Analisis Semiotika Pesan Moral Islami Dalam Kitab Komik Sufi

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI DALAM
KITAB KOMIK SUFI

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi penyiaran Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Rosma Aliah
NIM : 1110051000166

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT Dzat Maha
Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya,
dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya.
Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasihat dan motivasi dari
semua pihak yang diberikan kepada penulis.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah
satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1)
pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Kedua orang tua saya, Bapak Drs Mahzumi dan Ibu Siti Zainah, yang
tidak pernah lelah dan penuh kesabaran dalam mendidik anak-anaknya,
terimakasih untuk kasih sayang, do’a, serta nasihat-nasihatnya. Adik saya

Abdul Basit terimakasih untuk semangat dan keceriaannya setiap hari.

ii

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. Bapak Suparto
Ph.D, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni,
M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Dr.
Sunandar Ibnu Noer, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama.
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky, MA, dan Sekertaris
Jurusan KPI Ibu Fita Fathurokhmah, M. Si yang membantu penulis dalam
menjalankan proses birokrasi yang ada, serta Bapak Fatoni yang telah
banyak membantu penulis dalam hal birokrasi untuk menempuh ujian
skripsi ini.
4. Ibu Ade Rina Farida, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktu, membimbing penulis dalam membuat skripsi yang
baik dan benar.
5. Ibu Jundah Sulaiman selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan kepada penulis terima kasih.
6. Seluruh Dosen dan Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan
pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii

7. Seluruh staff Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpusatakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam mencari bahan referensi penelitian ini.
8. Terimakasih untuk Bapak Bayu Priyambodo (Ibod), selaku Narasumber
Kitab Komik Sufi yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan
data-data untuk melengkapi skripsi ini.
9. Keluarga kosan kuning ka Tita, Nisa, Ima, Friska, ka Arum, ka Ifta, ka
Dini, ka Mahe, ka Isoh, ka Erika, ka Sri dan segenap seluruh anak kosan
yang tidak dapat saya sebutkan satu pesatu, terimakasih buat semangat
yang sudah kalian tularkan kepada saya dan masukan-masukan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Bapak Wahyu, Ibu Kurniasih, Ka Yunia Azani Munggaran, Ka Yudhitya

Witasari dan Fajar Yugaswara terimakasih untuk do’a, motivasi dan
keceriaan yang diberikan kepada penulis.
11. Teman-teman SMA Dian Heryani, Intan Noor Habibah, dan Fathiatul
Jannah, Terimakasih Teman-teman.
12. Sahabat-sahabat setia Rika Fitrianti, Endah Purnamasari, Alvionita
Jayussarah, dan Isye Naysila Zulmi. Terimakasih Buat keceriaan selama 4
(empat) tahun ini.
13. Teman-teman dari KKN MESTAKUNG 2013.
14. Para senior Fahdi Fahlevi, Iis Rachmania, Ajeng Retno. Serta adik-adik junior
Rifka Oktavia, Fatma Hidayani, Wulantari, Putri Aulia Nurbani, yang selalu
memberikan dukungan dan semangat.

iv

15. Teman-teman

dari

LSO


VOC,

dan

LSO

SKETSA

buat

pengalamanpengalaman berharganya selama bergabung dengan kalian.
16. Seluruh teman-teman KPI angkatan 2010, atas do’a dan semangatnya.
Terimakasih.

Untuk semua pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun
tidak langsung, terimakasih. Semoga Allah SWT bisa membalas kebaikan jasa
kalian semua. Penulis memohon maaf apabila tanpa sengaja melakukan kesalahan
dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca. Amiiin Yaa Robbal Aalamiin.


Wassalam
Jakarta, 10 September 2014

Penulis

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL............................................................................................


BAB I

ix

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

1

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah.................................

4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................

5

D. Metodelogi Penelitian ..............................................................


6

E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................

7

F. Teknik Analisis Data ...............................................................

7

G. Tinjauan Pustaka......................................................................

9

H. Sistematika Penulisan .............................................................. 10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Semiotika ................................................................................. 12

1. Pengertian Semiotika ......................................................... 12
2. Semiotika Charles Sanders Pierce...................................... 14
a.Ikon ................................................................................. 16
b.Indeks.............................................................................. 16
c.Simbol ............................................................................. 18
vi

B. Pesan Moral Islami .................................................................. 19
1. Konsep Pesan ..................................................................... 19
2. Pengertian Moral................................................................ 21
C. Sejarah Sufi............................................................................. 24
D. Tinjauan Tentang Komik........................................................ 25
1. Pengertian Komik............................................................ 25
2. Perkembangan Komik..................................................... 30

BAB III

GAMBARAN UMUM
A. Kitab Komik Sufi..................................................................... 35
B. Profil Tokoh Komik................................................................. 36

C. Profil Pengarang Komik........................................................... 39

BAB IV

ANALISIS DATA
A. Analisis Semiotika Panel Kitab Komik Sufi (edisi ke-1) ........ 41
B. Pesan Moral Islami dalam Kitab Komik Sufi .......................... 74

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 76
B. Saran ........................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1

Semiotika Peircean ......................................................................

8

Gambar 2.1

Semiotika Peircean ...................................................................... 14

Gambar 3.1

Tokoh Komik Syaikh Sufi........................................................... 37

Gambar 3.2

Tokoh Komik Murid.................................................................... 37

Gambar 3.3

Tokoh Komik Darwis .................................................................. 38

Gambar 3.4

Tokoh Komik Setan..................................................................... 38

Gambar 3.5

Tokoh Komik Hawa Nafsu.......................................................... 39

Gambar 4.1

Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah.................... 42

Gambar 4.2

Laki-laki Misterius yang Tiba-tiba Muncul di Hadapan Para
Rombongan.................................................................................. 47

Gambar 4.3

Ayah Menasihati Anaknya yang mencari-cari Kesalahan Orang
Lain.............................................................................................. 53

Gambar 4.4

Perbandingan Perlakuan Syaikh Sufi Terhadap Dua Orang yang
Menemuinya ................................................................................ 59

Gambar 4.5

Seorang Penjaga Kebun yang Jujur............................................. 67

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Semiotika Peircean…………………………………………….. 8
Tabel 2.1 Semiotika Peircean…………………………………………….. 15
Tabel 4.1 Seseorang yang Kurang Mensyukuri Nikmat Allah…………… 42
Tabel 4.2 Laki-laki Misterius yang Tiba-tiba Muncul di Hadapan Para
Rombongan……………………………………………………. 47
Tabel 4.3 Ayah Menasihati Anaknya yang Mencari-cari Kesalahan
Orang Lain……………………………………………………… 53
Tabel 4.4 Perbandingan Perlakuan Syaikh Sufi Terhadap Dua Orang yang
Menemuinnya…………………………………………………… 59
Tabel 4.5 Seorang Penjaga Kebun yang Jujur……………………………. 67

ix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya komik merupakan suatu wacana yang sarat dengan
tanda-tanda simbol dari beberapa bagian yang saling berhubungan. Hubunganhubungan tersebut membentuk suatu cerita dan secara berkesinambungan
diteruskan sendiri oleh pembacanya. Didalam komik terdapat gambar-gambar
dan teks yang menentukan arah permasalahan yang sedang terjadi di dalam
masyarakat berupa gejala-gejala sosial. Dengan kata lain gambar-gambar dan
teks tersebut, keduanya mempunyai ikatan yang salaing melengkapi di dalam
prosesnya sehingga membentuk suatu jalinan makna.
Menurut Atmakusumah “Komik merupakan suatu bentuk seni popular
yang hidup dalam masyarakat dan menjadi bacaan merata diseluruh dunia.
Penggemar komik terdiri dari berbagai kalangan tanpa membedakan usia,
gender, dan profesi.”1
Komik juga dapat dikatakan sebagai media komunikasi yang
mempunyai kemampuan dapat menyesuaikan diri, sehingga dapat digunakan
untuk berbagai macam tujuan, selain sebagai bahan bacaan yang sifatnya
menghibur komik dapat berperan sebagai alat propaganda, pendidikan dan
pengajaran seperti yang ada di Jepang, misalnya komik yang disebut manga
banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran dikalangan umum dan
pendidikan disekolah.
1

Atmakusumah, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta, Cipta Adi Pustaka) h.55

1

2

Menurut Boneff “Berdasarkan Jenisnya, komik dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu komik strips dan komik books. Komik strip atau strip
merupakan komik bersambung yang dimuat pada surat kabar. Adapun komik
books adalah kumpulan cerita bergambar yang terdiri dari satu atau lebih judul
dan tema cerita, yang di Indonesia disebut komik ata buku komik.”2
Komik kini telah berkembang sebagai media dalam mengkonstruksi
wacana atau opini publik yang dapat menggambarkan bagaimana kehidupan
masyarakat. Para komikus (sebutan bagi para pembuat komik), bisa
mengembangkan berbagai kritik dan penyampaian informasi. Masyarakat pun
dapat menerima tanpa harus berbelit-belit dengan teori. Komik yang biasa
dikemas dengan nuansa humor, dan dengan berbagai macam gambar lebih
mudah

diterima.

Walaupun

banyak

media

bermunculan

untuk

mengungkapkan kritik dan informasi, namun daya tarik komik tidak kalah
dengan media-media lain.
Paket yang simpel dan dengan gambar-gambar yang diselipkan dalam
komik tidak hanya orang dewasa saja yang dapat menikmati membaca komik,
namun anak-anak juga bisa belajar melihat bagaimana perkembangan, kritikkrtik sosial, serta informasi yang terjadi pada saat itu. Anak-anak bukanlah
tipe golongan yang dengan mudah menyerap dan mengerti suatu informasi
hanya melalui teks berita dan media televisi audio visual yang selalu di lebihlebihkan. Dengan komik mereka bisa dengan mudah memahami apa saja yang

2

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 137

3

sedang marak terjadi, tanpa merasa sulit dalam mengartikannya. Apalagi para
komikus sekarang ini bisa mengangkat tema yang terjadi dikalangan dewasa
maupun anak-anak. Cerita-cerita dalam komik pun berbeda-beda, di bagi
melalui gender dan tingkat usia. Selain di bedakan gender dan tingkatan usia,
komik juga memiliki jenis-jenis dalam isi dari cerita.
Ada jenis percintaan, horor (hantu), kebiasaan sehari-hari atau
kehidupan sehari-hari, humor, hasil catatan pribadi dan tentu saja karangan
fiksi atau cerita yang dikarang oleh pengarang tersebut. Sebenarnya komik
hampir sama dengan novel dalam pembuatan jalan cerita, hanya saja komik
bercerita tidak melalui tulisan saja tetapi komik bercerita melalui gambar juga.
Sebuah pesan yang tersusun rapi dan tertib akan menciptakan suatu
suasana yang baik, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan
yang jelas, sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok,
dan menunjukkan pokok-pokok pikiran secara logis. Seperti Kitab Komik Sufi
yang akan diteliti, mengandung pesan baik yang yang ingin disampaikan
seniman pembuatnya. Komik karangan Ibod ini mampu menceritakan kisah
tradisi sufi yang telah terjadi pada masa lalu dengan gambaran kartu-kartun
yang lucu dan teks yang memudahkan pembaca untuk memahami komik
dengan bahasa jelas dan tegas.
Kitab komik sufi merupakan komik yang menceritakan tentang
kumpulan kisah dalam tradisi sufi. Beberapa diantaranya bersumber dari kitab
sufi klasik seperti Ihya Ulumuddin karya Al-Ghazali dan Tadzkirat Al-Auliya

4

karya Fariduddin Atthar dan lainnya merupakan hikayat dari mulut ke mulut.
Kitab sufi ini berbeda dari buku-buku sufi lain, karena buku ini
penceritaannya menggunakan gambar walaupun demikian, hal tersebut tidak
mengurangi nilai moral yang terkandung dalam setiap kisah.
Penelitian media kitab komik sufi karangan Bayu Priyambodo
merupakan kajian penelitian yang menarik untuk diteliti, di samping masih
jarang penelitian lain yang mengangkat tentang semiotik komik islam juga
kitab komik sufi ini berbeda dari buku-buku sufi lainnya, karena buku ini
penceritaannya menggunakan gambar walaupun demikian, hal tersebut tidak
mengurangi nilai moral yang terkandung dalam setiap kisah.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti bermaksud
menyusun skripsi dengan judul “Analisis Semiotik Pesan Moral Islami
dalam Kitab Komik Sufi Karya Ibod”

B. Batasan dan Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis di atas,
maka peneliti membatasi penelitian dengan menemukan tanda-tanda yang
mewakili setiap bagian pembahasan dalam komik yang sesuai dengan judul
skripsi ini:
1. Representamen apa saja yang terdapat dalam Kitab Komik Sufi?
2. Object apa saja yang terdapat dalam Kita Komik Sufi?
3. Interpretant apa saja yang terdapat dalam Kitab Komik Sufi?

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran dan permasalahan diatas, tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan memahami Representamen dalam Kitab
Komik Sufi.
b. Untuk mengetahui dan memahami Object dalam Kitab Komik
Sufi.
c. Untuk mengetahui dan memahami Interpretan dalam Kitab Komik
Sufi.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat menambah
wawasan keilmuan.
a. Segi Akademis
penelitian ini diharapkan mampu memberikan khasanah keilmuan,
utamanya di bidang penelitian Ilmu Dakwah, secara khusus di bidang
kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam. Penelitian ini diharapkan
menambah wacana bagi peneliti yang lain. Seperti media komik dapat
dilakukan sebagai penyampaian pesan dakwah.
b. Segi Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan bagi
penelitian yang serupa. Dapat menambah ilmu dan dapat memaparkan
bagaimana sebuah komik tidak hanya sebagai buku hiburan
bergambar, tetapi bisa menjadi sarana bagi sebagian orang dalam

6

mengekspresikan permasalahan-permasalahan secara simple tetapi
tetap lugas dan mudah dimengerti.

D. Metedologi Penelitian
1. Metode Peneleitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
yang bersifat kualitatif deskriptif yang membuat deskripsi secara
sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau objek tertentu.3 Dalam penelitian ini menggunakan paradigma kritis
yang berupaya untuk menggabungkan teori dan tindakan.
Untuk ketajaman analisa, maka metode semiotika akan sangat
membantu. Metode semiotika yang peneliti lakukan memakai metode
semiotika model Marcel Danesi untuk melihat (representamen, object dan
interpretan) pada kitab komik sufi karya Bayu Priyambodo.
2. Subjek dan Objek Penelitian


Objek Penelitian
Dalam masalah ini objek penelitian adalah Kitab Komik Sufi



Subjek Penelitian
Sesuai dengan apa yang menjadi topiknya maka subjek penelitian
penulis adalah potongan gambar untuk menemukan tanda-tanda yang
mewakili setiap bagian pembahaan dalam komik sesuai dengan judul
penelitian.

3

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi Edisi 1 (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), Cet-2, h. 69.

7

E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun

tahapan-tahapan

dalam

pengumpulan

data,

penulis

menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi atau Pengamatan yaitu metode pertama yang digunakan
dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis. Penulis membaca dan memahami isi pesan dan
makna dari konteks produksi teks, konsumsi teks yang mempengaruhi
pembuatan teks dalam kitab komik sufi.
b. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, buku-buku yang menunjang penulisan skripsi ini,
internet dan lain sebagainya.

F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui dan menganalisis makna pesan moral islami dalam
objek melalui simbol-simbol yang ada di dalamnya (komik), maka dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode analisis
semiotika. Semiotika berasal dari bahasa Yunani semion yang berarti “tanda”.
Tanda itu sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi
sosial yang terbangun sebelumnya, dapat diartikan sebagai sesuatu yang lain.
Charles Sanders Pierce mengartikan semiotika sebagai makna tanda-tanda
dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotic.
Diantaranya: representamen (ikon, indeks, dan simbol), objek, dan
interpretan.4

4

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 38-39.

8

Representamen

Interpretan (X=Y)

Objek (Y)

Gambar 1.1 Semiotika Peircean
Sumber: Marcel Danesi (2010)
Jenis Tanda

Hubungan Antara Tanda dan

(Representamen )

Sumber Acuannya

Ikon

Tanda

dirancang

mempresentasikan

Contoh

untuk Segala macam gambar
sumber (bagan, diagram, dan

acuan melalui simulasi atau lain-lain), photo, katapersamaan

(artinya,

sumber kata onomatopoeia, dan

acuan dapat dilihat, didengar, seterusnya.
dan seterusnya, dalam ikon).
Indeks

Tanda

dirancang

untuk Jari

yang

menunjuk,

mengindikasikan sumber acuan kata keterangan seperti
atau

saling

menghubungkan di sini, di sana, kata
ganti seperti aku, kau,

sumber acuan.

ia, dan seterusnya.
Simbol

Tanda

dirancang

untuk Simbol sosial seperti

menyandingkan sumber acuan mawar,
melalui

kesepakatan

atau matematika,

persetujuan.

seterusnya.

Tabel 1.1 (Tabel Semiotika Peircean)
Sumber: Marcel Danesi (2010)

simbol
dan

9

G. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan langsung di perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah

maupun

di

perpustakaan

Fakultas

Ilmu

Dakwah

dan

Komunikasi, peneliti telah menemukan beberapa penelitian sebelumnya yang
membahas tentang Analisis Semiotika, diantaranya :
1. Analisis Semiotik Kepemimpinan Islam Komik Strip si Bujang. Yang
diteliti oleh, Novita Intan Sari. Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam, tahun 2013. Dalam skripsi ini menganalisa Analisis Semiotik
Komik Strip si Bujang.
2. Analisis pesan akhlak dalam komik ESQ for kids akulah sang pemenang.
Yang diteliti oleh, Alvionita Jayussarah. Mahasiswa jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, tahun 2010. Dalam skripsi ini menganalisa Analisis
Semiotik dalam komik esq for kids akulah sang pemenang.
3. Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Komik Kartun Benny
& Mice Episode Talk About Hape. Yang diteliti oleh, Nurma Wazibali.
Mahasiswa jurusan konsentrasi Jurnalistik, tahun 2011. Dalam skripsi ini
menganalisa Semiotik Komik Kartun Benny & Mice edisi Handphone.
Dengan begitu maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada
mahasiswa/i yang meneliti tentang Analisis Semiotika Pesan Moral Islami
Dalam Kitab Komik Sufi .

10

H. Sistematika Penulisan
Skripsi dalam penelitian ini ditulis dengan menggunakan panduan buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi), karya Hamid
Nasuhi, dkk., yang diterbitkan oleh CeQDA, 2007. Oleh karena itu sistematika
penulisannya adalah:
BAB I

PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
a. Terdiri dari Tinjauan Umum Semiotik: Pengertian Umum
Semiotik, Tanda Dalam Semiotik, Model-Model Dalam
Semiotik, Model Semiotik Charles Sanders Peirce
b. Pengertian pesan moral islami,
c. Sejarah singkat sufi
d. Pengertian Komik, Pengertian Kartun, Komikus, kartunis dan
Karikaturis.

BAB III

PROFIL PENULIS KOMIK (KITAB KOMIK SUFI)
Membahas Profil Kitab Komik Sufi, Profil Penulis Komik Bayu
Priyambodo (Ibod), Sejarah Pendidikan dan Latar Belakang
penulis, Karya-karya Bayu Priyambodo (Ibod).

11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang temuan penelitian yang mencakup
analisis semiotika panel komik, dan analisis semiotika pesan
moral islami di dalam komik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian, dan
saran dari peneliti atas permasalahan yang diteliti.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. SEMIOTIKA
1. Pengertian Semiotika
Manusia hidup dalam dunia tanda. Berbagai tanda, disengaja atau
tidak, tersusun untuk memberi suatu makna. Tanda-tanda tersebut dapat
berupa gerakan, warna, simbol, lisan, tulisan, dan lain sebagainya. Dalam
berkomunikasi, manusia pun saling melakukan pertukaran tanda melalui
bahasa.
Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi
(Littlejohn, 1996: 64).1 Melalui tanda-tanda tersebut, banyak hal yang
dapat dikomunikasikan kepada komunikan. Oleh karena itu, pakar swiss
bernama ferdinand de saussure dan filsuf Amerika Serikat Chrales
Sanderss Peirce mengusulkan disiplin ilmu untuk mempelajari tandatanda.2 Disiplin ilmu ini awalnya disebut semiologi, dan kemudian disebut
semiotika.
Istilah

semiologi

dan

semiotika

sebenarnya

mengandung

pengertian yang sama. Semiologi atau semiotika adalah suatu ilmu atau
metode analisis untuk mengkaji tanda. Perbedaan di antara kedua istilah
tersebut hanya pada di mana orientasi penggunaan istilah tersebut. Istilah
semiologi biasanya digunakan oleh mereka yang berorientasi pada
Ferdinand de Saussure (tradisi Eropa), sedangkan istilah semiotika
1
2

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), h.15
Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),

h.33

12

13

cenderung digunakan oleh mereka yang berorientasi pada Charles Sanders
Peirce (tradisi Amerika).
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani
“semeion” yang berarti “tanda”. Sedangkan secara terminologis, semiotik
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek.
Sebenarnya, istilah semeiotics (dilafalkan demikian) diperkenalan
oleh Hippocrates (460-377 SM), penemu ilmu medis Barat, seperti ilmu
gejala-gejala.3 Jadi istilah semiotika awalnya bermakna diagnosis media.
Saat itu, Plato tidak setuju dengan kajian bahwa terdapat hubungan antara
simbol manusia dengan kenyataan. Plato menyatakan bahwa bentuk
manusiawi dari sesuatu tidak merepresentasikan kenyataan secara
langsung, melainkan idealisasi mental dari kenyataan tersebut. Misalnya
saja bentuk atau figur lingkaran. Menurut Plato, bentuk lingkaran tidak
hadir secara nyata di depan mata manusia, melainkan hasil konstruksi
fikiran manusia. Pada saat para ahli geometri mendefinisikan lingkaran
sebagai kumpulan titik dengan jarak yang sama dari satu titik pusat,
mereka merujuk pada bentuk yang terlintas dalam fikiran mereka. Mereka
tidak merujuk pada bentuk nyata. Namun kemudian, ketika manusia
menemukan benda-benda yang menyerupai definisi tersebut, maka
manusia pun menyebutnya “lingkaran” sebenernya tidak berasal dari
kenyataan itu secara langsung. Namun kemudian, murid Plato, Aristoteles
(384-322 SM) mempelajari kajian ini lebih dalam. Aristoteles menyatakan
3

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi, (Yogyakarta:Jalasutra, 2012), h.6

14

bahwa kata-kata memang merujuk pada benda-benda nyata, sehingga
memang merujuk ke dalam kategori-kategori di dunia nyata.4
2. Semiotika Charles Sanders Pierce
Charles Sanders Peirce, adalah salah seorang fisuf Amerika yang paling
orisinal dan multidimensional. Beliau terkenal karena teori tandanya,
sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227), seringkali mengulang-ulang bahwa
secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang. Berdasarkan
objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol
(simbol).

5

Pembagian atas tiga tanda tersebut masuk kedalam repsesentamen

dimana sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa
hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretant dari
tanda yang pertama pada gilirannya mengacu kepada object. Jelaslah bahwa,
sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan
interpretant dan objeknya.5
Interpretant Representamen Object
Representamen (X)

Objek (Y)

Interpretan (X=Y)

Gambar 2.1 Semiotika Peircean
Sumber: Marcel Danesi (2010)
4

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi, (Yogyakarta:Jalasutra, 2012), h.9
5
Kris Budiman, Semiotika Visual Konsep, Isu dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 17.

15

Skema di atas ini menghasilkan rangkaian hubungan yang tak
berkesudahan, maka gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen,
menjadi interpretan kembali, menjadi representamen kembali dan seterusnya.
Gerakan yang tak berujung-pangkal ini sebagai proses semiosis tanpa batas.
Dalam teorinya, Peirce lazimnya menggunakan tanda-tanda dalam gambar dapat
dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotika, di antaranya: Ikon,
Indeks, dan Simbol.

Jenis Tanda

Hubungan antar Tanda dan

(Representamen)

Sumber Acuannya

Ikon

Tanda

dirancang

merepresentasikan

Contoh

untuk Segala

macam

sumber gambar

(bagian,

acuan melalui simulasi atau diagram, dan lainpersamaan (artinya, sumber lain), photo, kataacuan dapat dilihat, didengar, kata onomatopoeia,
dan seterusnya, dalam ikon).
Indeks

Tanda

dirancang

mengindikasikan
acuan

atau

menghubungkan

dan seterusnya.

untuk Jari yang menunjuk,
sumber kata

keterangan

saling seperti, di sini, sana,
sumber kata

acuan.

ganti

seperti

aku,kau, ia, dan
seterusnya.

Simbol

Tanda dirancang untuk

Simbol sosial seperti

menyandikan sumber acuan

mawar, simbol

melalui kesepakatan atau

matematika, dan

persetujuan.

seterusnya.

Tabel 2.1 (Semiotika Peircean)
Sumber: Marcel Danesi (2012)

16

a. Ikon
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya
bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah
hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon
adalah tanda yang mirip dengan referennya dengan cara tertentu. Lukisan
potret seseorang adalah ikon visual yang menunjukkan wajah orang yang
sebenarnya dari perspektif seorang seniman.6
Ikonisitas juga jelas tampak pada tahap perkembangan masa
kanak-kanan. Literatur ilmiah yang relevan sangat menekankan fakta
bahwa semua anak melalui tahap awal gestikulasi dan imitasi bunyi vokal
sebelum mereka dapat menggunakan bahasa secara penuh. Selain itu
ikonisitas juga muncul dalam kecenderungan anak-anak membuat corat
coret dan gambar elemental pada saat yang bersamaan dengan pengucapan
kata-kata pertama mereka.7 Ternyata ikonisitas tidak hanya muncul di
dalam dunia orang dewasa saja untuk menggambarkan berbagai macam
tanda kedalam persepsi manusia.
b. Indeks
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,
atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Dengan kata lain
indeks adalah ikon yang menggantikan atau menunjuk ke sesuatu dalam
6

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010),

h.47-48.
7

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 35-36

17

hubungannya

dengan

sesuatu

yang

lain.

Indeks

hanya

mengidentifikasikannya atau menunjukkan dimana mereka berada.8
Indeksikalitas terwujud dalam segala macam perilaku representatif.
Manifestasinya yang paling khas dapat dilihat pada jari yang menunjuk,
yang oleh orang diseluruh dunia digunakan secara naluriah untuk
menunjukkan dan mencari sesuatu, orang, dan peristiwa di dunia. Banyak
kata telah dirancang pula sebagai indeks – misalnya, di sini, di sana, atas,
bawah, memungkinkan penutur bahasa inggris untuk mengacu pada lokasi
relatif sebuah benda saat membicarakan benda itu. Ada tiga jenis dasar
indeks, di antaranya:
1) Indeks ini mengacu pada lokasi spasial (ruang) sebuah benda,
makhluk dan peristiwa dalam hubungannya dengan penggunaan
tanda.
2)

Indeks ini saling menghubungkan benda-benda dari segi waktu.

3) Indeks ini saling menghubungkan pihak-pihak yang ambil bagian
dalam sebuah situasi.
Indeks adalah tanda yang memiliki keterikatan fenomenal atau
eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks,
hubungan antara tanda dan objeknya bersifat konkret, aktual, dan biasanya
melalui suatu cara sekuensial dan kausal. Indeks merupakan tanda yang

8

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 48.

18

memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya, atau
disebut juga sebagai tanda bukti.9
Indeksikalitas membuktikan bahwa kesadaran manusia bukan
hanya memperhatikan pola warna, bentuk, dan lain-lain dan menghasilkan
tanda ikonis, tetapi juga memperhatikan pola berulang dalam hubungan
serta sebab-akibat yang tidak pasti dalam waktu dan ruang. Dalam hal ini
Peirce mengacu pada objek tanda sebagai “agen ulang”, karena objek ini
berupa reaksi terhadap sebuah agen yang memungkinkan kita untuk
menyimpulkan keberadaannya, hubungannya dengan objek-objek lain, dan
seterusnya.10
c. Simbol
Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara
penanda dengan petandanya. Simbol mewakili acuannya dalam cara yang
konvensional. Kata-kata pada umumnya merupakan simbol. tetapi
penanda manapun – sebuah objek, suara, sosok, dan seterusnya – dapat
bersifat simbolik. Simbol adalah tanda yang representamennya merujuk
kepada objek tertentu tanpa motivasi; simbol terbentuk melalui konvensikonvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan langsung di antara
representamen dan objeknya.11 Simbolisme ada dimana-mana, tiap negara
memiliki simbol nasional baik yang resmi maupun tidak. Bendera atau

9

Kris Budiman, Semiotika Visual Konsep Isu dan Problem Ikonisitas (Yogyakarta:
Jalasutra, 2011), h. 20.
10
Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan
Teori Komunikasi (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 37.
11
Ibid h. 22.

19

lagu kebangsaan melambangkan sebuah negara. Tanda bentuk V yang
tercipta dari jari telunjuk dan tengah dapat mewakili “perdamaian”.

B. Pesan Moral Islami
1.

Konsep Pesan
Pesan diartikan gagasan atau ide yang disampaikan komunikator
kepada komunikan untuk tujuan tertentu.12 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia “pesan diartikan sebagai perintah, nasihat, permintaan, amanat
yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain”.13
Dalam arti lain dinyatakan pesan adalah suatu pilihan simbolsimbol teratur yang dimaksudkan untuk mengomunikasikan informasi.
Dalam buku teori komunikasi B. Aubrey Fisher memberikan pengertian
tentang konsep pesan “Sebagai syarat yang disampaikan, pesan
dipandang sebagai bentuk dan lokasi pikiran, verbalisasi dan seterusnya
dalam diri individu. Sebagai bentuk struktural, pesan sebagai proses
penyandian stimuli verbal, fisik, dan vokal sehingga pesan sebagai
bentuk yang berstruktur”.14
H. A. W. Widjaja menjelaskan bentuk pesan yang bersifat
informatif, persuasif, dan koersif.
a.

Informatif berarti memberikan keterangan-keterangan dan kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.

12

Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 25.
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 761.
14
Fisher, B. Aubrey Trimo, Soejono (Penerj). Teori-teori Komunikasi (Bandung: CV,
Remadja Karya, 1978), h. 4.
13

20

b.

Persuasif atau bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan
kesadaran seseorang bahwa apa yang disampaikan akan memberikan
rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan.

c.

Koersif, memaksa dengan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal
dengan penyampaian secara ini adalah agitasi dengan penekananpenekanan yang menimbulkan tekanan batin atau ketakutan di antara
sesamanya dan kalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah,
intruksi, dan sebagainya.15
Dalam hal bentuk pesan yang terdapat di atas, maka peneliti

berpendapat bahwa komik merupakan suatu media komunikasi yang
bersifat memberikan informasi sekaligus bujukan yang memberikan
kesadaran bagi pembacanya melalui pesan-pesan yang ada dalam komik
tersebut.
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi
pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku
komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi,
namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan
akhir komunikasi itu. 16
Adapun bentuk pesan adalah:
1) Pesan verbal adalah pesan menggunakan simbol-simbol verbal.

15

H. A. W. Widjaja. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bina
Aksara), h. 14-15.
16
Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta, Rineke Cipta, 1998), h. 32.

21

2) Pesan non-verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.17
Melalui berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa komik merupakan media komunikasi
penyampaian pesan yang memberikan informasi sekaligus bujukan yang
memberikan kesadaran bagi pembacanya melalui pesan-pesan yang
terdapat pada komik tersebut.
2.

Pengertian Moral
Secara umum moral mengarah pada pengertian (ajaran tentang)
baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan sebagainya: akhlak, budi pekerti, dan susila. 18
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan baikburuk terhadap perbuatan dan kelakuan.19 Kata moral dari segi bahasa
berasal dari bahasa Latin yaitu mores jamak dari kata mos yang berarti
adat kebiasaan. Secara etimologi moral adalah istilah yang digunakan
untuk menentukan batas dari sifat, perangai, kehendak pendapat, atau
perbuatan secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.20
Moral merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khutbahkhutbah, patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan lisan atau
tertulis tentang bagaimana harus hidup dan bertindak agar menjadi

17

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung, Remaja
Rosdakarya,2007), h. 343.
18
H. A. W. Widaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta:
Rajawali Pers, 2003), cet. ke-5, h. 94.
19
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), cet. ke XXI, h. 278.
20
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Rajawali Press, 2003), cet. ke-5, h. 94.

22

manusia baik. Sumber dasar ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat
istiadat, ajaran agama dan ideologi-ideologi tertentu.21
Ajaran Moral memuat tentang nilai dan norma yang terdapat di
antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan
manusia. Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup
supaya menjadi baik sebagaimana manusia. 22
Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yaitu segi
batiniah dan lahiriah. Artinya orang yang baik, akan memiliki sikap batin
dan perbuatan yang baik. 23
Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa moral adalah
kesusilaan atau kebiasaan yang dapat mencakup:
a.

Seluruh kaidah kebiasaan dan kesusilaan yang berlaku pada suatu
kelompok tertentu.

b.

Ajaran kesusilaan yang dipelajari secara sistematis di dalam etika,
falsafah moral dan teknologi moral.
Menurut Zakiah Darajat, “moral adalah kelakuan sesuai dengan

ukuran (nila-nilai) masyarakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan
dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan
tersebut. Ajaran moral membuat pandangan tentang nilai dan norma yang
terdapat di antara sekelompok manusia.”24 Norma moral adalah tentang

21

Sudirman Tebba, Etika dan Tasawuf Jawa (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), h. 11-12.
Yadi Purwanto, Etika Profesi (Bandung: PT. Repika Aditama), 2007, h. 45.
23
Purwahadi Wardoyo, Moral dan Masalahnya (Jogjakarta: kanisius, 1990), cet. ke-9,

22

h.13.
24

Zakiyah Darajat, Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental (Jakarta: Haji
Masagung, 1993), h. 63.

23

bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia.
Adapun kategori berdasarkan pesan moral ada tiga macam:
a.

Kategori hubungan manusia dengan Tuhan

b.

Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub: ambisi
harga diri, takut dan lain-lain.

c.

Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan
sosial termasuk hubungan dengan alam.25
Ketiga kategori inilah yang kemudian menjadi landasan peneliti

dalam menentukan bentuk-bentuk pesan moral yang terdapat dalam buku
Kitab Komik Sufi.
Pengertian pesan dan moral di atas dapat disimpulkan bahwa pesan
moral islami merupakan pesan yang isinya mengandung muatan moral
atau nilai-nilai kebaikan itu terhadap Tuhan, diri sendiri, maupun
hubungan sosial. Jadi moral Islam sendiri tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan beragama. Karena nilai-nilai yang tegas, pasti tetap tidak bisa
berubah karena keadaan. Tempat dan waktu adalah nilai-nilai yang
bersumber dari agama.
Nilai-nilai kebaikan tersebut bersumber dari akal manusia dan
budaya yang tumbuh dan dilestarikan dalam masyarakat. Namun, nilai
moral juga banyak diadopsi dari agama. Untuk ukuran baik dan buruk,
sejarah menunjukkan bahwa agamalah yang lebih berpengaruh, karena
bagi orang beragama apapun yang diperintahkan oleh agama ditangkap
25

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University),
1998, h. 323.

24

sebagai sesuatu yang pasti akan membawa kebaikan, bagi kehidupan
individu, maupun sosial. Kebaikan individu (diri sendiri) pun diyakini
bukan hanya membawa kebaikan dalam persoalan dunia juga untuk
kehidupan akhirat.

C. Sejarah Sufi
Arti tasauf dan asal katanya menjadi pertikaian ahli-ahli logat.
Setengahnya berkata bahwa perkataan itu diambil dari perkataan shifa, artinta
suci, bersih, ibarat kilat kaca. Kata setengahnya dari perkataan “shuf” artinya
bulu binatang, sebab orang-orang yang memasuki tasauf itu memakai baju
dari bulu binatang, karena benci mereka kepada pakaian-pakaian yang indah,
pakaian “orang dunia” ini.
Walaupun dari mana pengambilan perkataan itu, dari bahasa Arabkah atau
bahasa Yunani, namun dari asal-asal pengambilan itu sudah nyata bahwa
yang dimaksud dengan kaum tasauf, atau kaum “Shufi” itu ialah kaum yang
telah menyusun kumpulan menyisihkan diri dari orang banyak, dengan
maksud membersihkan hati.
Bila disebut orang nama kaum shufi itu, terutama di negeri kita ini,
teringatlah kita kepada tharikat sebagai tharikat Naqsyabandiyah, Syaziliyah,
Samaniyah dan tharikat Haji Paloppo di tanah Bugis. Bila kita pelajari
tharikat yang ada disini, kelihatannya mempunyai peraturan sendiri-sendiri,
maka pada asalnya tidaklah tasauf itu mempunyai peraturan tertentu yang
tidak boleh dirubah-rubah.

25

Tasauf adalah salah satu filsafat Islam, yang maksudnya bermula ialah
hendak zuhud dari pada dunia yang fana. Tetapi lantaran banyaknya
bercampur gaul dengan negeri dan bangsa lain, banyak sedikitnya masuk
jugalah pengajian agama dari bangsa lain itu ke dalamnya. Karna tasauf
bukanlah agama, melainkan suatu ikhtiar yang setengahnya dizinkan oleh
agama dan setengahnya pula dengan tidak sadar, telah tergelincir dari agama,
atau terasa enaknya pengajaran agama lain dan terikut dengan tidak diingat.26

D. Tinjauan Tentang Komik
1. Pengertian Komik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komik adalah cerita
bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau bentuk buku) yang umumnya
mudah dibaca dan lucu.27 Gambar yang memiliki cerita, dibuat dalam
panel-panel kotak dan kata-katanya terangkai dalam balon-balon teks.
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambargambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk jalinan cerita. Biasanya komik dicetak di atas kertas dan
dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk,
mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, dan berbentuk buku
sendiri.
Scott McCloud, seorang cendikia komik yang menjabarkannya
menjadi imaji-imaji yang berderet berdampingan dalam sebuah urutan atau
26

Prof. Dr. Hamka, Tasauf Moderen (Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1981), h. 17-18
Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka, 1999), cet ke-10, h.515
27

26

sekuen, dengan tujuan menyampaikan informasi serta menghasilkan
respon artistik bagi pembacanya.
Dikalangan para ahli pun masih belum sependapat mengenai
definisi komik. Akronim cerita bergambar, menurut Marcell Boneff
mengikuti istilah cerpen (cerita pendek) yang sudah lebih dulu digunakan,
dan konotasinya menjadi lebih bagus, meski terlepas dari masalah tepat
tidaknya dari segi kebahasaan atau etimologis kata-nya. Ditambah, karena
sifatnya sebagai budaya populer akan serta merta mengikut sertakan
budaya dan keseharian dari asal negaranya membuat komik memiliki
kekayaan tersendiri, selain membuat kita dapat belajar budaya dan
keseharian bangsa lain. Misalkan kebiasaan membaca dari kanan ke kiri
bagi masyarakat jepang membuat komiknya memiliki ciri khas
tersendiri.28
Esvantdiari dalam bukunya yang berjudul Cara Mudah Mengedit
Komik dengan Photoshop, mengungkapkan beberapa istilah dalam dunia
komik yang harus dipahami oleh para komikus pemula. Diantaranya :
a. Outline: garis utama yang membentuk suatu objek, walaupun bukan
standar yang baku, outline yang memiliki tebal tipis akan terlihat lebih
dinamis dan hidup.
b. Panel: kotak tempat gambar diletakkan. Biasanya dalam suatu halaman
terdapat beberapa panel sekaligus. Umumnya bentuk panel adalah

28

Ershad Har, “Analisis Isi Karung Mutiara Al-Ghazali”, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007), h. 17

27

persegi empat, namun seringkali ditemukan berbagai macam variasi
panel.
c. Tone atau screentone: lembaran motif yang digunakan untuk mengisi
bidang kosong pada komik. Terbuat dari lembaran film khusus yang
salah satu sisinya dilapisi lem atau perekat
d. Toning: proses mengisi bidang kosong menggunakan tone.
e. Balon dialog: tempat meletakan dialog. Umumnya berbentuk bulat
atau lonjong. Untuk menyampaikan emosi tertentu, bentuknya dapat
lebih variatif lagi.
f. Foreground: gambar yang dilihat mata dahulu atau terletak di bagian
depan. Biasanya memilki outline yang lebih tebal dibandingkan latar
belakang.
g. Latar belakang atau background: gambar yang terletak di belakang
foreground biasanya memilki outline yang lebih tipis dibandingkan
foreground.29
Komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau
berbentuk buku yang umumnya mudah dibaca dan lucu). Gambar yang
memilki alur cerita dan dibingkai atau dibuat panel-panel kotak (ruang
yang terpisah) dan biasanya kata-kata dari kartun itu berada dalam
lingkaran balon teks. Komik juga bisa diartikan sebagai salah satu seni
yang didalamnya terdapat gambar-gambar tidak bergerak yang disusun
agar menjadi sebuah jalan cerita. Komik biasanya dicetak dalam sebuah
29

Esvandiari Sant, Cara Mudah Mengedit Komik dengan Photoshop. (Jakarta : PT Elex
Media Komputindo), h.3

28

kertas yang dilengkapi dengan teks. Penerbitan komik pun terbagi dalam
beberapa macam, seperti strip dalam koran, dimuat di majalah, hingga
berbentuk sebuah buku.
Tahun 1996, Will Eisner menuliskan dalam bukunya Graphic
Stroytelling bagaimana ia mendefinisikan komik sebagai “tatanan gambar
yang disertai balon kata yang tampil secara berurutan, dalam sebuah
komik”. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul Comics and Sequential
Art tahun 1986, eisner mendefinisikan eknis serta struktur komik sebagai
sequential Art “susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan suatu
atau mendramatisir suatu ide”. Yang dimaksud berurutan secara sekuen
atau urutan adalah bagaimana dalam membaca komik kita akan membaca
alur cerita tersebut melalui panel-panel yang tersusun secara berurutan
agar dapat mengangkap informasi yang disampaikan. Dikalangan para ahli
pun sebenarnya belum ditemukan pendapat yang sama mengenai istilah
bagi sebutan komik. Mereka mendefinisikan komik sebagai sebuah cerita
yang bergambar (Cergam) yang mengikuti istilah cerpen (cerita pendek)
yang lebih dahulu dikenal.30 McCloud dalam bukunya Understanding
Comics (Memahami Komik) menegaskan kembali bahwa definisi komik
adalah gambar-gambar dan lambang-lambang lain yang terjuktaposisi
(bersebelahan, berdekatan) dalam urutan tertentu, bertujuan untuk
memberikan informasi dan mencapai tanggapan estesis dari pembaca. 31

30

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia (Jakarta, Balai
Pustaka, 1999) cet ke-10, h.515
31
Scout McCloud, Understanding Comics (Memahami Komik), (Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia, 2001), h. 20

29

Komik

merupakan

sebuah

media

yang

didasarkan

oleh

penglihatan, serta adanya sebuah penggabungan dari gerak serta audio
yang terdengar sehngga dapat disimbolisasikan ke dalam sebuah visual.
Karena itulah kita mengenal lebih banyak kosa kata dalam komik yang
menterjemahkan apa yang biasanya tidak terlihat tersebut dalam
visualisasi. Seperti halnya garis gerak, balon kata, efek suara dan lain-lain.
Hal lain juga yang merupakan hal terpenting dalam sebuah komik adalah
apa yang disebut dengan “closure” yaitu sebuah harmoni antara apa yang
telihat dengan yang tak terlihat, serta dibantu dengan sebuah imajinasi
oleh pembaca sehingga membuat gambar yang diam seolah-olah menjadi
hidup. Ditambah lagi karena komik sifatnya adalah sebagai budaya yang
populer dari asal negaranya sehingga memilki kekayaan sendiri.
Kebiasaan seseorang dalam mepresepsikan komik dan kartun
adalah sama yaitu melihat bahwa kartun dan komik itu adalah sebuah hal
yang tidak berbeda. Padahal pada dasarnya keduanya memiliki arti yang
berbeda, kesamaannya hanyalah komik dan kartun berupa gambar. Komik
sebagaimana yang terlihat diuraikan ialah sebuah cerita yang bergambar.
Sedangkan kartun adalah gambar itu sendiri (tanpa harus memilki sebuah
cerita).
Kartun berasal dari bahasa Italia “cartone” yang artinya kertas.
Pada mulanya kartun sebagai penamaan bagi sketsa pada kertas alot (stout
paper) sebagai rancangan atau desain untuk lukisan kanvas atau dinding.
Pada saat ini kartun adalah gambar yang sifat serta tujuannya sebagai

30

humor satir. Jadi kartun tidak hanya merupakan pernyataan seni untuk
mengkritik.32
Komik adalah bagian dari kartun. Dalam artikel Noerhadi di dalam
artikelnya berjudul Kartun dan Karikatur sebagai Wahan Kritik Sosial
mendefinisikan kartun sebagai suatu bentuk tanggapan lucu dalam citra
visual (1989, 189).33
2. Perkembangan Komik
Sejarah komik moderen bermula di bagian barat. Pada mulanya
komik hanya disiarkan di harian-harian besar dengan gaya lukisan kartun
dimana ia mengandung unsur-unsur humor dan juga kritikan. Perkataan
komik yang berasal dari perkataan “comic” dalam bahasa Inggris yang
artinya ‘bersifat lucu’.
Namun kemudian, komik-komik berunsur aksi mulai diterbitkan.
Antara lain, Superman, Batman dan Captain America. Lalu komik mulai
berkembang ke Asia pada perang dunia ke-2. Jepang yang turut
terpengaruh dengan budaya ini telah berjaya mencipta manga yan
merupakan identitas gaya lukisan Jepang.
Seiring dengan berjalannya waktu, industri penerbitan semakin
berkembang komik pun mengikuti perkembangannya, dan mulai di cetak
dalam bentuk buku. Perjalanan komik mengalami pasang