Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan P-Tersedia Tanah Inceptisol

PEMBERIAN CAMPURAN ABU TULANG SAPI DENGAN BEBERAPA ASAM ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN P-TERSEDIA TANAH INCEPTISOL SKRIPSI OLEH ANDI PRATAMA 080303063
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATAERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

PEMBERIAN CAMPURAN ABU TULANG SAPI DENGAN BEBERAPA ASAM ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN P-TERSEDIA TANAH INCEPTISOL
SKRIPSI OLEH
ANDI PRATAMA 080303063
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATAERA UTARA MEDAN 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian
Nama NIM Departemen Minat

: Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan PTersedia Tanah Inceptisol
: Andi Pratama
: 080303063
: Agroekoteknologi

: Ilmu Tanah

Ketua

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Anggota

(Ir. Mukhlis, M.Si) NIP. 19620102 198803 1 004

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc) NIP. 19640620 199803 2 001

Mengetahui Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(Prof. Dr.Ir. T. Sabrina, MSc) NIP. 19640620 199803 2 001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Cow bone ash is a potential source of anorganic P in terms of number and its contents, but the amount available in the form of little. The greenhouse research aimed to determine the effect of a mixture of cow bone ash with organic acids tothe available inceptisol P and growth of maize (Zea mays L.). The research was conducted in the greenhouse and analyzed in the laboratory of research and technologi of Agriculture Faculty of North Sumatera University of Medan on May-October 2013, which uses non-factorial randomized block design consisting of 13 treatments with 3 replications that is: Control, T1K (cow bone ash 166.7 g + non acid), T1S1 (cow bone ash 166.7 g + citric acid 2% 500.1 mL), T1A1 (cow bone ash 166.7 g + acetic acid 2% 500.1 mL), T1L1 (cow bone ash 166.7 g + lactic acid 2% 500.1mL), T2K (cow bone ash 333.4 g + non acid), T2S2 (cow bone ash 333.4 g + citric acid 2% 1000.2 mL), T2A2 (cow bone ash 333.4 g + acetic acid 2% 1000.2 mL), T2L2 (cow bone ash 333.4 g + lactic acid 2% 1000.2 mL), T3K (cow bone ash 500.1 g + non acid), T3S3 (cow bone ash 500.1 g + citric acid 2% 1500.3 mL), T3A3 (cow bone ash 500.1 g + acetic acid 2% 1500.3 mL), dan T3L3 (cow bone ash 500.1 g + lactic acid 2% 1500.3 mL). The result of research indicated that the treatment of cow bone ash 500.1 g/soil 5 kg + citric acid 2% 1500.3 mL/soil 5 kg capable of further enhancing soil pH, available soil P, P-uptake of plants, plant canopy dry weight, plant root dry weight, and maize plant height compared with other treatments.
Key Word: cow bone ash, organic acid, phosphate, maize, Inceptisol.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Abu tulang sapi merupakan sumber P-anorganik yang potensial dalam hal jumlah dan kandungannya namun jumlah dalam bentuk tersedianya sedikit. Asam organik berguna untuk melarutkan P-anorganik abu tulang sapi. Penelitian rumah kaca ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran abu tulang sapi dengan asam organik terhadap P-tersedia tanah inceptisol dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca, dan dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknologi FP USU Medan pada bulan Mei–Oktober 2013 yang menggunakan rancangan acak kelompok nonfaktorial terdiri dari 13 perlakuan dengan 3 ulangan, yaitu: Kontrol, T1K (166.7 g abu tulang sapi + tanpa asam), T1S1 (166.7 g abu tulang sapi + 500.1 mL asam sitrat 2%), T1A1 (166.7 g abu tulang sapi + 500.1 mL asam asetat 2%), T1L1 (166.7 g abu tulang sapi + 500.1mL asam laktat 2%), T2K (333.4 g abu tulang sapi + tanpa asam), T2S2 (333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL asam sitrat 2%), T2A2 (333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL asam asetat 2%), T2L2 (333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL asam laktat 2%), T3K (500.1 g abu tulang sapi + tanpa asam), T3S3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3 mL asam sitrat 2%), T3A3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3 mL asam asetat 2%), dan T3L3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3 mL asam laktat 2%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan 500.1 g abu tulang sapi/5 kg tanah + 1500.3 mL asam sitrat/5 kg tanah mampu lebih meningkatkan pH tanah, P-tersedia tanah, serapan P- tanaman , bobot kering tajuk tanaman, bobot kering akar tanaman dan tinggi tanaman jagung dibanding dengan perlakuan lainnya.
Kata Kunci : abu tulang sapi, asam organik, fosfat, tanaman jagung, Inceptisol
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, 11 Agustus 1989. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Putra dari ayah Iruaman dan ibu Purnama. Riwayat Pendidikan :
Pada tahun 1996 lulus dari Taman Kanak-Kanak Antonius Medan, tahun 2002 lulus dari SD Swasta Santo Antonius VI Medan, tahun 2005 lulus dari SMP Swasta Trisakti 1 Medan, tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 14 Medan, dan tahun 2008 memasuki Fakultas Pertanian melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih program studi Ilmu Tanah Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah. Penulis juga aktif dalam kegiatan:
 Seminar dan Lokakarya Nasional yaitu: Keseimbangan Hara dan Pengelolaan Kesuburan Tanah Berkelanjutan pada Kopi Arabika di Sumatera dan Aceh dan Manajemen Lahan untuk Pertanian Berkelanjutan (Pengkaderan Nasional II FOKUSHIMITI), Seminar Nasional Intensifikasi Pengelolaan Lahan Perkebunan dan Hortikultura Berbasis Lingkungan dalam rangka HUT Tridasawarsa IMILTA sebagai anggota dan panitia.
 Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Bangun Siantar, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini yang berjudul “Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Ketersediaan Fosfat Tanah Inceptisol”.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Mukhlis, M. Si dan Ir. T. Sabrina, MAgr, Sc, PhD selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan bimbingan dan sarannya dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, I.Saragih/ P.br Haloho yang telah memberikan semangat dan mendoakan saya sampai saat ini, kepada kakak saya Irma br Saragih, Baron Saragih, Dearni br Saragih, serta kepada sahabat saya Jayagust, Denny, Surya, Agnes, Linda, Gorrety dan bg Rudi, bu Murni serta semua pihak yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, November 2013
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRACT
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN Latar Belakang Kerangka Permasalahan Hipotesis Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Umum Ultisol Abu Tulang Sapi Asam Organik AsamLaktat Asam Asetat Asam Sitrat Unsur Hara Fosfor Tanaman Jagung
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian Penyediaan Abu Tulang Sapi Pengambilan Sampel Tanah dan Persiapan Media Tumbuh Penanaman Pemeliharaan Panen Parameter

i
ii
iii

iv
v
vi
vii
1 3 3 3 4
5 6 7 7 8 9 9 12
15 15 15 16 16 17 17 17 17 18

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Abu Tulang Sapi Tinggi Tanaman pH Tanah P-Tersedia Tanah Bobot Kering Tajuk Tanaman Bobot Kering Akar Tanaman Serapan P Tanaman
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

19 19 19 21 22 23 24 25 27
30 30


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No JUDUL
1 Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap Tinggi Tanaman
2 Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap pH Tanah
3 Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap P-Tersedia Tanah
4 Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap bobot kering tajuk tanaman
5 Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap bobot kering akar tanaman
6 Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap serapan P-tanaman

hal 19 22 23 24 25 26

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No JUDUL
1` Data Pengamatan Tinggi Tanaman 1 MST (cm) 2 Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 MST 3 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) 4 Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST 5 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm) 6 Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST 7 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) 8 Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST 9 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm) 10 Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST 11 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) 12 Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST 13 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm) 14 Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST 15 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm) 16 Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST 17 Data Pengamatan pH Tanah 18 Sidik Ragam pH Tanah 19 Data Pengamatan P-Tersedia Tanah (ppm) 20 Sidik Ragam P-Tersedia Tanah 21 Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk Tanaman (g) 22 Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman 23 Data Pengamatan Bobot Kering Akar Tanaman (g) 24 Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman 25 Data Pengamatan Serapan P-Tanaman (g/tanaman) 26 Sidik Ragam Serapan P-Tanaman


hal
32 32 33 33 34 34 35 35 36 36 37 37 38 38 39 39 40 40 41 41 42 42 43 43 44 44

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Cow bone ash is a potential source of anorganic P in terms of number and its contents, but the amount available in the form of little. The greenhouse research aimed to determine the effect of a mixture of cow bone ash with organic acids tothe available inceptisol P and growth of maize (Zea mays L.). The research was conducted in the greenhouse and analyzed in the laboratory of research and technologi of Agriculture Faculty of North Sumatera University of Medan on May-October 2013, which uses non-factorial randomized block design consisting of 13 treatments with 3 replications that is: Control, T1K (cow bone ash 166.7 g + non acid), T1S1 (cow bone ash 166.7 g + citric acid 2% 500.1 mL), T1A1 (cow bone ash 166.7 g + acetic acid 2% 500.1 mL), T1L1 (cow bone ash 166.7 g + lactic acid 2% 500.1mL), T2K (cow bone ash 333.4 g + non acid), T2S2 (cow bone ash 333.4 g + citric acid 2% 1000.2 mL), T2A2 (cow bone ash 333.4 g + acetic acid 2% 1000.2 mL), T2L2 (cow bone ash 333.4 g + lactic acid 2% 1000.2 mL), T3K (cow bone ash 500.1 g + non acid), T3S3 (cow bone ash 500.1 g + citric acid 2% 1500.3 mL), T3A3 (cow bone ash 500.1 g + acetic acid 2% 1500.3 mL), dan T3L3 (cow bone ash 500.1 g + lactic acid 2% 1500.3 mL). The result of research indicated that the treatment of cow bone ash 500.1 g/soil 5 kg + citric acid 2% 1500.3 mL/soil 5 kg capable of further enhancing soil pH, available soil P, P-uptake of plants, plant canopy dry weight, plant root dry weight, and maize plant height compared with other treatments.
Key Word: cow bone ash, organic acid, phosphate, maize, Inceptisol.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Abu tulang sapi merupakan sumber P-anorganik yang potensial dalam hal jumlah dan kandungannya namun jumlah dalam bentuk tersedianya sedikit. Asam organik berguna untuk melarutkan P-anorganik abu tulang sapi. Penelitian rumah kaca ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran abu tulang sapi dengan asam organik terhadap P-tersedia tanah inceptisol dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.). Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca, dan dianalisis di Laboratorium Riset dan Teknologi FP USU Medan pada bulan Mei–Oktober 2013 yang menggunakan rancangan acak kelompok nonfaktorial terdiri dari 13 perlakuan dengan 3 ulangan, yaitu: Kontrol, T1K (166.7 g abu tulang sapi + tanpa asam), T1S1 (166.7 g abu tulang sapi + 500.1 mL asam sitrat 2%), T1A1 (166.7 g abu tulang sapi + 500.1 mL asam asetat 2%), T1L1 (166.7 g abu tulang sapi + 500.1mL asam laktat 2%), T2K (333.4 g abu tulang sapi + tanpa asam), T2S2 (333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL asam sitrat 2%), T2A2 (333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL asam asetat 2%), T2L2 (333.4 g abu tulang sapi + 1000.2 mL asam laktat 2%), T3K (500.1 g abu tulang sapi + tanpa asam), T3S3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3 mL asam sitrat 2%), T3A3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3 mL asam asetat 2%), dan T3L3 (500.1 g abu tulang sapi + 1500.3 mL asam laktat 2%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan 500.1 g abu tulang sapi/5 kg tanah + 1500.3 mL asam sitrat/5 kg tanah mampu lebih meningkatkan pH tanah, P-tersedia tanah, serapan P- tanaman , bobot kering tajuk tanaman, bobot kering akar tanaman dan tinggi tanaman jagung dibanding dengan perlakuan lainnya.
Kata Kunci : abu tulang sapi, asam organik, fosfat, tanaman jagung, Inceptisol
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Unsur hara fosfor (P) adalah unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan. Di dalam tubuh tanaman, P memberikan peranan yang penting dalam beberapa kegiatan pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin, pembentukkan bunga, buah, dan biji, kematangan tanaman melawan efek nitrogen, merangsang perkembangan akar, meningkatkan kualitas hasil tanaman dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Fosfor berperanan dalam menstimulir pertumbuhan akar. Hal ini dibuktikan dari hasil percobaan pada tanah kekurangan fosfor, bila ditambahkan ternyata bahagian akar lebih besar pertambahannya dibandingkan dengan bagian atas tanaman terutama daun (Damanik, dkk, 2010). Permasalahan penting dari P adalah sebagian P di dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman, meskipun jumlah totalnya lebih besar daripada nitrogen. Hal ini disebabkan ketersediaan P di dalam tanah sangat tergantung kepada sifat dan ciri tanah itu sendiri, serta sistem pengelolaan tanah itu. Penambahan P ke dalam tanah hanya bersumber dari deposit atau pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfat. Oleh karena itu, kandungan P di dalam tanah tergantung banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan tingkat pelapukannya (Damanik, dkk, 2010). Sumber pupuk P yang umum dipakai oleh petani adalah SP36, TSP, dan fosfat alam. Hampir semua bahan baku pupuk P diimport dari luar negeri sehingga
Universitas Sumatera Utara


harganya tergantung nilai fluktuasi dollar. Oleh karena itu digunakan sumber pupuk P alternatif yang potensial yaitu: abu tulang sapi. Tulang sapi cukup banyak tersedia di tempat pemotongan hewan. Rumah potong hewan Mabar setiap harinya memotong sapi rata-rata 25-30 ekor/hari dengan berat sapi 500-700 kg/ekor. Produksi tulang sapi 48.6-54.2% atau seberat 379.4 kg/ekor sapi, sehingga setiap harinya tulang sapi mencapai 11382 kg/hari (Damanik, 2013). Jika tulang sapi dibakar seberat 20 kg maka diperoleh abu tulang sapi sebesar 15,2 kg (76%). Jadi total abu tulang sapi yang diproduksi seberat 8650.32 kg/hari. Saat ini tulang sapi ini menjadi salah satu limbah yang cukup banyak di rumah pemotongan hewan tersebut karena tulang sapi ini tidak dimakan seperti daging sapi bagi manusia.
Tulang sapi merupakan limbah dari rumah potong hewan. Bahan padatan utama tulang sapi mengandung kristal kalsium hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan kalsium karbonat (CaCO3). Kalsium hidroksiapatit merupakan fosfat anorganik yang larut dalam larutan asam dan merupakan salah satu fosfat primer dari fosfat alam (Jeng et al., 2008).
Inceptisol mempunyai derajat kemasaman yang tinggi, serta ketersediaan unsur hara N, P, dan K yang rendah. Konsentrasi Al yang tinggi pada tanah Inceptiol menyebabkan terfiksasinya unsur fosfor serta rendahnya kandungan nitrogen (Munir, 1996).
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan fosfat dengan menambahkan abu tulang sapi dengan beberapa asam organik pada tanah Inceptisol. Penelitian ini diharapkan mampu mengatasi masalah defisit ketersediaan fosfat di dalam tanah Inceptisol.
Universitas Sumatera Utara

Kerangka Permasalahan Fosfat kurang tersedia di tanah Inceptisol sehingga dibutuhkan sumber pupuk P. Sumber pupuk P seperti TSP dan SP36 sangat mahal harganya sehingga dibutuhkan sumber pupuk P alternatif seperti abu tulang sapi. Abu tulang sapi mengandung P-anorganik yang larut dalam asam organik sehingga dicampurkan ke dalam asam sitrat, asam asetat, dan asam laktat untuk melarutkan P-anorganik tersebut ke dalam tanah Inceptisol. Pemberian campuran abu tulang sapi dan asam organik diharapkan mampu meningkatkan P-tersedia tanah Inceptisol dan pertumbuhan tanaman Jagung.
Hipotesis Penelitian Pemberian bahan campuran abu tulang sapi dengan beberapa asam organik (asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat) mampu meningkatkan P-tersedia tanah Inceptisol, dan pertumbuhan tanaman jagung.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran abu tulang sapi dengan beberapa asam organik terhadap P-tersedia tanah Inceptisol dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.).
Kegunaan Penulisan Sebagai sumber informasi bagi petani yang ada sekitar daerah penelitian untuk mengatasi permasalahan ketersediaan fosfat pada Inceptisol. Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Umum Inceptisol Inceptisol merupakan salah satu ordo tanah yang telah dikategorikan ke dalam sistem klasifikasi tanah USDA. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain (misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Nama akhiran yang digunakan untuk sub ordo ataupun kategori lainnya adalah Ept (Hardjowigeno, 1993). Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan, inceptisol merupakan tanah yang belum matang (masih muda) dari bahan induk yang berasal dari campuran batuan endapan tuff dan batuan volkan, serta ada dari batuan pasir, lanau ataupun batuan liat yang belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang dan menyebar mulai dari lingkungan semiarid sampai lembap (Hardjowigeno, 1993). Inceptisol memiliki solum tanah agak dalam yaitu 1-2 m, warnanya hitam atau kelabu sampai coklat tua, memiliki kadar Al dan Fe yang tinggi yang menyebabkan P terikat atau tidak tersedia, memilki tekstur tanah berlempung, pH tanah 4-5,5 , memiliki bahan organik 10-30 %, KTK rendah sampai sedang, struktur tanah gempur dan memiliki kandungan unsure hara N, P, dan K yang rendah sampai sedang (Munir, 1996).
Universitas Sumatera Utara

Abu Tulang Sapi Tulang Sapi merupakan salah satu komponen dari limbah rumah potong hewan. Bahan padatan utama tulang sapi mengandung Kristal kalsium hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan kalsium karbonat (CaCO3) yang berpotensi digunakan sebagai adsorben aktif, yakni tulang yang diproses sedemikian rupa mempunyai kemampuan adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk padat maupun larutan (yang di dalamnya mengandung logam berat yang bersifat toksik). Selain itu tulang mengandung sekitar 1% asam sitrat (Pudjiastuti, 2012). Pengolahan tulang merupakan salah satu faktor yang menentukan efektifitas tulang sebagai pupuk. Tepung tulang bakar merupakan hasil pembakaran pada suhu 4000C, oleh karena itu memiliki kadar bahan organic yang rendah (Jeng et al., 2008) sehingga dapat diduga bahwa tepung tulang bakar memiliki karakteristik permukaan dan dinamika pelarutan dan penyediaan fosfat yang berbeda dengan batuan fosfat maupun tepung tulang lainnya. Tepung tulang, tepung tulang rebus, dan tepung tulang bakar menghasilkan peningkatan serapan fosfat dan pertumbuhan tanaman yang ditumbuhkan dalam pot dan lapangan. Menurut penelitian Pasaribu (2010) yang menyatakan bahwa abu tulang sapi mampu meningkatkan P dalam bentuk tak tersedia ke dalam tanah Ultisol. Untuk mengubah senyawa P tersebut menjadi P dalam bentuk tersedia digunakan asam organik untuk melarutkan senyawa P tersebut seperti asam sitrat dan asam laktat. Perlakuan T3S (1.84 g/300 g dicampurkan asam sitrat) merupakan perlakuan terbaik meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah Ultisol.
Universitas Sumatera Utara


Asam Organik Asam Laktat
Asam laktat dikenal juga sebagai asam susu yang merupakan senyawa kimia penting dalam beberapa proses biokimia. Seorang ahli kimia Swedia, Carl Wilhelm Scheele, pertama kali mengisolasinya pada tahun 1780. Secara struktur, asam laktat adalah asam karboksilat dengan satu gugus (hidrosil) yang menempel pada gugus karboksil. Dalam air, ia terlarut lemah dan melepas proton (H+), membentuk ion laktat. Asam ini juga larut dalam alcohol dan bersifat menyerap air (higroskopik). Asam ini memiliki simetri cermin (kiralitas), dengan dua isomer: asam L-(+)-laktat atau asam (S)-laktat dan cerminannya, asam D-(-)-laktat atau asam (R) – laktat. Hanya isomer yang pertama (S) aktif secara biologi (Purwanto, 2008).
Asam laktat atau 2-hydroxypropanoic acid (CH3CHOHCOOH) merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan dalam industry. Senyawa asam ini mempunyai sifat antara lain tak berwarna sampai kekuningan, larut dalam air, alkohol dan eter serta korosif (Purwanto, 2008). Asam Asetat
Atom hydrogen (H) pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat masam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4,8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO-). Sebuah larutan 1 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memilki pH sekitar 2,4 (Suryani, 2011).
Universitas Sumatera Utara

Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng membentuk gas hydrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatau basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat: Mg(s)+ 2CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq)+H2(g) NaHCO3(s)+ 2CH3COOH(aq) CH3COOMg(aq) +CO2 + H2O(l) (Suryani, 2011). Asam Sitrat
Pada tahun 1893 Wehmer mengindikasikan bahwa asam sitrat dapat diperoleh melalui proses fermentasi larutan gula oleh beberapa jenis fungi.Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang banyak ditemukan di daun dan buah tanaman jeruk-jerukan sekitar 8%. Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 atau CH2(COOH)-COH(COOH)-CH2(COOH), struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat (Hasibuan, 2010).
Asam sitrat adalah asam organik yang larut dalam air dan agak larut dalam alkohol, mampu mengikat ion-ion logam dan sebagai buffer dalam larutan. Asam sitrat bersifat korosif dan dapat membentuk berbagai macam garam seperti garam alkali metal dan alkali tanah (Hasibuan, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Unsur Hara Fosfor Di alam terdapat sekitar 150 jenis mineral fosfat dengan kandungan P sekitar 1-38% P2O5.Sebagian fosfat alam ditemukan dalam bentuk apatit. Pada umumnya deposit fosfat alam berasal dari batuan sedimen dalam bentuk karbonat fluorapatit yang disebut francolite (Ca10-x-yNaxMgy(PO4)6-z(CO3)zF,4zF2), sedangkan deposit berasal dari batuan beku dan metamorfik biasanya dalam bentuk fluorapatit (Ca10(PO4)6F2) dan hidroksi apatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Adapun deposit yang berasal dari ekskresi burung dan kelelawar (guano) umumnya ditemukan dalam bentuk karbonat hidroksi apatit (Ca10(PO4,CO3)6 (OH)2). Mineral lain seperti kuarsa, kalsit, dan dolomite umumnya juga ditemukan dalam mineral apatit sebagai secondary mineral (Adiningsih dan Rochayati, 1990). Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Sumber utama dan cadangan P adalah kerak bumi yang kandungannya mencapai 0,12% dalam bentuk batuan fosfat, endapan guano dan endapan fosil tulang. Sumber P di dalam tanah terdiri dalam bentuk anorganik dan organik. P organik tanah terdiri dari asam nukleat, fitin, fosfolipid, fospoprotein, dan fospat metabolik (Damanik, dkk, 2010). Kisaran keseimbangan fosfat pada tanah masam akan didapatkan dalam variscite, strengite, dan beragam bentuk isomorfik diantara kedua mineral fosfat di atas, sementara pada tanah yang bereaksi basa keseimbangan P akan membentuk octocalcium phosphate dan apatite. Dalam hubungan tanah-tanaman, beragam bentuk pengikatan fosfat dalam tanah, antara lain: 1) erapan fosfat pada permukaan koloid, 2) presipitasi membentuk senyawa dengan tingkat kelarutan
Universitas Sumatera Utara

yang rendah, 3) pembentukan kopmpleks dengan ion logam yang terlarut, 4) degradasi hidrolitik dari ester dan kondensasi fosfat. Fosfat yang terkondensasi didefinisikan sebagai PO4-3 tetrahedral yang saling berikatan melalui ikatan P-OP. Erapan yang mempresipitasi fosfat dalam bentuk amorf dengan Al dan Fe terjadi pada permukaan koloid partikel tanah. Erapan yang berhubungan dengan proses presipitasi adalah gaya elektrostatik antara muatan negative pada fosfat dan muatan positif pada permukaan partikel (Barchia, 2009)
Kandungan Al-P dan Ca-P jauh lebih kecil dibanding fraksi Fe-P. Pembentukan kompleks permuakaan Al+3 dengan P lebih labil dibanding pembentukan kompleks oleh Fe+3, dimana non kristalin oksida Fe yang mempunyai luas permukaan 400m2/g akan mendominasi pembentukan kompleks, dan dengan menggunakan pelarut asam, kelarutan P mengikuti urutan Ca-P> AlP> Fe-P, dimana Ca-P yang paling mudah larut dan Fe-P adalah P terfiksasi yang paling sukar larut (Barchia, 2009). Hal ini disebabkan oleh transformasi bentukbentuk P anorganik tanah yang pada akhirnya akan menurunkan jumlah Al-P dan Ca-P disertai peningkatan jumlah Fe-P. Tingginya kandungan P larut dalam reduktan contoh tanah merupakan indikasi yang mencerminkan kemampuan tanah dalam memfiksasi P.
Defisiensi fosfor pada tanaman seringkali disertai oleh kapasitas fiksasi fosfor yang tinggi dalam tanah. Tanah yang memiliki kapasitas fiksasi fosfor yang tinggi adalah tanah yang membutuhkan pemberian 200kg P/ha untuk dapat memberikan konsentrasi keseimbangan sebesar 0,2 ppm P dalam larutan tanah. Untuk memberikan pertumbuhan tanaman yang baik dan hasil yang tinggi, tanaman membutuhkan P dalam jumlah yang cukup. Tanaman membutuhkan
Universitas Sumatera Utara

unsure fosfor dalam bentuk H2PO4- , HPO4-2 , dan PO4-3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan fosfor dalam tanah adalah 1) pH tanah, 2) Fe, Al dan Mn yang larut, 3) adanya mineral yang mengandung Fe, Al, dan Mn, 4) tersedianya Ca, 5) jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organic, dan 6) kegiatan mikroorganisme tanah (Barchia,1985).

Asam organik mampu meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah melalui beberapa mekanisme, diantaranya adalah: 1) anion organic bersaing dengan ortofosfat pada permukaan tapak jerapan koloid yang bermuatan positif, 2) pelepasan ortofosfat dari ikatan logam-P melalui pembentukan kompleks logam organic, dan 3) modifikasi muatan permukaan tapak jerapan oleh ligan organic (Ginting, dkk, 2010).
Disamping meningkatkan P tersedia, beberapa asam organik berbobot molekul rendah dapat mengurangi daya racun Al yang dapat dipertukarkan (Aldd). Kemampuan detoksifikasi asam organik terhadap Al-dd dalam tiga kelompok, yaitu kuat ( sitrat, oksalat, dan tartarat), sedang (malat, malonat, dan salisilat), dan lemah (suksinat, laktat, asetat, dan ptalat) (Ginting, dkk, 2010).
Fosfor merupakan unsur yang penting pada semua kehidupan karena unsur ini memainkan peranan penting pada biomolekul seperti DNA (asam deoxyribonukleat), phospholipid, dan ATP (adenosine triphosphate). Fungsi utama P pada tanaman adalah sebagai pentransfer energi yang diperoleh oleh fotosintesan dan metabolisme karbon. Fosfat juga berfungsi pada tempat penyimpanan seperti pada biji dan buah. Selain itu, fosfat mampu merangsang perkembangan akar dengan memperbesar bobot akar dan memperluas daerah penyerapan akar tersebut sehingga akar dengan mudah menyerap fosfat dan unsur
Universitas Sumatera Utara

hara yang lainnya . Energi-energi tersebut disimpan sampai diperlukan dalam bentuk ikatan kimia diantaranya molekul fosfat dalam senyawa yang dikenal sebagai ATP. Di dalam tanaman kandungan fosfat berkisar 0,1-0,5%/berat kering dan tanaman memerlukan fosfat sekitar 5-50kg P/ha/tahun namun tergantung pada jenis tanaman, tanah, dan produksi yang dihasilkan (Hanafiah,dkk, 2009).
Tanaman Jagung (Zea mays L.) Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman (monocious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae. Bungan jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (fluorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolific. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betina (protandri) (Rukmana, 1997). Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga beriklim subtropics atau tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-500LU hingga 0-400LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaliknya jagung ditanam di awal musim hujan, menjelang musim kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat
Universitas Sumatera Utara

membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-340C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu yang optimum antara 23-270C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 300C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Najiyati dan Danarti, 1999).
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur, dan kaya humus. Jenis tanah yang ditanami jagung antara lain: Andosol, Latosol, Grumosol, dan tanah berpasir. Pada tanah yang bertekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Kemasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara tanaman. Kemasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung antara 5,5-6,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik (Isnaini, 2006).
Hama yang umumnya menyerang tanaman jagung adalah: lalat bibit (Atherigene exigma STEIN), ulat tanah (Agrotis sp.), penggerek batang (Pyrausta nubialalis HBN), ulat tongkol (Heliothis armigera), dan hama gudang /hama bubuk (Sitophylus oryzae L.). Penyakit yang umumnya menyerang tanaman jagung adalah: penyakit bulai (Sclerospora maydis), penyakit bercak daun
Universitas Sumatera Utara

(Helminthosporanium triticum) dan penyakit karat daun (Puccimia sorghi) (Rukmana, 1997).
Jagung yang berumur dalam, saat panen sekitar 7-8 minggu setelah berbunga. Di samping itu terdapat klobot berwarna kuning dan biji-bijinya telah keras, kering dan mengkilap. Biji masak bila kadar air biji sudah mencapai 3540% dan baik dipanen bila kadar air biji 25-35%. Panen dilakukan dengan jalan sambil memetik, lalu jagung dikeringkan di sinar matahari atau dengan pengeringan buatan (Rukmana, 1997).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei sampai Oktober 2013.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Inceptisol di Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang sebagai media tumbuh tanaman jagung, benih jagung Pioner 23 sebagai tanaman indikator, abu tulang sapi di rumah potong hewan Mabar sebagai sumber pupuk P, asam organik (asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat) sebagai pelarut P, air untuk menyiram tanah dan tanaman ,dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di Laboratorium. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengolah tanah, timbangan untuk menimbang tanah dan pupuk, label nama sebagai penanda perlakuan dan ulangan, alat-alat tulis untuk menulis data-data parameter dan alatalat laboratorium untuk keperluan analisis tanah dan tanaman.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak kelompok Non Faktorial dengan 3 ulangan dan 13 perlakuan sehingga didapat 39 unit percobaan.
Universitas Sumatera Utara

Simbol

Perlakuan

K Kontrol ( tanpa abu tulang sapi + tanpa asam)

T1K T1S1 T1L1 T1A1

100 ppm P (setara 166,7 g abu tulang sapi + tanpa asam/ polybag) 100 ppm P (setara 166,7 g abu tulang sapi + 500,1 mL asam sitrat 2% /polybag) 100 ppm P (setara 166,7 g abu tulang sapi + 500,1 mLasam laktat 2% /polybag) 100 ppm P (setara 166,7 g abu tulang sapi + 500,1 mL asam asetat 2% /polybag)

T2K T2S2 T2L2 T2A2

200 ppm P (setara 333,4 g abu tulang sapi + tanpa asam /polybag) 200 ppm P (setara 333,4 g abu tulang sapi + 1000,2 mL asam sitrat 2% /polybag) 200 ppm P (setara 333,4 g abu tulang sapi + 1000,2 mL asam laktat 2% /polybag) 200 ppm P (setara 333,4 g abu tulang sapi + 1000,2 mL asam asetat 2% /polybag)

T3K 300 ppm P (setara 500,1 g abu tulang sapi + tanpa asam /polybag


T3S3 300 ppm P (setara 500,1 g abu tulang sapi + 1500,3 mL asam sitrat 2% /polybag) T3L3 300 ppm P (setara 500,1 g abu tulang sapi + 1500,3 mL asam laktat 2% /polybag)

T3A3 300 ppm P (setara 500,1 g abu tulang sapi + 1500,3 mL asam asetat 2% /polybag)

Model linier Rancangan Acak Kelompok non faktorial :

Yij = µ +Ti + βj + €ij

Dimana:

Yij : Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ : Nilai tengah umum

Ti : Pengaruh perlakuan ke-i

βj : Pengaruh ulangan ke-j

€ij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Uji beda rataan digunakan untuk uji DMRT.

Pelaksanaan Penelitian

Penyediaan Abu Tulang Sapi

Tulang sapi kering diambil dari rumah potong hewan Mabar. Tulangtulang sapi dibakar selama 5-6 jam dengan suhu > 1300C dan kemudian

didinginkan beberapa menit. Tulang-tulang sapi digiling menjadi abu dan diayak

Universitas Sumatera Utara

dengan ayakan 10 mesh. Kemudian kandungan P2O5 pada abu tulang sapi dianalisis di Laboratorium. Pengambilan Sampel Tanah dan Persiapan Media Tumbuh
Tanah Inceptisol diambil dari Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah. Dikering-udarakan tanah dan diayak dengan ayakan 10 mesh. Pengukuran kadar air tanah (% KA) dan kapasitas lapang (% KL) serta analisis tanah awal lengkap diukur di Laboratorium. Abu tulang sapi dan beberapa asam organik (asam sitrat 2%, asam laktat %, dan asam asetat 2%) dicampurkan dengan perbandingan 1:3 dari massa pupuk abu tulang sapi dan dimasukkan ke dalam polybag yang telah berisi tanah sebanyak 5 kg. Penanaman
Benih jagung Pioner 23 ditanam sebanyak 2 biji per polybag. Pemeliharaan Tanaman
Tanaman disiram dan gulma dicabut setiap hari. Panen
Panen dilakukan pada akhir fase vegetatif. Bagian tanaman atas dan bawah dipotong secara terpisah. Kemudian bagian tanaman yang akan dianalisis tersebut dimasukkan ke dalam amplop dan bagian tanaman tersebut dikering-ovenkan pada suhu ± 700C selama ± 4 hari. Kemudian bagian tajuk tanaman tersebut ditimbang bobot keringnya dan kemudian tajuk tanaman tersebut digiling dengan grinder untuk dianalis di Laboratorium. Bagian akar tanaman tersebut hanya ditimbang bobot keringnya.
Universitas Sumatera Utara

Parameter Parameter yang diamati meliputi : Analisis Tanah Akhir yang dilakukan adalah : 1. pH H2O tanah, metode elektrometri. 2. Kadar P tersedia tanah, metode Bray II. Analisis Tanaman meliputi : 1. Tinggi tanaman (sampel) setiap minggu 2. Bobot kering bagian atas tanaman pada akhir masa vegetatif. 3. Bobot kering akar tanaman. 4. Serapan P oleh tanaman (Metode Ekstraksi Destruksi Basah) dengan menganalisis kadar P daun tanaman dan dikali bobot kering tanaman.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Abu Tulang Sapi

Setiap 1 kg tulang sapi yang dibakar diperoleh ± 76% (760 gram) abu

tulang sapi. Produksi tulang sapi ± 11382 kg/hari dan diperoleh ± 8650.32 kg abu

tulang sapi/hari. Kandungan P2O5 dalam abu tulang sapi ± 0.687% sehingga diperoleh ± 59.43 kg P2O5 / hari.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran

abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat

nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai

rataan tinggi tanaman jagung pada masing-masing perlakuan.

Tabel 1. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap Tinggi Tanaman dari 1 MST sampai 4 MST

Perlakuan

1 MST

Tinggi Tanaman

2 MST

3 MST

4 MST

------------------------------------cm--------------------------------------

Kontrol 6.70 bB 13.40 dC 21.57 eD 43.57 cC

T1K 9.07 bB 14.27 dC 34.57 dC 78.33 bB T1S1 10.07 bB 33.87 bB 63.10 aA 112.20 Aa T1A1 9.30 bB 24.10 cB 44.60 cB 84.50 bB T1L1 9.63 bAB 26.23 cB 46.43 cB 86.57 bB T2K 10.10 bB 34.20 bAB 61.87 abA 111.13 aA T2S2 12.30 aA 37.93 aA 67.40 aA 118.87 aA T2A2 10.20 aA 35.40 bA 64.10 aA 114.67 aA T2L2 10.33 aA 36.50 abA 66.27 aA 115.73 aA T3K 12.50 aA 39.17 aA 65.10 aA 117.23 aA T3S3 13.97 aA 45.27 aA 71.87 aA 126.13 aA T3A3 13.10 aA 41.60 aA 68.93 aA 120.90 aA T3L3 14.80 aA 43.60 aA 70.10 aA 123.47 aA
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b) dan 1% (A,B).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap Tinggi Tanaman dari 5 MST sampai 8 MST

Perlakuan

5 MST

Tinggi Tanaman

6 MST

7 MST

8 MST

----------------------------------cm-----------------------------------------

Kontrol 73.63 cC 89.77 dD 106.23 dC 135.93 cC

T1K 114.20 bB 125.57 cC 144.53 cB 160.50 bB T1S1 139.53 aA 157.10 bB 169.17 abA 180.00 aA T1A1 120.27 bB 132.57 cC 151.80 cB 167.27 bAB T1L1 122.53 abAB 134.47 cC 153.23 bcAB 169.27 bA T2K 136.77 aA 155.17 bB 165.37 bA 174.87 abA T2S2 146.67 aA 167.40 aA 179.20 aA 187.27 aA T2A2 137.87 aA 158.40 bAB 171.80 aA 178.17 aA T2L2 143.43 aA 160.50 bA 173.07 aA 179.20 aA T3K 147.83 aA 162.47 abA 175.27 aA 184.40 aA T3S3 157.27 aA 173.70 aA 183.70 aA 195.67 aA T3A3 148.50 aA 165.23 aA 177.10 aA 190.70 aA T3L3 152.23 aA 170.10 aA 180.57 aA 193.03 aA
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b) dan 1% (A,B).
Pada 1 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan

beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu

pada perlakuan T3L sebesar 14.80 cm terhadap perlakuan T1A, T1S, T1K, dan

Kontrol sebesar 9.30 cm, 10.07 cm, 9.07 cm, dan 6.70 cm.

Pada 2 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan

beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu

pada perlakuan T3S sebesar 45.27 cm terhadap perlakuan T1L, T1A, T1K, dan

Kontrol sebesar 26.23 cm, 24.10 cm, 14.27 cm, dan 13.40 cm.

Pada 3 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan

beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu

pada perlakuan T3S sebesar 71.87 cm terhadap perlakuan T2K, T1L, T1A, T1K,

dan kontrol sebesar 46.43 cm, 44.60 cm, 34.57 cm, dan 21.57 cm.

Universitas Sumatera Utara

Pada 4 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu pada perlakuan T3S sebesar 126.13 cm terhadap perlakuan T1L, T1A, T1K, dan kontrol sebesar 86.57 cm, 84.50 cm, 78.33 cm, dan 43.57 cm.
Pada 5 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu pada perlakuan T3S sebesar 157.27 cm terhadap perlakuan T1A, T1K, dan kontrol sebesar 120.27 cm, 114.20 cm, dan 73.63 cm.
Pada 6 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu pada perlakuan T3S sebesar 173.70 cm terhadap perlakuan T2K, T1L, T1A, T1S, T1K, dan kontrol sebesar 155.17 cm, 134.47 cm, 132.57 cm, 157.10 cm, 125.57 cm, dan 89.77 cm.
Pada 7 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu pada perlakuan T3S sebesar 183.70 cm terhadap perlakuan T1A, T1K, dan kontrol sebesar 151.80 cm, 144.53 cm, dan 106.23 cm.
Pada 8 MST dapat dilihat bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman yaitu pada perlakuan T3S sebesar 195.67 cm terhadap perlakuan T1K, dan kontrol sebesar 160.50 cm dan 121.93 cm. pH Tanah
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat
Universitas Sumatera Utara

nyata terhadap pH tanah, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai rataan tinggi

tanaman jagung pada masing-masing perlakuan.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap pH Tanah

Perlakuan

pH Tanah

Kontrol

5.34 cB

T1K 5.94 bB

T1S1 6.38 bA

T1A1

6.12 bB

T1L1

6.22 bAB

T2K 6.29 bA

T2S2 6.78 aA

T2A2

6.45 bA

T2L2

6.57 abA

T3K 6.75 aA

T3S3 7.42 aA

T3A3

7.12 aA

T3L3

7.20 aA

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5%

(a,b) dan 1% (A,B).

Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik

berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan pH tanah yaitu pada perlakuan

T3S sebesar 7.42 terhadap perlakuan T1A, T1K, dan Kontrol sebesar 6.12, 5.94 dan 5.34.

P-Tersedia Tanah

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran

abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat

nyata terhadap P-tersedia tanah, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai rataan P-

tersedia tanah pada masing-masing perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa

Asam Organik terhadap P-Tersedia Tanah

Perlakuan

P-Tersedia Tanah

-------------------ppm------------------

Kontrol

4.95 fgE

T1K 6.78 fE T1S1 12.47 eD

T1A1 T1L1 T2K T2S2 T2A2

7.89 8.89 9.95 20.00 13.04

fDE efD eD bcB deCD

T2L2 T3K

16.32 edC 17.86 cBC

T3S3 T3A3 T3L3

27.31 21.27 23.28

aA bB bB

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b)

dan 1% (A,B).

Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik

berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia tanah yaitu pada perlakuan T3S sebesar 27.31 ppm terhadap perlakuan T3L, T3A, T3K, T2L, T2A, T2S, T2K, T1L,

T1A, T1S, T1K, dan Kontrol sebesar 23.28 ppm, 21.27 ppm, 17.86 ppm, 16.32

ppm, 13.04 ppm, 20 ppm, 9.95 ppm, 8.89 ppm, 7.89 ppm, 12.47ppm, 6.78

ppm,dan 4.95 ppm.

Bobot Kering Tajuk Tanaman

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran

abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat

nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai

rataan bobot kering tajuk tanaman pada masing-masing perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap Bobot Kering Tajuk Tanaman

Perlakuan

Bobot Kering Tanaman

------------------g-----------------

Kontrol

33.73 bB

T1K T1S1 T1A1 T1L1 T2K

38.03 45.66 40.18 43.07 43.72

bB abA bAB bA bA

T2S2 T2A2 T2L2 T3K T3S3

51.66 46.93 49.03 49.40 57.26

aA aA aA aA aA

T3A3 T3L3

50.80 54.53

aA aA

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b)

dan 1% (A,B).

Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik

berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman yaitu pada

perlakuan T3S seberat 57.26 g terhadap perlakuan kontrol dan T1K, sebesar 33.73

g dan 38.03 g.

Bobot Kering Akar Tanaman

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran

abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat

nyata terhadap bobot kering akar tanaman, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai

rataan tinggi bobot kering akar tanaman pada masing-masing perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap Bobot Kering Akar Tanaman

Perlakuan

Bobot Kering Akar Tanaman

-------------g--------------------

Kontrol

4.97 cBC

T1K T1S1 T1A1 T1L1 T2K

7.07 10.10 7.63 8.83 10.97

cB bB bcB bB bB

T2S2 T2A2 T2L2 T3K T3S3

14.23 11.87 12.57 15.10 18.37

aA bAB abA aA aA

T3A3 T3L3

16.30 17.30

aA aA

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b)

dan 1% (A,B).

Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik

berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering akar tanaman yaitu pada

perlakuan T3S sebesar 18.37 g terhadap perlakuan T2K, T1L, T1A, T1S, T1K, dan

Kontrol seberat 10.97 g, 8.83 g, 7.63 g, 10.10 g, 7.07 g, dan 4.97 g.

Serapan P-Tanaman

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian campuran

abu tulang sapi dan asam sitrat, asam laktat, dan asam asetat berpengaruh sangat

nyata terhadap serapan P-tanaman, hal ini dapat dilihat pada tabel nilai rataan

serapan P-tanaman pada masing-masing perlakuan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Pengaruh Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik terhadap Serapan P-Tanaman

Perlakuan

Serapan P-Tanaman

----------g / tanaman---------

Kontrol

0.05 fgDE

T1K T1S1 T1A1 T1L1 T2K

0.08 fD 0.17 eC 0.12 efCD 0.15 eC 0.18 deC

T2S2 T2A2 T2L2 T3K T3S3

0.26 cB 0.19 dBC 0.23 cdB 0.25 cB 0.37 aA

T3A3 T3L3

0.28 cAB 0.33 bA

Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5% (a,b)

dan 1% (A,B).

Pemberian campuran abu tulang sapi dan beberapa asam organik

berpengaruh sangat nyata terhadap serapan P-tanaman yaitu pada perlakuan T3S

sebesar 37.38 g/tanaman terhadap perlakuan T3K, T2L, T2A, T2S, T2K, T1L, T1A,

T1S, T1K, dan Kontrol seberat 0.25 g/tanaman, 0.23 g/tanaman, 0.19 g/tanaman,

0.26 g/tanaman, 0.18 g/tanaman, 0.15 g/tanaman, 0.12 g/tanaman, 0.18 g/tanaman,

8.44 g/tanaman, 0.08 g/tanaman dan 0.05 g/tanaman.

Pembahasan

Pemberian abu tulang sapi tanpa asam pada dosis setara 100 ppm P (166,7

gram abu tulang sapi) meningkatkan pH tanah namun tidak berpengaruh terhadap

P-tersedia , serapan P-tanaman dan pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan abu

tulang sapi juga mengandung senyawa kalsium (Ca) yang lebih banyak dari

senyawa P yaitu: kalsium karbonat dan kalsium hidroksiapatit yang mampu

menaikkan pH tanah. Hal ini sesuaai dengan literatur Pudjiastuti (2012) yang

menyatakan bahwa bahan padatan utama tulang sapi mengandung Kristal kalsium

Universitas Sumatera Utara

hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2 dan kalsium karbonat (CaCO3) yang mampu menaikkan pH tanah.
Pemberian abu tulang sapi tanpa asam pada dosis set

Dokumen yang terkait

Pengaruh Interaksi Pemberian Serasah Tanaman Kedelai dan Dolomit Terhadap P-Tersedia dan Serapan-P Tanaman Jagung (Zea mays) Pada Tanah Ultisol

3 37 85

Tanggap Tanaman Jagung ( Zea mays L ) Terhadap Pemupukan P dan Kotoran Ayam Pada Tanah Ultisol Asal Mancang Kabupaten Langkat

7 53 66

Pengelolaan Hara Pada Berbagai Varietas Jagung (Zea mays L.) Di Tanah Inceptisol Kabupaten Deli Serdang

2 28 116

Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan P-Tersedia Tanah Inceptisol

0 5 63

Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan P-Tersedia Tanah Inceptisol

0 0 11

Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan P-Tersedia Tanah Inceptisol

0 0 2

Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan P-Tersedia Tanah Inceptisol

0 0 3

Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan P-Tersedia Tanah Inceptisol

0 1 10

Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan P-Tersedia Tanah Inceptisol

0 0 2

Pemberian Campuran Abu Tulang Sapi dengan Beberapa Asam Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan P-Tersedia Tanah Inceptisol

0 0 20