan
bentang alam (landscape) sedangkan satuan taksonomi (satuan tanah) merupakan satuan yang diperoleh dari menentukan suatu selang sifat (range in characteristic) tertentu dari sifat – sifat tanah yang didefenisikan oleh suatu sisitem klasifikasi tanah. Setiap satuan peta tanah bisa berisi satu atau lebih satuan taksonomi tanah
(Rayes, 2007).
Beberapa sistem survei tanah yaitu:
(21)
2. Sistem bebas dilakukan bila peta dasar dan peta penunjang lengkap
berdasarkan hasil interpretasi foto udara dan atas dasar land sistem.
3. Sistem sistematik dilakukan bila serupa dengan grid tetapi jarak
pengamatannya tidak sama jauh serta peta dasar dan penunjang lengkap.
4. Sistem bebas sistematik dilakukan untuk mengatasi kekurangan waktu
pengamatan di lapangan, peta dasar dan data penunjang lengkap serta
berdasarkan hasil interpretasi foto udara.
(Abdullah, 1993 dalam Toruan, 2005).
Dalam pelaksanaan survei tanah, ada 3 tahap kegiatan yang perlu
dilakukan agar survei tanah dapat berjalan lancar, sistematis, dan efektif yaitu:
(1) Tahap persiapan
(2) Tahap survei lapangan, yang dibedakan atas:
a. Pra – survei b. Survei utama
3. Analisis data dan pembuatan peta dan laporan
(Rayes, 2006).
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah
teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan
penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Ritung dkk., 2007).
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat
(22)
potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan– masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa
karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang
dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau
lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih
memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan
tanaman yang lebih sesuai (Ritung dkk., 2007).
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan dikenal 4 kategori yaitu dari yang
paling tinggi sampai yang paling rendah.
Terdapat empat kategori, yaitu:
1. Ordo : Mencerminkan macam kesesuaian
2. Kelas : Mencerminkan tingkat kesesuaian dalam ordo
3. Sub kelas : Mencerminkan macam pembatas/macam perbaikan yang perlu
4. Unit : Mencerminkan perbedaan kecil dalam pengelolaan pada sub kelas
Ordo : Menggambarkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan
lahan yang dipilih. Terdapat dua order yaitu:
1. Sesuai (S) : Lahan dapat digunakan secara lestari untuk suatu tujuan
penggunaan tertentu tanpa atau dengan sedikit kerusakan terhadap
sumberdaya alamnya, keuntungan memuaskan setelah diperhitungkan
(23)
2. Tidak Sesuai (N) : Lahan memiliki pembatas sedemikian rupa sehingga
mencegah penggunaannya untuk tujuan tertentu. Pertimbangan yang dipakai :
a. Penggunaan lahan secara teknis tidak memungkinkan (irigasi, lereng)
b. Ekonomis, input yang diberikan jauh lebih besar dibanding output.
(Siswanto, 2006).
Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Untuk kelas
kesesuaian lahan dibagi menjadi 4 yaitu:
Kelas S1 Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti
atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor
pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap
produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2 Cukup sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas
ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan
tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi
oleh petani sendiri.
Kelas S3 Sesuai marginal : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan
faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak
daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas
pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau
campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.
Kelas N Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat
berat dan/atau sulit diatasi.
(24)
Metode Evaluasi Lahan
Dalam evaluasi lahan, suatu daerah yang akan dievaluasi, harus dibagi
kedalam beberapa satuan peta lahan (SPL) yang merupakan daerah yang
dipetakan dengan karakteristik tertentu. Biasanya SPL ini, didasarkan atas satuan
peta tanah (SPT) dari hasil survei tanah. Seperti halnya satuan peta tanah, maka
satuan peta lahan (SPL) jarang yang benar – benar homogen, oleh karena itu dibedakan atas:
- SPL tunggal: mengandung hanya satu jenis lahan.
- SPL majemuk: mengandung lebih dari satu jenis lahan.
( Rayes, 2007).
Prosedur evaluasi lahan meliputi beberapa tahap yaitu:
1. Konsultasi awal, menjabarkan tujuan evaluasi, data yang tersedia sebagai dasar
evaluasi.
- Apa tujuan evaluasi
- data dan asumsi yang dipakai sebagai dasar evaluasi
- luas dan batas daerah yang dievaluasi
- macam penggunaan yang direncanakan
- pendekatan yang digunakan
- jenis klasifikasi yang digunakan
- intensitas dan skala penelitian
- pentahapan proses evaluasi
2. Pernggunaan lahan (persyaratan dan pembatas), menginventarisir persyaratan
penggunaan lahan yang telah ditetapkan dan mengidentifikasi pembatas
(25)
3. Satuan lahan dan kualitas lahan, pada tahap ini ditentukan satuan lahan yang
akan digunakan sebagai batas satuan evaluasi. Satuan lahan ditentukan
berdasarkan karakteristik tanah, produksi, penggunaan saat ini dan lain-lain.
Setelah itu baru diikuti dengan perincian sifat dan kualitas lahan
masing-masing satual evaluasi. Kualitas lahan dan persyaratan penggunaan lahan harus
dalam intensitas atau skala yang sama.
4. Pembandingan Penggunaan Lahan dan Kualitas Lahan, evaluasi lahan pada
dasarnya adalah penggabungan dan pembandingan berbagai data yang
terkumpul dengan persyaratan penggunaan untuk menghasilkan klasifikasi
kesesuaian lahan. Data yang digabungkan adalah:
- Penggunaan lahan, persyaratan dan pembatasnya,
- Satuan lahan dan kualitas lahan
- Kondisi sosial dan ekonominya
5. Penutup, dalam prosedur ini yang dilakukan adalah:
a. Analisa sosial ekonomi (perhitungan sistem usaha tani/studi kelayakan)
b. Klasifikasi kesesuaian lahan
c. Penulisan laporan
(Siswanto, 2006).
Tabel 1. Jenis usaha perbaikan karakteristik lahan aktual (saat ini) untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya
Kualitas/
Karakteristik Lahan
Jenis Usaha Perbaikan Tingkat
Pengelolaan 1. Rezim radiasi
Panjang/lama penyinaran matahari
Tidak dapat dilakuakan perbaikan -
2. Rezim suhu
Suhu rerata tahunan Tidak dapat dilakukan perbaikan - Suhu rerata bulan
terdingin
Tidak dapat dilakukan perbaikan -
(26)
terpanas 3. Rezim
kelembaban udara
Kelembaban nisbi Tidak dapat dilakukan perbaikan - 4. Ketersediaan air
Bulan kering Sisitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi Curah hujan Sisitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi 5. Media perakaran
Drainase Perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan saluran drainase
Sedang, tinggi
Tekstur Tidak dapat dilakukan perbaikan - Kedalaman efektif Umumnya tidak dapat dilakukan
perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya saat pengolahan tanah.
Tinggi
6. Retensi hara
KTK Pengapuran atau penambahan
bahan organik
Sedang, tinggi
Ph pengapuran
7. Ketersediaan hara Pengapuran
N total Pemupukan Sedang, tinggi
P2O5 tersedia Pemupukan
K2O dapat ditukar Pemupukan
8. Bahaya banjir
Periode frekuensi Pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air
Tinggi
9. Kegaraman
Salinitas Reklamasi Sedang, tinggi
10.Toksisitas
Kejenuhan aluminium Pengapuran Sedang, tinggi
Lapisan pirit Pengaturan sisitem tata air tanah, tinggi permukaan air tanah harus di atas lapisan bahan sulfidik
Sedang, tinggi
11.Kemudahan pengolahan
Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah.
Sedang, tinggi
12.Terrain/potensi mekanisasi
Tidak dapat dilakukan perbaikan -
13.Bahaya erosi Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, peneneman sejajajr kontur, penanaman tanaman penutup tanah.
Sedang, tinggi
(27)
Keterangan:
Tingkat pengelolaan rendah: pengelolaan dapat dilakukan oleh petani dengan biaya yang relatif rendah.
Tingkat pengelolaan sedang: pengelolaan dapat dilakukan pada tingkat petani menengah, memerlukan modal yang cukup besar dab teknik
pertanian sedang.
Tingkat pengelolaan tinggi: pengelolaan hanya dilakukan dengan modal yang relatif besar atau menengah.
Tabel 2. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya
Kualitas/karakteristik lahan Tingkat pengelolaan
1. Rezim radiasi - - -
2. Rezim suhu - - -
3. Rezim lengas udara - - -
4. Ketersediaan air
Bulan kering - + ++
Curah hujan - + ++
5. Media perakaran
Drainase - + ++
Tekstur - - -
Kedalaman efektif - - +
Gambut: kematangan - - +
Gambut: ketebalan - - +
6. Retensi hara
KTK - + ++
pH - + ++
7. Ketersediaan hara
N total + ++ +++
P2O5 tersedia + ++ +++
K2Odapat ditukar + ++ +++
8. Bahaya banjir
Periode - + ++
Frekuensi - + ++
(28)
Salinitas - + ++ 10.Toksisitas
Kejenuhan aluminium - + ++
Lapisan pirit - + ++
11.Kemudahan pengolahan - + ++
12. Terrain/potensi mekanisasi - - +
13. Bahaya Erosi - + ++
Sumber: (Rayes, 2007).
Keterangan:
- tidak dapat dilakukan perbaikan
+ Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan satu kelas tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2)
++ Kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1) +++ Kenaikan kelas tiga tingkat lebih tinggi (N1 menjadi S1) Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada
yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai
interaksi satu sama lainnya. Karakteristik lahan yang digunakan adalah:
temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase,
tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut,
kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas,
alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di
permukaan, dan singkapan batuan.
1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan
(29)
2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan dalam
mm.
3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut
dalam setahun dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm.
4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan
dinyatakan dalam %.
5. Drainase : merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap
aerasi udara dalam tanah.
6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan
ukuran <2 mm.
7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam % dan adanya bahan kasar
dengan ukuran >2 mm.
8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang
dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang
dievaluasi.
9. Ketebalan gambut : digunakan pada tanah gambut dan menyatakan
tebalnya lapisan gambut dalam cm dari permukaan.
10.Kematangan gambut : digunakan pada tanah gambut dan menyatakan
tingkat kandungan seratnya dalam bahan saprik, hemik atau fibrik, makin
banyak seratnya menunjukkan belum matang/mentah (fibrik).
11.KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.
12.Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g
(30)
13.Reaksi tanah (pH) : nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering
dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan, sedang
pada tanah basah diukur di lapangan.
14.C-organik : kandungan karbon organik tanah.
15.Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh
daya hantar listrik.
16.Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar.
17.Kedalaman bahan sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari
permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik.
18.Lereng : menyatakan kemiringan lahan diukur dalam %.
19.Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya
erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi
parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang
hilang (rata-rata) per tahun.
20.Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.
21.Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan
tanah/lapisan olah.
22.Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum
tanah.
23.Sumber air tawar : tersedianya air tawar untuk keperluan tambak guna
mempertahankan pH dan salinitas air tertentu.
24.Amplitudo pasang-surut : perbedaan permukaan air pada waktu pasang
(31)
25.Oksigen : ketersediaan oksigen dalam tanah untuk keperluan pertumbuhan
tanaman/ikan.
(Djaenudin dkk.,2011).
Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan
lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan
diuraikan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi:
bentuk wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan
atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas,
kandungan pirit, banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan batuan di
permukaan tanah). Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan
jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data
iklim juga dapat diperoleh dari peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola
curah hujan, peta zona agroklimat. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan
dalam skala kecil, sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk
pemetaan atau evaluasi lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail
(1:25.000-1:50.000) (Ritung dkk., 2007). Sifat Fisik Tanah
Drainase tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau
keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air
(Sastrohartono, 2011). Parameter kondisi drainase perlu dicatat dalam kaitannya
untuk penentuan klasifikasi baik kemampuan maupun kesesuaian lahan.
(32)
tanaman. Keterkaitan parameter ini dengan parameter fisik lainnya cukup besar.
Pada daerah aluvial biasanya mempunyal drainase yang relatif jelek daripada pada
daerah miring. Namun demikian pada lereng bukit yang bentuknya kompleks,
dimungkinkan adanya cekungan atau dataran di sepanjang lereng tersebut,
sehingga kondisi drainase di cekungan maupun dataran di lereng akan berbeda
dengan kondisi drainase umum di lereng tersebut. Kondisi drainase pada lahan
dengan batuan induk kapur akan berbeda dengan batuan vulkanik, karena kapur
dapat meloloskan air, sedangkan batuan induk vulkanik umumnya didominasi
oleh tekstur halus yang sulit dilalui air (Siswanto, 2006).
Kelas drainase tanah dibedakan dalam 7 kelas sebagai berikut:
0. Sangat terhambat (very poorly drained), tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara
permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan.
Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya.
Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley
(reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.
1. Terhambat (poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu
yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi
sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau
karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.
2. Agak terhambat (somewhat poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah,
(33)
tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah
dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan,
yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau
mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.
3. Agak baik (moderately well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke
permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat
diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan
besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm. 4. Baik (well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya
menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah
demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi
dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm. 5. Agak cepat (somewhat excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok
untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan
aluminium serta warna gley (reduksi).
6. Cepat (excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak
cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan,
yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium
(34)
(Djaenudin dkk., 2011). Kedalaman tanah
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus
oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa kontak lithik, lapisan keras,
padat liat, padas rapuh atau lapisan phlintit (Rayes, 2007).
Kedalaman tanah, dibedakan menjadi:
Sangat dangkal : < 20 cm
Dangkal : 20 - 50 cm
Sedang : 50 - 75 cm
Dalam : > 75 cm
(Ritung dkk., 2007). Tekstur tanah
Tekstur adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat yang
menyusun massa tanah. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah,
berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah.
Pembatasan ketiga fraksi maisng-masing terkstur tanah dapat digambarkan dalam
segitiga tekstur (trianguler texture). Titik sudutnya menunjukkan 100 % salah satu fraksi, sedangkan tiap sisi mengambarkan % berat masing-masing fraksi
mulai 0 % samapai 100 %. Segitiga ini terbagi atas 13 bidang yang menunjukkan
masing - masing terkstur tanah. Sebagai contoh 35 % liat + 40 % debu + 25 %
pasir termasuk tekstur tanah lempung berliat, sedangkan 10 % liat + 5 % debu +
85 % pasir termasuk pasir berlempung (Mega dkk., 2010).
(35)
Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,
debu
Agak kasar (ak) : Lempung berpasir
Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung
Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1)
(Ritung dkk., 2007).
Tekstur adalah merupakan gabungan komposisi fraksi tanah halus
(diameter ≤ 2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Menentukan kelas tekstur di lapangan
No. Kelas Tekstur Sifat Tanah
1 Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk bola dan gulungan, serta tidak melekat
2 Pasir berlempung (LS)
Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.
3 Lempung berpasir (SL)
Agak kasar, membentuk bola agak kuat tapi mudah hancur, serta agak melekat.
4 Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, dan melekat.
5 Lempung berdebu (SiL)
Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.
6 Debu (Si) Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.
7 Lempung berliat (CL) Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta agak melekat.
8 Lempung liat berpasir (SCL)
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tetapi mudah hancur, serta melekat.
(36)
9 Lempung liat berdebu (SiCL)
Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, melekat.
10 Liat berpasir (SC) Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat. 11 Liat berdebu (SiC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering
sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.
12 Liat (C) Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, basah sangat melekat.
Sumber : (Djaenudin dkk., 2011). Bahaya banjir
Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X)
dan lamanya banjir (Y). kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara
dengan penduduk setempat lapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx,y. Dimana
x adalah simbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir.
(Ritung dkk, 2007).
Tabel 4. Kelas bahaya banjir
Simbol Kelas bahaya banjir
Kedalaman banjir (x) (cm)
Lama banjir (y) (bulan/tahun)
F0 Tidak ada Dapat diabaikan Dapat diabaikan
F1 Ringan
<25 25 – 50 50 - 150
<1 <1 <1
F2 Sedang
<25 25 – 50 50 - 150
>150
1 – 3 1 – 3 1 – 3 <1
F3 Agak berat 25 <25 – 50 50 - 150
3 – 6 3 – 6 3 – 6
F4 Berat
<25 25 – 50 50 – 150
>150 >150 >150 >6 >6 >6 1 – 3 3 – 6 >6
(37)
Sumber : (Ritung dkk., 2007). Bahan kasar
Bahan kasar adalah merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh
jumlah persentasi kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah,
dibedakan menjadi:
sedikit : < 15%
sedang : 15 - 35%
banyak : 35 - 60%
sangat banyak : > 60%
(Djaenudin dkk., 2011) Sifat Kimia Tanah
Kapasitas tukar kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) atau Cation Exchange Capacity (CEC) adalah kemampuan suatu koloid tanah untuk mengadsorbsi kation dan
mempertukarkanya. Pada hakikatnya KTK merupakan jumlah muatan negatif
pada koloid tanah serta jumlah kation yang dapat diadsorbsi dan dipertukarkan
(Mukhlis dkk., 2011).
Nilai KTK suatu tanah dipengaruhi oleh sifat dan jumlah fraksi liat dan
bahan organik disamping pH larutan pengekstrasinya. Tanah yang bertekstur
halus mempunyai nilai KTK nisbi lebih besar daripada yang bertekstur kasar.
Demikian juga tanah yang banyak mengandung mineral liat tipe 2 : 1, mempunyai
nilai KTK yang lebih besar daripada tanah yang mengandung mineral liat tipe
1 : 1. Umumnya nilai KTK mineral liat tipe 1 : 1 berlisar antara 10 – 20 me/100g; tipe 2 : 1 berkisar antara 40 – 80 me/100 g; dan koloid organik mempunyai nilai
(38)
KTK antara 100 – 200 me/100 g atau lebih besar dari nilai tersebut (Damanik dkk., 2010).
Kejenuhan basa (KB)
Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK.
Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya,
terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering
dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation
terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah
dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika
kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya
≤ 50% (Tan, 1998).
pH tanah
pH tanah didefenisikan sebagai kemasaman atau kebasaan relatif suatu
bahan. Skala pH mencakup dari nilai 0 (nol) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan
netral. Dibawah nilai pH 7 dikatakan asam, sedangkan diatas 7 dikatakan basa
(Winarso, 2005). Penentuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah
diperlukan untuk menaksir lanjut tidaknya perkembangan tanah, respon tanah
terhadap pemupukan, kebutuhan kapur dan lain-lainnya. Penentuan pH tanah
dapat dikerjakan secara ekeltrometrik dan kolorimetrik. Pengukuran pH tanah di
lapang biasanya digunakan cara yang sederhana yaitu dengan lakmus atau pH
stick (Mega dkk., 2010).
Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut :
pH < 4,5 (sangat masam)
(39)
pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH 6,6 – 7,5 (netral) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH > 8,5 (alkalis)
(Ritung dkk., 2007). C-organik Tanah
Bahan organik tanah dapat didefinisikan sebagai sisa – sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup
maupun mati. Di dalam tanah dapat berfungsi atau dapat memperbaiki baik sifat
fisika, kimia, dan biologi tanah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan bahan organic kedalam tanah lebih kuat pengaruhnya kearah
perbaikan sifat – sifat tanah, dan bukan khususnya untuk meningkatkan unsur hara di dalam tanah. Sebagai contoh Urea kadar N 46% sedangkan bahan organik
mempunyai kadar N < 3%, sangat jauh perbedaan kadar unsur N. Akan tetapi
urea hanya menyumbangkan 1 unsur hara yaitu N sedangkan bahan organik
memberikan hampir semua unsur yang dibutuhkan tanaman dalam perbandingan
yang relatif seimbang, walaupun kadarnya sangat kecil (Winarso, 2005).
Beberapa keuntungan bahan organik tanah berikut ini bagi pertanian tanpa
pupuk:
1. Bahan organik menyediakan sebagian besar nitrogen dan belerang serta
setengah dari fosfor diserap oleh tanaman yang tidak diberi pupuk. Pola laju– bebas lambat dari pemineralan nitrogen dan belerang memberikan keuntungan
(40)
2. Bahan organik menyediakan sebagian besar daya tukar kation tanah sangat
lapuk yang asam.
3. Dengan membentuk gabungan dengan bahan organik, oksida amorf tidak
mengkristal. Penambahan fosfor oleh oksida ini turun karena radikal organik
yang menghalangi muatan tambatan.
4. Bahan organik membantu pengagregatan tanah, dengan demikian
memperbaiki sifat fisika tanah dan mengurangi kerentanan terhadap
pengikisan pada tanah pasiran.
5. Bahan organik mengubah sifat menambat air, terutama pada tanah pasiran.
Ghana daya tanah untuk menambat air menurun dari 57 menjadi 37 persen
apabila bahan organik menurun dari 5 menjadi 3 persen.
6. Bahan organik dapat membentuk gabungan dengan unsur hara mikro yang
mencegah pencucian unsur tersebut.
(Sanchez, 1992).
Bahaya Erosi
Erosi adalah proses dua tahap yang terdiri dari pelepasan partikel individu dari
massa tanah dan mengangkut mereka karena disebabkan oleh air dan angin.
Ketika energi yang cukup tidak lagi tersedia untuk mengangkut partikel fase
ketiga, pengendapan terjadi. Keparahan erosi tergantung pada jumlah bahan
penyebab erosi yang dilepaskan dan kekuatan mengangkutnya yang menyebabkan
longsor (Morgan, 1986).
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) adalah perkiraan jumlah tanah yang hilang
maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan, bila pengelolaan tanaman dan
(41)
kuantitatif dapat menggunakan formula yang dirumuskan oleh Wischmeier dan
Smith (1978) berupa rumus Universal Soil Loss Equation (USLE) (Herawati, 2010).
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu
dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah
dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun,
dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon
A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung
bahan organik yang cukup banyak (Djaenudin dkk., 2011). Tabel 5. Tingkat bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun) Sangat ringan (sr)
Ringan (r) Sedang (s) Berat (b) Sangat berat (sb)
< 0,15 0,15 - 0,9
0,9 - 1,8 1,8 - 4,8 > 4,8
Sumber : (Djaenudin dkk., 2011).
Perhitungan (Prediksi) Laju Erosi Metode USLE
Prediksi erosi dengan metode USLE diperoleh dari hubungan antara
faktor-faktor penyebab erosi itu sendri yaitu:
A = R * K * L *S * C * P
Dimana:
A = Banyaknya tanah tererosi (ton ha-1 yr-1)
(42)
K = faktor erodibilitas tanah (ton ha hr MJ-1 mm-1 ha-1)
LS = faktor panjang dan kemiringan lereng (dimensionless)
C = faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (dimensionless)
P = faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (dimensionless)
(As-syakur, 2008).
a. Faktor Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas (R) hujan adalah daya erosi hujan pada suatu tempat. Nilai
erosivitas hujan dapat dihitung berdasarkan data hujan yang diperoleh dari
penakar hujan otomatik dan dari penakar hujan biasa. Adapun persamaan yang
digunakan dalam untuk menentukan tinggkat erosivitas hujan dalam penelitian ini
adalah (Bols, 1978 dalam Arsyad, 1989 dalam As-syakur, 2008): R = 6,119 (RAIN)1,21(DAY S)-0;47(MAXP)0;53
Keterangan :
- R adalah indeks erosivitas rata-rata bulanan
- RAIN adalah curah hujan rata-rata bulanan (cm)
- DAYS adalah jumlah hari hujan rata-rata perbulan
- MAXP adalah curah hujan maksimum selama 24 jam dalam bulan
bersangkutan
(As–syakur, 2008).
b. Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas adalah kemampuan tanah untuk menahan energi kinetik air hujan.
Indeks erodibilitas menyatakan laju erosi per indeks erosivitas hujan. Indeks
erodibilitas tanah dihitung dengan persamaan Wischmeier dan Smith (1978)
(43)
K = 1,292[2,1 M1,14(10-4)(12 - a) + 3,25 (b - 2) + 2,5 (c - 3)] 100
keterangan:
K : indeks erodibilitas tanah
M : (% debu + % pasir sangat halus) x (100 - % lempung)
a : persentase bahan organik (% C-organik x 1,724)
b : kode struktur tanah
c : kelas permeabilitas profil tanah
(Indriati, 2012).
c. Faktor Topografi (LS)
Faktor panjang lereng yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah dengan
suatu panjang lereng tertentu terhadap erosi dari tanah dengan panjang lereng
72,6 kaki (22.13 m) di bawah keadaan yang identik. Sedangkan faktor
kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang terjadi dari suatu
tanah kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan
lereng 9% di bawah keadaan yang identik. Secara umum persamaan untuk
menentukan panjang lereng adalah Laen and Moldenhauer (2003):
L = ( )m
Dimana L adalah faktor panjang lereng, adalah panjang lereng (m) dan m
adalah eksponensial dari panjang lereng yang berkisar antara 0.2-0.6, di Indonesia
yang sering digunakan adalah nilai 0.5 (As-syakur, 2008). Suatu persamaan untuk
mencari nilai LS dengan memanfaatkan data DEM pada SIG. Adapun persamaan
itu adalah:
LS = (X * CZ/22,13)0,4 * (sin /0,0896)1,3
(44)
LS = Faktor Lereng
X = Akumulasi Aliran
CZ = Ukuran pixel
= Kemiringan lereng (%) (As-syakur, 2008).
Akumulasi aliran merupakan nilai pixel yang dipengaruihi oleh aliran dari
pixel dilereng atas. Pengolahan data DEM untuk mendapatkan nilai LS didalam
penelitian ini menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3 dengan bantuan
extensions Spatial Analyst dan Terrain Analysis (As-syakur, 2008).
d. Faktor Penutup dan Konservasi Tanah (CP)
- Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman (C) yaitu nisbah
antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi dan pengelolaan
tanaman tertentu terhadap besar- nya erosi dari tanah yang identik dan tanpa
tanaman.
- Faktor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah (P) yaitu nisbah antara
besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi khusus
seperti pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras
terhadap besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan
yang identik.
(As-syakur, 2008).
Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)
Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh
(45)
Sebab itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi
tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat (Ernawati dkk., 2008).
Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian
tempat di atas 700 m diatas permukaan laut (dpl). Dalam perkembangannya
dengan adanya introduksi beberapa klon baru dari luar negeri, beberapa klon saat
ini dapat ditanam mulai di atas ketinggian 500 m dpl. Kopi Arabika baik tumbuh
dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000 m dpl
(Prastowo dkk., 2010).
Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 – 2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15 - 25 derajat
celcius dengan lahan kelas S1 atau S2
(Puslitkoka, 2006 dalam Prastowo dkk., 2010). Ketinggian tempat penanaman akan berkaitan juga dengan citarasa kopi. Kopi arabika dapat tumbuh baik pada
kondisi iklim dan tanah yang optimum untuk tumbuh dengan suhu udara harian
15oC – 24oC, curah hujan rata – rata 2.000 – 4.000 mm/tahun. Jumlah bulan kering yang optimal yaitu 1 – 3 bulan/tahun, pH tanah 5,3 – 6,0, memiliki kandungan bahan oranik minimal 2%, kedalaman tanah efektif >100 cm dengan
kemiringan tanah maksimum 40% (Ernawati dkk., 2008). Syarat Tumbuh Tanaman Strawberi (Fragaria vesca Linn.)
Tanaman strawberi (Fragaria vesca Linn.) dapat tumbuh pada kondisi iklim sebagai berikut:
1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
(46)
2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
adalah 8–10 jam setiap harinya.
3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di
dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17–20oC.
4) Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara
80- 90%.
(Prihatman, 2000).
Strawberi jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat
berpasir, subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara
baik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di
kebun adalah 5.4 - 7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6,5 – 7,0. Jika ditanam dikebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50 - 100 cm
dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot, media harus memiliki sifat
poros, mudah merembeskan air dan unsur hara selalu tersedia. Ketinggian tempat
yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000 - 1.500 meter diatas
(47)
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten
Simalungun (98032’ – 99035’ BT dan 2036’ – 3018’ LU) dengan ketinggian tempat 800 meter sampai dengan 1400 meter dpl, yang akan dilaksanakan dari bulan Mei
2015 sampai dengan selesai. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Riset
dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan
Laboratorium Analitik PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) Medan.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah
yang diambil dari setiap Satuan Peta Lahan (SPL), serta bahan – bahan yang digunakan untuk analisis di laboratorium.
Alat yang digunakan adalah Peta Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan
Pematang Sidamanik skala 1 : 50.000 yang dihasilkan dari overlay antara Peta Jenis Tanah skala 1 : 50.000, Peta Kemiringan Lereng skala 1 : 50.000 dan Peta
Ketinggian Tempat skala 1 : 50.000, GPS (Global Positioning System), ring sampel, bor tanah, kertas label, kantong plastik, karet gelang, cangkul, kamera
untuk mendokumentasi kegiatan, spidol, alat tulis, serta alat-alat yang digunakan
untuk analisis di laboratorium.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan data iklim yang
diklasifikasikan berdasarkan tipe iklim Schimdt dan Ferguson, data kesuburan
tanah meliputi sifat kimia dan fisika dievaluasi berdasarkan kriteria yang
(48)
Metode evaluasi lahan yang dilakukan adalah metode pembandingan
(matching) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kemampuan lahan dengan cara mencocokkan serta membandingkan antara karakteristik lahan
dengan kriteria kelas kemampuan lahan sehingga diperoleh potensi di setiap
satuan lahan tertentu.
Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Kopi Arabika
(Coffea arabica) dan strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun, maka data iklim, data lapangan dan data hasil
analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Arabika dan Strawberi oleh Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor (BBLSLP, 2012) sehingga diperoleh kelas
kesesuaian lahan aktual. Setelah mempertimbangkan usaha-usaha perbaikan yang
dapat dilakukan pada faktor-faktor penghambatnya, maka selanjutnya
diperolehlah kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman Kopi Arabika
(Coffea arabica) dan Strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun.
Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan
rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka,
penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, mengadakan
pra survey ke lapangan dan persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam
(49)
Tahap Kegiatan di Lapangan
- Daerah penelitian dan perolehan Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan
berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta ketinggian
tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 50.000,
kemudian dilakukan overlay peta kemiringan lereng dengan peta
ketinggian tempat dan peta jenis tanah dengan skala yang sama yaitu
1 : 50.000.
- Pemboran tanah pada setiap SPL yang dianggap mewakili karakter tanah
utama didaerah penelitian secara zig-zag dan setelah dikompositkan tanah
pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm, dari beberapa lokasi pada Satuan
Peta Lahan (SPL) yang sama dimasukkan sampel tanah tersebut kedalam
plastik dengan berat tanah 2 kg serta diberi label lapangan; kantongan
sampel tempat plastik diberi label.
- Pada kedalaman 0-30 cm diambil juga sampel tanah utuh / tidak terganggu
di dalam ring sample untuk mengukur permeabilitas tanahnya.
- Data iklim untuk Kecamatan Pematang Sidamanik selama 10 tahun (tahun
2005-2014) di peroleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Unit
Usaha Marihat meliputi data : suhu udara rata-rata, curah hujan,
kelembaban udara dan lamanya bulan kering untuk Kecamatan Pematang
Sidamanik.
Tahap Analisis di Laboratorium
Sampel tanah setiap SPL dari lapangan dijemur hingga kering udara untuk
(50)
Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan metode Matching yaitu membandingkan karakteristik lahan pada setiap SPL dengan kriteria kelas
kesesuaian lahan tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Strawberi (Fragaria vesca Linn.) menurut Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Bogor (2012).
Parameter yang Diamati
Berdasarkan karakteristik lahan yang telah disebutkan maka parameter
yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1. Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
2. Media Perakaran (rc)
Bahan kasar (%) Kedalam tanah (cm) 3. Bahaya Erosi (eh)
Bahaya erosi dihitung dengan metode USLE 4. Temperatur (tc)
Temperatur rata-rata (oC). Ketinggian tempat (m dpl) 5. Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Lamanya bulan kering (bulan) Kelembaban udara (%)
(51)
Genangan
7. Penyiapan Lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%) 8. Retensi Hara (nr)
KTK (me/100 g) metode ekstraksi NH4Oac pH 7
pH H2O metode elektrometri (1 : 2,5)
Kejenuhan basa (%) NH4 Asetat 1 N pH 7
C-organik (%) metode Walkey and Black 9. Media Perakaran (rc)
(52)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Data Iklim
Data iklim selama 10 tahun terakhir (2005-2014) diperoleh dari Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Unit Usaha Marihat meliputi data : Curah hujan,
suhu udara dan kelembaban udara rata-rata bulanan pada pos pengamatan/stasiun
terdekat yaitu Stasiun Unit Usaha Marihat Kabupaten Simalungun dianggap dapat
mewakili data iklim di Kecamatan Pematang Sidamanik.
Adapun data iklim yang diperoleh dengan data rata-rata berikut:
a. Suhu udara rata-rata tahunan :
- Ketinggian 800 – 1000 m dpl : 21,93 0C - Ketinggian 1000 – 1200 m dpl : 20,69 0C - Ketinggian 1200 – 1400 m dpl : 19,45 0C b. Curah hujan rata-rata tahunan : 2611 mm/tahun
c. Kelembaban rata-rata tahunan : 84,3
d. Lamanya bulan kering : 0,3 bulan
e. Tipe iklim (Schimdt dan Ferguson) : A (Daerah sangat basah, Q : 3,52%)
Karakteristik Lahan
Dari hasil pengamatan di lapangan, data iklim dan analisis tanah yang
dilakukan pada kedalaman 0 cm – 30 cm dan 30 cm – 60 cm, maka diperoleh data karakteristik lahan sebanyak 10 (sepuluh) daerah kesesuaian lahan.
Jenis tanah yang tersebar di Kecamatan Pematang Sidamanik yaitu
Inseptisol dan Andisol yang tersebar di 10 desa. Jenis tanah Inseptisol dengan
(53)
Tambun Raya. Jenis tanah Andisol dengan greatgroup Hydrudans dominan
terdapat di desa Pematang Sidamanik, Simantin, Bandar Manik, Sihaporas dan
Sarimattin.
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi arabika
pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1) yang berada di Desa Sipolha Horison, pada
Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
Persyaratan penggunaan
lahan/karakteristik lahan Nilai Data
Kelas Kes. Lahan Aktual
Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
19,45 1200-1400 2611 S1 S1 S3 S1 S1 S2
Lamanya masa kering(bln) 0,3 S2 S1
Kelembaban (%) 84,3 S3 S3
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1 S1
Media perakaran (rc)
Tekstur Kasar
(Pasir Berlempung)
N N
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) > 100 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) 39,69 S1 S1
Kejenuhan basa (%) 90,52 S1 S1
pH H2O 5,66 S1 S1
C-organik (%) 2,99 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) 0,024 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 8-16 S2 S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kesesuain Lahan Aktual N (rc)
Usaha Perbaikan -
Kesesuaian Lahan Potensial N (rc)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas
(54)
sesuai / N (rc) dengan faktor pembatas media perakaran yaitu tekstur. Tekstur
tidak dapat diperbaiki pada kelas kesuaian lahan potensialnya. Namun ada faktor
lain yang dapat diperbaiki seperti ketersediaan air dan bahaya erosi, maka kelas
kesesuian lahan potensialnya adalah tidak sesuai / N (rc).
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman strawberi pada
Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1) yang berada di Desa Sipolha Horison, pada Tabel 7.
berikut :
Tabel 7. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi (Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
Persyaratan penggunaan
lahan/karakteristik lahan Nilai Data
Kelas Kes. Lahan Aktual
Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
19,45 1200-1400 2611 S1 S1 S2 S1 S1 S1
Kelembaban (%) 84,3 S1 S1
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1 S1
Media perakaran (rc)
Tekstur Kasar
(Pasir Berlempung)
N N
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) > 100 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) 39,69 S1 S1
Kejenuhan basa (%) 90,52 S1 S1
pH H2O 5,66 S1 S1
C-organik (%) 2,99 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) 0,024 S1 S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) 0,68 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 8-16 S2 S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kesesuaian Lahan Aktual N (rc)
Usaha Perbaikan -
(55)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman strawberi pada Tabel 7. adalah tidak sesuai / N
(rc) dengan faktor pembatas media perakaran yaitu tekstur yang tidak dapat
diperbaiki pada kelas kesesuian lahan potensial. Namun ada beberapa faktor lain
yang dapat diperbaiki seperti ketersediaan air dan bahaya erosi. Maka kelas
kesesuaian lahan potensialnya tidak sesuai / N (rc).
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi arabika
pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2) yang berada di Desa Pematang Tambun Raya,
pada Tabel 8. berikut :
Tabel 8. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
Persyaratan penggunaan
lahan/karakteristik lahan Nilai Data
Kelas Kes. Lahan Aktual
Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
19,45 1200-1400 2611 S1 S1 S3 S1 S1 S2
Lamanya masa kering(bln) 0,3 S2 S1
Kelembaban (%) 84,3 S3 S3
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1 S1
Media perakaran (rc)
Tekstur Kasar
(Pasir Berlempung)
N N
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) > 100 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) 37,57 S1 S1
Kejenuhan basa (%) 97,10 S1 S1
pH H2O 5,42 S3 S1
C-organik (%) 2,14 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) 0,019 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 16-30 S3 S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kesesuaian Lahan Aktual N (rc)
Usaha Perbaikan -
(56)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas
kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada Tabel 8. adalah tidak
sesuai / N (rc), dengan faktor pembatas media perakaran yaitu tekstur yang tidak
dapat diperbaiki pada kelas kesuaian lahan potensialnya. Namun ada faktor lain
yang dapat diperbaiki seperti ketersediaan air, retensi hara dan bahaya erosi.
Maka kelas kesesuian lahan potensialnya adalah tidak sesuai / N (rc).
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman strawberi pada
Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2) yang berada di Desa Pematang Tambun Raya, pada
(57)
Tabel 9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi (Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman strawberi pada Tabel 9. adalah tidak sesuai / N
(rc), dengan faktor pembatas adalah media perakaran yaitu tekstur yang tidak
dapat diperbaiki pada kelas kesesuian lahan potensial. Namun ada beberapa faktor
lain yang dapat diperbaiki seperti ketersediaan air, retensi hara dan bahaya erosi.
Maka kelas kesesuaian lahan potensialnya tidak sesuai / N (rc). Persyaratan penggunaan
lahan/karakteristik lahan Nilai Data
Kelas Kes. Lahan Aktual
Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
19,45 1200-1400 2611 S1 S1 S2 S1 S1 S1
Kelembaban (%) 84,3 S1 S1
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1 S1
Media perakaran (rc)
Tekstur Kasar
(Pasir Berlempung)
N N
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) > 100 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) 37,57 S1 S1
Kejenuhan basa (%) 97,10 S1 S1
pH H2O 5,42 S2 S1
C-organik (%) 2,14 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) 0,019 S1 S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) 0,45 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 16-30 S3 S2
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kesesuaian Lahan Aktual N (rc)
Usaha Perbaikan -
(58)
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi arabika
pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3) yang berada di Desa Pematang Sidamanik,
pada Tabel 10 berikut :
Tabel 10. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas
kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi arabika pada Tabel 10. adalah tidak
sesuai / N (rc), dengan faktor pembatas adalah media perakaran yaitu tekstur
yang tidak dapat diperbaiki pada kelas kesesuian lahan potensial. Namun ada
faktor lain yang dapat diperbaiki seperti ketersediaan air dan bahaya erosi. Maka
kelas kesesuian lahan potensialnya adalah tidak sesuai / N (rc). Persyaratan penggunaan
lahan/karakteristik lahan Nilai Data
Kelas Kes. Lahan Aktual
Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
21,93 800-1000 2611 S1 S1 S3 S1 S1 S2
Lamanya masa kering(bln) 0,3 S2 S1
Kelembaban (%) 84,3 S3 S3
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1 S1
Media perakaran (rc)
Tekstur Kasar
(Pasir Berlempung)
N N
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) > 100 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) 31,71 S1 S1
Kejenuhan basa (%) 96,62 S1 S1
pH H2O 5,59 S1 S1
C-organik (%) 1,71 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) 0,0978 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 4-8 S1 S1
Bahaya erosi Rendah S2 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kesesuaian Lahan Aktual N (rc)
Usaha Perbaikan -
(59)
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman strawberi pada
Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3) yang berada di desa Pematang Sidamanik, pada
Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Strawberi (Fragaria vesca Linn.) pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman strawberi pada Tabel 11. adalah tidak sesuai / N
(rc), dengan faktor pembatas adalah media perakaran yaitu tekstur yang tidak
dapat diperbaiki pada kelas kesesuian lahan potensial. Namun ada beberapa faktor Persyaratan penggunaan
lahan/karakteristik lahan
Nilai Data Kelas Kes. Lahan Aktual
Kelas Kes. Lahan Potensial Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) Ketinggian tempat dpl (m) Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
21,93 800-1000 2611 S2 S2 S2 S2 S2 S1
Kelembaban (%) 84,3 S1 S1
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik S1 S1
Media perakaran (rc)
Tekstur Kasar
(Pasir Berlempung)
N N
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) > 100 S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) 31,71 S1 S1
Kejenuhan basa (%) 96,62 S1 S1
pH H2O 5,59 S1 S1
C-organik (%) 1,71 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) 0,0978 S1 S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) 0,59 S1 S1
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) 4-8 S1 S1
Bahaya erosi Rendah S2 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 S1 S1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 S1 S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kesesuaian Lahan Aktual N (rc)
Usaha Perbaikan -
(1)
(2)
(3)
DOKUMENTASI
SPL 1 Desa Sipolha Horison SPL 2 Desa Pem. Tambun Raya
SPL 3 Desa Pematang Sidamanik SPL 4 Desa Simattin
(4)
SPL 7 Desa Sihaporas SPL 8 Desa Sarimantin
SPL 9 Desa Sihaporas SPL 10 Desa Sihaporas
(5)
(6)