PERKEMBANGAN KESENIAN OGEL DI KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1988-2000.

(1)

PERKEMBANGAN KESENIAN OGEL DI KECAMATAN

MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG:

Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1988-2000 SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Disusun oleh Eka Widyasari

(0602848)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERKEMBANGAN KESENIAN OGEL DI KECAMATAN

MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 1988-2000

Suatu Tinjauan Sosial Budaya

Oleh Eka Widyasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Eka Widyasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

i

Skripsi ini berjudul PERKEMBANGAN KESENIAN OGEL DI KECAMATAN MAJALAYA BANDUNG: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1988-2000. Penelitian ini bertolak dari kekhawatiran penulis terhadap kesenian Ogel yang hampir punah, untuk itu diperlukan upaya untuk mempertahankan seni tradisi tersebut agar tetap bertahan di tengah-tengah seni modern yang berkembang dalam masyarakat. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini mengenai keberadaan kesenian tradisional Ogel di kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung mulai dari latar belakang lahirnya kesenian Ogel, perkembangannya, faktor penghambat perkembangan kesenian Ogel, serta upaya seniman dan pemerintah Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung dalam melestarikan Kesenian Ogel. Kajian ini lebih difokuskan pada tahun 1988-2000 karena pada periode tersebut terjadi dinamika dalam perkembangan kesenian Ogel.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode historis. Untuk lebih memahami permasalahan yang dikaji maka penulis menggunakan beberapa konsep yang relevan melalui pendekatan ilmu sosial seperti sosiologi dan antropologi untuk memperdalam analisis fakta. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung merupakan kesenian tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Kesenian Ogel dalam perkembangannya mengalami pergeseran fungsi, pementasan kesenian Ogel yang dulu digunakan dalam menyebarkan agama Islam kini hanya bersifat hiburan yang dalam hal ini erat kaitannya dengan nilai ekonomis. Dalam perkembangannya kesenian Ogel mengalami kemunduran, hal tersebut tidak terlepas dari berkurangnya permintaan untuk melakukan pementasan. Sebagian masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modern. Sementara itu, kurangnya dukungan dari pemerintah setempat dalam melestarikan kesenian Ogel adalah faktor penghambat lain yang menyebabkan mundurnya kesenian Ogel.

Pengembangan dan pelestarian suatu kebudayaan tradisional tentunya berada di tangan masyarakat pendukungnya dan menjadi tanggung jawab semua pihak. Termasuk pelestarian kesenian Ogel merupakan tangung jawab semua masyarakat dan pihak pemerintah setempat. Untuk itu diperlukan kesadaran yang lebih dari masyarakat pada khusunya untuk lebih memperhatikan Kesenian Ogel agar tetap bertahan.Melalui penelitian ini diharapkan mampu mengungkap dan menganalisis seni pertunjukan Ogel dengan segala problemanya khususnya yang menyangkut memudarnya kesadaran masyarakat Kecamatan Majalaya terhadap kesenian Ogel dalam memelihara dan mengembangkan seni Ogel yang semakin terpinggirkan di era global ini.


(5)

ii

ABSTRACT

This thesis entitled DEVELOPMENT IN ART DISTRICT Majalaya ogel BANDUNG: An Overview of Social Culture Year 1988-2000. This study departed from the author fears ogel endangered art, for it is necessary to maintain the tradition of art in order to stay afloat in the midst of modern art that developed in the community. The problems discussed in this thesis about the existence of traditional arts in districts Majalaya ogel Bandung regency ranging from arts background ogel birth, development, growth inhibiting factors ogel arts, as well as artists and government efforts Majalaya District of Bandung Regency in preserving ogel Arts. This study focused on the years 1988-2000 due to the dynamics of the period in the development of arts ogel.

In the preparation of this paper, the authors used a qualitative approach to the historical method. To better understand the issues that were examined, the authors use several concepts that are relevant through social science approaches such as sociology and anthropology to deepen the analysis of the facts. While data collection techniques used were interviews, observation, and documentation. Research results show that the Arts District Majalaya ogel in Bandung Regency is a traditional art which is passed on from generation to generation. Art in its development ogel shift function, performance art ogel that was used in spreading Islam is now only entertainment in this case is closely related to economic value. In the development of art ogel setback, it is not independent of the reduced demand to do the gig. Most public taste began to shift in modern art. Meanwhile, the lack of support from the local government in preserving the art ogel is another limiting factor that led to the resignation ogel art.

Development and preservation of traditional culture must be in the hands of the supporters and the responsibility of all parties. Including the preservation of the arts ogel is the responsibility of all communities and local authorities. It required a greater awareness of the public in particular to pay more attention to keep bertahan.Melalui Art ogel this research is expected to reveal and analyze ogel performing arts with all his problem, especially concerning the waning of public awareness of the arts district Majalaya ogel in maintaining and developing the art ogel increasingly marginalized in the global era.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Pengertian Seni ... 13

B. Seni Tradisional dan Seni Pertunjukan ... 17

C. Perubahan Sosial Budaya Dalam Era Global ... 22

D.Teori- Teori Yang Relevan ... 29

E. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Pendekatan Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 40

2.Waktu, Tempat dan Subyek Penelitian ... 43

3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 43

B. Persiapan Penelitian ... 46

1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 46

2. Penyusunan Rancangan Penelitian ... 47

3. Mengurus Perizinan ... 47


(7)

BAB IV HASIL-HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A.Gambaran Umun Daerah Kecamatan Majalaya Tahun 1988-2000 .. 49

1. Keadaan Geografis dan Administratif Kecamatan Majalaya ... 49

2. Kondisi Demografis ... 53

3. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 1988-2000 ... 57

B. Hasil-hasil Penelitian dan Pembahasan ... 62

1. Latar belakang lahirnya Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung ... 62

2. Perkembangan Kesenian Ogel pada kurun waktu 1988-2000 di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung ... 72

3. Faktor-faktor yang menghambat perkembangan Kesenian ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung ... 77

4. Upaya seniman, pemerintah dan masyarakat Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung dalam melestarikan Kesenian Ogel ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

C.Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA………..

DAFTAR NARASUMBER……….....

LAMPIRAN………...


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kesenian merupakan hasil cipta, rasa dan karya manusia yang mmiliki nilai estestis yang sangat tinggi. Selain itu, daya kreativitas dan inovasi yang dapat menghasilkan ide-ide yang ideal. Juga memegang peranan yang sangat penting.

Manusia memiliki kemampuan untuk mengkreasikan karya-karya keseniannya . Hal itu disebabkan oleh karena manusia memiliki kemampuan akal untuk membentuk konsep dan pengembangan fantasi, terutama konsep dan fantasi yang mempunyai nilai guna dan keindahan, dalam hal ini kemampuan akal yang kreatif. Tanpa hal itu, manusia tidak dapat mengembangkan cita-cita serta gagasan ideal, manusia tidak akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan mengkreasikan karya-karya keseniannya (Koentjaraningrat, 1999: 105)

Dari paparan di atas, dapat kita pahami bahwa seorang manusia berpotensi untuk mengembangkan segala hal yang ada disekitar lingkungannya termasuk khasanah budaya. Pengembangan yang dilakukan tentu saja harus sesuai dengan apa yang dicita-citakan dan kreativitas manusia tersebut tanpa mengurangi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Kelahiran sebuah kesenian tradisioanl dipengaruhi oleh berbagai aspek, antara lain letak geografis, mata pencaharian, kepercayaan, pola hidup, dan pendidikan. Aspek yang paling menonjol dalam aspek kesenian tradisioanl ini adalah mata pencaharian. Masyarakat Indonesia mayoritas bermata pencaharian sebagai masyarakat peladang atau petani. Kehidupannya bersifat agraris dan tradisional yang masih kental dengan nilai-nilai budaya warisan nenek moyang. Mereka percaya bahwa kebiasaan yang dilakukan para leluhur merupakan suatu budaya yang diantaranya melahirkan keanekaragaman kesenian tradisional.

Kesenian sebagai unsur kebudayaan dalam perjalannya mengalami perkembangan dari masa ke masa baik dalam bentuk penampilannya, alat-alat yang digunakan ataupun aturan-aturan pokok yang terkandung dalam suatu kesenian. Bila


(9)

dilihat dari perkembangannya, ada yang dikenal sebagai seni tradisional yaitu suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungnnya, pengolahannya didasarkan atas masyarakat pendukungnya (Kasim. A, 1981: 36). Seiring dengan pertumbuhannya, kesenian tradisiona diwariskan secara turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Yoeti (1986: 13):

Kesenian tradisional adalah kesenian yang sejak lama turun menurun hidup dan berkembang pada suatu daerah masyarakat etnik tertentu yang perwujudannya mempunyai peranan tertentu dalam masyarakat pendukungnya.

Berdasarkan uraian tersebut kesenian tradisional merupakan modal kekayaan budaya bangsa yang seharusnya dipelihara, ditumbuhkan dan dikembangkan terus menerus. Hal ini bertujuan agar kesenian tradisional tetap utuh dan tidak punah tergeser oleh hiburan alternatif yang dianggap lebih modern seperti pop, disco, hip-hop, jazz dan dance. Oeh sebab itu kesenian tradisional harus dipertahankan kelestariannya dikarenakan kesenian tradisional memiliki nilai-nilai, adat, tradisi, kearifan lokal atau norma-norma luhur yang berlaku. Sesuai dengan pendapat Sedyawati (2007:183) bahwa:

Kebudayaan yang hidup dan berkembang pada suku bangsa di tiap daerah di sebut kebudayaan local. Kebudayaan local disebut juga sebagai kebudayaan nasional, biasanya diambil dari puncak-puncak kebudayaan daerah yang dikumpulkan dan menjadi sebuah kebudayaan nasional. Budaya lokal ini memiliki nilai-nilai adat, tradisi, kearifan atau norma-norma luhur yang berlaku.

Pada kenyataannya kesenian tradisional tidak mudah untuk mempertahankan keberadaannya dan dihadapkan pada tembok besar yang bernama globalisasi. Derasnya arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif. Pilihan hiburan yang yang beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya Masyarakat tidak tertaril lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang


(10)

sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Banyaknya tawaran hiburan alternatif akibat adanya globalisasi, ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya, sehingga keberadaan kesenian tradisional saat ini kurang mendapat tempat dihati masyarakat.

Berkembangnya zaman secara perlahan akan berpengaruh terhadap keadaan seni dan tradisi. Tidak sedikit jenis kesenian Sunda yang pada zaman dahulu menjadi primadona sekarang sudah langka. Perubahan yang dialami oleh satu jenis kesenian tradisional, selain dipengaruhi oleh adanya pengaruh luar, tetapi juga ditentukan oleh seniman dan masyarakat pendukungnya. Kesenian tradisional ini bisa saja punah, tersingkir oleh budaya asing, atau mampu bertahan dengan menyesuaikan perkembangan zaman dengan cara merubah nilai-nilai sacral didalamnya menjadi seni pertunjukan yang menarik. (Soedarsono, 1991: 32)

Kesenian tradisional pada umumnya mengalami perubahan yang sangat lambat, karena kesenian tradisional didukung oleh masyarakat yang memiliki sikap yang terikat pada aturan adat, tapi bukan berarti tidak mengalami perubahan sama sekali. Keberadaan kesenian tradisional yang semakin hari semakin ditinggalkan oleh masyarakat yang terpengaruh oleh perkembangan zaman memerlukan adanya sikap mental yang bertanggung jawab dari para pecinta seni khususnya seni Ogel yang sekarang ini mulai dilupakan keberadaannya oleh masyarakat, hal ini sesuai dengan pendapat Sedyawati berikut:

Seni tradisi juga menjadi isoterik karena sebagian besar pendukungnya sudah meninggalkan dengan alasan yang dibuat-buat, bahwa seni tradisi sudah tidak sesuai lagi dengan arus perkembangan zaman, sudah tidak memadai cita rasa modern. Alangkah celaka masyarakat kita sekarang ini dengan yang lama belum dikenal, dengan yang baru sudah dikenal. Dalam kedaan seperti ini kegiatan apresiasi menjadi lebih penting (Sedyawati, 1981: 61).

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki seni budaya beraneka ragam. Keanekaragaman seni budaya sebagai cermin budaya masyarakat Indonesia yang mengandung nilai-nilai adi luhung. Hal tersebut disebabkan proses penciptaan yang konstan dan pengaruh yang besar dari budaya


(11)

masyarakat Jawa Barat. Kesenian tradisional yang ada di Jawa Barat tumbuh dan berkembang sejalan dengan proses perkembangan zaman. Berkembangnya zaman secara perlahan akan berpengaruh terhadap keadaan seni dan tradisi. Tidak sedikit jenis kesenian Sunda pada zaman dahulu menjadi primadona sekarang sudah langka seperti seni Ogel.

Ogel berasal dari kata ugal igel atau gual geol yaitu gerakan-gerakan badan yang lucu, agar para penonton menjadi gembira, penuh gelak tawa. (Soepandi dan Enoch Atmadibrata, 1995: 337). Adapun menurut kamus umum Basa Sunda Ogel adalah Reog, sarupa tontonan nu biasana ku lalaki opatan nu nyekel dog-dog bari ngabalodor diselang ku kawih (Ogel adalah Reog, berupa suatu tontonan/pertunjukan yang biasa dibawakan oleh empat orang laki-laki sambil melawak yang diselangi oleh nyanyian).

Kesenian ogel merupakan seni cikal bakal menjadi kesenian Reog, namun pada bentuk penyajiannya meliputi lagu-lagu, pola tubuh dan pada alatnya ada perbedaan misalnya alat yang digunakan dalam kesenian terdiri dari dog-dog empat buah, angklung empat buah, tarompet (terompet), kecrek, dan goong. Sedangkan dalam kesenian Reog alat yang digunakan bisa berupa berupa, dog-dog, kendang, goong, dan kecrek. Dalam struktur penyajian kesenian Ogel hampir memiliki kesamaan yaitu terdiri dari beberapa bagian misalnya, pembukaan (bubuka), penyajian lagu diselingi lawak dan penutup.

Perbedaan antara kesenian Ogel dengan kesenian Reog , dilihat dari cara penyajiannya dalam Kesenian Reog telah lepas dari komposisi motif-motif pukulan yang terdapat di atas. Perbedaan lainnya, dalam Ogel pertunjukan humornya ditempatkan pada saat para penonton telah mengantuk, sedangkan dalam Reog, kadang-kadang disajikan pada waktu sore hari ketika para penontonnya masih dalam kondisi segar.

Di era globalisasi saat ini kesenian Ogel hampir tidak berkembang, walaupun masih ada tetapi itu pun susah untuk ditemui, kecuali harus dicari dan dikumpulkan terlebih dahulu karena sudah langka dan biasanya anggota kesenian Ogel tersebut


(12)

adalah orang-orang yang memang sudah lanjut usia. Upaya pelestarian dan pengembangan seni tradisional, terutama dalam era modernisasi dihadapkan pada tantangan zaman yang semakin kuat. Dengan adanya perubahan komposisi penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian serta industrialisasi mampu menggusur aspek kehidupan budaya masyarakat setempat. Dalam kenyataannya, pembinaan kesenian tradisional dilaksanakan terlambat, sehingga banyak seni tradisi yang ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Hal tersebut bisa jadi merupakan salah satu dampak dari adanya arus transformasi seni budaya yang datang dari belahan bumi bagian barat. Grup-grup kesenian banyak yang “gulung tikar” karena sepinya permintaan untuk pentas. Para seniman beralih profesi menjadi petani atau pedagang secara total dan meninggalkan profesi keseniannya sehingga mereka tidak dapat mengharapkan penghasilan tambahan dari kesenian. Keadaan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mahmud (1998: 19).

Kini ada kecenderungan seni tradisional satu demi satu luruh mengundurkan diri dari panggung budaya. Berbagai usaha dilakukan untuk melestarikannya seperti pencatatan, penelitian, dan pemergelarannya kembali. Meskipun demikian masih ada jenis-jenis yang hilang yang kelihatannya tidak mungkin tertolong.

Dalam bidang kesenian terjadi permasalahan yang menyangkut selera masyarakat. Sebagian masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modern karena kesenian-kesenian tradisional yang masih ada dirasakan terdapat kekurangan-kekurangan dibanding kesenian modern yang mulai melanda masuk desa. Gejala ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah selera dari generasi muda. Hal ini terjadi pada kesenian Ogel yang ada di kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung .

Kecamatan Majalaya termasuk kepada golongan daerah yang berkembang. Perkembangan perekonomian dan perindustrian tekstil yang begitu cepat didaerah ini, dengan sendirinya menjadikan Majalaya sebagai kota Sandang. Seiring dengan pergeseran niali budaya diatas secara langsung semakin menyeret keberadaan


(13)

kesenian. Pertumbuhan di bidang perekonomian yang begitu cepat, kurang diikuti oleh perkembangan seni budaya yang baik. Hal ini terlihat dari aspek kesenian daerah sebagai unsur penunjang budaya yang ada di Kecamatan Majalaya kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya daerah. Keadaan ini pernah diungkapkan oleh salah seorang tokoh seni dan sekaligus Wakil ketua Badan Koordinasi Kesenian Indonesia (BKKNI) Kecamatan Majalaya Bapak Yuyun Wahyudin, dalam wawancara pada tanggal 11 Februari 2011. Beliau mengungkapkan bahwa kesenian di Kecamatan Majalaya pada umumnya sedang dalam kondisi transisi, dimana masyarakatnya mengalami perubahan dari budaya pertanian kekebudayaan industri. Hal ini dapat terlihat dari mata pencaharian masyarakat tersebut.

Pergeseran nilai budaya tersebut akan terasa sekali akan berimbas baik secara cepat maupun lambat, pada bidang kesenian. Hal ini dipertegas dengan pendapat seorang tokoh seni yang juga sebagai pimpinan sanggar seni Sunda Wangi Bapak Aju Tarju Haryana pada hasil wawancara tanggal 12 Februari 2011, ia mengungkapkan bahwa kesenian yang sekarang diminati dan lagi ngetop misalnya, Dangdut (orkes melayu), Pop Sunda, Band dan lain-lain.

Upaya pelestarian dan pengembangan kesenian Ogel, terutama dalam era modernisasi dihadapkan pada tantangan zaman yang semakin kuat. Karena adanya perubahan komposisi penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, serta industrialisasi mampu menggusur aspek hidupan budaya masyarakat setempat. Dalam bidang kesenian terjadi permasalahan yang menyangkut pada selera masyarakat. Sebagian masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modern karena kesenian-kesenian tradisional yang masih ada dirasakan terdapat kekurangan-kekurangan dibanding kesenian modern yang mulai melanda masuk desa (Yoeti, 1986: 10). Gejala ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan adanya perubahan selera dari generasi muda. Hal ini terjadi pula pada Seni Ogel.

Pada saat ini, perkembangan kesenian Ogel memiliki kesenjangan antara harapan dan kenyataannya. Dalam kenyataannya, pembinaan kesenian tradisional


(14)

Ogel dilaksanakan terlambat, sehingga banyak seni tradisi yang ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Hal tersebut bisa jadi merupakan salah satu dampak dari adanya arus transformasi seni budaya yang datang dari belahan bumi bagian barat. Grup-grup kesenian banyak yang “gulung tikar” karena sepinya permintaan untuk pentas. Para seniman beralih profesi menjadi petani atau pedagang secara total dan meninggalkan profesi keseniannya sehingga mereka tidak dapat mengharapkan penghasilan tambahan dari kesenian. (Yuyun, wawancara 13 Februari 2011).

Seni Ogel sebagai salah satu bagian dari aspek kebudayaan masyarakat Majalaya, mengalami kesulitan dalam perkembangannya, serta dihadapkan pada problematika sebagai dampak modernisasi. Kepunahan sebuah kesenian lokal sebagai aset budaya daerah mungkin dapat terjadi jika tidak terdapatnya rasa kepedulian serta keinginan, terutama dari generasi muda selaku generasi yang bertanggungjawab untuk meneruskan kelestarian seni tradisional.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Ada beberapa alasan penting mengapa penelitian ini penting untuk dikaji diantaranya adalah :

1. Sebagai putra daerah penulis tertarik untuk mengkaji sejarah lokal yang terdapat di Kabupaten Bandung. Hal ini bertujuan untuk memahami sejarah dan perkembangan kesenian di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa memberikan suatu pengetahuan baru kepada generasi muda tentang kesenian Ogel. Keuntungan lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah menambah sumber tertulis mengenai sejarah lokal yang minim akan sumber tertulis.

2. Alasan pentingnya dilakukan penelitian mengenai kesenian Ogel ini yaitu mengenai masalah pengenalan kesenian tersebut yang kurang dikenal oleh masyarakat saat ini termasuk penulis khususnya. Sehingga muncuk kekhawatiran penulis terkait dengan perubahan selera generasi muda di Kecamatan Majalaya yang lebih menyukai hal-hal yang bersifat modern. Padahal kesenian ini memiliki


(15)

nilai-nilai kehidupan yang keberadaan dan perkembangannya perlu mendapat perubahan. Dengan demikian, penuis berharap melalui penelitian ini dapat menumbuhkan minat masyarakat khususnya generasi muda di Kecamatan Majalaya untuk berpartisipasi dalam rangka melestarikan keberadaan Kesenian Ogel sebagai salah satu aset kebudayaan daerah Kecamatan Majalaya yang kini hampir punah.

3. Penelitian ini ditujukan guna mengetahui lebih jauh tentang perkembangan kesenian Ogel, serta ingin mengetahui bagaimana upaya seniman, masyarakat setempat, dan instansi pemerintah setempat khususnya pada tahun 1988 sampai 2000. Dalam penelitian ini penulis fokuskan pada tahun 1988-2000, namun untuk melihat dinamika perkembangan yang terjadi pada kesenian ogel, tahun 1988 merupakan angka tahun yang tepat, berdasarkan hasil wawancara di lapangan dengan para seniman Ogel, pada tahun tersebut kesenian Ogel sedang berada pada masa jayanya, khususnya di Kecamatan Majalaya. Kesenian Ogel sangat diminati sekali oleh masyarakat baik itu untuk hajatan, pernikahan, khitanan dan juga sering dipanggil dalam acara-acara yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat maupun dari kabupaten. Kesenian ini pernah juga mengikuti beberapa festival kesenian setingkat provinsi, berbagai macam penghargaan kesenian telah diterima. Penelitian ini kemudian penulis batasi hingga tahun 2000, mengingat perkembangan keadaan kesenian Ogel pada tahun tersebut telah dilupakan masyarakatnya sehingga generasi muda kini tidak mengetahui sama sekali kesenian itu. Disamping tidak adanya regenerasi penerus dan juga kurangnya perhatian dari para budayawan dan pemerintahan setempat.

Berdasarkan hal tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai asal – usul kesenian Ogel dengan harapan bisa menarik minat anak muda untuk ikut berpartisipasi dalam melestarikan kesenian Ogel dan mengangkat kembali keberadaan kesenian Ogel ini. Maka penulis akan melakukan sebuah penelitian yang berjudul Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 1988-2000 (Sebuah tinjaun Sosial Budaya ).


(16)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi objek pokok masalah utama yang ingin dikaji adalah perkembangan kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya 1988-2000. Karena rumusan masalah diatas begitu luas, maka penulis menjabarkan rumusan masalah tersebut ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang lahirnya kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana perkembangan kesenian Ogel pada kurun waktu 1988-2000 di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung?

3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat perkembangan kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana upaya seniman, pemerintah dan masyarakat Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung dalam melestarikan kesenian Ogel?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah menjelaskan Keberadaan kesenian Ogel tahun 1988 sampai 2000 di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.

Adapun tujuan khusus dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan latar belakang lahirnya kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.

2. Memaparkan perkembangan kesenian Ogel pada kurun waktu 1988-2000 di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.

3. Mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat perkembangan kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.


(17)

4. Memaparkan upaya-upaya apa saja yang dilakukan seniman, pemerintah dan masyarakat Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung dalam melestarikan kesenian Ogel.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ialah diharapkan kesenian Ogel yang belum dikenal secara umum oleh masyarakat bisa menjadi kesenian yang dikenal secara luas. Perkembangannya semakin maju, dan tidak hanya menjadi kesenian yang dikenal secara luas, dan tidak hanya menjadi kesenian yang tidak ada namanya tapi tidak dikenal bentuknya. Serta sebagai upaya untuk mengangkat dan melestarikan seni tradisional yang semakin lama semakin tersisih oleh kesenian dari barat (luar).

Adapun secara rinci manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk peneliti dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai kesenian Ogel, latar belakang, perkembangan, dan perubahan sosial budaya mengenai kesenian ogel .

2. Memberikan motivasi kepada para seniman, khususnya seniman Ogel. Agar mereka tetap berkreasi dan mengembangkan kualitas seni Ogel sehingga dapat menjadi kesenian tradisional yang masih bertahan di tengah-tengah maraknya seni modern.

3. Untuk mahasiswa jurusan pendidikan sejarah UPI Bandung sebagai bahan apresiasi dan penyebarluasan informasi tentang keanekaragaman kesenian Ogel kususnya dan seni tradisional masyarakat pada umumnya.

4. Untuk pembaca, menambah khasanah pengetahuan mengenai budaya kesenian ogel dan perkembangan Ogel pada khususnya.

5. Untuk pemerintah daerah, diharapkan penelitian ini sedikitnya dapat membantu pemerintah setempat dalam menginventarisasikan potensi budaya yang ada diwilayahnya untuk didata lebih jauh dalam untuk menjaga dan mempertahankannya.


(18)

6. Menjadi bahan muatan lokal di sekolah sehingga generasi muda khususnya siswa mengenal kesenian yang berkembang di masyarakatnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Hasil yang diperoleh melalui observasi, survey, wawancara, dan daftar pustaka, dikumpulkan dan dianalisis, kemudian disusun ke dalam sebuah laporan dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian, rumusan masalah yang menjadi beberapa permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan, pembatasan masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama, tujuan penelitian dari penelitian yang dilakukan, metode dan tekhnik penelitian serta sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.

Bab II Kajian pustaka, berisi mengenai suatu pengarahan dan penjelasan mengenai topik permasalahan yang penulis teliti dengan mengacu pada suatu tinjauan pustaka melalui suatu metode studi kepustakaan, sehingga penulis mengharapkan tinjauan pustaka ini bisa menjadi bahan acuan dalam penelitian yang penulis lakukan serta dapat memperjelas isi pembahasan yang penulis uraikan berdasarkan data-data temuan di lapangan.

Bab III Metodologi Penelitian, mengkaji tentang langkah-langkah yang dipergunakan dalam penulisan berupa metode penulisan dan teknik penelitian yang menjadi titik tolak penulis dalam mencari sumber serta data-data, pengolahan data dan cara penulisan. Dalam bab ini juga, penulis berusaha memaparkan metode yang digunakan untuk merampungkan rumusan penelitian, metode penelitian ini harus mampu menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan apa saja yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan.

Bab IV Hasil-hasil Peneitian dan Pembahasan. Pada bab ini akan dijelaskan mngenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi mengenai


(19)

keterangan-keterangan dari data-data temuan di lapangan. Data-data temuan tersebut penulis paparkan secara deskriptif untuk memperjelas maksud yang terkandung dalam data-data temuan tersebut, khususnya baik bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Penulis berusaha mencoba mengkritisi data-data temun di lapangan dengan membandingkan kepada sumber atau teori yang mendukung pada permasalahan yang penuis teliti.

Bab V Kesimpulan , berisi suatu kesimpulan dari pembahasan pada bab empat dan hasil analisis yang penulis lakukan merupakan kesimpulan secara menyeluruh yang menggambarkan Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung tahun 1988-2000 (Suatu Tinjauan Sosial Budaya). berdasarkan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Sesuai dengan karakteristik objek penelitian berupa berbagai peristiwa di masa lampau, maka metode penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyusun karya ilmiah ini, metode yang digunakan adalah metode historis. Yakni metode yang berusaha mengkaji peristiwa-peristiwa masa lampau, mendeskripsikan serta menganalisis fakta-fakta tersebut secara mendalam. Adapun langkah-langkah yang diambil oleh penulis dalam menyusun skripsi dengan mempergunakan metode historis ini yaitu mencakup tahapan heuristik, kritik, interpretasi, serta tahapan historiografi.

Pada bagian pertama penulis akan menjelasakan metode dan teknik penelitian secara teoritis sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian yang penulis lakukan. Pada bagian kedua akan dijelaskan mengenai tahapan-tahapan persiapan dalam pembuatan skripsi, yaitu penentuan dan pengajuan tema, penyusunan rancangan penelitian, mengurus perizinan dan proses bimbingan. Bagian ketiga berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dimulai dari pengumpulan data (heuristik) baik sumber tertulis maupun sumber lisan, kritik sumber dan interpretasi. Pada bagian terakhir akan dipaparkan mengenai proses penulisan skripsi atau historiografi sebagai bentuk laporan tertulis dari penelitian sejarah yang telah dilakukan.

Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai langkah, prosedur atau metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan fakta yang

berkaitan dengan judul skripsi “Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan

Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 1988-2000: Suatu Tinjauan Sosial Budaya”. Penulis mencoba untuk memaparkan berbagai langkah yang digunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, analisis dan cara penelitiannya. Dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang menjadi kajian dalam skripsi ini, penulis menggunakan konsep-konsep dari ilmu seni dan ilmu sosiologi, serta ilmu


(21)

antropologi. Konsep-konsep tersebut seperti seni pertunjukan, seni tradisional, suku bangsa, kebudayaan dan ritual.

A. Pendekatan Metode dan Tekhnik Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode historis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan, sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.Penelitian kualitatif lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak


(22)

diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan tersebut dapat dikenal melalui berbagai istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian lapangan, penelitian naturalistik, penelitian interpretif, penelitian etnografik, penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik, hermeneutic, humanistik dan studi kasus. Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis atau sejarah. Penelitian dengan menggunakan metode historis ini mempunyai ciri khas yakni periode waktu yang bermakna bahwa kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai, kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu. (Sjamsuddin 2007: 14) mengartikan metode sejarah atau historis sebagai suatu cara bagaimana mengetahui sejarah. Penelitian ini menggunakan metode historis karena permasalahan yang diangkat adalah permasalahan sejarah khususnya mengenai kesenian tradisional. Selain itu metode ini dipilih karena tema yang menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini berhubungan dengan peristiwa yang telah berlalu yaitu tentang Seni Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung pada periode 1988-2000.

Selain itu, metode historis dipilih juga karena merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya berdasarkan fakta yang telah diperoleh yang disebut historiografi (Gottschalk, 1985: 32). Pernyataan tersebut sama dengan pendapat Garragan bahwa metode sejarah merupakan seperangkat aturan yang sistematis dalam mengumpulkan sumber sejarah secara efektif, melakukan penilaian secara kritis dan mengajukan


(23)

sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan (Abdurahman, 1999: 43). Pendapat lain tentang metode sejarah dikemukakan oleh (Kuntowijoyo 2003: xix), metode sejarah merupakan petunjuk khusus tentang bahan, kritik, interpretasi, dan penyajian sejarah.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode sejarah adalah proses penelitian terhadap sumber-sumber atau peninggalan masa lampau yang dilakukan secara kritis, analitis dan sistematis yang kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan yang disebut historiografi. Dari beberapa pengertian mengenai metode sejarah tersebutlah, maka penulis beranggapan bahwa metode sejarah ini cocok digunakan sebagai metode dalam penelitian ini karena data-data yang dibutuhkan berasal dari masa lampau khususnya mengenai fenomena sejarah yang terjadi pada perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Metode sejarah ini digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa data-data yang digunakan berasal dari masa lampau sehingga perlu di analisis agar kondisi pada masa lampau dapat digambarkan dengan baik dan kebenarannya dapat teruji dengan benar.

Secara ringkas Wood Gray (Sjamsuddin, 1996: 69) mengemukakan ada enam langkah dalam metode historis sebagai berikut:

1. Memilih suatu topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. 6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.


(24)

Dari keenam langkah tersebut, tahapan memilih topik, menyusun semua bukti-bukti sejarah dan membuat catatan termasuk pada langkah heuristik, sedangkan mengevaluasi semua bukti-bukti sejarah termasuk tahap kritik dan terakhir menyusun hasil penelitian serta menyajikannya termasuk tahap historiografi (Sjamsuddin, 1996: 65).

2. Waktu, Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2011, dengan lokasi di Desa Sukamaju Kecamatan Majalaya. Sebagai subjeknya dalam penelitian ini akan menggunakan para Seniman Ogel.

3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Semua teknik ini diharapkan dapat melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan.

Teknik observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian. Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

Teknik berikutnya yang dilakukan penulis dalam penelitian skripsi ini adalah teknik wawancara. Teknik ini merupakan teknik yang paling penting dalam penyusun skripsi ini, karena sebagian besar sumber diperoleh melalui wawancara.Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh sumber lisan terutama sejarah lisan, yang dilakukan dengan cara berkomunikasi dan berdiskusi dengan beberapa tokoh yang terlibat atau mengetahui secara langsung maupun tidak langsung bagaimana perkembangan kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.


(25)

Wawancara yang dilakukan adalah teknik wawancara gabungan yaitu perpaduan antara wawancara terstruktur dengan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur atau berencana adalah wawancara yang terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua responden yang diwawancarai diberi pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan tata urutan yang seragam. Sedangkan wawancara yang tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti.

Wawancara ini dilakukan oleh penulis kepada orang-orang yang langsung berhubungan dengan peristiwa atau objek penelitian, pelaku atau saksi dalam suatu peristiwa kesejarahan yang akan diteliti dalam hal ini yaitu mengenai kesenian Ogel. Penggunaan wawancara sebagai teknik untuk memperoleh data berdasarkan pertimbangan bahwa periode yang menjadi bahan kajian dalam.

Penulisan ini masih memungkinkan didapatkannya sumber lisan mengenai kesenian Ogel. Selain itu, narasumber (pelaku dan saksi) mengalami, melihat dan merasakan sendiri peristiwa di masa lampau yang menjadi objek kajian sehingga sumber yang diperoleh akan menjadi objektif. Tekhnik wawancara yang digunakan erat kaitannya dengan sejarah lisan (oral history). Sejarah lisan (oral history), yaitu ingatan tangan pertama yang dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang di wawancara sejarawan (Sjamsuddin, 1996 : 78).

Kebaikan dari penggabungan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur adalah agar tujuan wawancara lebih terfokus. Selain itu agar data yang diperoleh lebih mudah di olah dan yang terakhir narasumber lebih bebas mengungkapkan apa saja yang dia ketahui.

Penulis juga menggunakan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data baik berupa data angka maupun gambar. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan kajian terhadap dokumen yang ada untuk memperoleh data yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti. S. Arikunto (2002: 236) mengemukakan bahwa metode dokumentasi


(26)

merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Senada dengan Arikunto, Sukmadinata (2006: 221) juga mengemukakan bahwa studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Dalam hal ini dilakukan pengkajian terhadap arsip-arsip yang telah ditemukan berupa data tentang jumlah penduduk, mata pencaharian, kepercayaan dan pendidikan yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS) dan data dari Kecamatan Majalaya.

Adapun analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini mengikuti pola Miles dan Huberman (1992: 16-18) yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data“kasar” yang munculdari catatan tertulis di lapangan.Reduksi data ini dimulai sejak awalpengumpulan data sampai penyusunan laporan.

2. Penyajian Data

Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan dengan cara menganalisis data hasil reduksi dalam bentuk naratif yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Sajian data selanjutnya kemudian ditafsirkan dan dievaluasi untuk merencanakan tindakan selanjutnya.


(27)

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Menarik kesimpulan adalah kegiatan memberi kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Kesimpulan ini meliputi pencarian makna data dan penjelasannya dan makna-makna yang munculdari data tersebut diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya dari data yang diperoleh di lapangan untuk menarik kesimpulan yangtepat dan benar.

B. Persiapan Penelitian

Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang ditentukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian, diantaranya sebagai berikut :

1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahapan penentuan dan pengajuan tema penelitian merupakan tahapan pertama dan utama yang sifatnya fundamental sekali mengawali suatu proses penelitian. Sebagai aktivitas pertama yang dilakukan oleh penulis yaitu memilih dan menentukan tema yang dijadikan kajian dalam penelitian. Kemudian setelah tema diperoleh dan ditentukan yakni tentang perkembangan seni Ogel, selanjutnya penulis membuat dan menentukan rumusan masalah yang sesuai denga tema yang telah ditentukan sebelumnya. Langkah selanjutnya yang ditempuh oleh penulis adalah melakukan pencarian sumber baik itu tertulis maupun tidak tertulis atau lisan. Sumber-sumber tersebut selanjutnya penulis pergunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan pengkajian dan pembahasan terhadap tema yang dijadikan permasalahan dalam penyusunan skrispsi ini.

Setelah melakukan pencarian sumber-sumber tersebut, selanjutnya penulis melakukan pengajuan rancangan judul penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) yang mengatur dan menangani penulisan skripsi pada Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) adapun judul yang diajukan adalah “Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten


(28)

Bandung Tahun 1988-2000: Suatu Tinjauan Sosial-Budaya”. Kemudian setelah judul yang diajukan oleh penulis diterima dan disetujui oleh tim pertimbangan penulisan skripsi selanjutnya penulis melakukan penyusunan rancangan proposal penelitian.

2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian ini dapat dijadikan sebuah acuan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi. Rancangan ini berupa proposal skripsi yang diajukan kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi. Proposal tersebut tercantum judul penelitian, latar belakang masalah yang merupakan pemaparan mengenai deskripsi masalah yang akan dibahas, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan. Setelah rancangan penelitian diseminarkan dan disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan dengan surat keputusan bersama oleh TPPS dan ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan No 073/TPPS/JPS/2010 tertanggal 26 Oktober 2010 sekaligus menentukan pembimbing I dan II.

3. Mengurus Perizinan

Langkah awal yang dilakukan dalam tahap ini adalah dengan memilih instansi-instansi yang dapat memberikan data dan fakta tentang masalah yang dikaji. Perijinan dilakukan untuk memperlancar proses penelitian dalam mencari sumber yang diperlukan. Adapun surat perijinan tersebut diberikan kepada beberapa instansi seperti Kantor Kecamatan Majalaya , dan BPS Kabupaten Bandung.

Surat keputusan izin penelitian dari pihak Rektor UPI Bandung digunakan penulis sebagai surat pengantar yang bertujuan dan berfungsi mengantarkan atau menjelaskan kepada suatu instansi/perorangan bahwasannya penulis sedang melaksanakan suatu penelitian dengan harapan agar instansi/perorangan tersebut


(29)

dapat memberikan informasi data dan fakta yang penulis butuhkan selama proses penelitian.

4. Proses Bimbingan

Pada tahapan ini mulai dilaksanakan proses bimbingan dengan pembimbing I dan Pembimbing II. Proses bimbingan merupakan proses yang sangat penting karena dalam proses ini penulis dapat berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan karya ilmiah. Dengan diskusi atau konsultasi dengan pembimbing I dan pembimbing II penulis mendapat berbagai arahan berupa komentar dan perbaikan dari kedua pembimbing tersebut.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 1988-2000, maka terdapat beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, yaitu pertama, kesenian Ogel bukan merupakan kesenian baru, akan tetapi kesenian yang sudah ada dan turun temurun diwariskan dari generasi sebelumnya. Seni Ogel berdiri sejak tahun 1913, sebagai pendiri atau dalang pertama yaitu Abah Wanta dirja dan dilanjutkan dengan generasi kedua sekitar tahun 1960 yaitu Abah Edi alias Bang Dapros sebagai dalang. Generasi ketiga sekitar tahun 1980-2000 kesenian Ogel dipimpin oleh Aang Wiganda beliau adalah Cucu Wantardirja, generasi pertama dengan personil pada masa Aang Wiganda yaitu Aang Wiganda Sebagai Dalang, dibantu oleh bang Bondol alias Wahdi, Bang Keuyeup alias Uar, dan Bang Kincir Alias Sadi.

Kedua kesenian Ogel di Kecamatan majalaya keberadaannya telah berlangsung sejak lama dan menjadi salah satu media hiburan yang sangat digemari masyarakat. Ogel sebagai seni pertunjukan rakyat dalam perjalannya banyak mengalami perubahan. Berdasarkan perjalanan perkembangannya, tahun 1913 berfungsi sebagai sarana dalam menyebarkan agama Islam, Memasuki tahun 1960 fungsi kesenian Ogel tidak lagi hanya berfungsi sebagai sarana menyebarkan agama Islam, tetapi telah beralih fungsi sebagai media propaganda dalam memperkuat rasa nasionalisme rakyat Indonesia dalam melawan penjajah. Adapun sinyal yang menunjukan adanya sebuah perwujudan rasa nasionalisme melalui kesenian Ogel sebagai medianya, dapat terlihat dari unsur busana dan properti yang di tampilkan. Busana dan properti kesenian Ogel wakti itu banyak sekali menampilkan warna-warna merah dan putih sesuai dengan warna bendera lambang Negara Indonesia. Barulah sekitar tahun 1988 kesenian Ogel tidak lagi difungsikan sebagai sarana upacara menyebarkan agama Islam dan fungsi propaganda, tetapi lebih sebagai sebuah suguhan yang mampu


(31)

menghibur para penikmatnya. Kesenian Ogel ini dipertunjukan pada acara-acara seperti hajatan, syukuran pernikahan, khitanan dan memperingati hari kemerdekaan bahkan di tempat-tempat rekreasi contohnya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta . Sekarang pementasan kesenian Ogel hanya sebagai hiburan yang dalam hal ini erat kaitannya dengan nilai ekonomis.

Seiring dengan perkembangan zaman kreativitas para seniman pun meningkat, Seni Ogel Sekitar tahun 1980-an mengalami suatu perubahan yang signifikan yakni waditra yang digunakan pada awalnya, hanya menampilkan 4 waditra dogdog, lalu ditambahkan 4 buah angklung, terompet, kecrek, dan goong bungbung. Memasuki tahun 2000, kesenian Ogel mengalami kemunduran, hal tersebut tidak terlepas dari berkurangnya permintaan untuk melakukan pementasan. Sebagian masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modern seiring maraknya kesenian modern yang muncul di lingkungan msyarakat.

Ketiga, permasalahan-permasalahan yang dapat menjadi penghambat dalam perkembangan kesenian Ogel pada umumnya selalu melingkari sebagian besar wadah-wadah kesenian Ogel. Walaupun kesenian Ogel merupakan kesenian tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasai ke genarasi selanjutnya, namun dalam perkembangannya kesenian ini masih belum dapat dikenal secara luas oleh masyarakat di Kecamatan Majalaya. Kesenian Ogel hanya dapat dikenal sebatas pada lingkungan pelaku dan orang-orang yang menggemarinya. Keadaan seperti ini bila dilanjutkan secara terus menerus bukan tidak mungkin akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan dan kelangsungan kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya. Keadaan yang menunjukkan bahwa kesenian Ogel belum dikenal secara luas oleh masyarakat Kecamatan Majalaya diakibatkan oleh adanya kendala-kendala berupa minimnya kreativitas langsung dari seorang seniman, pengorganisasian yang belum baik, sistem pewarisan yang tidak berjalan serta bentuk pertunjukannya yang kurang menarik. Selain dari dalam, pengaruh budaya modern yang dikemas dalam berbagai bentuk media komunikasi dan informasi turut mempengaruhi turunnya apresiasi masyarakat terhadap keberadaan kesenian yang bersifat tradisional seperti Ogel.


(32)

Selain itu, peranan instansi terkait yang seharusnya mewadahi berbagai aspirasi dari tiap-tiap kelompok kesenian Ogel yang ada di Kecamatan Majalaya dinilai oleh sebagian besar para seniman Ogel belum dapat secara maksimal.

Keempat, keberadaan kesenian Ogel yang sudah mulai tergeser oleh kesenian modern, diperlukan usaha-usaha untuk dapat melestarikan dan mempertahankannya. Usaha tersebut antara lain adanya dukungan dari masyarakat terutama pelaku atau pendukung dan juga pemerintah setempat yang masih mencintai kesenian daerah yang dimilikinya. Dalam pembahasan ini penulis menitik beratkan upaya pelestarian yang terjadi dalam kesenian Ogel pada dua unsur yang paling terkait dan bertanggung jawab atas perkembangannya. Kedua unsur tersebut tak lain adalah pelaku atau seniman Ogel itu sendiri dan tentu saja pemerintah atau institusi setempat.

B. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan pada bagian sebelumnya, maka penulis akan memberikan beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai bahan dasar pertimbangan dalam rangka turut melestarikan kesenian Ogel sebagai warisan leluhur masyarakat Kecamatan Majalaya serta memupuk nilai-nilai budaya lokal yang terkandung didalamnya, maka penulis memiliki beberapa masukan atau saran, di antaranya :

a. Agar pemerintah lebih memperhatikan organisasi-organisasi maupun perkumpulan-perkumpulan kesenian yang belum terorganisasi secara jelas, khususnya kesenian Ogel, baik dari segi pembinaan untuk memperkaya bentuk pertunjukan maupun dari segi pengelolaan agar lebih dapat bersaing dan berdaya guna dengan kesenian modern yang berkembang di masyarakat, dan hal ini juga dilakukan agar kesenian Ogel tetap terjaga kelestariannya sebagai kesenian khas Kecamatan Majalaya .

b. Pengembangan dan pelestarian kesenian Ogel saat ini perlu dilakukan dengan cara mensosialisasikan kepada masyarakat luas khususnya generasi muda melalui Dinas Pendidikan dengan cara memasukkan pengetahuan seni


(33)

tradisional baik secara teori maupun praktek ke dalam kurikulum mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Sekolah Menengah Atas, sehingga sistem pewarisan seni budaya lokal tetap berjalan. .

c. Mengadakan pendokumentasian terhadap kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya secara periodik, agar kesenian Ogel tidak mengalami kepunahan. Sehingga hasil pendokumentasian tersebut dapat dibaca dan dipelajari oleh generasi berikutnya.

d. Melakukan sistem pewarisan kesenian Ogel, dimulai dari anggota kelurga dan orang-orang terdekat pelaku kesenian Ogel. Sehingga kesenian Ogel tetap terjaga kelestariannya.

e. Kepada pelaku kesenian Ogel, kiranya perlu dilakukan pembenahan susunan sajian dan penataan kembali manajemen organisasi sehingga penyajian kesenian Ogel akan lebih menarik lagi.


(34)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :

Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Achmad, Kasim. (1981). Mengenal Teater Tradisional Di Indonesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Anton, Barker. (2004). Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi. Jakarta: Kanisius.

Arifin, H.S. (1987). Menyingkap Metode-metode Penyebaran Agama Islam di Indonesia. Jakarta : PT Golden Terayen Press.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta; Rineka Cipta.

Ekadjati, E. S. (2005). Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah Jilid 1. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Esten, Mursal. (1993). Struktur Sastra Lisan. Jakarta: Yayasan Obor.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah (terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta: UI Press.

Ismaun. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.

Johanes, Mardimin. (1994). Transformasi Budaya Menuju Masyarakat Indonesia Modern. Yogyakarta: Kanisius.

Kayam, U. (1982). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Koentjaraningrat. (1999). Manusia Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat.(2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.


(35)

Mahmud, K. K. (1998). Sastra Indonesia dan Daerah. Bandung: Angkasa.

Miles, M., dan Huberman, M., (1992) Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru, Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press.

Mulyana, Agus. M.Hum. dan Gunawan, Restu. M.Hum (2007). Sejarah Lokal penulisan dan pembelajaran di sekolah. Bandung : Salamina Press.

Mundardjito (1986) “Hakikat Local Genius dan Hakikat Data Arkeologi”. Dalam Ayatrohaedi, Keporibadian Budaya Bangsa (Local Genius), Jakarta: Pustaka Jaya, halaman 39-45.

Rohidin, T. Rohendi. (2000). Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Press.

Panuti Sudjiman dan Art Van Zoest. (1992). Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rosidi, Ajip. (2000). Ensiklopedi Sunda Alam, Manusia, dan Budaya Termasuk budaya Cirebon dan Betawi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sachari, Agus. (2007). Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sartini (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Jakarta: . Raja Grafindo Persada.

Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Bandung : STSI Press. Sedyawati, Edi. (2007). Budaya Indonesia: kajian arkeologi, seni, dan sejarah.

Jakarta : Divisi Buku Perguruan Tinggi, Raja Grafindo Persada. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sjamsuddin, H. (1996) Metodologi Sejarah, Jakarta: Depdikbud, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Soedarsono, R.M. (1999). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta : Depdikbud.

Soedarsono, R.M. (1991). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta : Depdikbud.


(36)

Soepandi, Atik dan Atmadibrata, Enoch. (1994). Ragam Cipta Mengenal Ragam Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat. Bandung: Beringin Sakti.

Soekanto, S. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soekanto, S. (1993). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soekanto, S. (2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soekmono. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid 1. Yogyakarta:

Yayasan Kanisius.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPS UPI dan Remaja Rosdakarya.

Sumardjo, Jacob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Susanto, P.A.S. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina Cipta.

The Liang Gie. (1976). Garis Besar Estetik. Yogyakarta: Karya. Tresnadewi, D. (2007). Budaya Global. Bandung: CV Armico.

Wales, H.G. Quartrich (1948) “The Making of Greater India: A Study in South-East Asia Culture Change”, Journal of Royal Asiatic Society, halaman 2-32.

Widyosiswoyo, Supartono. (2004). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri [STAKN] Toraja.

Yoeti, Oka A. (1986). Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Bandung : Depdikbud.

Sumber Skripsi :

Hanantaro, Arum Dwi. (2009) “Upaya Pengembangan Kesenian Ogel Wanita Mega

Hurip Indah Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung”. Skripsi FPBS UPI


(37)

Solihin, Ahmad. (2006) Studi Deskriptif Ragam Pola Tabuh Dogdog Seni Ogel

“Tumaritis Grup” di Kota Banjar Jawa Barat. Skripsi FPBS UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Solihin, Sulastri. (2010) Kesenian Beluk Grup Lingkung Seni Buhun Sundamedal Pada Acara Syukuran Di Kampung Cinta Asih Desa Ciapus Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Skripsi FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sari, Wida. (2010)“Perkembangan Kesenian Reog di Kabupaten Majalengka: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1957-1990”. Skripsi FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Solihin, Asep. (1986) Tabuh Reog Mitra Siliwangi Bandung”. Skripsi STSI : Tidak diterbitkan.

Sumber Internet :

I Ketut Gobyah dalam “Berpijak pada Kearifan local”. Dalam

http://naninorhandayani.blogspot.com/2011/05/pengertian-kearifan-lokal.html. didownload 10/5/2013.

Arsip :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 1988. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1988. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1989. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1989. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1990. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1990. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1991. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1991. Pusat Statistik Kabupaten Bandung .

. 1992. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1992. Pusat Statistik Kabupaten . Bandung.


(38)

. 1993. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1993. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1994. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1994. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1995. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1991. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1996. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1996. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1997. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1997. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1998. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1998 Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1999. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1999. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 2000. Kabupaten dalam angka tahun 2000. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.


(1)

89

tradisional baik secara teori maupun praktek ke dalam kurikulum mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Sekolah Menengah Atas, sehingga sistem pewarisan seni budaya lokal tetap berjalan. .

c. Mengadakan pendokumentasian terhadap kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya secara periodik, agar kesenian Ogel tidak mengalami kepunahan. Sehingga hasil pendokumentasian tersebut dapat dibaca dan dipelajari oleh generasi berikutnya.

d. Melakukan sistem pewarisan kesenian Ogel, dimulai dari anggota kelurga dan orang-orang terdekat pelaku kesenian Ogel. Sehingga kesenian Ogel tetap terjaga kelestariannya.

e. Kepada pelaku kesenian Ogel, kiranya perlu dilakukan pembenahan susunan sajian dan penataan kembali manajemen organisasi sehingga penyajian kesenian Ogel akan lebih menarik lagi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :

Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Achmad, Kasim. (1981). Mengenal Teater Tradisional Di Indonesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Anton, Barker. (2004). Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi. Jakarta: Kanisius.

Arifin, H.S. (1987). Menyingkap Metode-metode Penyebaran Agama Islam di Indonesia. Jakarta : PT Golden Terayen Press.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta; Rineka Cipta.

Ekadjati, E. S. (2005). Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah Jilid 1. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Esten, Mursal. (1993). Struktur Sastra Lisan. Jakarta: Yayasan Obor.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah (terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta: UI Press.

Ismaun. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.

Johanes, Mardimin. (1994). Transformasi Budaya Menuju Masyarakat Indonesia Modern. Yogyakarta: Kanisius.

Kayam, U. (1982). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Koentjaraningrat. (1999). Manusia Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat.(2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.


(3)

Mahmud, K. K. (1998). Sastra Indonesia dan Daerah. Bandung: Angkasa.

Miles, M., dan Huberman, M., (1992) Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru, Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press.

Mulyana, Agus. M.Hum. dan Gunawan, Restu. M.Hum (2007). Sejarah Lokal penulisan dan pembelajaran di sekolah. Bandung : Salamina Press.

Mundardjito (1986) “Hakikat Local Genius dan Hakikat Data Arkeologi”. Dalam Ayatrohaedi, Keporibadian Budaya Bangsa (Local Genius), Jakarta: Pustaka Jaya, halaman 39-45.

Rohidin, T. Rohendi. (2000). Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Press.

Panuti Sudjiman dan Art Van Zoest. (1992). Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rosidi, Ajip. (2000). Ensiklopedi Sunda Alam, Manusia, dan Budaya Termasuk budaya Cirebon dan Betawi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sachari, Agus. (2007). Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sartini (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Jakarta: . Raja Grafindo Persada.

Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Bandung : STSI Press. Sedyawati, Edi. (2007). Budaya Indonesia: kajian arkeologi, seni, dan sejarah.

Jakarta : Divisi Buku Perguruan Tinggi, Raja Grafindo Persada. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sjamsuddin, H. (1996) Metodologi Sejarah, Jakarta: Depdikbud, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Soedarsono, R.M. (1999). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta : Depdikbud.

Soedarsono, R.M. (1991). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta : Depdikbud.


(4)

Soepandi, Atik dan Atmadibrata, Enoch. (1994). Ragam Cipta Mengenal Ragam Seni Pertunjukan Daerah Jawa Barat. Bandung: Beringin Sakti.

Soekanto, S. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soekanto, S. (1993). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Soekanto, S. (2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soekmono. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid 1. Yogyakarta:

Yayasan Kanisius.

Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPS UPI dan Remaja Rosdakarya.

Sumardjo, Jacob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Susanto, P.A.S. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina Cipta.

The Liang Gie. (1976). Garis Besar Estetik. Yogyakarta: Karya. Tresnadewi, D. (2007). Budaya Global. Bandung: CV Armico.

Wales, H.G. Quartrich (1948) “The Making of Greater India: A Study in South-East Asia Culture Change”, Journal of Royal Asiatic Society, halaman 2-32.

Widyosiswoyo, Supartono. (2004). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri [STAKN] Toraja.

Yoeti, Oka A. (1986). Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Bandung : Depdikbud.

Sumber Skripsi :

Hanantaro, Arum Dwi. (2009) “Upaya Pengembangan Kesenian Ogel Wanita Mega

Hurip Indah Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung”. Skripsi FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

Solihin, Ahmad. (2006) Studi Deskriptif Ragam Pola Tabuh Dogdog Seni Ogel

“Tumaritis Grup” di Kota Banjar Jawa Barat. Skripsi FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Solihin, Sulastri. (2010) Kesenian Beluk Grup Lingkung Seni Buhun Sundamedal Pada Acara Syukuran Di Kampung Cinta Asih Desa Ciapus Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Skripsi FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sari, Wida. (2010)“Perkembangan Kesenian Reog di Kabupaten Majalengka: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1957-1990”. Skripsi FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Solihin, Asep. (1986) Tabuh Reog Mitra Siliwangi Bandung”. Skripsi STSI : Tidak diterbitkan.

Sumber Internet :

I Ketut Gobyah dalam “Berpijak pada Kearifan local”. Dalam

http://naninorhandayani.blogspot.com/2011/05/pengertian-kearifan-lokal.html. didownload 10/5/2013.

Arsip :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 1988. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1988. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1989. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1989. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1990. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1990. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1991. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1991. Pusat Statistik Kabupaten Bandung .

. 1992. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1992. Pusat Statistik Kabupaten . Bandung.


(6)

. 1993. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1993. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1994. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1994. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1995. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1991. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1996. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1996. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1997. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1997. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1998. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1998 Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 1999. Kabupaten Bandung dalam angka tahun 1999. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.

. 2000. Kabupaten dalam angka tahun 2000. Pusat Statistik Kabupaten Bandung.