Eka Widyasari, 2013 Perkembangan Kesenian Ogel Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung: Suatu Tinjauan Sosial
Budaya Tahun 1988-2000 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Bandung Tahun 1988-2000: Suatu Tinjauan Sosial- Budayaā€¯. Kemudian setelah
judul yang diajukan oleh penulis diterima dan disetujui oleh tim pertimbangan penulisan skripsi selanjutnya penulis melakukan penyusunan rancangan proposal
penelitian.
2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian ini dapat dijadikan
sebuah acuan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi. Rancangan ini berupa proposal skripsi yang diajukan kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam
seminar proposal skripsi. Proposal tersebut tercantum judul penelitian, latar belakang masalah yang merupakan pemaparan mengenai deskripsi masalah yang
akan dibahas, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan. Setelah rancangan penelitian
diseminarkan dan disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan dengan surat keputusan bersama oleh TPPS dan ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
dengan No 073TPPSJPS2010 tertanggal 26 Oktober 2010 sekaligus menentukan pembimbing I dan II.
3. Mengurus Perizinan
Langkah awal yang dilakukan dalam tahap ini adalah dengan memilih instansi-instansi yang dapat memberikan data dan fakta tentang masalah yang
dikaji. Perijinan dilakukan untuk memperlancar proses penelitian dalam mencari sumber yang diperlukan. Adapun surat perijinan tersebut diberikan kepada
beberapa instansi seperti Kantor Kecamatan Majalaya , dan BPS Kabupaten Bandung.
Surat keputusan izin penelitian dari pihak Rektor UPI Bandung digunakan penulis sebagai surat pengantar yang bertujuan dan berfungsi mengantarkan atau
menjelaskan kepada suatu instansiperorangan bahwasannya penulis sedang melaksanakan suatu penelitian dengan harapan agar instansiperorangan tersebut
Eka Widyasari, 2013 Perkembangan Kesenian Ogel Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung: Suatu Tinjauan Sosial
Budaya Tahun 1988-2000 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
dapat memberikan informasi data dan fakta yang penulis butuhkan selama proses penelitian.
4. Proses Bimbingan
Pada tahapan ini mulai dilaksanakan proses bimbingan dengan pembimbing I dan Pembimbing II. Proses bimbingan merupakan proses yang
sangat penting karena dalam proses ini penulis dapat berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan karya ilmiah. Dengan diskusi
atau konsultasi dengan pembimbing I dan pembimbing II penulis mendapat berbagai arahan berupa komentar dan perbaikan dari kedua pembimbing tersebut.
Eka Widyasari, 2013 Perkembangan Kesenian Ogel Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung: Suatu Tinjauan Sosial
Budaya Tahun 1988-2000 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 1988-2000, maka terdapat
beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, yaitu pertama, kesenian Ogel bukan merupakan kesenian baru, akan tetapi kesenian yang sudah ada dan turun temurun
diwariskan dari generasi sebelumnya. Seni Ogel berdiri sejak tahun 1913, sebagai pendiri atau dalang pertama yaitu Abah Wanta dirja dan dilanjutkan dengan generasi
kedua sekitar tahun 1960 yaitu Abah Edi alias Bang Dapros sebagai dalang. Generasi ketiga sekitar tahun 1980-2000 kesenian Ogel dipimpin oleh Aang Wiganda beliau
adalah Cucu Wantardirja, generasi pertama dengan personil pada masa Aang Wiganda yaitu Aang Wiganda Sebagai Dalang, dibantu oleh bang Bondol alias
Wahdi, Bang Keuyeup alias Uar, dan Bang Kincir Alias Sadi. Kedua kesenian Ogel di Kecamatan majalaya keberadaannya telah berlangsung
sejak lama dan menjadi salah satu media hiburan yang sangat digemari masyarakat. Ogel sebagai seni pertunjukan rakyat dalam perjalannya banyak mengalami
perubahan. Berdasarkan perjalanan perkembangannya, tahun 1913 berfungsi sebagai sarana dalam menyebarkan agama Islam, Memasuki tahun 1960 fungsi kesenian
Ogel tidak lagi hanya berfungsi sebagai sarana menyebarkan agama Islam, tetapi telah beralih fungsi sebagai media propaganda dalam memperkuat rasa nasionalisme
rakyat Indonesia dalam melawan penjajah. Adapun sinyal yang menunjukan adanya sebuah perwujudan rasa nasionalisme melalui kesenian Ogel sebagai medianya, dapat
terlihat dari unsur busana dan properti yang di tampilkan. Busana dan properti kesenian Ogel wakti itu banyak sekali menampilkan warna-warna merah dan putih
sesuai dengan warna bendera lambang Negara Indonesia. Barulah sekitar tahun 1988 kesenian Ogel tidak lagi difungsikan sebagai sarana upacara menyebarkan agama
Islam dan fungsi propaganda, tetapi lebih sebagai sebuah suguhan yang mampu