Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan

(1)

(2)

Lampiran 2

Lembar Persetujuan menjadi responden

Saya yang bernama Tazkiyatun Nisa Lubis adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “ Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru lahir di Klinik Mimi Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh sarjana di Fakultas Keperawatan. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Saudara/i dalam penelitian ini dan bersedia mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Saudara/i bersedia dapat menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan. Partisipasi Saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Saudara/I bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas Saudara/i dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi Saudara/i dalam penelitian ini.

Peneliti Responden


(3)

Lampiran 3 INSTRUMEN PENELITIAN PERSEPSI ORANGTUA TENTANG

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI KLINIK MIMI MEDAN A. Data Demografi

Petunjuk pengisian :

Dibawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas responden penelitian untuk pernyataan dibawah ini sesuai dengan keadaan orang tua/ibu/ ayah yang sebenarnya, dengan memberi tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan.

1. Umur : 1). Dewasa awal (20 – 30 tahun)

: 2). Dewasa akhir (>30 tahun)

2. Suku Bangsa : 1). Jawa

: 2). Batak : 3). Melayu : 4). Aceh : 5.) Minang

3. Pendidikan : 1). SD

: 2). SMP

: 3). SMA : 4). D3


(4)

4. Pekerjaan : 1). PNS

: 2). Karyawan Swasta : 3). Wiraswasta

: 4). Ibu Rumah Tangga

5. Penghasilan per Bulan : 1). ˂ Rp 2000.000;

: 2). Rp 2000.000; s/d Rp 3000.000; : 3). ˃Rp 3000.000;


(5)

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju Contoh:

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya senang bergaul dengan orang yang punya semangat tinggi.

1. Tidak ada yang benar dan salah, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan persepsi anda. Semua jawaban yang anda berikan adalah benar jika sesuai dengan persepsi anda.

2. Teliti ulang setiap jawaban, agar tidak ada jawaban yang terlewatkan.


(6)

NO PERNYATAAN SS S TS STS 1 Memandikan bayi 6 jam setelah dilahirkan

dapat dilakukan oleh ibu

2 Bayi dimandikan segera setelah lahir akan menyebabkan bayi kehilangan panas/tubuh/kedinginan (hipotermi)

3 Pemakaian bedak tabur di area alat kelamin bayi setelah bayi selesai dimandikan sebaiknya harus dihindari

4 Suhu air yang sesuai untuk memandikan bayi baru lahir yaitu dengan suhu yang normal 37 derajat C

5 Pemberian ASI saja tanpa bahan makanan lain/ susu formula sebaiknya dilakukan pada usia 0-6 bulan

6 Pemberian ASI pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan sesuai kemauan bayi (tidak terjadwal)

7 Pemberian ASI pada bayi akan mendukung pertumbuhan psikologis bayi 8 Kebutuhan tidur pada bayi baru lahir lebih

kurang selama 16,5 jam/ hari.

9 Imunisasi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir (0-28 hari) adalah Hepatitis B- 1 dan Polio - 0

10 Penggantian popok dilakukan pada saat bayi mau Mandi

11 Area yang terpapar dengan popok kain harus dibersihkan dengan air hangat jika popok sudah terasa lembab

12 Penggunaan popok kain yang terlalu lama dapat menyebabkan iritasi dibagian bokong bayi

13 Ruam akibat penggunaan popok kain pada kulit bayi dapat disembuhkan dengan menggunakan air saja


(7)

NO PERNYATAAN SS S TS STS 14 Pemberian baby oil di area kulit bayi dapat

dilakukan jika bayi mengalami iritasi diarea kulit baayi

15 Pemberian cream khusus untuk bayi dapat dilakukan jika bayi mengalami infeksi di area kulit bayi

16 perawatan tali pusat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi

17 Perawatan tali pusat sebaiknya dilakukan dengan cara menggunakan kassa steril 18 Tali pusat yang dibiarkan terbuka terlalu

lama akan menyebabkan bayi menangis karena sakit

19 Pada saat memandikan bayi ibu akan membersihkan area kelamin bayi dengan menggunakan air sabun

20 Pada saat membersihkan telinga bayi ibu menggunakan kain bersih yang dibasahi dengan air hangat yang matang

21 Memotong kuku bayi dapat dilakukan ketika bayi sedang tertidur

22 Membersihkan mata bayi dapat dilakukan dengan menggunakan kapas yang dibasahi air hangat yang matang dari arah sudut mata dalam sampai area luar mata

23 Membersihkan kotoran di sudut mata bayi dapat dilakukan setiap bayi bangun tidur di pagi hari

24 Area mata bayi dibersihkan dengan menggunakan kapas bersih yang dicelupkan dengan air matang hangat

25 Membersihkan area mulut bayi mulai dari lidah, gusi dan langit- langit dilakukan sebanyak dua kali sehari dengan lembut menggunakan air yang bersih


(8)

NO PERNYATAAN SS S TS STS 26 Area muka, dan tali pusat bayi harus

dibersihkan setiap kali bayi mau mandi 27 Jumlah buang air besar bayi baru lahir

bervariasi mulai dari minggu pertama sampai minggu ke – 4

28 Bayi yang menyusui akan mengeluarkan BAB yang lebih lunak berwarna kuning emas

29 Setelah dilahirkan bayi baru lahir tidak mengeluarkan urin selama 12-24 jam 30 Pemberian kebutuhan nutrisi yang cukup

pada bayi baru lahir dapat menyebabkan bayi berkemih selama 6-10 kali dengan mengeluarkan warna urin yang pucat


(9)

RELIABILITAS

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.918 32

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

No.Responden 107.90 130.989 .236 .969

P1 109.90 148.100 .632 .915

P2 109.90 148.100 .632 .915

P3 110.00 146.889 .746 .914

P4 110.00 146.889 .746 .914

P5 109.90 146.767 .740 .914

P6 109.90 148.100 .632 .915


(10)

P10 110.00 142.000 .840 .911

P11 109.80 147.956 .658 .915

P12 109.80 149.289 .549 .916

P13 109.80 149.289 .549 .916

P14 110.00 148.222 .636 .915

P15 109.90 146.767 .740 .914

P16 109.80 146.622 .768 .914

P17 109.90 146.767 .740 .914

P18 109.70 147.789 .721 .914

P19 109.80 149.289 .549 .916

P20 109.80 149.289 .549 .916

P21 109.70 149.122 .605 .915

P22 109.90 148.100 .632 .915

P23 109.90 148.100 .632 .915

P24 109.80 146.622 .768 .914

P25 109.90 146.767 .740 .914

P26 109.90 146.767 .740 .914

P27 109.80 146.622 .768 .914

P28 109.70 146.456 .838 .913

P29 109.70 146.456 .838 .913

P30 109.70 146.456 .838 .913


(11)

No.R Data Demografi

usia suku pendidikan pekerjaan penghasilan

1 20-30 thn batak SMA karyawan swasta <2.000.000 2 20-30 thn batak SMA karyawan swasta <2.000.000

3 20-30 thn minang SMA wiraswasta <2.000.000

4 20-30 thn batak SMA wiraswasta <2.000.000

5 20-30 thn melayu SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000 6 >30 thn melayu SMP wiraswasta 2.000.000-3.000.000

7 20-30 thn aceh SD IRT <2.000.000

8 20-30 thn aceh D3 wiraswasta >3.000.000

9 >30 thn jawa D3 wiraswasta >3.000.000

10 20-30 thn minang SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000

11 20-30 thn aceh SMP IRT <2.000.000

12 20-30 thn melayu SMA IRT <2.000.000

13 20-30 thn jawa SMA IRT <2.000.000

14 >30 thn jawa SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000 15 >30 thn minang SMA wiraswasta >3.000.000

16 20-30 thn jawa SMA wiraswasta >3.000.000

17 20-30 thn jawa SMA wiraswasta <2.000.000

18 >30 thn jawa SMA wiraswasta 2.000.000-3.000.000 19 >30 thn minang SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 20 >30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 21 >30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 22 >30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000 23 20-30 thn melayu SMA karyawan swasta >3.000.000 24 20-30 thn melayu SMA karyawan swasta >3.000.000

25 >30 thn jawa SMA PNS >3.000.000

26 20-30 thn batak SMA karyawan swasta 2.000.000-3.000.000

27 20-30 thn batak SMA PNS >3.000.000

28 20-30 thn jawa S1 PNS 2.000.000-3.000.000

29 20-30 thn jawa S1 PNS >3.000.000

30 >30 thn jawa SD karyawan swasta 2.000.000-3.000.000

31 >30 thn jawa SMA PNS 2.000.000-3.000.000

32 20-30 thn batak SMA wiraswasta >3.000.000

33 20-30 thn batak SMA IRT <2.000.000

34 20-30 thn batak SMA wiraswasta >3.000.000


(12)

no.R Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 jlh ktg 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120 positif 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 105 positif 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 106 positif 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 90 positif 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 90 positif 6 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 107 positif 7 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 107 positif 8 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 101 positif 9 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 100 positif 10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120 positif 11 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 103 positif 12 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 107 positif 13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 90 positif 14 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 101 positif 15 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 103 positif 16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 101 positif 17 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 113 positif 18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 115 positif 19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 119 positif 20 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 100 positif 21 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 109 positif 22 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 104 positif 23 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 118 positif 24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 112 positif 25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 90 positif 26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 89 positif 27 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 106 positif 28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 100 positif 29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 90 positif 30 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 107 positif 31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 90 positif 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 117 positif 33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 89 positif 34 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 108 positif 35 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 115 positif


(13)

Frequencies

Statistics

No.Responden Usia Suku Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

N Valid 35 35 35 35 35 35

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

No.Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 2.9 2.9 2.9

2 1 2.9 2.9 5.7

3 1 2.9 2.9 8.6

4 1 2.9 2.9 11.4

5 1 2.9 2.9 14.3

6 1 2.9 2.9 17.1

7 1 2.9 2.9 20.0

8 1 2.9 2.9 22.9

9 1 2.9 2.9 25.7

10 1 2.9 2.9 28.6

11 1 2.9 2.9 31.4

12 1 2.9 2.9 34.3

13 1 2.9 2.9 37.1

14 1 2.9 2.9 40.0

15 1 2.9 2.9 42.9

16 1 2.9 2.9 45.7

17 1 2.9 2.9 48.6

18 1 2.9 2.9 51.4

19 1 2.9 2.9 54.3

20 1 2.9 2.9 57.1

21 1 2.9 2.9 60.0

22 1 2.9 2.9 62.9

23 1 2.9 2.9 65.7

24 1 2.9 2.9 68.6

25 1 2.9 2.9 71.4

26 1 2.9 2.9 74.3


(14)

30 1 2.9 2.9 85.7

31 1 2.9 2.9 88.6

32 1 2.9 2.9 91.4

33 1 2.9 2.9 94.3

34 1 2.9 2.9 97.1

35 1 2.9 2.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-30 tahun 23 65.7 65.7 65.7

>30 tahun 12 34.3 34.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid jawa 11 31.4 31.4 31.4

batak 12 34.3 34.3 65.7

melayu 5 14.3 14.3 80.0

aceh 3 8.6 8.6 88.6

minang 4 11.4 11.4 100.0


(15)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sd 2 5.7 5.7 5.7

smp 2 5.7 5.7 11.4

sma 27 77.1 77.1 88.6

d3 2 5.7 5.7 94.3

s1 2 5.7 5.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pns 5 14.3 14.3 14.3

karyawan swasta 10 28.6 28.6 42.9

wiraswasta 14 40.0 40.0 82.9

ibu rumah tangga 6 17.1 17.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <2.000.000 11 31.4 31.4 31.4

2.000.000-3.000.000 13 37.1 37.1 68.6

>3.000.000 11 31.4 31.4 100.0


(16)

HASIL UJI NORMALITAS DATA

Frequencies

Statistics

noresponden p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 jumlah

N Valid 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(17)

Frequency Table

noresponden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 2.9 2.9 2.9

2 1 2.9 2.9 5.7

3 1 2.9 2.9 8.6

4 1 2.9 2.9 11.4

5 1 2.9 2.9 14.3

6 1 2.9 2.9 17.1

7 1 2.9 2.9 20.0

8 1 2.9 2.9 22.9

9 1 2.9 2.9 25.7

10 1 2.9 2.9 28.6

11 1 2.9 2.9 31.4

12 1 2.9 2.9 34.3

13 1 2.9 2.9 37.1

14 1 2.9 2.9 40.0

15 1 2.9 2.9 42.9

16 1 2.9 2.9 45.7

17 1 2.9 2.9 48.6

18 1 2.9 2.9 51.4

19 1 2.9 2.9 54.3

20 1 2.9 2.9 57.1

21 1 2.9 2.9 60.0

22 1 2.9 2.9 62.9

23 1 2.9 2.9 65.7

24 1 2.9 2.9 68.6

25 1 2.9 2.9 71.4

26 1 2.9 2.9 74.3

27 1 2.9 2.9 77.1

28 1 2.9 2.9 80.0

29 1 2.9 2.9 82.9

30 1 2.9 2.9 85.7

31 1 2.9 2.9 88.6

32 1 2.9 2.9 91.4

33 1 2.9 2.9 94.3


(18)

p1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 19 54.3 54.3 54.3

SS 16 45.7 45.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

p2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 21 60.0 60.0 60.0

SS 14 40.0 40.0 100.0

Total 35 100.0 100.0

p3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 21 60.0 60.0 60.0

SS 14 40.0 40.0 100.0

Total 35 100.0 100.0

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 20 57.1 57.1 57.1

SS 15 42.9 42.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

p5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 23 65.7 65.7 65.7

SS 12 34.3 34.3 100.0


(19)

p6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 20 57.1 57.1 57.1

SS 15 42.9 42.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

p7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 17 48.6 48.6 48.6

SS 18 51.4 51.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

p8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 19 54.3 54.3 54.3

SS 16 45.7 45.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

p9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 19 54.3 54.3 54.3

SS 16 45.7 45.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

p10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TS 2 5.7 5.7 5.7

S 20 57.1 57.1 62.9

SS 13 37.1 37.1 100.0


(20)

p11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 18 51.4 51.4 51.4

SS 17 48.6 48.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

p12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 19 54.3 54.3 54.3

SS 16 45.7 45.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

p13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 13 37.1 37.1 37.1

SS 22 62.9 62.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

p14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 16 45.7 45.7 45.7

SS 19 54.3 54.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

p15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 16 45.7 45.7 45.7

SS 19 54.3 54.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

p16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 20 57.1 57.1 57.1

SS 15 42.9 42.9 100.0


(21)

p17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 18 51.4 51.4 51.4

SS 17 48.6 48.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

p18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 20 57.1 57.1 57.1

SS 15 42.9 42.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

p19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 19 54.3 54.3 54.3

SS 16 45.7 45.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

p20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 18 51.4 51.4 51.4

SS 17 48.6 48.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

p21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 17 48.6 48.6 48.6

SS 18 51.4 51.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

p22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 19 54.3 54.3 54.3

SS 16 45.7 45.7 100.0


(22)

p23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 20 57.1 57.1 57.1

SS 15 42.9 42.9 100.0

Total 35 100.0 100.0

p24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 22 62.9 62.9 62.9

SS 13 37.1 37.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

p25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 19 54.3 54.3 54.3

SS 16 45.7 45.7 100.0

Total 35 100.0 100.0

p26

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 16 45.7 45.7 45.7

SS 19 54.3 54.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

p27

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 16 45.7 45.7 45.7

SS 19 54.3 54.3 100.0


(23)

p28

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 16 45.7 45.7 45.7

SS 19 54.3 54.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

p29

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 18 51.4 51.4 51.4

SS 17 48.6 48.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

p30

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid S 15 42.9 42.9 42.9

SS 20 57.1 57.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

jumlah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(24)

Distribusi Frekuensi dan Persentase Pernyataan Kuisioner Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan (n= 35)

No PERNYATAN SS S TS STS

(%) (%) (%) (%) 1. Memandikan bayi 45,7 54,3 - -

6 jam setelah Lahir dapat di Lakukan oleh ibu.

2. Bayi dimandikan 40 60 - - Segera setelah

Lahir akan menye- babkan bayi kehi- langan panas tubuh /kedinginan (hipo- termi)

3. Pemakaian bedak 40 60 - - tabur di area kela-

min bayi setelah bayi dimandikan sebaiknya harus dihindari.

4. Suhu air yang sesu- 42,9 57,1 - - ai untuk memandi-

kan bayi baru lahir yaitu dengan suhu yang normal 37 de rajat C.

5. Pemberian ASI saja 34,3 65,7 - - tanpa bahan mkanan

lain/susu formula sebaiknya dilakukan pada usia 0-6 bulan.

6. Pemberian ASI pada 42,9 57,1 - - Bbl sebaiknya dila

kukan sesuai kemauan bayi (tidak terjadwal)


(25)

7. Pemberian ASI pada 51,4 48.6 - - Bbl akan mendukung

Prtumbuhan psiko Logis bayi.

8. Kebutuhan tidur pada 45,7 54.3 - - Bbl lebih kurang

Selama 16,5 jam/hari

9. Imunisasi yg dapat 45,7 54.3 - - Diberikan pd bbl (0

-28 hari) adalah Hepatitis B-1 dan Polio -0

10. Penggantian popok 37,1 57,1 5,7 - Dilakukan pd saat

Bayi mau mandi

11. Area yang terpapar 48,6 51,4 - - Dengan popok kain

Harus dibersihkan Dengan air hangat Jika popok sudah Terasa lembab

12. Penggunaan popok 45,7 54,3 - - Kain yang terlalu

Lama dapat menye- babkan iritasi di bagian bokong bayi

13. Ruam akibat penggu- 62,9 37,1 - - naan popok kain pd

kulit bayi dpt di sembuhkan dengan menggunakan air saja

14. Pemberian baby oil di 54,3 45,7 - - Area kulit bayi dapat

Dilakukan jika bayi Mengalami iritasi di Area kulit bayi


(26)

15. Pemberian cream 54,3 45,7 - - Khusus untuk bayi dpt

Dilakukan jika bayi Mengalami infeksi Pada kulit bayi

16. Perawatan tali pusat 42,9 57,1 - - Dilkukan untuk men-

Cegah terjadinya Infeksi pd kulit bayi

17. Perawatan tali pusat 48,6 51,4 - - Sebaiknya dilakukan

Dengan cara menggu- nakan kassa steril

18. Tali pusat yang di 42,9 57,1 - - Biarkan terbuka terlalu

Lama akan menyebab- Kan Bayi menangis Karena Sakit

19. Pada saat memandikan 45,7 54,3 - - Bayi ibu akan member

sihkan area kelamin bayi dengan menggu- nakan air sabun

20. Pada saat membersihkan 48,6 51,4 - - Telinga bayi ibu meng-

Gunakan kain bersih Yang dibasahi dengan Air hangat yang matang

21. Memotong kuku bayi 51,4 48,6 - - Dapat dilakukan ketika

Bayi sedang tertidur

22. Membersihkan mata 45,7 54,3 - - Bayi dapat dilakukan

Dengan menggunakan Kapas yang dibasahi Air hangat yang matang Dari arah sudut mata Dalam sampai area Luar mata


(27)

23. Membersihkan kotoran 37,1 62,9 - - Di sudut mata bayi dpt

Dilakukan setiap bayi Bangun tidur di pagi Hari

24. Area mata bayi diber- 37,1 62,9 - - sihkan dengan menggu-

nakan kapas bersih yang dicelupkan dengan air matang hangat

25. Membersihkan area 45,7 54,3 - - Mulut bayi mulai dari

Lidah, gusi dan langit- Langit dilakukan seba- nyak dua kali sehari dengan lembut menggu- nakan air yang bersih

26. Area muka, dan tali 54,3 45,7 - - Pusat bayi harus di

Bersihkan setiap kali Bayi mau mandi

27. Jumlah BAB bayi baru 54,3 45,7 - - Lahir bervariasi mulai

Dari minggu pertama Sampai minggu ke – 4

28. Bayi yang menyusui 54,3 45,7 - - Akan mengeluarkan

BAB yang lebih lunak Berwarna kuning emas

29. Setelah dilahirkan 48,6 51,4 - - Bayi baru lahir tdk

Mengeluarkan urine Selama 12-24 jam


(28)

30. Pemberian kebutuhan 57,1 42,9 - - Nutrisi yang cukup

Pada bayi baru lahir Dapat menyebabkan Bayi berkemih selama 6-10 kali dengan Mengeluarkan warna Urin yang pucat


(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

Lampiran 11 DANA PENELITIAN

1. Proposal

a. Biaya tinta dan kertas print proposal Rp.200.000,00 b. Percetakan literatur dari internet Rp. 50.000,00

c. Fotokopi literatur dari buku Rp.120.000,00

d. Pengadaan dan penjilidan proposal Rp.170.000,00 2.Pengumpulan Data

a. Biaya penelitian Rp. 80.000,00

b. Biaya transportasi Rp. 100.000,00

c. Penggandaan kuesioner Rp. 100.000,00

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

a. Percetakan skripsi Rp. 70.000,00

b. Penjilidan dan pengadaan skripsi Rp. 100.000,00

c. CD Rp. 10.000,00

4. Biaya tak terduga Rp. 150.000,00


(37)

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Tazkiyatun Nisa Lubis

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 10 Desember 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Garu 1 Gang Kelapa No. 96AA

Riwayat Pendidikan : 1. 2000 – 2006 : SD Negeri 064955 Medan

2. 2006 – 2009 : MTsN 1 Model Medan Patumbak 3. 2009 – 2012 : MAN 1 Medan


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A.H. (2005). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Andayani, B & Koentjoro. (2004). Psikologi Keluarga: Peran Ayah Menuju Coperanting. Cetakan Pertama. Surabaya: Citra Media Anwar, I. (2012). Dasar- Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2005). Managemen penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Asad, Suryani. (2002). Gizi Kesehatan Ibu & Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Aziz. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika

Baety AN. (2011) Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu

Bamber JH, Dresner M (2003). Aortocaval Compression in Pregnancy: The effectof changing the degree and direction of lateral titl on maternal cardiac output.

Bobak, L. (2005). Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC Budiyanto, K.A. (2004). Dasar- Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press Cunningham at al (2012). Obstetri Williams edisi 23. Jakarta: EGC

Dagun, Save. M. (1991). Psikologi Keluarga: Peranan Ayah Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.


(39)

Duvekot JJ, Cheriex EC, Pieters FA, et al (1993) Early pregnancy changesin hemodynamics and volume homestasis consecutive adjustments triggered by a primary fall in systemic vascular tone. Am J Obstet Gynecol.

Easterling TR, Shmucker BC, Benedetti TJ (1998) The hemodynamic effect of orthostastic stressduring Pregnancy. Obstet Gynecol.

Friedman, M. M., Bowden, V. R. & Jones, E. G (2010). Buku Ajar Keperawatn Keluarga: Riset, Teori dan Praktik. Edisi 5 Jakarta: EGC.

Hidayat AAA. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika

Lia Amalia dan Mardiyah (2006) Makanan Tepat Untuk Bayi. Jakarta: Kawan Pustaka.

Mayo. (2008). Mencegah Ruam Popok.

pada tanggal 20 Juli 2016

Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga I Jogjakarta: Goysen Publishing.

Mulyati, S. (1994). Era Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta: EGC. Nadia Indivara, (2009), 200 Tips Ibu Smart Anak Sehat. Jakarta: EGC Nelson. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.


(40)

Nolan, Mary. (2004). Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Lilian Juwono.

Nursalam, S, Rekawati. U., Sri. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi & Anak. Ed I. Jakarta: Salemba Medika.

Perinasia. (2003). Melindungi, Meningkatkan Dan Mendukung Menyusui. Jakarta: Binarupa Aksara

Pieter, H. Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.

Polit, D, F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and assessing evidence for nursing practice (9 edition). Philadelpia: Lippincott.

Putra. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta: D- Medika.

Setiadi. (2008). Konsep & Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soediaoetomo, D. A. (2006). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Subiyanto, P. (2004). Pentingnya Peran Ayah Dalam Keluarga. Jakarta: EGC.

Sugiyono, (2005). Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV, Alfabet.


(41)

Strigh BR. (1998). Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir ed.3. Jakarta:EGC

Varney, (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Wawan, (2010) Pengertian Pekerjaan Oangtua.


(42)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka penelitian ini menjelaskan tentang variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian. Variabel independen adalah persepsi orangtua. Dalam penelitian ini menggambarkan bagaimana persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir di Klinik Mimi Medan.

Konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.2 Kerangka Penelitian Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan

Persepsi Orangtua

Positif


(43)

30

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di klinik Mimi Medan.

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Persepsi

Orangtua

Cara pandang ibu tentang perawatan bayi baru lahir

Kuesioner Terdiri dari 30 pernyataan, jawaban sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, sangat tidak setuju diberi skor 1


(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu desain penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Mimi Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Di Klinik Mimi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suyanto, 2011). Populasi penelitian yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi baru lahir sebanyak 118 orang yang berkunjung selama dua bulan di klinik Mimi Medan.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek penelitian dan dianggap mewakili populasi (Suyanto, 2011). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang. Adapun jumlah tersebut didapatkan dari 30% dari jumlah populasi. Nursalam (2003) menyatakan bahwa jika populasi >100, sampel dapat diambil 25-30% dari jumlah populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria dan tujuan penelitian.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah orangtua yang berarti ibu yang berkunjung ke Klinik Mimi dan mempunyai bayi baru lahir berusia 0-28 hari, serta bersedia menjadi responden.


(45)

32

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Mimi Medan. Alasan peneliti memilih tempat ini karena tempatnya dapat dijangkau oleh peneliti dan sebelumnya belum pernah ada mahasiswa yang melakukan penelitian dengan judul yang sama dengan peneliti serta jumlah ibu bersalin yang berkunjung di Klinik ini cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus – Oktober 2016

4.4 Pertimbangan Etik

Ada 3 prinsip etik dalam penelitian yaitu beneficence, respect for human dignity, and justice (Polit and Beck, 2012). Beneficence yaitu peneliti mempunyai kewajiban menghindari kerugian atau bahaya pada Orangtua dan memaksimalkan keuntungan pada Orangtua. Peneliti berkewajiban untuk menghindari, mencegah dan menghindari bahaya terhadap Orangtua, misalnya secara fisik yaitu lelah dan sebagainya. Secara psikologis misalnya stress dan ketakutan. Secara sosial misalnya kehilangan dukungan sosial. Secara ekonomi misalnya kehilangan gaji.

Tidak menempatkan responden dalam keadaan cedera. Disini peneliti tidak memberikan tindakan yang berbahaya yang dapat membahayakan responden. Selain itu kerahasiaan data responden dijaga dengan tidak menuliskan namaresponden pada instrument penelitian dan peneliti hanya menggunakan data ini untuk keperluan penelitian

Yang kedua yaitu respect for human dignity yaitu menghormati hak-hak dan martabat orangtua serta memberikan informasi penuh kepada responden. Disini peneliti peneliti tidak memaksa ibu hamil menjadi responden dan


(46)

33

terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, manfaat, prosedur, waktu yang dibutuhkan untuk penelitian.

Yang ketiga adalah justice yaitu keadilan. Peneliti memilih responden berdasarkan syarat, alasan atau sesuai kriteria. Penerapan prinsip keadilan diterapkan pada saat pemilihan sampel. Pemilihan sampel kelompok intervensi berdasarkan alasan yang berhubungan dengan penelitian bukan berdasarkan subjektivitas dari peneliti (Polit and Beck, 2012).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang terdiri dari: Kuesioner data demografi dan kuesioner persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir.

Kuesioner data demografi berisi usia, suku, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Responden memberikan jawaban dengan memberi tanda centang pada pilihan yang sesuai dengan keadaan responden.

Kuesioner persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir. Kuesioner persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir ini dibuat sendiri oleh peneliti yang berlandaskan pada konsep-konsep persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir. Kuesioner ini terdiri dari 30 pernyataan.

Penilaian kuesioner yaitu jawaban “sangat setuju” diberi skor 4, “setuju” diberi skor 3, “tidak setuju” diberi skor 2 dan jawaban “sangat tidak setuju” diberi skor 1, sehingga didapatkan skor terendah adalah 30 dan skor tertinggi adalah 120. Penilaian persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir berdasarkan rumus:


(47)

34

Rentang kelas Panjang kelas (P) =

Banyak Kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 120 dan banyak kelas 2 yaitu positif dan negatif, maka didapatkan panjang kelas adalah 60 sehingga interval dukungan keluarga yaitu 1-60 adalah negatif dan 61-120 adalah positif.

4.6 Uji Validitas dan Realibilitas 4.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrument dalam mengumpulkan data. Instrument harus dapat mengukur apa yang diukur (Nursalam, 2008).

Uji validitas telah dilakukan dengan melakukan uji konten (isi) oleh 1 orang keperawatan maternitas yaitu Ibu Febrina Oktavinola Kaban, M. Keb. Instrumen yang berisikan pernyataan terdiri dari 30 butir dapat digunakan dengan dua kali perbaikan kalimat. Setelah itu dilakukan pengecekan ulang oleh validator dan dinyatakan sesuai dengan tinjauan pustaka.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini dilakukan sebelum pengumpulan data di Klinik Mimi Medan kepada orangtua yang memiliki bayi baru lahir. Untuk uji realibilitas diambil 10 orang pasien yang berada di Klinik Mahdarina Padang Bulan pada responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Uji reliabilitas kuesioner penelitian ini akan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Menurut Polit dan beck (2012) bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai


(48)

35

reliabilitasnya > 0,80. Hasil uji reliabilitas dari 30 pernyataan yang diberikan kepada 10 orangtua yang baru memiliki bayi baru lahir adalah 0,918.

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU, kemudian mengirimkan permohonan izin tersebut ke Kelurahan Harjosari. Setelah mendapatkan izin, peneliti mulai mengumpulkan data.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang mengidentifikasikan persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir. Sebelum menyebarkan kuesioner, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri untuk menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Kemudian calon responden tersebut diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Bila responden bersedia mengikuti penelitian maka responden dipersilahkan untuk menjawab kuesioner dan bila tidak bersedia, peneliti tidak memaksa untuk menjadi responden.

Pengisian kuesioner, peneliti mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner dan diberi waktu 10 menit. Pengumpulan data ini dilakukan selama 10 hari, dimana setiap harinya peneliti memberikan kuesioner kepada 3-4 responden. Setelah responden selesai menjawab semua pertanyaan, peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden dan mulai menganalisis data yang diperoleh.


(49)

36

4.8 Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Untuk distribusi frekuensinya dapat dilihat dari data demografi responden, persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir (kuisioner dan observasi).


(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik orangtua, deskripsi persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir di klini Mimi Medan. Data hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase, penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Agustus - Oktober kepada 35 pasien di Klinik Mimi.

5.1.1 Karakteristik Orangtua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas orangtua dewasa awal 26-35 tahun sebanyak 23 orang (65,7%), suku Batak sebanyak 12 orang (34,3%), berpendidikan terakhir SMA sebanyak 27 orang (77,1%), pekerjaan wiraswasta sebanyak 14 orang (40%), dan berpenghasilan diatas UMR Rp 2.000.000-3.000.000 perbulan sebanyak 13 orang (37,1%). Distribusi frekuensi karakteristik demografi orangtua dapat dilihat pada tabel 5.2


(51)

38

Tabel 5.2 Karakteritik Orangtua di Klinik Mimi Medan Tahun 2016 (n=35)

Karakteristik orangtua Frekuensi Persentase (%) Usia

1. Dewasa awal(26-35) 23 65,7 2. Dewasa akhir(36-45) 12 34,3

Suku Bangsa

1. Jawa 11 31,4 2. Batak 12 34,3

3. Melayu 5 14,3

4. Aceh 3 8,6

5. Minang 4 11,4 Pendidikan

1. SD 2 5,7

2. SMP 2 5,7

3. SMA 27 77,1

4. D3 2 5,7

5. S1 2 5,7

Pekerjaan

1. PNS 5 14,3 2. Karyawan swasta 10 28,6

3. Wiraswasta 14 40

4. IRT 6 17,1

Penghasilan

1. Dibawah UMR(1.500.000)11 31,4 2. UMR(Rp. 1.811.875) 13 37,1

3. Diatas UMR(2.500.000) 11 31,4

Deskripsi Karakteristik mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, suku dan penghasilan. Hasil penelitian orangtua berumur dewasa awal (26 – 35 tahun) yaitu sebanyak 23 orang (65,7%), sebagian besar Ibu di Klinik Mimi mempunyai tingkat Pendidikan SMA yaitu sebanyak 27 orang (77,1%), suku Batak sebanyak 12 orang (34,3%), pekerjaan sebagai Wiraswasta sebanyak 14 orang (40%), sebagian besar memiliki penghasilan sesuai UMR (Rp. 1.811.875) yaitu sebanyak


(52)

39

5.1.2 Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Klinik Mimi mempunyai persepsi yang positif tentang perawatan Bayi Baru Lahir yaitu sebanyak 35 orang (100%). Distribusi frekuensi dan persentase Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Persepsi Orangtua tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan Tahun 2016 (n=35)

Persepsi Frekuensi Persentase (%)

Positif 35 100

Tabel di atas menunjukkan persepsi orang tua tentang perawatan BBL di Klinik Mimi mempersepsikan positif, yaitu sebanyak 35 orang (100%). Secara jelas dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini


(53)

40

5.2 Pembahasan

5.2.1 Persepsi Orangtua

Persepsi adalah cara pandang seseorang, pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2010). Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa ibu di Klinik Mimi mempunyai persepsi yang positif yaitu sebanyak 35 orang (100%). Hasil penelitian menunjukan bahwa Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Medan adalah “positif”. Persepsi Ibu “positif” dalam memberikan perawatan BBL mencakup pemberian nutrisi, BAB, BAK, istirahat, kebersihan kulit, kebutuhan dan keamanan.

Menurut penelitian Orlando (2012), mengatakan bahwa pada usia bayi baru lahir 3-7 hari pada anak pertama ibu sudah mampu melakukan perawatan bayi baru lahir seperti menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering, menjaga kebersihan bayi, memeriksa apakah ada tanda- tanda bahaya pada bayi, memberikan ASI, menjaga keamanan bayi, menjaga suhu tubuh bayi sehingga perawatan yang dilakukan oleh ibu terhadap BBL dapat mempengaruhi persepsi yang positif.


(54)

41

Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Bobak (2005) bahwa merawat bayi sehari- hari merupakan tugas yang harus dikuasai dan mampu dilakukan oleh setiap orangtua. Dukungan emosional dan bantuan dalam keterampilan merawat, sangat dibutuhkan oleh mereka. Perawatan bayi baru lahir yang terpenting didalamnya mencegah komplikasi akibat perawatan yang kurang baik. Faktor terpenting dalam perawatan setiap hari adalah memandikan bayi dengan tujuan membersihkan kulit tubuuh bayi dari sisa lemak tubuh serta keringat, merangsang perdarahan darah dan memberi rasa segar dan nyaman.

Hasil penelitian ini menggambarkan persepsi orangtua yang baik akan berdampak pada perawatan yang diperlukan oleh bayi. Persepsi yang baik dari orangtua membawa perubahan dalam kehidupan ibu dan ayah, serta anggota keluarga lain. Pada saat - saat yang tidak dapat ditemukan, bayi menuntut diberi minum, diganti popok dan menangis. Akan tetapi sulit membedakan, terutama dalam minggu - minggu pertama antara tangisan lapar, ketidaksukaan terhadap sesuatu dan tangisan memanggil ibu. Dalam menghadapi masalah ini orangtua seringkali kurang mengetahui dan memahami tentang kebutuhan bayi, sehingga orangtua akan merasa bahwa tuntutan bayi terlalu berlebihan (Damanik, 2004).

Dari hasil penelitian, rata – rata umur ibu 20-30 tahun yaitu 65,7%, masih termasuk dalam rentang usia produktif. Dari segi fisiologis, usia produktif tidak berisiko pada kehamilan yang pada akhirnya akan berdampak pada kelangsungan hidup neonatus sementara menurut penelitian Navaro (1970) dalam Hidayati (2010) menyatakan bahwa kelompok umur produktif (15-60 tahun) merupakan umur yang cenderung memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.


(55)

42

Diharapkan ibu pada umur produktif akan lebih memperhatikan cara- cara merawat bayi baru lahir, lebih meningkatkan pengetahuan mereka mengenai pemeriksaan bayi baru lahir dan permasalahan bayi baru lahir melalui buku KIA maupun penyuluhan yang dilakukan dikelas ibu, posyandu atau pada saat ANC hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh Kesterton et al (2004) bahwa ibu muda dan memiliki pendidikan yang lebih baik akan memiliki anggapan bahwa kolostrum lebih baik untuk bayinya. Hal ini menunjukkan bahwa ibu pada usia muda akan lebih terbuka menerima informasi yang diterimanya.

Diasumsikan bahwa ibu dengan usia reproduktif secara fisiologis lebih rendah risiko neonatusnya meninggal dan dari sisi keterbukaan penerimaan informasi,ibu dengan usia produktif juga lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan serta akan mudah menerima informasi yang diterimanya sehingga ibu pada usia reproduktif diharapkan akan lebih menaruh perhatian pada pelayanan kesehatan neonatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Diharapkan dengan promosi kesehatan yang terus menerus pada kelompok ini akan membantu menurunkan kasus kematian neonatus.

Responden dengan pendidikan yang rendah dimungkinkan memiliki pengetahuan yang kurang dalam kesehatan noenatus. Peneitian Ronoatmojo (1993) di Kecamatan Keruak. NTB, menemukan bahwa ibu yang tidak bersekolah lebih memiliki peluang untuk memiliki neonatus yang meninggal jika dibandingkan dengan ibu pada kelompok yang pernah SD atau lebih.


(56)

43

kesehatan anaknya serta meningkatkan pemanfaatan terhadap sarana kesehatan yang ada.

Berdasarkan penelitian Green bahwa pendidikan seseorang secara tidak langsung berpengaruh terhadap daya penalaran dan keyakinan orang tersebut akan hal – hal yang bersifat positif atau menguntungkan. Artinya, bahwa jika seseorang memiliki pendidikan tinggi maka ia akan mudah menerima informasi yang akan bermanfaat bagi diri dan keluarganya, dalam hal ini adalah kesehatan bayinya. Hal ini juga dikemukakan Mubarak, Chayatin, Rozikin, dan Supradi (dalam Herlyssa, 2011) bahwa pengetahuan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rendah pula menerima informasi.

Responden paling banyak berpendidikan SMA yaitu 77,1% Dalam system Pendidikan Indonesia, SMA adalah pendidikan yang wajib ditempuh oleh seluruh warga Indonesia. Di Kecamatan Poncowarno, tamatan SMA merupakan jenjang pendidikan yang diatas rata- rata kebanyakan warga, hal ini terlihat dari Profil Puskesmas tahun 2011 bahwa rata- rata pendidikan penduduk Poncoworno adalah tamat SD. Harapannya, ketika ibu bayi memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi hal ini akan berdampak pada peningkatan pengetahuan ibu tentang perawatan neonatus.

Dari data pada tabel terlihat bahwa sebagian besar orangtua bekerja untuk menambah perekonomian keluarga yaitu sebagai wiraswasta sebanyak 40%. Sebuah studi India menunjukkan bahwa ibu dengan pekerjaan yang baik akan berpengaruh terhadap perawatan neonatus yang baik hal ini berkaitan dengan pendidikan dan pengetahuan ibu (Padiyat et al, 2009).


(57)

44

Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melakukan kunjungan, ibu dengan pekerjaan dan pendidikan yang baik tidak selalu merawat anaknya dengan baik, hal ini dikarenakan ketika ibu bekerja pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain biasanya nenek atau kerabat bayi. Seperti di desa Blater, dikarenakan ibu neonatus bekerja sebagai perawat di luar negeri, maka ketika masa cutinya habis, neonatus akan ditinggalkan bersama neneknya. Diharapkan orangtua yang tidak memiliki pekerjaan akan lebih memperhatikan perawatan dan pelayanan neonatus sebab lebih memiliki banyak waktu meski tidak memiliki pekerjaan tidak berarti tidak memiliki kegiatan sama sekali.

Hasil penelitian pada pernyataan no 17 mengenai tali pusat bahwa sebagian besar responden telah melakukan perawatan tali pusat dengan cara yang dianjurkan oleh bidan, yaitu dengan hanya membungkus dengan menggunakan kassa steril yang kering. Kasa kering yang digunakan untuk membnungkus adalah kassa steril yang diberikan oleh bidan. Dukun di Kecamatan Poncowarno sudah tidak ada lagi melakukan praktik perawatan tali pusat tradisional. Mereka sudah menggunakan kassa steril yang biasanya bidan tinggalkan setelah menolong persalinan. Ketika menolong persalinan, bidan akan meninggalkan 1 boks kassa steril (berisi 12 buah) sehingga ketika bidan tidak melakukan kunjungan setiap hari dukun dapat mengganti tali pusat dengan kassa tersebut.

Hasil penelitian pada pernyataan no. 1 mengenai Memandikan Bayi 6 jam setelah dilahirkan. Di Kecamatan Poncowarno sudah tidak ada tradisi


(58)

45

dikarenakan persalinan telah ditolong oleh bidan dan telah dilakukan di fasilitas kesehatan. Hal lain yang mendukung adalah sudah meningkatnya pengetahuan ibu. Seperti pernyataan salah satu responden.

Hal ini berbeda dengan penelitian Sreeramareddy et al (2006) di Nephal Barat dimana 93,8% neonatus dimandikan segera setelah persalinan. Penelitian yang dilakukan WHO di Nephal, Bangladesh dan India pada tahun 2000 menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi memandikan bayi dengan air dingin segera setelah lahir adalah keyakinan bahwa persalinan adalah area yang panas dan nifas adalah area dingin.

Di Kecamatan Poncowarno, pada jaman dahulu memandikan bayi dilatarbelakangi anggapan bahwa bayi yang terlahir dengan air ketuban dan verniks adalah sesuatu yang kotor sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu. Hilangnya tradisi ini menunjukkan bahwa penyampaian informasi oleh bidan kepada dukun bayi dan keluarga berkaitan dengan pentingnya menjaga kehangatan bayi tetap hangat sudah berjalan baik bahkan sudah berhasil.

Pada pernyataan no. 11 dan 12 mengenai ruam popok. Menurut Deslidel Hj, (2011) diaper dermatitis merupakan penyakit yang sering menyerang pada daerah pantat bayi dikarenakan kurangnya memperhatikan perawatan daerah pantat bayi dan kurang menjaga kebersihan daerah pantat bayi. Jika tinndakan pencegahan kurang kemungkinan besar bayinya akan mengalami diapers dermatitis dan jika orangtua tindakn pencegahannya baik yang meliputi meperhatikan hyginie, kelembapan kulit daerah bokong, waktu mengganti popok atau diapers (popok sekali pakai) sangat diperhatikan, otomatis bayi akan terhidnar dari diapers dermatitis atau ruam popok.


(59)

46

Opini tersebut didukung oleh teori Deslidel Hj, (2011) Ruam Popok (Diapers Rash) adalah masalah yang amat lazim dan perlu perhatian agar daerah popok tetap bersih dan kering sehingga ruam tidak berkembang. Ruam popok adalah ruam yang ringan dan hanya beberapa bitnik merah atau yang berat berupa luka yang berdarah, beberapa bayi terlihat selalu mendapatkan ruam sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain usia anak, penggunaan popok sekali pakai (diapers). Bayi yang berumur 0-1 bulan mobilisasinya kurang sehingga pantat kulit bayi kurang terkena sirkulasi udara dari luar, maka ruam popok akan terjadi, sedangkan bayi yang sudah mulai bisa miring, merangkak risiko terkena ruam popok lebih sedikit karena kulit pantat bayi terkena udara dari luar. Kulit bayi lebih sensitif dibandingkan dengan kulit orang dewasa sehingga alergi bisa terjadi.

Reaksi alergi bahan popok bisa menjadi penyebab ruam pada bayi, karena ada merk tertentu yang memiliki kualitas bahan yang memiliki daya serap rendah, sehingga penggunaan popok sering melebihi daya tamping, kualitas popok yang juga dapat mengakibatkan ruam popok karena air seni bayi yang tidak terikat pada serat popok akan diserap dan mengendap dikulit bayi dan menimbulkan ruam. Kalua ruam sudah terjadi, sebaiknya dihindari dulu penggunaan popok sekali pakai hingga kulit bayi benar- benar sudah sembuh (Mayo, 2008).


(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian Persepsi Ibu tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi yaitu semua ibu memiliki persepsi positif yaitu sebanyak 35 orang (100%). 6. 2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa saran guna perbaikan dan pemanfaatan penelitian mengenai Persepsi Orangtua Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Klinik Mimi Medan.

6.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tambahan untuk mahasiswa dan bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan dalam bidang maternitas khususnya materi pembelajaran pada perawatan BBL. 6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pada pengembangan penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama dibidang maternitas

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orangtua tentang perawatan bayi baru lahir.

6.2.4 Keterbatasan Peneliti

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian (Burn and Grove). Dalam penelitian ini keterbatasan yang dialami peneliti adalah peneliti


(61)

52

hanya melibatkan ibu saja, untuk penelitian selanjutnya agar melibatkan pasangan orangtua sebagai sampel penelitian.


(62)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2.1.1 Definisi Persepsi

Persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2010). Persepsi adalah perception, yaitu cara pandang terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya fikir, artinya persepsi berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang direspon melalui panca indera, daya ingat, dan daya jiwa (Marliani, 2009).

Persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indera atau data (Sobur, 2003).

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Hal inilah yang menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya sama. Menurut Stephen P. Robhins, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia akan dipengaruhi oleh karakteristik individual yang dimilikinya seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, pengetahuan dan harapannya.


(63)

9

1. Sasaran dari persepsi

Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun peristiwa. Sifat-sifat ini biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Persepsi terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secara teori melainkan dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat. Hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.

2. Situasi

Persepsi harus dilihat secara konteksual yang berarti situasi dimana persepsi tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam proses pembentukan persepsi seseorang. Tidak terlalu beda dengan apa yang dikemukakan oleh Stephen P. Robhins, (1962) dalam Prasilika, (2007) menyatakan bahwa yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah:

1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang dipengaruhi dari pendidikan, bacaan, penelitian, dll.

2. Frame of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya yang tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Friedman (1985) menyatakan pembentukan persepsi juga sangat dipengaruhi oleh informasi yang pertama kali diperoleh. Oleh karena itu pengalaman pertama yang tidak menyenangkan akan sangat mempengaruhi


(64)

10

manusia senantiasa berubah, maka persepsi pun dapat berubah- ubah sesuai dengan stimulus yang diterima.

2.1.3 Proses Pembentukan Persepsi

Skema 2.1 Pembentukan Persepsi

Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimilki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi. Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima

Rangsangan/ Sensasi

Seleksi Input Proses

Pengorganisasian

Lingkungan Persepsi Interpretasi


(65)

11

dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsang tersebut berhasil ditafsirkan.

Sedangkan faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hak lain yang dapat disebut sebagai faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. (Rakhmat, 1998).

2.1.4 Jenis- Jenis Persepsi

Menurut Sunaryo, (2004) ada dua jenis persepsi, yaitu:

1. Eksternal perception, yiatu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu.

2. Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.

2.1.5 Persepsi Terhadap Risiko Berbahaya

Banyak definisi yang berkembang mengenai risiko, tetapi seringkali risiko dimaknai sebagai kemungkinan yang akan diterima sebagai dampak dari bahaya. (Short, 1984).

Persepsi risiko merupakan suatu proses dimana individu menginterpretasikan informasi mengenai risiko yang mereka peroleh. WHO, (1999).


(66)

12

Persepsi risiko dipengaruhi oleh beberpa faktor, yaitu sebagai berikut: a. Pengetahuan

b. Personal c. Konteks

d. Kualitas lingkungan kerja

Menurut Walgito (2002) dalam persepsi individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus mempunyai arti individu yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.

Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu: a. Adanya objek yang diamati

Objek menimbulkan stimulus yang mengenail alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (senosori) yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera atau reseptor

Alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensori.


(67)

13

c. Adanya perhatian

Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam suatu perespsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk persepsi.

2.1.6 Pengukuran Persepsi

Mengukur persepsi hampir sama dengan meengukur sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam system angka. Dua metoda pengukuran sikap terdiri dari metoda self- report dan pengukuran involuntary behavior.

1. Self-report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan dapat menjadi indicator sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat mengetahui pendapat atau sikapnya.

2. Involuntary behavior dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran sikap dipengaruhi kerelaan responden (Azzahy, 2010).

Jika merujuk dari pernyataan diatas, bahwa mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap, maka skala sikap dapat dipakai atau dimodifikasi untuk mengungkap persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang positif, atau negatif terhadap suatu hal atau objek.


(68)

14

2.2 Perencanaan Asuhan Bayi 2.2.1 Pemberian nutrisi

Salah satu dan yang pokok minuman yang hanya boleh di konsumsi oleh bayi baru lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah air susu ibu (ASI), karena ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi (On Demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu kalau masih kurang baru diganti dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI saja (ASI ekslusif) sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI (Makanan Pendamping ASI). Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi, tapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi memberikan dukungan yang sangat besar terhadap terjadinnya prosses pembentukan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu.

Rangsangan hisapan bayi pada putting ibu akan diteruskan olehh serabut saraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormone prolactin. Dimana hormone inilah yang memacu payudarra untuk menghasilkan ASI pada hari-hari petama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100 cc ASI. Produksi ASI akan


(69)

15

optimal setelah hari ke 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (JNPK-KR, 2007)

Adapun reflex laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir diantaranya:

1. Reflex mencari putting (rooting), yaitu bayi menoleh kea rah sentuhan dipipinya atau didekat mulut, berusaha untuk menghisap.

2. Reflex menghisap (suckling), yaitu areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.

3. Reflex menelan (swallowing), yaitu dimana ASI dimulut bayi otot didaerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan reflex menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung (JNPK-KR, 2007).

4. Keuntungan pemberian ASI diantaranya adanya keterikatan emosiaonal ibu dan bayi sebagai kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi, dan merangsang kontraksi uterus (JNPK-KR, 2007).

Pada saat memulai pemberian ASI lakukan secara dini begitu bayi lahir, tali pusat diikat dan dipotong segera telungkupkan bayi diatas perut ibu skin to skin kemudian selimuti mereka berdua, biarkan bayi mencari putting susu ibunya, dan ibu membantu memegang tubuh bayi agar tidak jatuh, biarkan bayi diatas perut ibu minimal 1 jam samapi berhasil menyusui bayinya, sehingga dapat


(70)

16

menghisap paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir) (JNPK-KR, 2007).

Komposisi ASI, susu sapi dan susu formula: komposisi/100 ml

ASI matur Susu formula

Kalori 75 67

Protein 1,2 1,5

Lactalbumin 80 60

Kasein (%) 20 40

Air (ml) 87,1 90

Lemak (gr) 4,5 3,6

Karbohidrat 7,1 69

2.2.2 BAB

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam.

Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya meconium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam.

Adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah diberi makan atau defekasi 1x setiap 3 atau 4 hari. Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak menyebab iritasi pada kulit bayi. Tinjau dari bayi yang minum susu botol berbentuk, namun tetap lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja berkurang pada minggu kedua dari 5 atau 6 x defekasi setiap hari (1 x defekasi setiap kali


(71)

17

diberikan makan) menjadi 1 atau 2 x sehari. Pada minggu kedua kehidupannya, bayi mulai memiliki pola defekasi. Dengan tambahan makanan padat, tinja bayi akan menyerupai tinja orang dewasa. Dalam 3 BAB, tinja masih dalam bentuk meconium dan normalnya bayi BAB paling tidak 1x/ hari. Untuk membersihkannya gunakan air bersih hangat dan sabun.

2.2.3 BAK

Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa belum berbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Sejumlah kecil urin terdapat di kandung kemih bayi saat lahir tapi BBL munkin tidak mengeluarkan urin selama 12- 24 jam. Berkemih 6-10 x dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Bayi cukup bulan mengeluarkan urin 15- 16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya.

2.2.4 Istirahat

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Neonates sering tidur. Neonates sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat pasttikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.


(72)

18

Pola tidur bayi usia Lama tidur

1 minggu 16,5 jam

1 tahun 14 jam

2 tahun 13 jam

5 tahun 11 jam

9 tahun 10 Am

2.2.5 Kebersihan kulit

1. Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. 2. Mandi seluruh setiap hari tidak harus dilakukan.

3. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. 2.2.6 Kebutuhan akan keamanan

1. Jangan sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.

2. Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak.

3. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi. 2.2.7 Tanda-tanda bahaya

1. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 x permenit. 2. Terlalu hangat (> 380C) atau terlalu dingin (> 360C).

3. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar. 4. Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan. 5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.


(73)

19

6. Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, penafasan sulit.

7. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering berwarna hijau tua, ada lender atau darah.

8. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bias tenang, menangis terus menerus.

9. Penyuluhan pada orangtua BBL sebelum pulang

2.2.8 Penyuluhan yang diberikan kepada orangtua BBL sebelum pulang Penyuluhan yang dapat diberikan pada orangtua adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kehangatan

Jaga kehangatan bayi dengan metode kanguru. Bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan diluar untuk membuat bayi tetap hangat. Menjaga kehangatan bayi baru lahir merupakan suatu hal yang sangat penting, dengan cara membungkus atau membedong bayi rapat-rapat dan kepalanya ditutup agar membantunya merasa aman dan hangat. Hal ini membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lama jika mereka dibungkus. Bayi mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan hangat.

Tujuan menjaga kehangatan adalah untuk mengurangi kehilangan panas tubuh dan membuat bayi merasa aman dan hangat diantaranya dengan cara membungkus bayi, yaitu: cara membungkus bayi dengan aman dalam selimut persegi. Pertama-tama lipat salah satu ujung selimut hingga ke tengah, letakkan kepala bayi ke tengah dari selimut yang dilipat, bungkus kepala bayi terlebih


(74)

20

kaki bayi. Kemudian tutupkan dua ujung lain ke tubuh bayi satu persatu, serta membuat bayi tidur lebih nyenyak.

b. Perawatan tali pusat

Tidak boleh dibubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan membuka agar tetap kering. Ketika bayi masih berada dalam kandungan ibu, ia mendapatkan makanan dan udara melalui pembuluh-pembuluh darah yang mengalir didalam tali pusat. Begitu lahir, dokter atau bidan akan menjepit tali pusatnya, memotong kira-kira 3 cm dari pusat bayi (Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal). Agar bagian tali pusat yang menempel pada perut bayi tidak terinfeksi maka harus selalu dibersihkan juga agar tetap kering dan bersih. Sisa-sisa tali pusat ini akan terlepas dalam waktu 7-10 hari, kadang-kadang 3 minggu baru terlepas. Setelah terlepas tali pusat ini akan meninggalkan bercak yang kasar, yang memerlukan waktu beberapa hari lagi (kadang-kadang beberapa minggu) untuk mengering dan sembuh. Penyembuhan yang berlangsung lambat akan menyebabkan bercak kasar ini bertambah tebal dengan jaringan yang disebut jaringan granulasi yaitu jaringan baru yang tumbuh, jika ada luka, maksudnya untuk menggantikan jaringan lama yang rusak. Jaringan granulasi yang berlebih akan lebih menonjol dari kulit sekitarnya.

Bercak ini harus dirawat dengan teliti dan dijaga kebersihannya, sehingga kuman-kuman tidak dapat menginfeksi luka ini. Jangan bubuhkan apapun pada luka ini, yang perlu dilakukan adalah menjaga agar bekas ini tetap kering. Usahakan jika bayi mengompol, urin yang membasahi popok tidak mengenai luka ini, pastikan popok bayi tidak bergesekan dan mengiritasi pusat. Jika perlu tekuk popok ke bawah untuk menghindari sentuhan dengan pusar. Apabila melihat satu


(75)

21

atau dua tetes darah keluar dari ujung tali pusar atau sekitarnya terasa panas, memerah atau tampak luka agak bengkak, bernanah. Ini menunjukan tanda-tanda infeksi dan konsultasikan dengan dotkter atau bidan. Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan berubah warna menjadi hitan bagian ini akan lepas dengan sendirinya antara satu sampai empat minggu. Beberapa professional menyarankan mengusapnya dengan alcohol dengan kain atau bola kapas yang diberi alcohol steril, sedangkam yang lain cenderung menyarankan membiarkannya begitu saja, membersihkan sekelilingnya saja dan proses alamiah yang akan mengambil alih penyembuhannya.

Cara perawatan tali pusat adalah sebagai berikut a. Hindari pembungkusan tali pusat.

b. Jangan mengoleskan salep apaun atau zat lain ke tampuk tali pusat. c. Lipat popok dibawah tali pusat.

d. Jika punting tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air matang (DTT) dan sabun. Keringkan secara seksama dengan kain bersih.

e. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan perawatan tali pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah.

f. Jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi tersebut ke fasilitas yang mampu untuk memberikan asuhan bayi baru lahir secara lengkap.

c. Perawatan mata


(76)

22

mata bayi selalu sehat. Yang perlu dilakukan adalah membersihkan kotoran di sudut mata setiap bangun tidur terutama di pagi hari. Cara merawatnya adalah degan menggunakan kapas bersih atau cuttonbuds yang sudah dicelupkan ke dalam air bersih. Kemudian bersihkan pelan-pelan pelupuk mata dan ujung luar mata.

d. Perawatan telinga

Telinga bayi memerlukan perawatan khusus, yang perlu dilakukan adalah; 1. Jagalah agar air tidak masuk ke liang telinga terutama pada saat mandi. 2. Bersihkan daun telingan dengan menggunakan cotton buds.

3. Lakukan hal ini pada waktu mandi.

4. Perlu dicurigai apabila bayi rewel, demam dan menarik-narik atau meraba-raba samping muka, kemunkinan adanya sakit pada telinga (infeksi telinga) hal ini sering terjadi pada bayi dan anak. Jika demikian, sebaiknya cepat menghubungi tenaga medis lainnya. (Meser, 2007:286)/

e. Perawatan hidung

Bayi hanya bias bernafas melalui hidung, sehingga bila hidung tersumbat oleh kotoran, ia akan megalami kesukaran bernafas. Hidung dapat dibersihkan dari kotoran-kotoran dengan cara:

1. Gunakan cotton buds/ujung tanduk yang agak basah, sehingga kotoran menjadi lunak.

2. Setelah lunak kotoran dikorek dengan kapas bersih yang digulung kecil atau dengan cotton buds.


(77)

23

f. Perawatan mulut

Perawatan mulut bayi tidak diperlukan perawatan khusus, yang perlu dilakukan adalah dengan membersihkan gusi apabila mulut bayi terlihat kotor. Caranya adalah paling tidak dua kali sehari gosoklah gusi bayi dengan lembut menggunakan kain yang bersih dan basah (Suryabudhi, 1997:96).

g. Memandikan

Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi pada beberapa jam pertama dapat mengarah pada kondisi hipotermia dan sangat membahayakan keselamatan bayinya (Depkes RI, 2004). Pada bulan-bulan pertama, bayi biasanya dimandikan pada jam 09.30 – 10.10, untuk memandikannya pakailah air yang cukup hangat karena suhu tubuh bayi terpengaruh dan mudah berubah (Suryabudhi, 2000: 163).

Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasi-rekomendasi berikut:

1. Tunggu sedikitnya enam jam setelah bayi lahir, sebelum memandikan bayi. Waktu tunggu menajdi lebih lama jika bayi mengalami asfiksia dan hipotermia.

2. Sebelum memandikan bayi, pastikan bahwa temperature tubuh bayi telah stabil (temperature akasila antara 36,50C- 37,50C). jika temperature tubuh bayi dibawah 36,50C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bayi bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan kontak kulit langsung bayi- ibu kemudian selimuti keduanya. Tunda waktu


(78)

24

3. Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan.

4. Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan tidak ada hembusan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti bayi setelah dimandikan.

5. Mandikan bayi secara cepat dengan air yang bersih dan hangat.

6. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering.

7. Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi ditutupi dengan baik (bayi baringkan dalam dekapan ibunya dan selimuti dengan baik). 8. Tempatkan bayi ditempat tidur yang sama dengan ibunya dan anjurkan ibu

untuk menyusukan bayinya (Depkes RI, 2004 Asuhan Persalinan Normal) Pemberian ASI.

h. Menyusui bayi

Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk pertumbuhan psikologis bayi yang sehat.

1. Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan: A. Merangsang produksi air susu ibu (ASI).

B. Memperkuat reflex menghisap (reflex menghisap awal pada bayi, paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir). Memulai pemberian ASI secara dini akan memberikan pengaruh yang positif bagi keehatan bayi.

C. Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan bayinya. D. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum.


(79)

25

E. Merangsang kontraksi uterus. 2. Pedoman pada ibu saat menyusui:

A. Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama.

B. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu, larutan gula atau pengganti susu ibu) kecuali ada indikasi yang jelas (atas alasan-alasan medis).

C. Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya.

D. Berikan ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang maupun malam selama bayi menginginkannya.

3. Posisi yang tepat untuk menyusui

Posisi yang tepat untuk bayi, sangan penting dalam menjamin keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet atau retak pada putting susu. Periksa, bahwa ibu telah meletakkan bayinya pada posisi yang tepat dan bayi melakukan kontak dengan ibunya secara benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama jika ibu baru pertama kali menyusukan atau ibu berusia sangat muda.

4. Memeluk bayi dan mulai menyusukan bayinya

A. Beritahu pada ibu untuk memeluk tubuh bayi secara lurus agar muka bayi menghadap ke payudara ibu dengan hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisinya harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap ke perut ibu. Ibu harus menopang seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya.


(80)

26

B. Beritahu pada ibu untuk mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi tampak siap untuk menghisap putting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah apabila bayi membuka mulut, mencari, menoleh dan bergerak mencari sesuatu.

C. Tunjukan pada ibu bagaimana membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada putting susu.

D. Beritahu pada ibu untuk:

a. Menyentuhkan bibir bayi dengan putting susunya. b. Menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar.

c. Mendekatkan bayi cepat ke payudaranya sehingga bibir bawah bayi tepat dibaeah putting susu.

E. Nilai positif menyentuhkan mulut bayi pada putting payudara dan caranya menghisap:

a. Dagu menyentuh payudara ibu. b. Mulut terbuka lebar.

c. Mulut bayi menutupi seluas munkin areola (tidak hanya puttingnya saja).

d. Bibir bayi bagian bawah melengkung ke luar.

e. Bibir menghisap dengan perlahan dan kuat, serta kadang-kadang berhenti.


(81)

27

i. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat

Tempatkan bayi dilingkingan yang hangat. Idelanya bayi ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya. Menempatkan bayi beersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.

j. Tanda-tanda bahaya

Jika timbul tanda-tanda bahaya, ajarkan ibu untuk melakukan: berikan pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu dan sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan, bawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perwatan tindakan segera.

k. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan memasukan suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral. Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) periode 2004 (revisi September 2003).


(1)

v

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan dan arahan serta dukungan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi,

4. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini, 5. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen penguji II yang telah

banyak memberikan kritik dan masukan untuk kesempurnaan skipsi ini, 6. Ibu Farida Linda Sari, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku dosen Penasehat

Akademik,

7. Direktur/Pimpinan dan bidan Ngatmi di Klinik MIMI Kota Medan yang sudah memberikan izin dalam melakukan penelitian ini,

8. Pimpinan Klinik Pratama Mahdarina Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan uji reliabilitas,

9. Saudara/i penulis yaitu Hayatun Nisa Lubis, Ulfa Anisa Lubis, Maulana Habibullah Lubis, Fahrur Roji Lubis, dan seluruh keluarga besar, tante Zubaidah Khan S.PdI, M.A beserta om Dedi Iskandar Batubara S.H, S.Sos, M.Sp, yang telah memberikan doa dukungan dan semangat selama proses pendidikan,

10. Sahabat-sahabat tersayang Arifin, Mira Afifah, Liza Kudadiri, Dewi Anggraeni, Sartika Rajagukguk yang sudah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

11. Ibu-ibu yang sudah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.


(2)

vi

Dengan segala keterbatasan dalam pembuatan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini nantinya. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2016


(3)

vii

Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Skema ... viii

Daftar Tabel ... ix

Abstrak ... x

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 7

1.4 Manfaat penelitian ... 7

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 8

2.1 Persepsi ... 8

2.1.1 Definisi persepsi ... 8

2.1.2 Faktor mempengaruhi persepsi ... 8

2.1.3 Proses pembentukan persepsi ... 10

2.1.4 Jenis-jenis persepsi ... 11

2.1.5 Persepsi terhadap resiko berbahaya ... 11

2.1.6 Pengukuran persepsi ... 13

2.2 Perencanaan asuhan bayi ... 14

2.2.1 Pemberian nutrsi... 14

2.2.2 BAB ... 16

2.2.3 BAK ... 17

2.2.4 Istirahat ... 17

2.2.5 Kebersihan kulit ... 18

2.2.6 Kebutuhan akan nyaman ... 18

2.2.7 Tanda-tanda bahaya ... 18

2.2.8 Penyuluhan ... 19

Bab 3. Kerangka Penelitian ... 29

3.1 Kerangka penelitian ... 29

3.2 Definisi operasional ... 30

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 31

4.1 Desain penelitian ... 31

4.2 Populasi dan sampel ... 31

4.2.1 Populasi ... 31

4.2.2 Sampel ... 31

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 32

4.4 Pertimbangan etik... 33


(4)

viii

4.5 Instrumen penelitian ... 33

4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 34

4.6.1 Validitas ... 34

4.6.2 Reliabilitas ... 34

4.7 Pengumpulan data ... 35

4.8 Analisa data ... 36

Bab 5. Hasil dan pembahasan ... 37

5.1 Hasil Penelitian ... 37

5.1.1 Karakteristik responden ... 37

5.1.2 Persepsi orangtua ... 39

5.2 Pembahasan ... 44

5.2.1 Persepsi orangtua ... 44

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 51

6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 51

Daftar Pustaka ... 53 Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian

Lampiran 2. Inform Consent Lampiran 3. Instrumen Penelitian Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Lampiran 5. Surat Pertimbangan Etik Lampiran 6. Surat Persetujuan Valid Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 8. Master Data Persepsi Orangtua Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Data Lampiran 10. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 11. Taksasi Dana


(5)

ix

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Skema Pembentukan Persepsi ……… 10

Skema 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ……… 29


(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel definisi operasional ... 30 Tabel 5.2 Tabel Karakteritik orangtua di klinik MIMI ... 38 Tabel 5.3 Tabel Persepsi orangtua yang tentang perawatan bayi baru lahir di Klinik Mimi Medan ... 39