1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Karanganyar yang terus meningkat disertai dengan peningkatan kualitas dan
kuantitas kegiatan manusia sehari-hari akan memberi pengaruh bagi lingkungan di sekitarnya. Sampah merupakan salah satu bentuk pengaruh dari aktifitas
peningkatan kegiatan manusia tersebut. Menurut SNI 19-2454-2002 yang berisi tentang Tata Cara Teknik Operasional Sampah Perkotaan, sampah adalah limbah
yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan an-organik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran dan degradasi terhadap lingkungan, sebagai
contoh lindi leachate yang tidak dikendalikan akan mencemari tanah. Sampah organik jika tidak segera ditangani akan cepat membusuk dan bisa menimbulkan
pencemaran lingkungan. Permasalahan pencemaran lingkungan jika tidak segera ditangani dengan baik maka akan berdampak bagi kesehatan, khususnya warga
yang tinggal di area dekat Tempat Pembuangan Sampah TPS. Permasalahan sampah di Kota Karanganyar hampir sama dengan kota atau
kabupaten lain. Sarana dan prasarana dari pemerintah yang kurang memadai, serta pewadahan dan pengangkutan sampah yang belum teratur merupakan
salah satu aspek teknis yang menjadi kendala. Profil Dinas Kebersihan dan
2
Pertamanan DKP Kabupaten Karanganyar tahun 2011, sampai saat ini sumber terbesar sampah di Kota Karanganyar berasal dari 6 enam kelurahan yaitu:
Kelurahan Karanganyar, Bejen, Tegalgede, Jungke, Cangakan dan Papahan. Yang Penulis maksud kota, adalah Kota Kecamatan Karanganyar. Kota pada umumnya
merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas
untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri
.
Selanjutnya dari data yang sama di enam kelurahan yang terlayani sampah oleh DKP, setidaknya ada
kurang lebih 26.5 sampah yang tidak terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah TPAS. Indikasinya bahwa sarana dan prasarana yang ada tidak
sebanding dengan jumlah penduduk di Kota Karanganyar sebagai penghasil sampah. Tabel 1.1 berikut ini adalah data proyeksi dari DKP tentang jumlah
timbulan sampah dan kapasitas angkutan sampah.
Tabel 1.1 Jumlah Timbulan Sampah Kota Karanganyar
No Tahun
Timbulan m
3
hr Terangkut
m
3
hr Presentase
Terangkut Tidak
Terangkut m
3
hr Presentase
Tidak Terangkut
1 2008
350 245
70 105
30 2
2009 390
273 70
117 30
3 2010
400 290
72.5 110
27.5 4
2011 400
294 73.5
106 26.5
Sumber : DKP, 2012
3
Tabel 1.2 Kapasitas dan Jumlah Angkutan Sampah Kota Karanganyar
No Jenis
Jumlah Kapasitas
M
3
Ritasi Jumlah
1 Dump Truck
5 unit 8
2 80 m
3
hari 2
Amroll 5 unit
6 6
180 m
3
hari 3
Engkel 1 unit
6 2
12 m
3
hari 4
Pick up 1 unit
3 2
6 m
3
hari 5
Truck Double 1 unit
8 2
16 m
3
hari Jumlah
294 m
3
hari
Sumber : DKP, 2012
Permasalahan sarana dan prasarana berimbas pada terbatasnya jangkauan pelayanan pengelolaan sampah yang ada di pemukiman. Terlihat pada Tabel 1.2
jenis-jenis alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut sampah di antaranya Dump Truck, Amroll, Engkel, Pick Up, Truck Double hanya mampu
mengangkut 294 m
3
hari. Sarana dan prasarana armada sampah tersebut masih belum mencukupi sehingga jangkauan pelayanan hanya terbatas di jalan-jalan
utama, kawasan pertokoan dan taman-taman kota, sedangkan pada daerah pemukiman penduduk yang jauh dari jalan utama belum optimal.
Tidak hanya sarana pengangkutan sampah, namun juga kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan benar
masih kurang. Sebagai contoh masih banyak ditemukan sampah yang dibuang ke aliran air seperti sungai dan drainase, bahkan tidak sedikit penduduk di daerah
pelayanan sampah yang tidak mau membuang sampah di tempatnya melainkan
4
membakar sampah di pekarangan rumahnya, hal ini seperti terlihat pada Gambar 1.1.
Sumber : Pengamatan Penulis, 2012
Gambar 1.1 Pembuangan Sampah di Saluran dan Adanya Pembakaran Sampah
Masyarakat juga belum memilah sampah sesuai jenis maupun karakteristiknya. Kalaupun ada beberapa warga yang sudah memilah pada
pewadahan hal ini menjadi sia-sia karena di saat petugas DKP melakukan pengambilan, sampah tersebut dimasukkan menjadi satu pada satu gerobak
atau dump truck tanpa dilakukan pemilahan. Di samping itu, sarana pewadahan sampah lain seperti TPS milik warga mauapun Depo Transfer milik pemerintah
dan kontainer yang disediakan oleh DKP juga belum menggambarkan adanya
5
sistem pemilahan. Pada Gambar 1.2 terlihat adanya petugas DKP yang melakukan aktivitas pengumpulan dan pengangkutan sampah, namun tanpa
disertai adanya perlakuan pemilahan sampah.
Sumber : Pengamatan Penulis, 2012
Gambar 1.2 Kondisi belum Adanya Pola Pemilahan Sampah
Bentuk-bentuk drum sampah yang disediakan pemerintah di area taman dan jalan kota terdiri dari dua jenis model yaitu model drum tunggal dan model
paket isi tiga drum. Sedangkan model paket isi dua drum diperuntukkan di pemukiman penduduk. Baik model paket isi tiga dan model paket isi dua,
keduanya sama-sama tidak bisa dimanfaatkan dengan optimal karena kapasitasnya terlalu kecil dan cukup sulit dalam pengoperasionalannya, sehingga
warga masyarakat tidak mau memasukkan sampah ke dalam drum melainkan lebih suka membuang sampah di area sekitarnya. Hal ini seperti terlihat pada
Gambar 1.3.
6 Sumber : Pengamatan Penulis, 2012
Gambar 1.3 Kondisi Drum yang tidak Berfungsi
Demikian juga dalam hal pewadahan sampah, rata-rata sampah masih berserakan di sekitar tempat pewadahan tersebut baik itu di drumtong sampah
dan TPS milik warga maupun di drumtong sampah dan Depo Transfer milik pemerintah serta Container yang disediakan oleh pihak DKP seperti terlihat pada
Gambar 1.4. Hal tersebut menggambarkan bahwa kesadaran warga masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan cara membuang sampah pada
tempatnya masih rendah, selain itu hal tersebut menunjukkan juga bahwa belum adanya pola pemilahan sampah organik dan an-organik yang dilakukan oleh
warga masyarakat dan pihak pemerintah daerah dalam hal ini DKP Karanganyar.
7 Sumber : Pengamatan Penulis, 2012
Gambar 1.4 Kondisi Pembuangan Sampah tIdak Pada Tempatnya
Berikut komposisi sampah di Kota Karanganyar. Berdasarkan data dari DKP Karanganyar komposisinya meliputi sampah organik 65.95 dan an-
organik 34.05 yang terdiri kertas 10.26 , plastik 11.39 , kain 1.55 , karet 0.50 , logam 1.80 , kaca 1.72 dan sampah jenis lain 6.83 . Data
tersebut menunjukkan bahwa komposisi sampah di Kota Karanganyar yang paling banyak yaitu sampah organik, sedangkan sampah an-organik yang paling
banyak yaitu jenis plastik 11.39 berikutnya jenis kertas 10.26 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.3.
8
Tabel 1.3 Komposisi Sampah di Kota Karanganyar Tahun 2011 No
Uraian Presentase
Keterangan
1 Organik
65.95 2
Non Organik a.
Kertas b.
Plastik c.
Kain d.
Karet e.
Logam f.
Kaca g.
Lain-lain 34.05
10.26 11.39
1.55 0.50
1.80 1.72
6.83
Jumlah 100.00
Sumber : DKP, 2012
Data pada Badan Pusat Stasistik BPS Karanganyar Tahun 2011 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.4, asumsi pertumbuhan penduduk Kota
Karanganyar naik rata-rata 1 per tahun, jika jumlah penduduk Kota
Karanganyar tahun 2011 sebesar 43.386 jiwa dengan asumsi pertumbuhan
penduduk 1 per tahun, maka kenaikan jumlah penduduk pertahunnya di Kota Karanganyar sebesar 433 jiwa. SNI 19-3983-1995 mengasumsikan bahwa per
orang menghasilkan sampah 2,5 literhari, maka ada penambahan jumlah timbulan sampah sebesar 1,09 m
3
hari, atau 32,7 m
3
bulan atau 397,85 m
3
tahun. Jumlah timbulan sampah pertahun tersebut bila diasumsikan 1 dump truck 8 m
3
, maka pertambahan jumlah timbulan dalam satu tahun setara dengan 50 dump truk.
9
Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Kota Karanganyar
Jumlah Penduduk No
Kelurahan Luas Area
Ha 2007
2008 2009
2010 2011
1 Karanganyar
52.1520 5080
5115 5143
5169 5141
2 Bejen
385.4030 8758
8866 9278
9344 11202
3 Tegalgede
385.6345 8502
8504 8589
8587 8668
4 Jungke
133.000 4548
4541 4669
4672 4692
5 Cangakan
148.6690 6037
6225 6227
6232 6600
6 Papahan
229.3547 6712
6952 6978
7049 7083
Jumlah 1334.2132
39637 40203
40884 41053
43386
Monografi Kecamatan Karanganyar, 2012
Peningkatan jumlah timbulan sampah biasanya terjadi pada musim kemarau dan saat musim buah di mana terjadi peningkatan jumlah dan jenis
serta karakteristik sampah. Jika permasalahan ini tidak segera diatasi maka lima sampai dengan sepuluh tahun ke depan permasalahan sampah di Kota
Karanganyar semakin kompleks. Berdasarkan pada permasalahan tersebut di atas, ada indikasi bahwa kinerja pelayanan pengelolaan sampah di Kota
Karanganyar sampai saat ini belum optimal. Untuk itu diperlukan kajian terhadap kinerja pelayanan pengelolaan sampah di Kota Karanganyar dengan menetapkan
kriteria-kriteria untuk mengukur kinerja yang dilakukan oleh Pemerintah melalui DKP Karanganyar.
10
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan tersebut, yaitu perlu atau tidaknya menambah sarana dan prasarana pengelolaan sampah,
menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar serta mendesain bentuk pewadahan dan armada angkutan sampah
yang efisien dan tepat guna.
1.2 Perumusan Masalah