Pesan Moral dalam Lirik Lagu Album untuk Kita Renungkan Karya Ebiet G. Ade Analisis Estetika Resepsi

(1)

PESAN MORAL DALAM LIRIK LAGU ALBUM

UNTUK KITA RENUNGKAN KARYA EBIET G. ADE

ANALISIS ESTETIKA RESEPSI

SKRIPSI

DISUSUN OLEH JUPRIANTO PINAYUNGAN

080701040

DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Pesan Moral dalam Lirik Lagu Album untuk Kita Renungkan Karya Ebiet G. Ade Analisis Estetika Resepsi

Oleh

Juprianto Pinayungan Nim 080701040

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Isma Tantawi, M.A. Dra. Yulizar Yunas, M.

Hum.

NIP. 196002071986011001 NIP.

195004111981022001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. NIP. 196209251989031017


(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya orang yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis sebagai acuan dalam naskah ini dan dituliskan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sadar dan bukan karena ada tekanan maupun paksaan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2013

Penulis

Juprianto Pinayungan


(4)

Pesan Moral dalam Lirik Lagu Album untuk Kita Renungkan Karya Ebiet G. Ade Analisis Estetika Resepsi

Oleh

Juprianto Pinayungan

Abstrak

Dalam penelitian ini dibahas tentang pesan moral pada lagu Ebiet. G Ade, khususnya album “Untuk Kita Renungkan”. Metode yang digunaan dalam

pengumpulan data adalah metode sinkronik. Maksudnya meneliti resepsi sastra

dalam satu kurun masa atau periode. Peneliti akan menganalisis lirik lagu Ebiet dalam satu kurun waktu (satu album). Satu kurun masa atau periode inilah yang akan mewakili lagu-lagu Ebiet untuk mengetahui makna dan pesan moral apa yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G. Ade. Memahami dan memaknai karya

sastra dengan melakukan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutika.

Pembacaan heuristik adalah berdasarkan struktur kebahasaan atau membaca karya

sastra itu dari awal sampai akhir.Pembacaan hermeneutika adalah pembacaan

karya sastra (dalam hal ini lagu) berdasarkan konvensi sastranya.


(5)

Dimulai dengan langkah pembacaan heuristik, yaitu membaca dengan

jalan meneliti tataran gramatikalnya dari segi mimetisnya dan dilanjutkan dengan

pembacaan retroaktif, yaitu bolak balik sebagaimana yang akan terjadi pada

metode hermeneutika untuk menangkap maknanya dalam lagu Ebiet. G Ade

album “Untuk Kita Renungkan”. Tujuan peneliti adalah menganalisis makna dan pesan moral pada lagu Ebiet. G Ade dalam album “Untuk Kita Renungkan”. Pesan moral yang terdapat pada lagu-lagu Ebiet dapat kita lihat dan temukan pada makna lagunya yang mengarah kepada kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti menemukan beberapa makna dan pesan moral. Peneliti menemukan makna tentang ke-Tuhan Yang Maha Esa, makna dalam kehidupan sosial, pesan moral dalam ke-Tuhan Yang Maha Esa, dan pesan moral dalam kehidupan sosial.


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr.

M.Husman Lubis, M.A., selaku Pembantu Dekan I, Drs. Syamsul Tarigan, selaku Pembantu Dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian M,. M.A., selaku Pembantu Dekan III, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku ketua Departemen

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Haris Sutan Lubis, selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Isma Tantawi, M.A., selaku pembimbing I dan Ibu Dra.

Yulizar Yunas, M.hum., selaku pembimbing II. Terima kasih atas kesabaran dan kesediaan Bapak dan Ibu dalam meluangkan waktu untuk membimbing penulis serta memberikan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum., sebagai dosen pembimbing

akademis. Terima kasih atas perhatian dan kebaikan Bapak selama penulis menjalani perkuliahan.


(7)

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan, baik dalam bidang sastra, liguistik, maupun bidang-bidang umum lainnya, yang tidk dapat penulis sebutkan satu persatu.

6. Kedua orang tua saya tersayang, ayahanda J. M. Pinayungan, Ibunda N Br.

Bako yang telah memberikan dukungan moral, material, kasih sayang yang tanpa batas, dan doa yang tidak pernah berhenti. Kiranya kasih setia dan kemurahan Tuhan yang senantiasa memberkati kalian. Juga kepada saudara-saudaraku yang terkasih, terima kasih atas doa dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis.

7. Kepada Abang dan Kakak alumni, teman-teman 2008, dan adik-adik

2009-2012 yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, penulis mengucapkan terima kasih banyak.

Demikian penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dan teman-teman yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

Medan, Juli 2013

Penulis,

Juprianto Pinayungan


(8)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

PRAKATA... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1

1.1.1 Latar Belakang………... 1

1.1.2 Masalah………... 9

1.2 Batasan Masalah………... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 10

1.3.1 Tujuan Penelitian………...……... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian………... 10

1.3.3.1 Manfaat Teoritis………... 10

1.3.3.2 Manfaat Praktis……….. 10

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA.. 11

2.1 Konsep………... 11

2.2 Landasan Teori………... 14


(9)

2.2.1 Estetika Resepsi………...………... 16

2.3 Tinjauan Pustaka………... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 20

3.1 Metode dan Tenik Pengumpulan Data………... 20

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data…...………... 21

BAB IV PESAN MORAL DALAM LIRIK LAGU ALBUM UNTUK KITA RENUNGKAN KARYA EBIET G. ADE ANALISIS ESTETIKA RESEPSI... 24

4.1 Makna dalam Lirik Lagu Ebiet. G Ade... 24

4.1.1 Kehidupan Sosial... 24

4.1.2 Ke-Tuhanan... 35

4.2 Pesan Moral dalam Lirik Lagu Ebiet. G Ade... 51

4.2.1 Pesan Moral tentang Kehidupan Sosial... 52

4.2.2 Pesa Moral tentang Ke-Tuhanan Yang Maha Esa... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 57

5.1 Simpulan... 57

5.2 Saran... 59

DAFTAR PUSTAKA... 60

DAFTAR RIWAYAT HIDUP EBIET. G ADE... 62


(10)

Pesan Moral dalam Lirik Lagu Album untuk Kita Renungkan Karya Ebiet G. Ade Analisis Estetika Resepsi

Oleh

Juprianto Pinayungan

Abstrak

Dalam penelitian ini dibahas tentang pesan moral pada lagu Ebiet. G Ade, khususnya album “Untuk Kita Renungkan”. Metode yang digunaan dalam

pengumpulan data adalah metode sinkronik. Maksudnya meneliti resepsi sastra

dalam satu kurun masa atau periode. Peneliti akan menganalisis lirik lagu Ebiet dalam satu kurun waktu (satu album). Satu kurun masa atau periode inilah yang akan mewakili lagu-lagu Ebiet untuk mengetahui makna dan pesan moral apa yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G. Ade. Memahami dan memaknai karya

sastra dengan melakukan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutika.

Pembacaan heuristik adalah berdasarkan struktur kebahasaan atau membaca karya

sastra itu dari awal sampai akhir.Pembacaan hermeneutika adalah pembacaan

karya sastra (dalam hal ini lagu) berdasarkan konvensi sastranya.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang

Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya sastra terdapat kenyataan yang dialami oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa karya sastra merupakan cerminan atau gambaran dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra yang baik memiliki sifat yang membuat kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada, menurut Sumarjdo dan Saini (1991: 9).

Sastra tidak hanya sekedar karya yang bersifat imajinatif dan pribadi, tetapi dapat pula cerminan maupun rekaman budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu diciptakan. Uraian ini menunjukan bahwa karya sastra tidak lahir begitu saja tetapi karena adanya proses pendorong. Munculnya karya sastra dengan keberagaman tema dan aspek kehidupan masyarakat yaitu proses bagaimana pengarang yang berusaha menciptakan karya sastra yang dapat menggambarkan nilai-nilai estetik dalam kehidupan masyarakat.

Sastra adalah bentuk seni yang lahir dari keindahan penggunaan bahasa, keaslian gagasan yang diungkapkan, dan pesan yang disampaikan, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Pada mulanya istilah ini meliputi segala macam pengetahuan yang tertulis, tetapi dalam perkembangannya lebih lanjut, istilah sastra ini dalam bahasa Indonesia lebih merujuk kepada karya sastra yang bersifat seni saja. Artinya, sastra mencakup berbagai aspek yang memiliki tujuan


(12)

berdasarkan nilai-nilai keindahan untuk dinikmati oleh para pencinta sastra, sejalan dengan pendapat Yusuf, (Pradopo. 1986: 156). Menurut Tarigan (Pradopo. 1995: 3) mengemukakan bahwa sastra adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif kedalam bentuk dan struktur-struktur bahasa.

Semua karya sastra tidak terlepas dari berbagai masalah yang dialami pengarang itu sendiri, akan tetapi ada juga cerminan masyarakat disekitarnya sehingga dapat dituangkan pengarang menjadi sebuah karya sastra. Dalam sebuah karya sastra pengarang dapat menciptakan sebuah karyanya yang dapat menimbulkan respon emosi dan dapat menimbulkan kekecewaan, kemarahan terhadap pembacanya yang merupakan penilaian pembaca terhadap karya yang disuguhkan oleh pengarang.

Resepsi berasal dari bahasa Latin, yaitu: recipere, berarti penerimaan

pembaca, pembacalah yang memberikan arti dan makna yang sesungguhnya kepada karya seni tersebut bukan pengarang, menurut Nyoman, (2007: 165). Estetika adalah ilmu yang membincangkan falsafah keindahan. Dengan kata lain estetika sastra seharusnya digali melalui kearifan pembaca, dengan alasan pembacalah yang memberikan penilaian terhadap karya sastra itu secara positif maupun negatif.

Estetika resepsi, sudah lahir tahun 1960-an, akan tetapi konsep-konsep yang memadai baru ditemukan pada tahun 1970-an. Menurut Segers (1978: 40-41), peletak dasar estetika resepsi yaitu Mukarosky, meskipun gagasan pokok teori estetika resepsi dikemukakan oleh Hans Rober Jauss dan Wolfgang Iser.


(13)

Iserpada karya sastra sebagai komunikasi pada pengaruhnya bukan semata-mata pada arti karya. Estetika resepsi sangat berperan penting dalam menganalisis sebuah karya sastra, sehingga dapat menjadi acuan dalam membuat suatu tulisan karya ilmiah dengan menggunakan teori resepsi.

Ilmu sastra yang berhubungan dengan tanggapan pembaca terhadap sebuah karya sastra adalah estetika resepsi, merupakan ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap sebuah karya sastra, menurut Pradopo, (1986: 182). Dalam hubungan ini estetika resepsi itu termasuk pada orientasi pragmatik (Teeuw, 1983: 59).

Karya sastra itu sangat erat hubungannya dengan pembaca, yaitu karya sastra itu ditujukan kepada kepentingan masyarakat pembaca. Ini terjadi karena pembacalah yang menentukan makna dan nilai karya sastra, karena karya sastra itu tidak akan memiliki makna maupun tidak memiliki arti tanpa adanya pembaca yang menanggapinya. Karya sastra itu akan mempunyai nilai karena adanya pembaca yang menilainya. Seorang pembaca dengan pembaca lainnya akan berbeda dalam menanggapi sebuah karya sastra. Begitu juga dengan tiap periode dengan periode lain dalam menanggapi sebuah karya sastra. Hal ini disebabkan oleh perbedaan harapan cakrawala. Cakrawala adalah harapan-harapan seorang pembaca terhadap sebuah karya sastra, karena setiap pembaca mempunyai tujuan masing-masing dalam memahami nilai-nilai estetika. Sehingga apresiasi karya sastra suatu priode akan diteruskan oleh generasi sesudahnya, dan seterusnya untuk mendapat tanggapan yang baik. Makna suatu karya sastra akan selalu diperkaya dengan tanggapan para pembaca dari waktu ke waktu, maka makna


(14)

karya sastra pun akan lebih terungkap dan nilai sastranya pun dapat ditentukan dengan lebih baik.

Karya sastra yang paling banyakdigemari masyarakat, seperti: novel, puisi, lagu, dan cerpen. Dalam novel maupun cerita sering pembaca menemukan makna dan pesan moral dalam cerita tersebut, karena adanya makna dan pesan yang tersimpan dalam cerita membuat pembaca sering untuk membaca ulang karya tersebut. Pengarang tidak selalu menyampaikan makna dan pesan secara langsung, namun ada pengarang secara langsung menyampaikan makna dan pesannya secara langsung. Sehingga dalam karya ilmiah ini peneliti tertarik membahas lagu sebagai bahan kajiannya dalam menyelesaikan studinya. Peneliti tertarik membahas lagu sebagai bahan kajiannya karena banyak masyarakat yang mendengar dan menikmati alunan musik serta keindahan lirik lagu.

Dalam karya sastra, khususnya novel-novel yang relatif panjang, sering terdapat lebih dari satu pesan moral. Hal ini disebabkan berdasarkan pertimbangan atau penafsiran dari pihak pembaca yang juga berbeda-beda baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan dan keinginan pengarang yang bersangkutan.

Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan, bersifat tidak terbatas, tetapi dapat mencakup persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Secara garis besar persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia


(15)

dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Dari sisi tertentu karya sastra, dapat dipandang sebagai bentuk manifestasi keinginan pengarang untuk menawarkan dan menyampaikan sesuatu. Sesuatu itu mungkin berupa pandangan tentang suatu hal, gagasan, moral atau amanat. Dalam pengertian ini, karya sastra pun dapat dipandang sebagai sarana komunikasi, dapat dibandingkan dengan sarana komunikasi yang lain, tertulis atau lisan, karya sastra

yang merupakan salah satu wujud karya seni yang notabene mengemban tujuan

estetika, tentunya mempunyai kekhususan sendiri dalam hal menyampaikan pesan-pesan moralnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa bentuk penyampaian moral dalam karya sastra mungkin bersifat langsung atau sebaliknya tidak langsung. Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat langsung, boleh dikatakan, identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, atau penjelasan. Dalam teknik uraian pengarang secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokoh cerita yang bersifat memberi tahu, sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya, demikian juga terjadi dalam penyampaian pesan moral. Artinya, moral yang ingin disampaikan kepada pembaca dilakukan secara langsung dan ekspilit. Sehingga memudahkan pembaca untuk memahami karya tulisnya.

Bentuk penyampaian pesan moral tidak langsung, pengarang menawarkan dan menyampaikan sesuatu dengan cara serta-merta, yang ditampilkan dalam ceritanya tentang peristiwa, konflik, sikap, dan tingkah laku para tokoh, dalam menghadapi peristiwa dan konflik itu, baik dalam tingkah laku verbal, fisik, yang


(16)

hanya terjadi dalam pikiran dan perasaanya. Melalui hal tersebut, pesan moral dapat disalurkan pengarang. Sehingga pembaca untuk memahami dan menafsirkan pesan tersebut, haruslah melakukannya berdasarkan cerita, sikap dan tingkah laku para tokoh tersebut.

Dilihat dari segi kebutuhan pengarang yang ingin menyampaikan pesan dan pandangannya itu, cara ini memang kurang komunikatif. Artinya, pembaca belum tentu dapat menangkap apa sesungguhnya yang dimaksud pengarang dalam karyanya, sehingga membuat terjadinya kesalahan dalam menafsirkan karya sastra tersebut.

Dalam sebuah lagu itu sendiri mungkin banyak ditemukan pesan yang benar-benar tersembunyi sehingga tidak semua orang dapat merasakannya, tetapi ada juga yang langsung merasakannya bukan sekedar menyanyikan lagu tersebut. Seperti dalam lagu Ebiet G. Ade terdapat nilai estetika sastra yang sangat dalam makna, arti, dan pesan yang terkandung pada setiap lirik lagunya. Ebiet G. Ade adalah seorang penyanyi yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, Ebiet telah banyak menciptakan lagu dan meluncurkan dua puluh lima album untuk dinikmati para penggemarnya.

Sebagai penyanyi yang sangat penting karena lirik-liriknya yang begitu khas dan indah, maka peneliti berharap para responden dapat memberikan tanggapan yang dapat mendukung maupun membangun lirik lagu tersebut menjadi lebih relevan, karena tanggapan tersebut bermacam-macam berdasarkan horizon harapan pembaca. Tiap periode mempunyai kriteria tersendiri karena


(17)

perbedaan selera dan konsep estetiknya. Peneliti mengadakan penelitian ini untuk mendapat tanggapan pembaca dalam periode ini.

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk membahas lagu sebagai bahan kajiannya, karena para pecinta lagu Ebiet tidak semua dapat mengerti makna dan pesan moral apa yang terdapat dalam lirik lagunya. Begitu banyak nilai estetika dalam lagu-lagu Ebiet untuk dikaji dan sangat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

Ebiet G. Ade lahir d derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang bergenre karirnya Ebiet mengambil suasana kehidupan sosia 1970-an hingga sekarang untuk dijadikan lirik lagunya.

Tema dalam lagu Ebiet G. Ade tidak hanya bertemakan tentang tetapi kebanyakan lagu-lagu Ebiet G. Ade bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, dan keluarga. Sentuhan musiknya sempat mendorong pembaruan pada dunia sendiri, Ebiet tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu "Surat dari Desa" yang ditulis oleh Keberkahan Tuhan” yang ditulis bersama dengan

Pada tahun 2004 Ebiet bersama dengan 57 musisi lainya mengeluarkan album


(18)

terjadiny tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana alam. Seperti dalam lagu yang berjudul “Untuk Kita Renungkan”, lagu ini menceritakan bencana alam di Indonesia khususnya pada tsunami yang menimpa Indonesia tahun 2004

Lagu ini mengisahkan tentang kemarahan Tuhan kepada manusia yang telah murka kepadanya.Dimana kita disuruh untuk berbenah dan kembali kepadanya karena hanya Dia yang dapat menolong kita. Dalam lirik lagu Ebiet dituliskan “ini bukan hukuman hanya satu isyarat” untuk membuat kita sadar bahwa akan ada lagi bencana selanjutnya, menurut pesan yang Ebiet sampaikan dalam lagunya. Sehingga kita harus benar-benar bersih dan berbenah sujud kepada Tuhan, karena kita tidak tahu kapan kemarahan Tuhan akan datang menimpa manusia. Dari berbagai macam tema yang terdapat dalam lagu Ebiet G. Ade

tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pesan Moral

Dalam Lirik Lagu Album Untuk Kita Renungkan Ebiet G. Ade Analisis Estetika


(19)

1.1.2 Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana makna yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G.Ade ?

2. Apa pesan moral yang terkandung dalam lirik lagu Ebiet G.Ade ?

1.2 Batasan Masalah

Pembahasan sebuah karya sastra akan mengalami kesulitan jika tanpa adanya batasan masalah, sehingga membantu peneliti dalam melakukan penelitiannya untuk mendapat hasil yang akan dicapai. Dengan adanya batasan masalah tersebut peneliti akan lebih mudah mengalisis lagu yang akan diteliti, sehingga membuat peneliti maupun pembaca dapat menguasai bahan penelitian tersebut. Peneliti tertarik mengkaji album ini sebagai bahan kajiannya karena lirik lagu dalam album ini banyak mengandung pesan moral yang di sampaikan kepada masyarakat luas.

Dalam kajian ini peneliti memilih salah satu album Ebiet G. Ade untuk menjadi bahan kajiannya, yaitu album “Untuk Kita Renungkan”. Lagu yang terdapat di dalam album tersebut adalah, Untuk Kita Renungkan, Rembulan Menangis, Berita Kepada Kawan, Kepadamu Aku Pasrah, Masih ada Waktu, Mengarungi Keberkahan Tuhan, Dosa Siapa Ini, Potret Anak Harapan, Titip Rindu Buat Ayah, Nyanyian Suara Hati.


(20)

Ke sepuluh lagu inilah yang akan dikaji peneliti untuk membahas makna dan pesan moral dalam lirik lagu Ebiet G. Ade.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Menganalisis makna pada lirik lagu Ebiet G. Ade.

2. Menganalisis pesan moral dalam lirik lagu Ebiet G. Ade.

1.3.3 Manfaat Penelitian 1.3.3.1Manfaat Teoritis

Secara teoritis, manfaat hasil penelitian lagu ini adalah;

1. Mengenalkan lagu-lagu Ebiet G. Ade pada pembaca sebagai karya

sastra yang merupakan lagu yang baik untuk dinikmati.

2. Menambah referensi dan wawasan pembaca, khususnya pembaca

karya sastra, tentang Estetika Resepsi dalam lirik lagu Ebiet G. Ade. 1.3.3.2Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

1. Membantu penggemar karya sastra memahami isi lagu dalam lagu

Ebiet G. Ade yang berfokus pada pesan dan makna lagu tersebut.

2. Mengambil hikmah dan pesan moral yang terdapat dalam lagu

tersebut.


(21)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain, menurut Alwi, dkk,(2003: 588).

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan hasil penelitiannya sehingga pembaca mendapatkan sebuah gambaran yang jelas mengenai penelitian tersebut. Konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walau kadang-kadang istilahnya sama dengan yang dipergunakan sehari-hari, namun makna dan pengertiannya dapat berubah, menurut Malo dkk. (1985; 47). Konsep memiliki arti sebagai berikut; 1.Rancangan, 2.Ide yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, 3. Gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang dipergunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain, menurut KBBI, (2007: 588).

Kemudian konsep-konsep yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Nilai

Nilai merupakan suatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya dan berhubungan erat, nilai-nilai berarti bentuk pengulangan dari nilai yang jika dihubungkan dengan konteks etika kemanusiaan menurut KBBI ialah nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh. Nilai merupakan bentuk yang dipandang untuk memberikan pencitraan baik atau buruk terhadap sesuatu moral


(22)

bagi kehidupan manusia. Nilai dapat disesuaikan dengan konteks yaitu; etika (baik atau buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek), manusia yang bertindak sebagai subjek pemberi nilai terhadap suatu objek, menurut KBBI, (2005: 783).

b. Estetika Resepsi

Estetika adalah ilmu yang membincangkan falsafah keindahan. Akar estetika sebagai salah satu ilmu yang telah lama berkecambah di Barat semenjak zaman Greek-Roman, menurut Pradopo, (2003: 206). Hanya pada abad ke-18 estetika muncul sebagai satu disiplin ilmu yang konkrit dan tersendiri.

Resepsi berasal dari kata Latin “recipere” yang berarti penerimaan atau

penyambutan pembaca. Pembacalah yang akan memberikan tanggapan yang sesungguhnya kepada karya seni tersebut bukan pengarang, menurut Nyoman, (2007: 165). Dengan kata lain estetika sastra seharusnya dapat diproses melalui kearifan pembaca, dengan alasan pembacalah yang akan memberikan penilaian terhadap karya sastra itu.

Estetika resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca atau resepsi pembaca terhadap karya sastra tersebut. (Pradopo, 1986; 182). Karena pembacalah yang menentukan makna dan nilai karya sastra. Karya sastra itu tidak akan memiliki makna maupun arti tanpa adanya pembaca yang menanggapinya. Karena karya sastra itua kan mempunyai nilai karena adanya pembaca yang menilainya.


(23)

c. Estetik

Estetik merupakan kajian sastra yang memfokuskan bidang kajiannya pada

unsur intrinsik yang menarik dan menyenangkan sehingga menyebabkan karya

sastra memiliki unsur keindahan, menurut Endraswra (2003: 69). d. Pesan Moral

Pesan adalah perintah, nasehat, permintaan, dan amanat yang disampaikan lewat orang lain maupun lewat kebahasaan menurut KBBI, (2007: 865). Kebahasaan dalam kata tersebut dapat kita jumpai seperti dalam lirik lagu Ebiet G. Ade.

Secara umum moral merupakan pengertian dari ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila (KBBI, 1988). Moral seperti halnya tema, dilihat dari segi dikhotomi bentuk isi karya sastra merupakan unsur isi, merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra. Moral, kadang-kadang diidentikkan pengertiannya dengan tema meskipun tidak sama artinya. Tema bersifat lebih kompleks dari pada moral yang tidak memiliki nilai langsung sebagai saran yang ditujukan kepada pembaca. Moral dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk sederhana, tidak semua tema merupakan moral.

f. Puisi

Puisi adalah karangan yang terikat banyak baris dalam tiap bait, banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima dan irama, menurut Wirjosoedarmo (Pradopo, 1999: 309). Puisi juga dikatakan rangkaian kata-kata


(24)

yang mengandung makna yang sangat dalam kebahasaannya, sehingga tidak semua orang dapat mengartikan makna puisi.

g. Lagu dan Lirik

Lagu adalah ragam suara yang berirama, menurut KBBI, (2007: 624). Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian, menurut KBBI, (2007; 678). Lagu merupakan curahan perasaan seseorang yang dituangkannya sebuah nyanyian dengan irama, nada, kunci not sehingga menjadi lebih indah maknanya dengan cara menyanyikan penuh dengan perasaan sehingga membuat lagu tersebut indah untuk didengar para penggemarnya.

h. Makna

Makna adalah maksud pembicara atau penulis dengan pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (KBBI, 2007: 703). Makna selalu disampaikan penciptanya secara langsung dan tidak langsung dengan kata-kata (lagu/puisi) yang diciptakannya. Karena pencipta dapat berbahasa kiasan, pragmatik, dan menggunakan simbol-simbol dalam menciptakan karyanya. Sehingga penikmat (lagu/puisi) tidak begitu menangkap apa yang disampaikan pencipta.

2.2 Landasan Teori

Dalam sebuah penelitian, sangat dibutuhkan landasan teori yang mendasarinya karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Karena tanpa adanya landasan teori penelitian tidak akan mendapat hasil yang


(25)

diinginkan oleh peneliti. Ilmu sastra yang berhubungan dengan tanggapan pembaca terhadap karya sastra tersebut.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural, yaitu: menganalisis karya sastra berdasarkan unsur-unsur yang terdapat dalam karya itu, sehingga membuat peneliti tidak kesulitan dalam menganalisis lagu yang akan diteliti. Analisis sastra merupakan ihktisar untuk menangkap maupun mengungkapkan makna yang terkandung dalam teks sastra. Sebab pemahaman teks sastra harus memperhatikan unsur-unsur struktur yang membentuk dan menentukan sistem makna (Pradopo, 1995: 41).

Analisis struktur dalam analisis teks sastra akan menjadi jalan dalam membongkar sistem makna yang terkandung dalam karya sastra itu. Menilai bahwa pendekatan struktural merupakan perioritas awal dalam mengetahui kehebatan makna teks sastra yang harus memperhatikan pemahaman peran dan fungsi terus mendapat perhatian dan keindahan dibincangkan untuk menemukan asa-asas yang boleh menjelaskan sistematis dan menyeluruh dalam karya sastra.

Salah satu tulisan yang ringkas tetapi menarik untuk mengeluarkan asas-asas keindahan unsur-unsur yang akan membangun teks sastra. Dengan menggunakan pendekatan ini dalam menganalisis novel, prosa, cerpen, roman, dan lagu dalam kajian ini, barulah peneliti menggunakan teori estetika resepsi dalam menganalisis kajiannya.


(26)

2.2.1 Estetika Resepsi

Estetika adalah ilmu yang membincangkan falsafah keindahan. Akar estetika sebagai satu ilmu telah lama barkecambah di Barat semenjak zaman Greek-Roman. Hanya pada abad ke-18 estetika muncul sebagai satu disiplin ilmu yang konkrit dan tersendiri. Semenjak itu estetika terus mendapat perhatian.

Sejarah sastra adalah proses resepsi estetika dan produksi yang bertempat dalam realisasi teks sastra sebagai bagian dari reseptif pembaca, refleksi kritikus, dan pengarang dalam kesinambungan kreativitasnya. Estetika resepsi adalah ilmu keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca atau resepsi pembaca terhadap karya sastra tersebut. (Pradopo, 1986; 182). Dari waktu ke waktu karya sastra selalu mendapat tanggapan dari pembacanya. Tiap pembaca berbeda memberikan tanggapan terhadap sebuah karya sastra (sajak-sajak seorang penyair. Karya sastra akan selalu diperkaya dengan tanggapan dari para pembaca dari waku ke waktu, karena makna karya sastra dapat lebih terungkap dan nilai sastranya pun akan dapat ditentukan dengan lebih baik.

Estetika resepsi merupakan aspek-aspek keindahan yang ditimbulkan akibat pertemuan antara karya sastra dengan pembaca. Sastra merupakan hasil ciptaan pengarang, maka dalam toeri resepsi akan terjadi tanggapan antara pengarang dengan pembaca. Teori resepsilah yang menghidupkan kembali karya sastra, sejak dahulu hingga sekarang. Teori resepsi inilah yang berhasil nilai-nilai keindahan karya sastra pada masa lampau. Keindahan karya seni dan keseluruhan aspek kebudayaan bermanfaat karena dibaca, didengar, dilihat, dirasakan, dan dipahami penikmatnya.


(27)

Aplikasi teori dalam penelitian selalu menjadi masalah, seolah-olah mempelajari teori lebih mudah dibanding dengan aplikasi di lapangan. Kesulitan ini juga dirasakan dalam penyusunan sejarah sastra. Jauss misalnya, atas dasar estetika resepsi menawarkan bahwa sejarah sastra meski disusun melalui tanggapan pembaca. Ini ditunjukan sejak tahun 1970-an hingga sekarang belum ada tanda-tanda akanterbit sejarah sastra Indonesia dengan memanfaatkan tanggapan-tanggapan pembaca untuk menggantikan sejarah sastra tradisional yang disusun atas dasar pengarang dengan karya-karyanya.

Teeuw (1988:208-213) menyatakan tiga macam penelitian estetika resepsi.

Pertama, pemahaman estetika resepsi dalam bentuk kritik. Dalam hal ini kritik

tidak dilakukan oleh individual, melainkan dilakukan ole kritikus sepanjang sejarahnya. Contohnya dalam setiap bait dan syair lagu karya Ebiet G. Ade yang

akan dibahas dalam penelitian ini. Kedua, estetika resepsi dalam penelitian

interteks, penyalinan, penyaduran, dan penerapan. Ketiga, pemahaman estetika

resepsi secara eksperimental.

Penelitian ini dilakukan terhadap sekelompok orang dalam waktu yang sama, dengan harapan pembaca memberikan tanggapan sesuai dengan kompetensi masing-masing. Diantara ketiga jenis penelitian estetika diatas, model pertamalah yang dianggap sebagai paling banyak dalam memberikan sumbangan terhadap perkembangan karya sastra secara keseluruhan. Hal ini dikemukakan dengan kenyataan bahwa kritik didasarkan atas teori dan metode yang jelas sehingga pemahaman estetis terhadap suatu karya dapat dipertanggungjawabkan. Kritik ini


(28)

yang dipergunakan oleh para penulis untuk meningkatkan hasil karyanya, baik dengan tulisan maupun dengan lisan.

Perbedaan pembacaan karya sastra dari seorang pembaca dengan pembaca lainnya, dan dari suatu periode ke periode itu disebabkan oleh dua hal yaitu merupakan dasar teori estetika resepsi. Pembaca yang akan memberikan tanggapan terhadap sebuah karya sastra yang akan dibahas dalam karya ini.

Dalam hal ini peneliti akan akan menganalisis intrepretasi dalam lirik lagu Ebiet

G. Ade.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan dan pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (Alwi, dkk 2003: 912).

Berdasarkan pengamatan, peneliti tidak menemukan penelitian tentang estetika resepsi dalam lirik lagu Ebiet G. Ade di perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Penelitian sastra tentang album lagu sebagai objek kajiannya bukanlah hal yang baru, sudah ada penelitian sebelumnya mengenai kumpulan lagu Ebiet di Universitas lain. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada sejumlah sumber yang relevan untuk dijadikan menjadi acuan dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut adalah, sebagai berikut.

Isabella (2009), dalam skripsi yang berjudu l Konstruksi Realitas

lingkungan hidup dalam Lagu-Lagu Ebiet G. Ade, Tinjauan


(29)

membahas konstruksi realitas lingkungan hidup di Indonesia karena moral

masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya sudah perlu mendapat pembinaan. Ini terdapat dalam lagu-lagu Ebiet G. Ade dimana setiap liriknya berhubungan dengan kehidupan nyata di Indonesia.

Reza Anggoro (2009), pernah melakukan penelitian skripsi dengan judul

Ketidaklangsungan Ekspresi pada Lirik Lagu Ebiet G. Ade, Tinjauan Stilistika .

Fakultas Ilmu Budaya. UNDIP. Dalam skripsinya tersebut Reza membahas

ketidaklangsungan ekspresi masyarakat Indonesia yang banyak dengan kebohongan terhadap sesama yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan kehidupan orang lain. Ini terdapat pada lirik lagu Ebiet G. Ade berjudul Berita Kepada Kawan.

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut peneliti melakukan penelitian tentang makna dan pesan moral yang terdapat dalam album untuk kita renungkan karya Ebiet G. Ade.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian, harus menggunakan metode guna untuk memahami dan

memaknai karya sastra dengan melakukan pembacaan heuristik dan pembacaan

hermeneutika. Pembacaan heuristik adalah berdasarkan struktur kebahasaan atau

membaca karya sastra itu dari awal sampai akhir. Pembacaan hermeneutika adalah

pembacaan karya sastra (dalam hal ini lagu) berdasarkan konvensi sastranya, menurut Riffatere (Jabrohim, 2001: 101).

Dimulai langkah pembacaan heuristik, yaitu membaca dengan jalan

meneliti tataran gramatikalnya dari segi mimetisnya dan dilanjutkan dengan

pembacaan retroaktif, yaitu bolak balik sebagaimana yang akan terjadi pada

metode hermeneutika untuk menangkap maknanya.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Dalam hal

ini, Bogdan dan Taylor (dalam Maleong, 1998: 3) mendefenisikan bahwa

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat

memberi tanggapan. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara

holistik (utuh).

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, dengan sumber data yang terdiri atas data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dengan menganalisis lagu tersebut. Data sekunder rmerupakan data yang diperoleh


(31)

melalui sumber-sumber tertulis seperti: buku cetak, artikel, makalah, dan bentuk karya tulis lainnya untuk mendapat dan mengambil informasi tambahan terkait topik penelitian ini.

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode resepsi sastra mendasarkan diri pada teori bahwa karya sastra itu sejak terbit selalu mendapatkan tanggapan dari pembacanya. Apresiasi pembaca pertama terhadap sebuah karya sastra akan dilanjutkan dan diperkaya melalui tanggapan-tanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi, menurut Jauss (1974: 12-13; Pradopo, 1986: 185)

Tugas resepsi estetika berkenaan dengan interpretasi adalah meneliti

konkretisasi pembaca terhadap sebuah teks sastra. Ahli yang mengetahui

konkretisasi dan mampu memberikan interpretasi yang lebih masuk akal, apa lagi

konkretisasi itu diberikan oleh pembaca-pembaca handal, konkretisasi yang tidak

didasarkan pada struktur teks dan struktur sistem yang tidak relevan, menurut Segers, (1978: 49)

Penerapan metode penelitian sastra, bertolak dari uraian diatas dapat dirumuskan dengan tiga pendekatan. Pertama, penelitian resepsi sastra secara

eksperimental. Penelitian ini sangatlah sulit karena harus menentukan praktek

lapangan, menentukan responden, pemilihan teks. Kedua, penelitian resepsi lewat

kritik sastra, dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu cara Sinkronik dan cara

Diakronik. Sinkronik adalah meneliti resepsi sastra dalam satu kurun masa atau


(32)

pembacanya, seperti dalam pembacaan sajak Chairul Anwar. Ketiga, penelitian

resepsi intertekstualitas dalam kaitannya dengan kesusastraan Indonesia modern,

terlihat jelas ini dalam prosa dan puisi (Teeuw, 1984: 208-218).

Dalam metode estetika resepsi ini, peneliti menggunakan metode sinkronik

meneliti resepsi sastra dalam satu kurun masa atau periode. Peneliti akan menganalisis lirik lagu Ebiet G. Ade dalam satu kurun waktu (satu album). Satu kurun masa atau periode inilah yang akan mewakili lagu-lagu Ebiet untuk mengetahui makna dan pesan moral apa yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G. Ade.

Berikut ini adalah salah satu contoh teknik analisis data terhadap salah satu syair lagu Ebiet G. Ade yang berjudul “Untuk Kita Renungkan.”Di bawah ini, peneliti menganalisis hanya bait pertama saja pada syair lagu “Untuk Kita Renungkan.” Syair tersebut sebagai berikut:

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih Suci lahir dan di dalam batin

Tengoklah ke dalam sebelum bicara Singkirkan debu yang masih melekat Ooo singkirkan debu yang masih melekat …

Syair ini mengatakan sesuatu yang ironis dengan gaya bahasa yang ironis juga. Dalam kehidupan manusia banyak terdapat kebohongan, kemunafikan

sehingga dalam syair lagu ini /kita mesti telanjang dan benar-benar bersih/, kita

dipesankan agar benar-benar bersih dari segala perbuatan yang kotor. Bersih dalam arti kita harus bersih dalam jiwa dan raga kita. Disini dikatakan kita /tengoklah kedalam sebelum bicara/, artinya sebelum berbicarakan kita harus


(33)

memikirkannya lebih dulu dan sebelum kita menilai orang lain, kita mesti melihat diri kita sendiri karena jangan menganggap diri kita itu sudah benar.

Sehingga dalam syair /singkirkan debu yang masih melekat/, artinya kita

harus meninggalkan hal-hal yang tidak baik dalam hidup kita yang masih melekat sehingga kita benar-benar bersih. Dalam syair lagu Ebiet ini, Ebiet ingin manusia untuk berubah dan mendekatkan diri pada pencipta. Sehingga dapat dikatakan syair dalam lagu Ebiet ini sangat indah dan memiliki makna yang dalam dimana tidak semua penggemar lagu Ebiet dapat mengerti akan makna lagu-lagunya tersebut.


(34)

BAB IV

PESAN MORAL DALAM LIRIK LAGU ALBUM UNTUK KITA RENUNGKAN KARYA EBIET G. ADE ANALISIS ESTETIKA RESEPSI

4.1 Makna dalam Lirik Lagu Ebiet G. Ade

Makna selalu disampaikan penciptanya secara langsung dan tidak langsung dengan kata-kata (lagu/puisi) yang diciptakannya. Karena pencipta dapat berbahasa kiasan, pragmatik, dan menggunakan simbol-simbol dalam menciptakan karyanya. Sehingga penikmat (lagu/puisi) tidak begitu menangkap apa yang disampaikan pencipta. Makna merupakan maksud pembicara atau penulis dengan pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (KBBI, 2007: 703).

4.1.1 Kehidupan Sosial 1. Dosa Siapa Ini

Kudengar suara jerit tangismu Sesepi gunung

Kulihat bening bola matamu Sesejuk gunung

Oh oh engkau anakku Yang menaggungkan noda Sedang engkau terlahir Mestinya sebening kaca Apa yang dapat ku banggakan

Kata maafku pun belum kau mengerti Dosa siapa ini, ini dosa siapa

Salah siapa, ini salah siapa Mestinya aku tak bertanya lagi


(35)

Kudengar ceria suara tawamu Menikam jantung

Kulihat rona segar di pipimu Segelap mendung

Oh oh engkau anakku Yang segera tmbuh dewasa Dengan selaksa beban Mestinya sesuci bulan Apa yang dapat kudambakan

Kata sesalku pun belum kau mengerti Dosa siapa, ini dosa siapa

Salah siapa, ini slah siapa Jawabnya ada di relung hati ini.

Setelah mendengar dan membaca lirik lagu Ebiet G Ade yang berjudul “Dosa Siapa Ini”, peneliti dapat menyimpulkan bahwa makna yang terdapat dalam lagu tersebut jika dilihat dari kehidupan sosial maka yang pertama dapat dikatakan lirik lagu tresebut adalah keberadaan seorang anak yang lahir di luar pernikahan, dimana seorang ayah menyadari setelah mendengar suara anaknya yang begitu hening dan tatapan matanya yang begitu indah, namun siayah kecewa kerana siayah merasa berdosa telah melakukan perbutan yang menjadi kesalahan siayah

seumur hidupnya. Ini terdapat dalam lirik /oh oh engkau anakku yang

menanggungkan noda/. Sehingga orang tuanya merasa sang anak yang terlahir

akan terbebani dengan predikatnya sebagai “anak haram” di mata masyarakat. Meskipun pada hakikatnya setiap anak terlahir dengan keadaan suci sekalipun dari terlahir dari kondisi di luar pernikahan. Kesalahan itu bukanlah menjadi kesalahan si anak tapi pada kedua orang tuanya yang telah menyimpang dari hukum adat dan agama yang berlaku di lingkungannya. Pada lagu “Dosa Siapa Ini” orang tua


(36)

sianak merasa bersalah karena sudah merasa memberikan cacat secara psikis kepada anak yang takut akan dikucilkan dari pergaulan karena status anak haram

yang akan membuat sianak menderita nantinya, yang terdapat dalam lirik /oh oh

engkau anakku yang segera tumbuh dewasa dengan selaksa beban/. /kudengar

ceria suara tawamu//menikam jantung// ku lihat rona segar di pipimu/ segelap

mendung/. Mendengar suara anak tersebut siayah merasa jantungnya tersa sakit,

jeritan anak tersebut membuat siayah merasa bersalah. Siayah juga merasa bersalah setelah siayah melihat wajah sianak yang begitu cantik namun siayah merasa bahwa dia akan terkucilkan karena statusnya sebagai anak haram. Siayah ingin anaknya terlahir sesuci bulan yang dapat dibanggakan semua orang, namun siayah merasa anaknya akan tumbuh dengan beban yang sangat berat dalam hidupnya setelah dewasa. Karena sianak tidak akan mengerti apa yang akan terjadi suatu hari nanti setelah dia tumbuh dewasa. Sehingga siayah hanya dapat berkata dosa siapa ini jawad di dalam hatinya selalu.

2. Potret Anak Harapan Terbayang di pelupuk mataku Derita mereka yang terusir tergusur Tangis tersembunyi, amarah tersekat Dalam rongga dada duka haru biru Lelaki tua runduk merangkak

Menyuruk ke puing gubuk kardus bekas Ada yang tertinggal, potret anak harapan Telah remuk bercampur tanah bongkaran Oh! Ya… ia beringas mengumpat-umpat Oh! Ya…ia menghardik berkeliling


(37)

Hilang satu-satunya harapan Bertahan hidup hanya percuma Habis nafas di ujung raungan Rebah tundas berkalang tanah.

Secara umum syair lagu ini berisikan gambaran penderitaan yang ada di dunia khususnya anak-anak yang terasingkan. Melalui puisi maupun lagu penyair ingin menyampaikan apa yang diamati atau dibayangkan penyair berkaitan dalam kehidupan sosial yang serba sulit sekarang ini.

Bait pertama, pengarang seakan melihat di depan matanya penderitaan mereka yang sedang tergusur dan terusir. Pengarang seakan merasakan tangis yang dalam dihati mereka yang tidak dapat berbuat apa-apa, dengan memendam amarah yang tidak dapat dilampiaskan sehingga hanya dapat terdiam dalam dada yang begitu berat untuk diucapkan.

Bait kedua, menggambarkan penderitaan lelaki tua yang tidak dapat berjalan lagi dengan baik karena kemiskinan, kardus bekas sebagai gubuk merupakan gambaran hidup tanpa ada pilihan bila dibandingkan dengan apartemen mewah dan nyaman hanya sebagai tempatseperti yang dimiliki para pejabat yang tidak memperhatikan rakyat dalam gubuk. Sementara lelaki tua yang hanya memakai kardus bekas sebagai tempat tinggalnya. Dalam lirik lagu ini juga mencerminkan kehidupan anak-anak Indonesia yang kurang beruntung, anak-anak yang hidup dalam kemiskinan yang sangat dalam, dan anak-anak yang masa depannya yang terlindas jaman dimana masa anak-anaknya tidak diisi dengan kehidupan anak-anak seperti mana anak-anak pada umumnya. Pada hal sebagai


(38)

bangsa yang memiliki harapan ke depan, merekalah yang menjadi harapan bangsa ke depanya.

Bait ketiga dan empat, menceritakan tingkah laku yang ada akibat kondisi kemiskinan yang mempengaruhi harapan seseorang maupun bangsa. Semua terjadi akibat penderitaan, kemiskinan. Sehingga harapan bangsa yang seharusnya bisa membawa bangsa kearah yang lebih baik kini menjadi terpuruk akibat kemiskinan yang melanda rakyat. Lagu ini menceritakan akibat yang memang sudah tampak kehilangan harapan, tidak ada lagi yang bisa diharapkan, bahkan untuk mempertahankan juga sudah tidak ada gunanya lagi. Bila dihubungkan dengan gambaran bangsa saat ini, syair ini mengandung makna bagaimana gambaran bangsa kita yang memilki harapan pada anak-anak bangsa sudah hilang karena dilanda kemiskinan dan penderitaan yang mendalam.

3. Titip Rindu Buat Ayah

Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa Benturan dan hempasan terpahat di keningmu Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras Namun kau tetap tabah

Meski nafasmu kadang tersengal Memikul beban yang makin sarat Kau tetap bertahan

Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari Kini kurus dan terbungkuk

Namun semangat tak pernah pudar Meski langkahmu kadang gemetar Kau tetap setia


(39)

Ayah, dalam hening sepi kurindu Untuk menuai padi mailik kita

Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan Anakmu sekarang banyak menanggung beban.

Secara umum larik demi larik puisi (lagu) “Titip Rindu Buat” Ayah

bermakna pesan dan impresi seorang anak untuk ayahnya di usia tua. /Di matamu

masih tersimpan selaksa peristiwa/ bermakna bahwa diri seorang ayah telah

melewati banyak hal dalam hidupnya baik hal-hal yang menyenangkan maupun

menyedihkan. Kata mata mewakili seluruh tubuh atau diri seorang ayah yang

seluruh kehidupannya dapat terpancar dari sirat matanya yang mengandung

banyak cerita. /Benturan dan hempasan terpahat di keningmu/ kesedihan dan

keletihan tampak pada dirinya. Kata kening lagi-lagi mewakili tubuh atau diri

sang ayah yang telah berpuluh dan kerutan sebagai tanda bahwa ayah telah

melewati segala kesulitan dalam hidupnya. /Kau nampak tua dan lelah, keringat

mengucur deras//namun kau tetap tabah/, larik ini tidak menyimpan makna

tersirat, melainkan maknanya dapat langsung diambil sebagai ungkapan sang anak terhadap apa yang telah dilihatnya pada diri sang ayah, yaitu diri sang ayah yang telah tua dan tampak keletihan di usia senjanya.

/Meski nafasmu kadang tersengal//memikul beban yang makin sarat//kau

tetap bertahan/ Makna larik ini juga dapat terlihat secara tersurat. Diusia tuanya

sang ayah masih tetap tampak tegar dan kuat memikul tanggung jawab kehidupan

meski nafasnya sudah tak beraturan. /Engkau telah mengerti hitam dan merah

jalan ini/ si anak mengatakan bahwa sang ayah telah mengerti dan melewati


(40)

hidup. /Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan/ /bahumu yang dulu kekar,

legam terbakar matahari/ /kini kurus dan terbungkuk/ bagi si anak keriput ayah

adalah pertanda kerja keras, dulu ayah begitu gagah tapi kini (diusia senjanya)

hanya tampak kelemahan ia kurus dan bungkuk. /namun semangat tak pernah

pudar/ kelemahan (kurus, bungkuk, dan tua) bukan alsan bagi sang ayah untuk

bermalas-malasan, ia tetap bersemangat untuk bertahan.

/Meski langkahmu kadang gemetar/ /kau tetap setia/ kelemahan lain yang

dimiliki sang ayah adalah langkahnya yang gemetar pertanda lemah dalam

melangkah, namun ia tetap setia artinya ia tetap ayahnya si anak. /Ayah, dalam

hening sepi kurindu/ untuk menuai padi milik kita/ dalam kenangnya si anak

menyebut ayahnya tanda rindu dan mengenang masa lalu. /tapi kerinduan tinggal

hanya kerinduan/ /anakmu sekarang banyak menanggung beban/ dalam

kenangnya, si anak tampak bersedih dan tampak kesan seperti putus asa. Larik tersebut menyatakan seolah meskipun si anak rindu tapi tidak dapat berbuat apa-apa karena si anak diusia tua ayahnya ia masih memiliki masalah yang belum tuntas. Beban yang ditanggung si anak tak mampu membantu menyelesaikan kerinduannya kepada ayah.

4. Rembulan Menangis

Rembulan menangis di serambi malam

Intan buah hatimu dicabik-cabik tangan serigala Bintang-bintang muram beku dalam luka

Untukmu saudaraku kami semua turut berduka Lolong burung malam di rimba


(41)

Tangis kami pecah di batu Duka kami remuk di dada

Doa kami bersama-sama untukmu, untukmu Angin pun menjerit, badai bergemuruh

Semuanya marah hanya iblis terbang bersorak.

Secara umum lagu ini menceritakan tentang penderitaan seseorang yang

mendalam, derita seseorang yang tersembunyi dan tak ada yang

memperhatikanapa yang dialaminya, ini terdapat pada lirik /Rembulan menangis

di serambi malam//intan buah hatimu dicabik tangan-tangan serigala/. Dalam

lirik ini juga menceritakan dia sedang berduka kehilangan buah hatinya (anaknya) yang terkena bencana alam yang melandanya, ini terjadi karena perbuatan orang-orang yang tidak memperdulikan sesama yang hanya mementingka n diri sendiri.

Dalam lirik /Bintang-bintang muram beku dalam luka//Untukmu saudaraku kami

semua turut berduka/. Mengatakan masih banyak saudara-saudara kita yang turut

berduka dan perihatin atas apa yang telah dialami saudara kita di sana, untukmu saudara kami berdoa dan berduka, kami akan selalu bersamamu baik sedih maupun duka.

/Lolong burung malam di rimba/melengking menyayat jiwa/. Lirik ini

mengatakan jeritan suara di malam hari yang hening membuat jiwa menjadi tersayat dan bergetar. Jeritan dan tangis saudara kita yang terkena bencana, membuat jiwa kita tidak tenang di malam hari yang selalu terbayang dan menghantui malam. Dimana kita dapat tertidur tenang dalam rumah yang aman sedangkan saudara kita yang terkena bencana hanya dapat melewati kejamnya


(42)

dada/, mengatakan kami hanya dapat menangis di balik dinding rumah kami,

meski hati dan perasaan kami sangat sedih dan turut berduka. Meski kami tak dapat memberi bantuan yang layak untuk saudara perlukan, kami sebagai saudara yang sama merasakan hal-hal yang sama kami akan selalu berdoa untuk ke depannya nanti. Hanya doa yang dapat kami berikan kepada saudara-saudaraku di sana.

/Angin pun menjerit, badai bergemuruh//semuanya marah hanya iblis

terbang bersorak/, dalam lirik ini menyatakan semua saudara-saudara kita ikut

berduka, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Semuanya marah dan berduka atas apa yang dialami saudara kita di sana. Hanya orang-orang yang terperduli yang tertawa dan tersenyum karena mereka iblis yang sedang bergembira atas kemenangannya.

5. Berita Kepada Kawan

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan Sayang engkau tak duduk

Disampingku kawan

Banyak cerita yang mestikau saksikan Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang Dihempaskan batu jalanan

Hati tergetar menatap kering rerumputan Perjalanan ini pun seperti jadi saksi Gembala kecil menangis sedih

Kawan coba dengarkan apa jawabnya Ketika dia kutanya mengapa

Bapa Ibunya telah lama mati Ditelan bencana tanah ini


(43)

Sesampainya di laut Kukabarkan semuanya

Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari Tetapi semua diam, tetapi semua bisu

Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit Barang kali di sana ada jawabnya

Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita Yang selalu bangga dengan dosa-dosa

Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.

Secara umum bait demi bait dalam lagu ini menceritakan tentang bencana alam yang melanda saudara kita. Dimana pengarang seolah-olah berada dalam lingkungan bencana tersebut. Pengarang menceritakan dalam lagu ini betapa banyak penderitaan yang dialami saudara kita yang terkena bencana alam. /Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan//sayang engkau tak duduk

disampingku kawan/. Dalam bait ini pengarang mengatakan betapa sangat sedih ia

melihat saudara-saudara kita yang terkena bencana alam, begitu banyak penderitaan yang dialami mereka dan kita tidak melihatnya secara langsung. Dia meminta kepada kita agar kita melihat dan ikut merasakan apa yang mereka

rasakan. /Banyak cerita yang mesti kau saksikan//di tanah kering bebatuan/.

Dalam larik ini kita diminta untuk menyaksikan begitu banyaknya penderitaan yang seharusnya kita melihat dan merasakan seperti yang dirasakan saudara-saudara kita yang terkena bencana kemarau yang panjang.

/Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan/ dalam larik ini penyair


(44)

mereka yang terkena bencana. /Hati tergetar menatap kering rerumputan/. Betapa

terpukul dan pilunya hatinya melihat penderitaan mereka tanpa adanya bantuan

yang layak untuk mereka. /Perjalanan ini pun jadi saksi//gembala kecil menangis

sedih/. Bait ini menyatakan betapa lengkap lah apa yang dia (penyair) rasakan

ketika dia melihat seorang anak kecil yang menangis kesedihan tanpa ada yang memperhatikan dan menghiraukanya.

/Kawan coba dengarkan apa jawabnya//ketika dia kutanya mengapa/. /Bapa

ibunya telah lama mati//ditelan bencana tanah ini/. Kita harus bisa merasakan apa

yang dialami mereka, terutama penderitaan seorana anak kecil yang ketika kita tanya ia menjawab bahwa kedua orang tuanya telah lama meninggal terkena bencana alam yang melanda mereka. Betapa sedihnya yang apa yang dialami seorang anak yang belum tahu apa-apa. Disini lah kita berpartisipasi memberika

bantuan kepada saudara kita yang terkena bencana. /Kukabarkan semuanya

kepada ombak, karang,matahari//tetapi semua diam/. Dia telah memberitahukan

kepada kita dan kepada semua orang-orang di dunia lewat lagunya tetapi mengapa kita tidak peduli dan merasakan apa yang mereka rasakan. Kesadaran kita untuk memberikan partisipasi dan rasa persudaraan kita belum ada dalam jiwa kita, rasa egois dan iri hati masih kuat dalam diri kita masing-masing.

/Tetapi semua diam, semua bisu, tinggal aku sendiri//terpaku menatap

langit/. Dalam bait ini pengarang mengatakan tidak ada rasa kepedulian, rasa

kebersamaan yang dialami saudara kita, kita hanya dapat duduk dan melihat apa yang mereka alami tanpa kita memberikan bantuan sedikit pun. Pengarang hanya dapat menatap langit dan bertanya kepada Tuhan mengapa ini terjadi di tanah


(45)

airnya, dalam larik /terpaku menatap langit/. Dia selalu mencari jawabannya apa

yang seharusnya dia lakukan untuk menghindari cobaan ini.

/Mungkin Tuhan mulai bosan//melihat tingkah kita/. Dalam bait ini pengarang

megatakan apakah Tuhan telah murka kepada kita dan tidak akan memberi ampun

kepada hambanya yang terkena dosa. /Yang selalu salah dan bangga//dengan

dosa kita/. Karena kita bangga dengan apa yang kita lakukan meski itu melanggar

norma agama. Kita tidak pernah memperdulikan ajaran Tuhan tetapi selalu

melanggar perintahnya. /Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita/. Kita

tidak tahu apakah alam sudah bukan menjadi teman kita lagi, karena kita tidak pernah merawat alam tetapi merusak alam dengan menebang pohon

sembarangan. /Coba kita bertanya kepada//rumput yang bergoyang/. Karena itu

coba kita bertanya kepada diri kita sendiri, agar kita dapat intropeksi diri bahwa

alam itu penting untuk dijaga dan dilestarikan. Kita juga bertanya kepada Tuhan apa arti semua ini, bencana ini bukanlah hukuman buat kita tetapi pelajaran yang harus kita amalkan.

4.1.2 Ke-Tuhanan

1. Mengarungi Keberkahan Tuhan Sungguh khidmat hari ulang tahunku Aku bersyukur kehadirat Ilahi

Tunjukkanlah arah jalan yang terbaik Berlayar menuju pantai tujuan Walau aku jauh di negeri seberang, walau aku berdoa dengan penuh harapan kuatkanlah hati, teguhkanlah iman bakal hidu menjemput masa depan Hidup takkan pernah sepi tantangan


(46)

menguji kesabaran kita

Hidup takkan pernah putus cobaan kita mesti tegar beriman

Mari kita lanjutkan tugas dan pengabdian Mengarungi keberkahan Tuhan

Mensyukuri kemurahan Tuhan.

Secara umum bait ini menceritakan tentang betapa perlunya kita mensyukuri kehidupan kita ke depannya. Ini terdapat dalam bait pertama yang memberi pesan tentang segala sesuatu kita dapatkan dan kita jalani di dunia ini

harus kita syukuri. Pada lirik /Sungguh khidmat hari ulang tahunku/, lirik ini

mengajarkan kita agar kita mengingat dan selalu bersyukur karena Tuhan menambah satu tahun lagi usia kita karena Tuhan masih memberikan kita waktu

yang indah untuk merayakan hari ulang tahun kita. /Tunjukkanlah arah jalan yang

baik berlayar menuju pantai tujuan/, dalam lirik ini pengarang meminta agar kita

ditunjukkan jalan yang baik untuk masa depan kita, kita juga harus bersyukur dan meminta agar kita diberi arah jalan yang terbaik hingga menuju kesuksesan.

Pada bait kedua dalam lagu ini, dalam lirik /walau aku jauh di negeri

seberang//Aku berdoa dengan penuh harapan/, kita menemukan makna yang

berpesan sangat luar biasa,. Lewat lirik lagu ini, kita diingatkan agar dimanapun kita berada selalu memohon perlindungan Tuhan Yang Maha Esa. Lirik lagu ini sangat tepat bagi anak perantau yang jauh dari orang tua dan keluarga lainnya, yang selalu merubah pendiriannya, baik secara jasmani mau pun rohani ketika kita berada di perantauan. Lirik lagu ini juga mengingatkan kita bagaimana kita menyikapi keimanan kita, ketika kita berada jauh dari keluarga, tentunya hanya kepada Tuhan lah kita berdoa dan memohon perlindungan dengan peneguhan


(47)

iman kita. Dalam lirik lagu ini tepat bait terakhir /Kuatkanlah hati, teguhkanlah

iman bekal hidup menjemput masa depan/ pada lirik ini Ebiet. G Ade ingin

mengingatkan kita tentang keteguhan iman kita yang menjadi tujuan masa depan kita. Agar kita dapat menguatkan hati kita dari segala cobaan di perantauan dan juga di dunia ini. Dengan kekuatan iman dan hati kita akan menuju masa depan yang lebih baik.

Pada bait ketiga ini ada sesuatu yang perlu kita ketahui dalam kehidupan kita masing-masing sebagai manusia ciptaan Tuhan yang paling mulia. Dalam

lirik /hidup takkan pernah sepi tantangan, menguji kesabaran kita/ lirik

bermaknakan bahwa dalam kehidupan tidak ada yang berjalan dengan baik tanpa ada rintangan. Semua itu adalah rencana Tuhan untuk menguji keimanan dan kesabaran kita sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling mulia di dunia ini. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Maha adil dan memiliki kuasa atas hidup manusia dan sudah sepantasnya kita kembali mengucap syukur atas keberkahan Tuhan dan

melanjutkan tugas kita sebagai ciptaan-Nya yang paling mulia, dalam lirik /mari

kita lanjutkan tugas dan pengabdian kita//mengarungi keberkahan Tuhan/. Dalam

bait ketiga ini Ebiet. G Ade menggambarkan kehidupan yang penuh dengan cobaan, namun kita harus tetap tegar dan iman kita tidak mudah goyah dan tetap pada pendirian kita. Mengucap syukur adalah tugas kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Dengan iman, kekuatan dan kesabaran, maka berkah dari Tuhan akan kita peroleh sepenuhnya.


(48)

2. Masih Ada Waktu

Bila masih mungkin kita menorehkan bakti Atas nama jiwa dan tulus hati iklas

Mumpung masih ada kesempatan buat kita Mengumpulkan bekal perjalan abadi Kita pasti ingat tragedy yang memilukan Kenapa harus mereka yang tertimbun tanah Tentu ada hikmah yang harus kita petik Atas nama jiwa mari heningkan cipta

Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu Entah sampai kapan, taka da yang bakal dapat menghitung Hanya atas kasihNya, hanya atas kehendakNya

Kita masih bertemu matahari

Kepada rumpun ilalang, kepada bintang gemintang Kita dapat meminjam catatanNya

Sampai kapankah gerangan waktu yang masih tersisa Semuanya menggeleng, semuanya terdiam

Semuanya menjawab tak mengerti

Yang terbaik hanyalah segeralah bersujud Mumpung kita masih diberi waktu.

Sebelum kita membahas lagu ini lebih dalam kita tentu sudah dapat menemukan arti maupun makna dalam lagu ini dengan membaca judul lagu tersebut, yaitu “Masih ada Waktu” yang artinya kita masih diberi waktu oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk berbuat baik dalam hidup kita. Karena kita tidak

akan tahu kapan kita akan panggil oleh-Nya. Dalam lirik lagu ini /Bila masih

mungkin kita menorehkan bakti//atas nama jiwa dan hati tulus iklas/ bermakna

bila kita ingin melakukan segala hal dan menolong sesama haruslah dengan tulus


(49)

melakukan amal dengan tulus dalam kehidupan kita saat ini, karena masih diberi kesempatan untuk melakukan hal-hal yang baik di mata Tuhan Yang Maha Esa, karena kita tidak akan pernah Tahu kapan kita akan dipanggil oloeh-Nya. Kita diberi kesempatan untuk mengumpulkan amal, berbuat kebaikan, dan menolong sesama yang membutuhkna Karena itu akan menjadi jalan dan bakal untuk kita nantinya saat Tuhan memanggil kita. Mengumpulkan amal di duniawi untuk bakal masuk ke surga.

Dalam lirik /kita pasti ingat tragedi yang memilukan//kenapa harus

mereka yang tertimbun tanah/kita diminta untuk kembali mengingat saudara kita

yang terkena bencana yang terdahulu dimana saudara-saudara kita banyak tertimbun tanah akibat longsor, banjir, mengapa harus mereka yang merasakannya pada hal itu perbutan orang-orang yang tidak paduli terhadap alam kita, dengan menebang pohon sembarangan hingga membuat saudara kita yang menerima

amarahnya. /tentu ada hikmah yang harus kita petik//atas nama jiwa mari

heningkan cipta/, tetapi kita harus memetik hikmah dari kejadian ini, kita harus

belajar dari kesalahan dan apa yang mereka alami.

Harus kita mengambil makna dari kejadian yang memilukan ini, kita sejenak berdoa dan meminta ampun pada yang Maha Kuasada medoakan saudara

kita yang terkena bencana. /Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu/.

Kita juga harus berdoa dan bersyukur atas apa yang kita alami saat ini masih diberi waktu dan kesempatan untuk berbuat kebaikan selam kita masih hidup.

/Entah sampai kapan, taka ada yang bakal dapat menghitung//kita tidak tahu


(50)

Tuhan akan memanggil kita. Karena tidak ada yang dapat mengetahui rencana Tuhan selanjutnya bukan hitungan hari, jam maupun menit Ia datang kepada kita, maka kita harus berbenah mulai saat ini.

/Hanya atas kasih-Nya, hanya atas kehendak-Nya//kita masih bertemu

matahari/ kita hidup saat ini bukan karena kekuatan dan kehebatan kita, tetapi atas

kasih dan kuasa-Nya lah kita dapat menikmati kehidupan kita, menikmati indahnya dunia. Karena tanpa kasih-Nya kita tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan yang layak di dunia ini, tanpa campur tangan Tuhan kita bukan apa-apa

dimata-Nya. /Kepada rumpun ilalang, kepada bintang gemintang//kita dapat

mencoba meminjam catatannya/ kita harus rajin beribadah, berdoa dan bersyukur

agar kita dapat diberi ampun karena dengan ini lah kita dapat memberi amal dan menghapus dosa-dosa kita disana. Karena hanya kepada hamba-hamba Tuhanlah (Pendeta, Ustad, dan ulama-ulama lainnya) kita dapat meminta bagaimana cara kita untuk sembah sujud kepada-Nya agar kita diberi tempat yang layak nantinya.

/Sampai kapankah gerangan waktu yang masih tersisa//semuanya

menggeleng, semuanya terdiam/ kita tidak tahu kapan waktu kita akan tiba, kita

tidak tahu apa waktu kita masih panjang dalam kehidupan ini, tidak ada yang mengetahui kehendak Tuhan selanjutnya, kita hanya pasrah saat kita dipanggil oleh-Nya, kita sebagai manusia hanya dapat terdiam berbuat kebaikan semampu

kita untuk menjadi bekal kita nantinya. /Yang terbaik hanyalah segera

bersujud//mumpung kita diberi waktu/ sekarang yang perlu kita lakukan adalah

berdoa dan bersujud memohon ampun atas segala kesalahan kita agar kita diberikan kesempatan untuk berbuat yang terbaik.


(51)

Meminta pengampunan, menjauhi segala larangan-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya. Karena dengan demikian kita akan lebih siap saat Tuhan memanggil kita nantinya. Karena tidak ada yang tahu sampai kapan kita akan hidup, maka kita harus menyerahkan hidup kita kepada yang Maha Kuasa.

3. Kepada-Mu Aku Pasrahkan Kepada-Mu aku pasrahkan Seluruh jiwa dan ragaku

Hidup dan mati ada ditangan-Mu Bahagia sedih ada dijari-Mu Cukup lama aku mencari

Menembus gelap menerjang kelam Menyusuri langkah yang semakin jauh Adalah firman-Mu pemandu jalanku Batu karang tetap tegak tegar

Meski ombak keras menerjang Batu gunung tetap tegak diam Meski angin geram menerkam Rindu kehadiran imanku Hamparan langit biru

Kering air mata hapuslah duka Adalah firman-Mu pemandu jalanku

Kepada-Mu aku pasrahkan

Nyalakan semangat bangkitkan nyali Hadapi tantangan ombak lautan Rahasia hidup pasti.

Secara umum kita dapat menemukan makna dalam lagu ini, lagu ini mengandung makna yang sangat dalam bagi kehidupan manusia saat ini.


(52)

Pengarang bukan hanya sekedar berhalusinasi dalam menciptakan karya sastranya, namun kadang pengarang menciptakan karyanya berhubungan langsung dengan kehidupan manusia dahulu maupun sekarang. Pengarang sangat lihai dalam menggunakan kata-kata demi mendapat karya yang penuh dengan makna, sehingga memperoleh karya yang banyak dicari penggemarnya.

Dalam lagu ini kita akan membahas dan menemukan makna yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Lagu ini menceritakan tentang kekuatan iman kita dan keteguhan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita dapat melihat judul lagu ini sehingga kita dapat mendapatkan makna yang begitu dalam bagi

kehidupan kita. Dalam larik /Kepada-Mu aku pasrahkan seluruh jiwa an ragaku/.

Larik ini bermaknakan bahwa kita harus berserah kepada Tuhan segenap hati dan jiwa kita. Karena tanpa Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa di dunia ini. /Hidup dan mati ada ditangan-Mu//bahagia sedih ada dijari-Mu/. Larik ini

bermaknakan, Tuhan adalah penentu dalam kehidupan kita sekarang dan hari nanti, karena di tangan-Nya lah hidup dan mati kita. Tuhan yang berkuasa atas kehidupan manusia baik susah maupun sedih. Karena kuasa kasih dan campur tangannya lah kita dapat hidup di dunia ini.

/Cukup lama aku mencari//menembus gelap menerjang kelam/. Dalam

larik ini mengatakan bahwa sudah lama kita hidup di dunia ini, mencari arti

kehidupan dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan. /Menyusuri

langkah yang semakin jauh//adalah firman-Mu pemandu jalanku/. Menjalani

kehidupan yang penuh dengan cobaan dan tantangan, namun kita tidak pernah menemukan kehidupan yang tenang. Namun itu bukan lah menjadi kendala bagi


(53)

kita umat yang beragama dan percaya kepada Tuhan. Karena bila kita berjalan dan selalu berserah kepada Tuhan perjalanan kita akan sukses. Berdoa dan berserah sepenuh hati akan membuat kita tenang dalam menghadapi segala cobaan yang diberikan Tuhan kepada kita.

/Batu karang tetap tegak tegar//meski ombak keras menerjang/. Kita umat

manusia harus tetap kuat dan pantang menyerah meskipu cobaan selalu menerpa kita. Karena hidup tidak ada yang berjalan dengan tanpa cobaan. Tuhan tidak akan berhentinya untuk mencobai umatnya di dunia ini, karena itu kita harus

menguatkan hati dan iman kita selamanya. /Batu gunung tetap tegak diam//meski

angin geram menerkam/. Larik ini bermaknakan kita harus tetap kuat menjaga

iman kita dan menguatkan hati dengan sepenuhnya, meskipun banyaknya cobaan dan godaan yang kita hadapi.

/Rindu kehadiran imanku//hamparan langit biru/. Merindukan kehadiran

pangkuan tangan Tuhan dalam kehidupan kita, karena begitu banyak cobaan di

dunia ini yang selalu kita hadapi. /Kering air mata hapuslah duka//adalah

firman-Mu pemandu jalanku/. Memohon dengan sepenuh hati kepada Tuhan adalah jalan

terbaik untuk kehidupan yang akan datang. Dengan segenap hati kita berserah akan membukakan jalan kita menuju kerajaan surga. Dengan firman Tuhan, menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan segala perintah-Nya akan membuat kita lebih tenang menjalani kehidupan kita selanjutnya.

/Kepada-Mu aku memohon//nyalakan semangat bangkitkan nyali/. Dengan

berserah sepenuh hati dan memohon ampun, kita akan lebih bersemangat dan percaya diri dalam menghadapi kehidupan kita nantinya. Bahwa kita percaya


(54)

dengan campur tangan Tuhan semua akan berjalan sesuai dengan kehendak-Nya.

/Hadapi tantangan ombak lautan//rahasia hidup pasti/. Menghadapi segala

cobaan yang diberi Tuhan kepada kita adalah merupakan jalan dalam menentukan kehidupan kita selanjutnya.karena semua rahasia kehidupan kita ada di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia yang tahu kapan kehidupan kita berakhir, karena kuasa-Nyalah kita berada saat ini dan selamanya.

4. Untuk Kita Renungkan

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih Suci lahir dan di dalam batin

Tengoklah ke dalam sebelum bicara Singkirkan debu yang masih melekat Oh...Singkirkan debu yang melekat

Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya Kita mesti tabah menjalani

Hanya cambuk kecil agar kita sadar Adalah Dia di atas segalanya Oh...Adalah Dia di atas segalanya Anak menjerit-jerit

Asap panas membakar

Lahar dan badai menyapu bersih Ini bukan hukuman hanya satu isyarat Bahwa kita mesti banyak berbenah Memang bila kita kaji lebih jauh Dalam kekalutan

Masih banyak tangan yang tega berbuat nista Ho...Tuhan pasti telah memperhitumgkan Amal dan dosa yang kita perbuat

Kemanakahlagi kita kan sembunyi Hanya kepada-Nya kita kembali Tak ada yang bakal bisa menjawab Mari hanya tunduk sujud pada-Nya


(55)

Kita mesti berjuang memerangi diri Bercermin dan banyaklah bercrmin Tuhan ada di sana di dalam jiwa ini Berusahalah agar Dia tersenyum Ho...Berusahalah agar Dia tersenyum

Secara umum kita dapat membaca syair ini begitu indah, kita dapat melihat dari kesuluruhsn syair ini memeng mengarah kepada Tuhan yang Maha Esa. Dengan judul lagu ini “Untuk Kita Renungkan” kita dapat mengambil makna tersendiri, bahwa kita harus merenungkn apa yang telah kita lakukan dalam hidup kita saat ini.

Dalam larik /Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih/, kita memang

harus benar-benar membersihkan diri kita dari segala perbuatan yang kotor dan

terhina. /Suci lahir dan di dalam batin/, membersihkan diri kita bukan hanya

sekedar di luar saja tetapi harus benar-benar dari hati dan jiwa kita. /Tengoklah ke

dalam sebelum bicara/, dalam hidup ini kita harus melihat dan menilai diri kita

sendiri sebelum kita menilai orang lain. Karena dengan bagitu kita akan dapat

melihat kekurangan kita dan orang lain. /Singkirkan debu yang masih melekat/,

kita harus membuang dan meninggalkan rasa benci, iri hati, kesombongan dan segala hal-hal yang buruk dalam hidup kita saat ini. Agar kita dapat memperoleh kebaikan dalam hidup kita nantinya.

/Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya/, kita pasti tahu segala apa

yang terjadi dalam kehidupa kita adalah kehendak Tuhan, itu semua adalah

rencana Tuhan untuk menguji para hamba-hamba-Nya. /Kita mesti tabah


(56)

lah menjadi putus asa, tetapi kita harus tabah menjalani segala sesuatu karena kita

yakin semua pasti akan berjalan dengan baik. /Hanya cambuk kecil agar kita

sadar/, Segala yang terjadi dalam kehidupan kita, bencana alam yang melanda

kita itu hanya lah sebuah peringatan kecil agar kita dapat berbenah dan tidak meninggalkan Dia. Tuhan memberikan peringatan kecil buat kita agar kita dapat

sadar dan bertobat memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa. /Adalah Dia

di atas segalanya/, kita tahu Tuhan adalah segalanya di dunia ini, tanpa ada

campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita semua pasti tidak akan berarti. Karena itu kita yakin bahwa Dia lah yang menuntun kita ke jalan yang benar. /Anak menjerit-jerit/, tangisan anak yang bagitu memilukan hati kita yang

terkena bencana. /Asap panas membakar/, bencana gunung berapi yang

menghancurkan segalannya membuat anak-anak kehilangan orang tuanya dan

kehilangan tempat tinggal mereka. /Lahar dan badai menyapu bersih/, bencana

yang telah menghanurkan segalanya yang ada. Banjir, badai, letusan gunung

berapi menghancurkan segalanya yang kita miliki. /Ini bukan hukuman hanya satu

isyarat/, ini bukan hukuman buat kita karena kita telah banyak berbuat dosa, tetapi

ini adalah peringatan karena kita telah jauh dari Tuhan, Ia masih memberikan peringatan kepada kita agar kita berbenah dan bertobat meminta pengampunan-Nya.

/Memang bila kita kaji lebih jauh//dalam kekalutan//masih banyak tangan

yang tega berbuat nista/, bila kita melihat lebih dalam dan seksama pada diri kita

maupun dengan orang lain, begitu banyak orang dan tangan-tangan yang masih tega berbuat kejahatan. Dalam kehidupan kita begitu banyak orang yang tidak


(57)

peduli pada sesama, masih tega berbuat nista dan mementingkan diri sendiri. Begitu banyak koruptor, pembunuhan, penebangan liar sehingga membuat Tuhan murka kepada kita, dengan bencana yang melanda kita Tuhan berharap sadar dan berbanah kembali kepada-Nya untuk bertobat memohon pengampunan.

/Tuhan pasti telah memperhitungkan//amal dan dosa yang kita perbuat/,

Tuhan telah melihat kehidupan dan perbuatan kita sehari-hari yang begitu banyak dengan dosa, yang tidak sepadan lagi untuk diperhitungkan. Dalam kehidupan kita perbuatan dosa lah yang lebih banyak kita lakukan dari pada berbuat baik. Kita lebih senang melakukan hal-hal yang buruk dari pada hal-hal yang lebik baik. Ini lah yang membuat Tuhan marah kepada manusia saat ini yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Dengan melakukan KKN, pembunuhan, perampokan, pembalakan liar, pemerkosaan dan masih banyak lagi perbutab manusia yang membuat Tuhan murka kepada kita.

/Kemanakah lagi kita kan sembunyi//hanya kepada-Nya kita kembali/, saat

Tuhan marah kepada kita dengan mendatangkan bencana alam seperti; banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi, badai dan bencana lainnya, kita tidak dapat menghindarinya. Kita tidak dapat sembunyi dan berlari untuk menghindari amarah Tuhan. Karena itu kita harus kembali kepada-Nya, hanya Dialah tempat kita untuk berlindung. Kita kembali kepada-Nya dan memohon pengampunan, menyerahkan diri kita kepada-Nya.

/Mari hanya tunduk sujud kepada-Nya//kita mesti berjuang memerangi

diri sendiri/, saat ini yang perlu kita lakukan adalah kembali kepada-Nya,


(58)

mendapat pengampunan. Kita harus berjuang melawan diri kita sendiri, melawan hawa nafsu kita untuk meninggalkan hal-hal buruk kita, untuk memulai hidup

yang baru dengan campur tangan Tuhan. /Bercermin dan banyaklah

bercermin//Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini/. Kita harus mengintropeksikan

diri kita dengan apa yang telah kita lakukan selama ini, apakah kita layak untuk hidup di dunia ini. Tetapi kita yakin Tuhan ada di hati dan Hidup kita, karena itu kita harus bertobat untuk meninggalkan segala yang buruk dalam diri kita, mari

kita datang kepada-Nya meminta pengampunan. /Berusaha lah agar Dia

tersenyum/ dengan segenap hati dan jiwa ini kita harus benar-benar berbuat

kebaikan, kita berusaha membuat Tuhan tersenyum agar Dia memaafkan kita. Dengan kembali kepada-Nya kita akan diberi anugerah dan kuasa kasih-Nya dikehidupan kita nantinya

5. Nyanyian Suara Hati

Sering aku merasa jengah dan sungkan Bicara tentang saudara kita

yang terhimpit derita kemiskinan Sebab sesungguhnya mereka mungkin lebih terhormat di mata alam

Sebab sesungguhnya mereka mungkin Lebih berharga di mata Tuhan

Kadangkala aku bahkan merasa cemburu Melihat senyum polos dan lepas

Meski sambil menahan kelaparan

Maka sesunggunhnya mereka lebih kaya Meskipun tanpa harta

Maka sesungguhnya mereka lebih bahagia Dapat mensyukuri yang dimiliki

Sesungguhnyalah aku ingin belajar Sikap mereka menjalani hidup


(59)

Angin, tolonglah bawakan aku Sepotong kertas dan pena tajam Akan ku tulis tebal-tebal

Pelajaranmu lewat diam.

Secara umum kita dapat menyimak makna lagu ini, dari keseluruhannya

kita dapat merasakan betapa dalamnya makna lagu ini. Dalam larik /Sering aku

merasa jengah dan sungkan/, kita dapat menemukan maknanya bahwa kita sering

dalam hidup kita dalam menanggapi kejadian yang kita melihat di sekitar kita. Kadang kita tidak peduli dan tidak mau tahu betapa pentingnya mereka bagi kita.

/Bicara tentang saudara kita//yang terhimpit derita kemiskinan/, sering kita tidak

peduli dengan saudara kita yang terkena bencana dan penderitaan kemiskinan yang melanda saudara kita. Kita terkadang hanya melihat tanpa berbuat apa-apa untuk membantu mereka.

/Sebab sesungguhnya mereka mungkin lebih terhormat di mata alam/,

meski penderitaan yang melanda saudara kita disana kita tidak boleh meremehkan mereka, karena kita tidak tahu mereka lebih berharga dan terhormat di mata dunia. Dengan bencana yang mereka alami begitu banyak saudara-saudara kita yang peduli pada mereka, dengan memeberikan bantuan, doa dan harapan ke depannya.

/Sebab sesungguhnya mereka mungkin, lebih berharga di mata Tuhan/, kita juga

tidak tahu bahwa mereka lebih berharga di mata Tuhan, Tuhan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang terkena musibah karena itu adalah cobaan dari Dia. Dengan derita yang mereka alami, mereka tidak pernah maninggalkan Tuhan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anggoro, Reja. 2009. Ketidaklangsungan Ekspresi pada Lirik Lagu Ebiet G. Ade,

Tinjauan Stilistika. Fakultas Ilmu Budaya.

UNDIP.

Arikunto, Suharimi.1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Burhan Nurgiantoro, M. Pd. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra: Epistemologi, Model Teori

dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isabella. 2009. Kontruksi Realitas Lingkungan Hidup dalam Lagu-lagu Ebiet G.

Ade, Tinjauan Sosiosastra. Universitas Kristen Petra.

Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra. Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1986. “Estetika Resepsi dan Teori Penerapannya” dalam Sulastin Sutrisno, dkk. Bahasa. Sastra. Budaya. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2001. Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta:

Hanindita.

Pradopo, Rachmat Djoko, dkk. 2003. Beberapa Teori Sastra: Metode Kritik dan


(2)

Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, SU. 2005. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian

Sastra .Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra; Pengantar dan Teori Sastra. Jakarta;

Pustaka Jaya.

Malo, Manasse.1985. Metode Penelitian Sosial: Buku Materi Pokok. Jakarta:

Karunika.

Maleong, L. 1998. Metodologi Penelitian Kualitaf. Bandung: PT Remaja


(3)

Daftar Riwayat Hidup Ebiet G. Ade

Nama lahir : Abid Ghoffar bin Aboe Dja’far

Tempat/Lahir : Wanadadi, Banjarnegara, Indonesia. 21 April 1954 Pekerjaan : Penyanyi mulai tahun 1979-sekarang

Pasangan : Koespudji Rahayu Sugianto

Anak : Abietyasakti "Abie" Ksatria Kinasih Aderaprabu "Dera" Lantip Trengginas Byatriasa "Yayas" Pakarti Linuwih Segara "Dega" Banyu Bening Orang tua : Aboe Dja’far (ayah)

Saodah (ibu)

Situs resmi : http://www.ebietgade.com/

Setelah lulus

di SMP Muhammadiyah 3 dan melanjutkan ke dapat melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonom ketiadaan biaya. Ia lebih memilih bergabung dengan grup vokal ketika ayahnya yang pensiunan memberinya opsi: Ebiet masuk FE UGM atau kakaknya yang baru ujian lulus jadi sarjana di

Nama Ebiet didapatnya dari pengalamannya kursus mengucapkan A menjadi E. Terinspirasi dari tulisan Ebiet di bagian punggung kaos merahnya, lama-lama ia lebih sering dipanggil Ebiet oleh teman-temannya. Nama ayahnya digunakan sebagai nama belakang, disingkat AD, kemudian ditulis


(4)

Ade, sesuai bunyi penyebutannya, Ebiet G. Ade. Kalau dipanjangkan, ditulis sebagai Ebiet Ghoffar Aboe Dja'far.

Pada tahun 1971 Ebiet sangat akrab dengan lingkungan seniman muda di Yogyakarta sehingga, lingkungan inilah yang membentuk persiapan Ebiet untuk mengorbit. Motivasi terbesar yang membangkitkan kreativitas penciptaan karya-karyanya adalah ketika bersahabat dengan rumah bagi Ebiet ketika kiprah kepenyairannya diolah, karena pada masa itu banyak seniman yang berkumpul di sana.

Meski bisa membuat mendeklamasikan puisi. Dari ketidakmampuannya membaca puisi secara langsung itu, Ebiet mencari cara agar tetap bisa membaca puisi dengan cara yang lain, tanpa harus berdeklamasi. Caranya, dengan menggunakan musik. Musikalisasi puisi, begitu istilah yang digunakan dalam lingkungan kepenyairan, seperti yang banyak dilakukannya pada puisi-puisi Beberapa puisi Emha bahkan sering dilantunkan Ebiet dengan petikan gitarnya. Walaupun begitu, ketika masuk dapur rekaman, tidak satupun syair Emha yang ikut dinyanyikannya. Hal itu terjadi karena ia pernah diledek teman-temannya agar membuat lagu dari puisinya sendiri. Pacuan semangat dari teman-temannya ini melecut Ebiet untuk melagukan puisi-puisinya.

Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu ia belajar gitar di Yogyakarta dengan menggelar pentas seni di Senisono, juga d

Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di

Sempat juga ia melakukan rekaman di

lebih baik, yakni albu

dalam sana. Pernah juga ia melakukan rekaman d

untuk album ke-8-nya

sebagai rekan yang membantu musiknya. Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979 rekaman di Jackson Record. Pada tahun melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat


(5)

mendirikan perusahaan rekam sendiri

Pada tahun bertapa dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja.

Baru pada tahun

ia mengeluarkan albu

memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan musi

dan tahu

selama 5 tahun ke depan.

Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album

tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi tema bencana. Pada tahun

mengeluarkan album baru berjudul

buat ulang tahun pernikahan ke-25-nya, bersama pula 13 lagu lain yang masih dalam aransemen lama.

Kemunculan kembali Ebiet pada 28 September 2008 dalam acara Zona 80 d sahabat di antaranya pernah popular pada dekade 80-an. Sebagian besar lagu Ebiet G. Ade didasarkan tentang bencana. Di bulan Juni 1978, ia menulis "Berita Kepada Kawan" setelah bencana gas beracun di Sebuah Tragedi 1981 "mengenai tenggelamnya Kita Renungkan". Lagu "Masih Ada Waktu" juga didasarkan saat kejadian melebihi album studionya. Sejauh ini terdapat sedikitnya 25 album kompilasinya yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan rekam.

Ebiet G. Ade telah menerima sejumlah penghargaan, antara lain:

• 18 Golden dan Platinum Record dari Jackson Record dan label lainnya dari album Camellia I hingga Isyu!

• Biduan Pop Kesayangan PUSPEN ABRI (1979-1984)


(6)

• Penghargaan Diskotek Indonesi • 10 Lagu Terbaik ASIRI (1980-1981)

• Penghargaan Lomba Cipta Lagu Pembangunan (1987) • Penyanyi kesayangan Siaran Radio ABRI (1989

• Penyanyi solo dan balada terbai

• Lagu Terbaik AMI Sharp Award (2000)

• Planet Muzik Awards dari

• Penghargaan Lingkungan Hidup (2005)

• Duta Lingkungan Hi