PENDAHULUAN Latar Belakang Kumpulan Jurnal Penanggulangan Bencana

5 GOVERNANCE DAN CAPACITY BUILDING DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR DI INDONESIA Mochamad Chazienul Ulum Fakultas Ilmu Administrasi Universitas BrawijayaB2P3KS Yogyakarta, Jl. Mayjen Haryono 163. Malang 65145 E-mail: ulum.mochyahoo.co.id Abstract Indonesia is a vulnerable developing country due to natural disasters, particularly loods. These disasters hit Indonesia commonly during the rainy season. It resulted in adverse effects on human life, economy and environment. The purpose of this paper is to examine the relationship between empirical and theoretical studies on lood management in the perspective of governance and capacity building. The research method that used is the study of literatures and the Focus Group Discussion FGD. The research site is lood-prone areas, which is 4 four regencies in East Java Province, Indonesia. All of them have a high lood-prone index. In conclusion, sustainable lood management requires a multi-stakeholder involvement and participation of communities simultaneously. Flood management should be done with a systematic approach, and synergy of the various parties in efforts to cope with the disaster. Therefore, strengthening the sense of crisis, commitment, role and collective responsibility, and continuity of cooperation collaboration in the context of governance network and capacity building is needed to maintain the sustainability of effective lood management.. Keywords : Governance, capacity, disaster, lood Governance dan Capacity Building dalam Manajemen Bencana Banjir ... Mochamad Chazienul Ulum 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana yang terjadi membawa sebuah konsekuensi untuk mempengaruhi manusia dan atau lingkungannya. Kerentanan terhadap bencana dapat disebabkan oleh kurangnya manajemen bencana yang tepat, dampak lingkungan, atau manusia sendiri. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kapasitas ketahanan komunitas terhadap bencana. Kawasan Asia berada di urutan teratas dari daftar korban akibat bencana alam. Hampir setengah bencana di dunia terjadi di Asia membuat wilayah ini rawan bencana. Laporan dari ESCAP juga merinci daftar negara di kawasan Asia Pasiik mengalami bencana alam selama periode 1980-2009. Sebagai contoh, Indonesia menempati peringkat kedua dalam daftar jumlah kematian tertinggi akibat bencana alam di Asia-Pasiik. Selama 20 tahun terakhir, berbagai bencana alam di negara ini juga telah menyebabkan kerugian ekonomi paling sedikit US 22,5 miliar. Data ini terdapat dalam The Asia Paciic Disaster Report 2010 yang disusun oleh The Economic and Social Commission for Asia and the Paciic ESCAP dan The UN International Strategy for Disaster Reduction UNISDR. Ini adalah pertama kalinya PBB menyiapkan laporan khusus tentang bencana alam di kawasan Asia-Pasiik yang dipublikasikan pada 26 Oktober 2010. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang rentan akibat berbagai bencana alam, terutama banjir. Banjir sudah biasa melanda Indonesia, terutama pada musim hujan. Hal ini mengakibatkan dampak yang sangat buruk pada kehidupan manusia, ekonomi, dan lingkungan. Banjir disebabkan oleh 2 dua kategori, 6 yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, isiograi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan, seperti perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai DAS, kawasan permukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan vegetasi alami, dan perencanaan sistem kontrol banjir yang kurangtidak tepat. Risiko banjir tidak dapat dihindari sepenuhnya sehingga harus dikelola. Manajemen bencana banjir memang tidak berusaha untuk menghilangkan bahaya banjir tetapi untuk menanggulanginya. Risiko banjir tergantung pada komponen yang terdiri dari bahaya dan kerentanan. Kombinasi faktor alam dan manusia menciptakan risiko banjir. Keberhasilan manajemen risiko banjir diperoleh jika langkah-langkah struktural dan non-struktural dilaksanakan. Pencegahan dan mitigasi banjir mencakup tindakan pengendalian banjir secara struktural, seperti pembangunan bendungan atau tanggul sungai dan tindakan non-struktural seperti prediksi dan peringatan banjir, manajemen risiko banjir, partisipasi komunitas masyarakat, penataan institusional, dan sebagainya.

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba untuk menelaah hubungan antara studi empiris dan teoritis tentang manajemen bencana banjir. Secara empiris, hal itu berkaitan dengan masalah banjir di Indonesia, khususnya beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Timur Bojonegoro, Lamongan, Mojokerto, dan Pasuruan, dan secara teoritis terkait dengan penerapan dan pengembangan model governance dan capacity building dalam konteks manajemen bencana, khususnya banjir. 2. METODOLOGI 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian