Persepsi Ibu Suku Mandailing Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir Di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas

(1)

PERSEPSI IBU SUKU MANDAILING TENTANG

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI KECAMATAN SOSA

KABUPATEN PADANG LAWAS

Oleh: Kholilah Daulay

081121064

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Persepsi Ibu Suku Mandailing tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas Nama Mahasiswa : Kholilah Daulay

Nim : 081121064

Program : S1 Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar rahim. Bayi baru lahir membutuhkan perawatan untuk menjalani masa transisi dengan baik. Persepsi ibu mempengaruhi kemampuan dalam melakukan perawatan bayi baru lahir. Pada penelitian ini belum diketahui persepsi suku Mandailing tentang perawatan pada bayi baru lahir yang sesuai dengan standart perawatan.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi ibu pada suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas dengan populasi ibu-ibu suku Mandailing yang mempunyai bayi. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 Juni sampai 8 Juni 2010 menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 60 responden.

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir lebih banyak yang memiliki persepsi cukup (81,7%). Persepsi ibu suku Mandailing di Kecamatan Sosa dipengaruhi oleh pendidikan ibu mayoritas tamat SMP dan pekerjaan ibu sebagai IRT. Penyampaian informasi dan penyuluhan kesehatan mengenai perawatan bayi baru lahir oleh perawat maternitas masih perlu untuk memperbaiki persepsi ibu terhadap perawatan bayi, karena kesehatan bayi pada kelanjutan perkembangan dan pertumbuhannya sangat diitentukan oleh kesehatan dan perawatan yang diberikan saat lahir dan hari-hari pertama kehidupannya.


(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha Esa, atas segala berkat dan pertolongan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas.

Selama peroses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ellyta Aizar S.kep selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis dapat mendapat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasi juga kepada dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, Ibu Erniyati,S.KP, MNS selaku pembantu dekan II, Bapak Ikhsan nuddin A Hrp, S.Kep, MNS selaku pembantu dekan III, Ibu Nur Afi Dartii, S.Kp, M.Kep, selaku dosen penguji I dan Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, sebagai dosen penguji II. Dan seluruh dosen dan staf yang ada di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang telah memberi fasilitas, kesempatan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

Terkhusus terima kasih diucapkan kepada keluarga saya ayahanda dan ibunda tercinta atas kasih sayang dan dukungan moril maupun materil selama menyelesiakan skripsi ini, serta kepada adik-adik ku yang telah memberikan


(4)

dukungan dan semangatnya kepada saya sampai skripsi ini selesai. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-temanku yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang memberikan semangat dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat kita semua dan dapat memberikan informasi di dunia kesehatan terutama keperawatan.

Medan ...Juli 2010 Penulis

Kholilah Daulay


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Prakata ... ii

Daftar isi ... iv

Daftar Tabel ... v

Abstrak ... vi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1 Persepsi ... 5

2.2 Bayi Baru Lahir ... 9

Bab 3 Kerangka Penelitian ... 23

3.1 Kerangka Penelitian ... 23

3.2 Defenisi Konseptual dan Defenisi Operasional ... 24

Bab 4 Metodologi Penelitian ... 26

4.1 Desain Penelitian ... 26

4.2 Populasi dan Sampel ... 26

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 27

4.5 Instrumen Penelitian ... 27

4.6 Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 28

4.7 Pengumpulan Data ... 29

4.8 Analisa Data ... 30

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 31

5.1 Hasil Penelitian ... 31

5.2 Pembahasan ... 34

Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi ... 45

6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Rekomendasi ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 47

1. Formulir Persetujuan Penelitian ... 47

2. Taksai Dana ... 48

3. Instrumen Penelitian ... 49


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 5.1 Distribusi frekwensi dan persentase karakteristik responden tentang persepsi ibu tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas Juni 2010 ... 31 Tabel 5.2 Distribusi frekwensi dan persentase jawaban responden tentang

persepsi ibu suku mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas Juni 2010 ... 32 Tabel 5.3 Distribusi frekwensi persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan

bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas Juni 2010 ... 34


(7)

Judul : Persepsi Ibu Suku Mandailing tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas Nama Mahasiswa : Kholilah Daulay

Nim : 081121064

Program : S1 Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar rahim. Bayi baru lahir membutuhkan perawatan untuk menjalani masa transisi dengan baik. Persepsi ibu mempengaruhi kemampuan dalam melakukan perawatan bayi baru lahir. Pada penelitian ini belum diketahui persepsi suku Mandailing tentang perawatan pada bayi baru lahir yang sesuai dengan standart perawatan.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi ibu pada suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas dengan populasi ibu-ibu suku Mandailing yang mempunyai bayi. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 Juni sampai 8 Juni 2010 menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 60 responden.

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir lebih banyak yang memiliki persepsi cukup (81,7%). Persepsi ibu suku Mandailing di Kecamatan Sosa dipengaruhi oleh pendidikan ibu mayoritas tamat SMP dan pekerjaan ibu sebagai IRT. Penyampaian informasi dan penyuluhan kesehatan mengenai perawatan bayi baru lahir oleh perawat maternitas masih perlu untuk memperbaiki persepsi ibu terhadap perawatan bayi, karena kesehatan bayi pada kelanjutan perkembangan dan pertumbuhannya sangat diitentukan oleh kesehatan dan perawatan yang diberikan saat lahir dan hari-hari pertama kehidupannya.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Bayi baru lahir (new born) adalah usia 0 sampai 28 hari atau satu bulan. Hari-hari sesudah bayi lahir sangat penting karena menentukan perkembangan selanjutnya. Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan kedaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya (Anik & Nurhayati, 2008).

Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar uterus. Bayi baru lahir membutuhkan perawatan untuk menjalani masa transisi dengan baik (Patricia dkk, 2005).

Perlindungan yang perlu diberikan dalam perawatan bayi baru lahir adalah menjaga kebutuhan utama bayi yaitu, bernafas dan sirkulasi darah tidak terganggu, mencegah hilangnya suhu ataupun kebutuhan oksigen yang meningkat. Pencegahan terhadap infeksi dan gangguan perdarahan. Memberikan nutrisi yang cukup. Perawatan secara umum yaitu perawatan kulit, tali pusat, memantau pertambahan berat badan, keaktifan bayi dan pola tidur. Selain keadaan fisik stimulus perkembangan perilaku dan hubungan bayi dengan orang tua perlu juga diperhatikan (Anik & Nurhayati, 2008).


(9)

Perawatan bayi baru lahir dimulai sejak bayi lahir, pada saat ini pemeriksaan bayi dilakukan secara lengkap. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pertama setelah kelahiran yang digunakan untuk menemukan adanya abnormalitas sedini mungkin ( Ria, 2005)

Perawat yang memberikan asuhan pada bayi baru lahir harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai berbagai perubahan biologis bayi dari hari pertama setelah lahir. Walaupun diketahui bahwa kebanyakan bayi dapat menjalani penyesuaian yang dibutuhkan untuk hidup di luar kandungan tanpa banyak kesulitan, tetapi kesehatannya tergantung pada asuhan bayi baru lahir yang diterimanya (Anik & Nurhayati, 2008).

Observasi yang terus-menerus dan seksama pada bayi baru lahir merupakan faktor penting untuk mencegah agar setiap permasalahan yang ringan tidak berkembang menjadi permasalahan yang berat (Helen 1999). Tujuan perawatan bayi baru lahir juga mengajarkan orang tua bagaimana merawat bayi mereka, dan untuk memberi motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga orang tua percaya diri dan mantap melakukan perawatan (Patricia dkk, 2005).

Kasus-kasus penyakit dan kematian bayi akibat persepsi budaya yang tidak mendukung tercapainya kondisi yang baik ini masih banyak dijumpai di berbagai tempat di Indonesia (Meutia, 1998). Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan orang tua dalam melakukan perawatan BBL. Dalam masyarakat tertentu perawatan BBL biasanya sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya


(10)

masyarakat setempat, setiap suku memiliki persepsi masing-masing tentang beberapa aspek dalam perawatan BBL.

Kebudayaan Mandailing merupakan bagian dari kebudayaan inti Batak. Daerah Mandailing merupakan bagian dari wilayah administratif Kabupaten Mandailing, pecahan dari Kabupaten Tapanuli Selatan. (Parlaungan, 2002) Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas merupakan pecahan dari Kabupaten Tapanuli Selatan yang melakukan pemekaran pada tahun 2007. dalam budaya Mandailing anak mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan yang tidak memberikan anak dalam adat dipandang sebagai hal yang kurang beruntung. Itulah sebabnya anak yang lahir dari suatu perkawinan selalu diberkati atau di pasu-pasu, (Pandapotan, 2005). Penelitian ini dilakukan di Kecamtan Sosa Kabupaten Padang lawas dengan alasan peneliti berdomisili di daerah tersebut sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dan penduduknya didominasi oleh suku Mandailing. Masyarakat Mandailing di daerah tersebut juga masih menggunakan adat dengan perawatan tradisional dalam perawatan bayi baru lahir, juga masih percaya dengan mitos-mitos seperti memandikan bayi dengan air dingin bisa membuat tubuh bayi lebih kuat.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas.


(11)

1.2. Tujuan penelitian

Mengidentifikasi persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas.

1.3. Pertanyaan penelitian

Bagaimana persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas.

1.4. Manfaat penelitian 4.1 Pendidikan keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi lebih banyak tentang persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas.

4.2 Praktik pelayanan keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menambah pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif pada bayi baru lahir yang berlatar belakang budaya Mandailing.

4.3 Penelitian keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bermakna bagi penelitian selanjutnya, untuk memperkaya pengetahuan khususnya mengenai perawatan bayi baru lahir.


(12)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2.1.1 Defenisi persepsi

Menurut slameto (2003) persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya , yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Siagian (1995) mendefenisikan persepsi sebagai apa yang ingin dilihat oleh seseorang yang belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya, dan inilah yang menyebabkan timbulnya interprestasi berbeda tentang apa yang dilihat dan dialami oleh dua orang yang mengalami hal yang sama.

Menurut Rakhmat (2004) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan melampirkan pesan.

2.1.2 Macam – macam persepsi dan proses terjadinya persepsi

Menurut Sunaryo (2002) ada dua macam persepsi, yaitu External dan percepcion adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu . Sedangkan self preception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.

Dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu


(13)

yang bersangkutan (self preception). Alat penghubung antara individu dengan dunia luar adalah indra. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului pengindraan, yaitu dengan diterimanya stimulus oleh reseptor, diterusksn ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan dan diinterprestasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa yang dilihat dan didengarkan (Sunaryo, 2002)

Menurut Sobur (2003) tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama yaitu: Pertama seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Kedua interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sitem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga tergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. Ketiga interprestasi dan presepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberikan interprestasi yang berbeda tentang yang dilihatnya.


(14)

Menurut Siagian (1995) Secara umum terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Pertama diri orang yang bersangkutan sendiri atau pengtahuan yang dimiliki.Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasinya tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual dan pengetahuan yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, minat, pengalaman, dan harapannya. Kedua sasaran pesepsi tersebut. Sasaran ini mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut menentukan persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi.Ketiga faktor situasi. Faktor ketiga yang turut berperan dalam membentuk persepsi seseorang adalah faktor situasi. Dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara konstektual artinya perlu diperhatikan dalam situasi yang mana suatu persepsi itu timbul.

Pendapat ( Rakhmat, 1994 dikutip oleh Sobur 2003) menyebutkan, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dapat dikategorikan sebagai berikut yaitu, pertama faktor fungsional. Faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu seorang individu. Kedua faktor struktural berati bahwa faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu.Ketiga faktor situasional. Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non verbal. Keempat Faktor personal mempengaruhi persepsi adalah faktor personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi, kepribadian.


(15)

Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap terdiri dari metode self report dan pengukuran involuntary behavior.

Self Report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan dapat menjadi indikator sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat mengetahui pendapat atau sikapnya. Sedangkan pengukuran involuntary behaviour dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran sikap dipengaruhi kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis tanpa disadari oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan sikap/persepsi individu mulai dari facial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung dan beberapa aspek fisiologis yang lainnya (Azzahy, 2010).

Menurut Azwar, (2003) skala sikap disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu obyek sosial. Pernyataan sikap terdiri dari dua macam yaitu pernyataan favorable (mendukung atau memihak) dan unfavorable (tidak mendukung/tidak memihak) pada obyek sikap.

Jika merujuk pada pernyataan diatas, bahwa mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap, maka skala sikap yang disusun untuk mengungkap


(16)

sikap dapat dipakai atau dimodifikasi untuk mengungkap persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang positi, negatif terhadap suatu hal atau obyek.

2.2. Bayi baru lahir

2.2.1. Pengertian bayi baru lahir

Menurut Hurlock (2004) Bayi adalah anak yang muda usianya , dan tidak ditetapkan batasan usianya . Bayi baru lahir (new born) adalah usia semenjak usia 0 sampai 28 hari atau satu bulan (Anik & Nurhayati, 2008).

Bayi baru lahir atau neonatus mulai bayi lahir sampai satu bulan periode ini adalah bulan pertama kehidupan. Dimana bayi megalami pertumbuhan dan perubahan yang menakjubkan (Halminton , 1995)

2.3.Fisiologi bayi baru lahir

Sebelum lahir, bayi hidup di lingkungan yang terlindung dengan suhu terkontrol dan kedap suara. terapung dalam suatu genangan cairan hangat, dan memperoleh pasokan untuk semua kebutuhan fisiknya. Oksigen, glukosa, vitamin, dan mineral diberikan lewat talipusat ibunya, sedangkan karbon dioksida serta produk sisa lainnya dibuang ke dalam darah ibunya (Mirriam, 1999).

Pada saat lah ir, bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Perubahan ini dikenal sebagai periode transisi, yang dimulai ketika bayi ke luar dari tubuh ibu dan berlanjut selama beberapa minggu untuk sistem organ tertentu. Transisi ekstra uteri bayi baru lahir yang paling dramastis dan cepat terjadi pada area sistem pernapasan, sistem sirkulasi, kemampuan termoregulasi, dan kemampuan memperoleh sumber glukosa (helen , 2007)


(17)

Di luar rahim bayi harus mengerjakan beberapa fungsi baru, termasuk mengendalikan suhu tubuhnya sendiri, mempertahankan diri terhadap infeksi dan mengeluarkan bahan-bahan sisa yang jumlahnya makin meningkat. Antibodi dari ibu akan melindunginya untuk beberapa minggu, tetapi ia sendiri harus segera menghasilkan antibodi itu. Bayi juga harus beradaptasi terhadap masukan data inderawi yang meningkat besar-besaran melalui telinga, mata, hidung, lidah, dan kulitnya menyimpan dan menata semua informasi untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia dan secara bertahap membentuk kepribadiannya (Mirriam, 1999).

2.4. Perawatan bayi baru lahir

Perawatan bayi baru lahir dimulai saat kelahiran ketika dilakukan pemeriksaan bayi secara lengkap. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pertama setelah kelahiran, yang digunakan untuk menemukan adanya abnormalitas sedini mungkin. Pemantauan abnormalitas bayi dapat dilakukan oleh perawat atau bidan, dan ibu selama perawatan rutin (Henderson, 2005).

2.4.1. Pengkajian awal

Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir dengan menggunakan nilai apgar dan melalui pemeriksaan fisik singkat. Perawat atau penolong persalinan menetapkan nilai apgar. Pengkajian nilai apgar didasarkan pada lima aspek yang menujukkan kondisi fisiologis neonatus yakni, Denyut jantung, dilakukan dengan auskultasi menggunakan stetoskop. Pernafasan, dilakukn berdasarkan pengamatan gerakan dinding dada . Tonus otot dilakukan berdasarkan derajat fleksi dan pergerakan ekstremitas. Pergerakan iritabilitas refleks, dilakukan berdasarkan respon terhadap tepukan halus pada telapak kaki.


(18)

Warna, dideskripsikan sebagai pucat diberi nilai 0, sianotik nilai 1, atau merah muda nilai 2. Evaluasi dilakukan pada menit pertama dan menit kelima setelah bayi lahir. Sedangkan pengkajian usia gestasi dilakukan dua jam pertama setelah lahir ( Bobak dkk, 2004).

Pengukuran antropometri dengan menimbang berat badan menggunakan timbangan, penilaian hasil timbangan dengan kategori sebagai berikut, bayi normal BB 2500-3500 g, bayi prematur <2500 g dan bayi marosomia >3500 g (Alimul, 2008)

2.4.2. Mempertahankan bersihan jalan napas

Pada umumnya, bayi baru lahir normal yang cukup bulan dan lahir per vaginam tidak mengalami kesulitan untuk membersihkan jalan napasnya. Kebanyakan sekresi bergerak sesuai gaya gravitasi dan dibawa ke orofaring . Bayi dipertahankan dalam posisi berbaring miring dengan selimut diletakkan pada punggung bayi untuk memfasilitasi drainnase. Apabila terdapat lendir berlebih di jalan napas bayi, jalan napas bayi dapat dihisap melalui mulut dan hidung dengan sebuah bulb syringe. Bayi yang tersumbat oleh sekresi lendir, harus ditopang kepalanya agar menunduk. Bayi tidak boleh dipegang hanya pada kakinya saja. Penghisapan pertama dilakukan di mulut. Pompa karet ditekan dan dimasukkan ke sisi mulut, bagian tengah mulut harus dihindari untuk mencegah refleks gag. Lubang hidung dihisap satu per satu. Apabila bayi saat menangis tidak terdengar suara lendir lagi penghisapan dapat dihentikan ( Bobak dkk, 2004).


(19)

2.4.3. Suhu tubuh

Setiap kali prosedur dilakukan, upayakan untuk mencegah atau mengurangi hilangnya panas pada bayi baru lahir. Stres dingin (cold stress) akan mengganggu kesehatan bayi baru lahir. Keadaan tersebut akan meningkatkan kebutuhan oksigen bayi dan dapat mengganggu keseimbangan asam basa. Bayi bereaksi dengan meningkatkan kecepatan pernafasannya dan kemungkinan dapat mengalami sianotik. Suhu aksila harus diukur setiap jam sampai temperatur menjadi stabil.

Perawat dapat membantu menstabilkan temperatur tubuh bayi baru lahir dengan beberapa cara . Temperatur ruang di unit rawat sebaiknya 240 C. Bayi baru lahir harus dikeringkan dan dibungkus dengan selimut hangat segera setelah lahir, perhatikan supaya kepala juga harus diselimuti selama bayi digendong orang tuanya ( Bobak dkk, 2004).

2.4.4. Perawatan organ tubuh bayi

Pada organ kepala lingkar kepala diukur dengan menggunakan meteran (Anik & Nurhayati, 2008). Palpasi dan pantau fontanel. Fontanel depan paling lebar dan berbentuk wajik. Fontanel belakang berbentuk segitiga. Sutura sagital (terletak pada bagian paling atas, dari depan ke belakang) merupakan area yang lembut dan tanpa hubungan (Patricia dkk, 2005) Penilaian hasil pengukuran lingkar kepala dibandingkan dengan lingkar dada, jika diameter lebih dari 3 cm dari lingkar dadabayi mengalami hidrosefalus dan jika diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, bayi tersebut mengalami mikrosefalus.


(20)

Insfeksi area mata dan kelopak mata. Mata harus bersih, tanpa drainase dan kelopak mata tidak bengkak, perdarahan konjungtiva mungkin ada (Patricia dkk, 2005). Untuk membersihkan mata, gunakan kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Bonny & Mila,.2003).

Di beberapa negara berkembang perawatan mata diharuskan untuk mencegah terjadinya optalmia neonatorum (safiuddin, 2001). Optalmia adalah infeksi yang timbul dalam 48 jam setelah lahir yang disebabkan oleh organisme dari ibu yang berasal dari kuman Stafilokokus (Henderson, 2006).

Bayi cukup usia mempunyai dua per tiga ujung pinna yang tidak melengkung. Rotasi telinga harus ada di garis tengah, dan tidak mengenai bagian depan atau agian belakang (Patricia dkk, 2005)

Untuk membersihkan telinga , bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Jangan masukkan benda apapun ke dalam telinga, termasuk cotton bud atau jari karena akibatnya sangat berbahaya. Telinga mempunyai daya pembersih sendiri. Jika kotoran bayi tampak menumpuk, sebaiknya mengkosultasikannya dengan dokter anak (Bonny & Mila,.2003). Mengkaji gangguan pendengaran dengan membunyikan bel atau suara apakah terjadi refleks terkejut, jika tidak terjadi refleks terkejut kemungkinan bayi mengalami gangguan pendengaran (Alimul, 2008)

Menurut patricia dkk (2005) lubang hidung harus bersih tanpa mukus. Bagian dalam hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakkan cotton


(21)

but atau tisu yang digulung kecil, jika menggunakan jari pastikan jari benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan menggunakan penyedot hidung bayi, atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut (Bonny & Mila,.2003)

Kebersihan mulut bayi harus diperhatikan, karena bercak putih pada lidah (oral thurust) dapat menjadi masalah jika diikuti dengan tumbuhnya jamur. Membersihkan mulut bayi dilakukan pada saat bayi terbangun, dengan mengatur posisi seperti sedang menyusui, menggunakan sendok berisi air putih hangat. upayakan agar bayi jangan sampai tersedak (Musbikin I, 2005)

Kuku jari tangan yang panjang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Khususnya jika bayi tersebut post matur. Kuku yang panjang dapat menimbulkan luka garukan pada wajah bayi dan luka ini bisa terinfeksi. Kuku yang panjang dapat pula terkoyak karena sekalipun panjang, tetapi kuku tersebut sangat lunak. Jika kuku tersebut terkoyak, jaringan di bawahnya yang sensitif terhadap infeksi dapat terpajan. Bayi dapat menggunakan sarung tangan atau dengan melakukan pemotongan kuku dengan hati-hati (Farrer, 1999).

2.4.4.1. Tali pusat

Menurut Penny dkk (2007) tali pusat bayi umumnya berwarna kebiruan dan panjangnya 2,5 sampai 5 cm sesudah dipotong. Klem tali pusat akan dipasang untuk menghentikan perdarahan. Klem tali pusat dibuka jika tali pusat sudah kering. Sebelum tali pusat lepas jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan jangan membasuh tali pusat dengan lap basah. Sebelum melakukan perawatan pada tali pusat harus mencuci tangan bersih-bersih.


(22)

Membersihkan sisa tali pusat terutama pangkalnya dilakukan dengan hati-hati jika tali pusat masih berwarna merah.

Tali pusat harus selalu dilihat pada waktu mengganti popok sampai tali pusat tersebut lepas luka pada umbilikusnya sembuh. Tali pusat dirawat dan dijaga kebersihannya dengan menggunakan larutan alkohol 70 % paling tidak dilakukan dua kali sehari setiap empat jam sekali dan lebih sering lagi jika tampak basah atau lengket (Farrer, 1999).

2.4.4.2. Higiene dan perawatan kulit

Memandikan bayi tidak sama seperti orang dewasa memandikan bayi seharusnya dilakukan sebelum ia tidur karena dapat membuatnya rileks sehingga memudahkan untuk tidur. Memandikan bayi dilakukan di tempat yang aman, dengan suhu yang hangat. Jika tali pusat atau bekas sunat belum sembuh benar, bayi tidak boleh mandi berendam (Bonny & Mila,.2003).

Menurut Helen dkk (2007) Perawatan kulit yang ditutup oleh popok sangat penting untuk mencegah terjadinya ruam popok. Perawatan kulit dengan menggunakan minyak telon, krim, baby iol, dan colegne diperkenankan tetapi penggunaan bedak tabur tidak dianjurkan karena dapat terhirup oleh bayi dan mengganggu jalan napas atau membuat tersedak. Penggunaan bedak dilipatan tubuh bayi yang sering berkeringat, seperti leher akan menimbulkan lecet (Bonny & Mila,.2003).

2.4.4.3. Genitalia

Penis terdiri dari bentuk silinder di hampir seluruh panjangnya dengan ujung membulat disebut glan. Bagian tangkai dan glan dibatasi lekukan yang


(23)

disebut sulkus. Membersihkan genitelia bayi laki-laki dengan menggunakan air sabun. Gunakan kapas basah untuk membersihkan lipatan-lipatannya jangan memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam atau menyemprotkan antiseptik karena sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari glan, sesekali bisa ditarik dan membersihkan bawahnya. Bagian anus dan bokong dibersihkan dari luar ke dalam. Kemudian keringkan dengan tisu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong beleh diolesi krim,

Membersihkan genitalia perempuan menggunakan sabun dan air. Gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin, lakukan dari arah depan ke belakang.Tidak perlu membersihkan bagian dalam vagina. Bagian anus dan bokong dibersihkan dari arah anus keluar. Kemudian keringkan dengan tisu lembut, jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong beleh diolesi krim (Bonny & Mila,.2003).

2.4.5. Sirkumsisi

Menurut Patricia dkk (2005) beberapa orang tua memilih untuk melakukan sirkumsisi pada bayi laki-lakinya. Sebelum prosedur dilakukan, orang tua perlu diyakinkan bahwa mereka memahami prosedur, serta menandatangani formulir persetujuan tindakan. Bayi baru lahir akan disirkumsisi, pelaksanaanya baru dilakukan sesudah bayi tersebut berusia lebih dari 8 hari dan kalau bayinya sehat, matur serta tidak menunjukkan gejala ikterus. Bahaya perdarahan dan infeksi harus dipikirkan pada waktu merawat bayi yang menjalani prosedur pembedahan ini (Farrer, 1999).


(24)

Lembaran kasa berbentuk pita harus dibelitkan disekitar luka sirkumsisi dan kita dapat menggunakan friar’s balsam (tinc benz co) untuk membuat kasa tersebut melekat serta bersifat antiseptik. Kasa biasanya baru dilepas pada hari ke-3 atau ke-4 setelah operasi.

2.4.6. Nutrisi

Menurut Persis, M. H (1995) Pada saat persalinan ibu telah diketahui apakah ia memberikan ASI atau susu botol. Karena hal ini merupakan suatu keputusan yang sangat bersifat pribadi karena baik ASI atau susu botol dapat disebut baik pada semua kasus, perawat harus mendukung keputusan ibu tanpa memberikan tekanan penilaian. Biasanya bayi baru lahir tidak diberi apa-apa selama 12 jam pertama (NPO). Hal ini memungkinkan lendir atau cairan amnion meninggalkan sluran mulut dan memberikan waktu pada bayi untuk istirahat.

Menurut Hubertin Sri (2004) Perawat mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan penerapan ASI eksklusif agar bayi mendapatkan nutrisi yang adekuat untuk tumbuh kembangnya. Keputusan untuk memberikan bayi susu botol adalah logis jika ibu tidak ingin menyusui karena berbagai alasan yang tepat (Helen , 2007).

2.4.7. Imunisasi

Bayi dan anak akan diberi vaksinasi pada saat pemeriksaan dengan kondisi bayi dan anak sehat, untuk melindunginya dari penyakit-penyakit dapatan yang mungkin serius. Kemampuan vaksinasi untuk untuk memvaksinasi bayi terhadap penyakit-penyakit seperti polio dan batuk rejan bahkan cacar. Beberapa orang tua dalam upaya melindungi dari efek samping resiko vaksinasi memutuskan untuk


(25)

tidak mengimunisasi anaknya. Mereka lebih suka mengambil resiko yaitu anak mereka terkena penyakit dari pada melihat anaknya mengalami efek samping dari vaksinasi. Sebaiknya orang tua mengumpulkan informasi dari masing-masing vaksin saat membuat pilihan tentang imunisasi (Patricia dkk, 2005).

2.5. Konsep budaya tentang perawatan bayi baru lahir 2.5.1. Defenisi budaya

Menurut ahli antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Kebudayaan juga merupakan tindakan yang harus dibiasaka oleh manusia dengan belajar. (Keoentjaraningrat, 1990)

Helman memandang budaya sebagai seperangkat pedoman yang diwarisi individu sebagai anggota masyarakat tertentu dan memberi tahu individu sebagai anggota masyarakat tertentu dan cara berhubungan dengan orang lain, dengan kekuatan supra natural, dan dengan lingkungan alam. Pengetahuan budaya mencakup keyakinan dan nilai tentang sikap segi kehidupan termasuk praktik keehatan ( Bobak dkk, 2004).

Menurut Kluckhohn ada tujuh unsur kebudayaan dalam kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian hidup, sistem teknologi dan peralatan, bahasa serta kesenian (Widyosiswoyo S, 2005).

Kebudayaan dibagai kepada tiga wujud yaitu, pertama wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagsan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta


(26)

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Ketiga wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

2.5.2. Budaya Mandailing

Wilayah Mandailing merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Selatan. Luas daerah ini adalah 18.896,50 km2 atau sekitar 26,,37 % dari luas provinsi Sumatera Utara (Parlaungan R, 2002). Dari segi budaya, Mandailing berada di sepanjang jalan raya lintas Sumatera di daerah Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, sekitar 40 km dari Padang Sidempuan ke selatan dan sekitar 150 km dari Bukit Tinggi ke utara.

Kebudayaan Mandailing merupakan bagian dari kebudayaan inti Batak. Sebagaimana dengan masyarakat batak lainnya, orang Mandailing memperhitungkan hubungan keturunan patrilineal. Tiap-tiap desa di Mandailing mempunyai sebuah balai desa, tempat pelaksanaan sidang-sidang pengadilan dan sidang-sidang adat lainnya. Meskipun secara adat, Mandailing merupakan bagian dari adat utama Batak, adat Mandailing sudah banyak dipengaruhi oleh agama Islam.

Budaya Mandailing didukung oleh suku Mandailing yang terbagi ke dalam beberapa marga dibagi atas garis keturunan ayah. Marga-marga mandailing meliputi: Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulae, Matondang, Parinduri, Hasibuan.

2.5.3. Aspek budaya dalam perawatan bayi baru lahir

Faktor-faktor sosial budaya mempuyai peranan penting dalam memahami sikap dan perilaku menanggapi kehamilan, kelahiran, serta perawatan bayi dan


(27)

ibunya. Sebagian pandagan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan (Meutia, 1998).

Kebudayaan merupakan total jumlah karakteristik yang diwarisi secara sosial yang dapat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan dibentuk oleh dibentuk oleh nilai-nilai, keyakinan, norma, dan prilaku yang dibentuk oleh kelompok dengan latar belkang yang sama. Pedoman kebudayaan dipikirkan dan dilakukan seseorang, diekspresikan apa adanya. Karena tradisi ini diturunkan maka akan menjadi nilai-nilai budaya yang menjadi prilaku. Untuk memahami prilaku individu, perlu memahami latar belakang kebudayaan mereka

Para perawat berinteraksi dengan keluarga dari kebudayaan atau kelompok entis yang berbeda, dapat memberi asuhan keperawatan esensial sesuai dengan budaya dengan menguji secara teliti keyakinan-keyakinan budaya , mengidentifikasi bias, sikap, dan penilaian mempelajari praktek dari kebudayaan-kebudayaan yang penting . Beberapa kebudayaan-kebudayaan memberikan prioritas tinggi untuk memiliki anak laki-laki, wanita yang melahirkan anak laki-laki menerima status yang lebih tinggi dalam keluarga,ini berlaku pada keluarga Cina tradisional.Dalam keluarga hispanic trdisional, nenek diharapkan memainkan peranan dalam merawat bayi barulahir (Burrougs, A & Laifer, G 2001).

Menurut galanti ( dikutip dari Bobak dkk, 2004) Orang Amerika-Meksiko memiliki beberapa tradisi seperti, menyusui pada bayi baru lahir dimulai pada hari keempat, karena kolostrum dianggap kotor atau tercemar . Minyak zaitun atau jarak diberikan pada bayi baru lahir karena dianggap dapat menstimulasi pengeluaran mekonium. Bayi laki tidak disirkumsisi, dan telinga bayi


(28)

laki-laki ditindik. Berbagai obat juga digunakan untuk mengatasi mal ajo dan fontanel yang cekung.

Dalam penelitian Dwi purwo Sulaksono pada masyarakat pinggiran Jakarta di kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, terdapt buburuk (roh jahat sejenis genderuwo) yang menginginkan nyawa bayi serta dapat mengakibatkan sakit panas dan kematiannya. Karena itu sejak lahir hingga usia tujuh hari, sang bayi tidak dibiarkan tidur seorang diri. Selain itu untuk mengusir roh halus, diletakkan lampu minyak yang ditutupi dengan keranjang, serta golok dan sapu lidi yang ditaruh di kolong tempat tidurnya. Bila sang bayi sakit panas ditaburkanlah garam dan cabai di muka rumah, serta dibakarkan jerami, yang dianggap bisa mengusir buburuk (Meutia, 1998)

2.5.4. Aspek budaya Mandailing dalam perawatan bayi baru lahir

Masyarakat Mandailing memiliki acara adat kepada seorang bayi yang baru saja lahir, baik laki-laki maupun perempuan. Rangkaian upacara yang dilakukan seperti, upacara bangun-bangun di danak sorang yang diselenggarakan setelah seorang seorang bayi yang baru lahir dipotong pusatnya dan dimandikan. Upacara diselenggarakan oleh orang tua baru lahir mengambil tempat di rumahnya sendiri, yang dihadiri kerabat sejumlah kerabat terdekat , Bidan yang menolong kelahiran sang bayi dan para tetangga terdekat.

Upacara mangupa daganak tubu merupakan upacara yang diselenggarakan secara besar-besaran oleh keluarga untuk memberi berkah atau menepung tawri anak, terutama anak panggoaran (anak pertama). Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur dan gembira dari keluarga yang telah mendapat anak.


(29)

Menurut tradisi yang dahulu seorang bayi tidak boleh dibawa keluar rumah sebelum upacara turun tanah diselenggarakan bagi bayi tersebut. Upacara itu disebut paijur daganak atau paijur tano. Upacar ini diselenggarakan setelah anak berumur beberapa minggu. Upacar diawali dengan mangupa-ngupa (menepung tawari) sang bayi dengan ibunya dengan menghidangkan seekor ayam jantan yang digulai dilengkapi sebuah telur ayam rebus. Kemudian ibu dan sang bayi diberi makan sekenyang-kenyangnya dan sang bayi disusui pula sampai kenyang oleh ibunya (Parlaungan R, 2002).


(30)

Persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir:

- Respirasi - Suhu tubuh

- Perawatan anggota tubuh - Penggantian popok - Nutrisi

- Imunisasi

Self report

- Sosiokultural - Agama - Budaya - Pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi - Personal persepsi ibu tentang

perawatan BBL

- Pengetahuan yang dimiliki - Sasaran persepsi

- Fungsional - Struktural - Situasional - Personal

- Baik - Cukup - Kurang

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka penelitian

Persepsi seseorang tentang suatu hal dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki, sasaran persepsi, fungsional, struktural, situasional, personal

Perawatan BBL dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh persepsi orang tua atau keluarga tentang perawatan BBL karena persepsi seseorang tentang sesuatu hal dipengaruhi oleh faktor personal. Maka faktor latar belakang budaya akan sangat memberi pengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap perawatan BBL


(31)

Keterangan

= Variabel yang diteliti


(32)

2. Defenisi konseptual dan defenisi operasional 1. Persepsi

Defenisi Operasional

Persepsi adalah pengalaman, pandangan, penafsiran atau kesimpulan terhadap informasi yang sudah didapat oleh ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir yang dilakukannya di Kecamatan Sosa kabupaten Padang Lawas.

2. Ibu suku Mandailing

Defenisi Operasional

Ibu suku Mandailing adalah semua ibu suku Mandailing yang pernah melakukan perawatan bayi baru lahir yang berdomisili di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas.

3. Perawatan bayi baru lahir

Defenisi Operasional

Perawatan bayi baru lahir adalah perawatan pada bayi baru lahir yang dilakukan ibu suku Mandailing pada anaknya sendiri dari sejak lahir sampai usia 40 hari, meliputi perawatan terhadap:

1. Sistem Respirasi 2. Suhu tubuh

3. Perawatan anggota tubuh 4. Penggantian popok 5. Nutrisi


(33)

4. Self report

Jawaban yang diberikan individu dijadikan sebagai indikator persepsi seseorang .


(34)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif karena bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas.

4.2 Populasi dan sampel 4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu suku Mandailing di Kecamatan Sosa yang memiliki bayi baru lahir yakni berjumlah ± 600 orang . Data tersebut diperoleh berdasarkan data tahun 2009-2010 yang diambil dari kantor Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas .

4.2.2 Sampel

Menurut Arikunto jika populasi lebih dari seratus dapat diambil jumlah sampel sebanyak 10 % atau lebih sesuai kemampuan peneliti. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 60 orang dengan teknik puposive sampling yaitu teknik penarikan sampel yang bukan berdasarkan strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya beberapa pertimbangan yaitu kriteria sampel. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: Ibu-ibu suku Mandailing asli dan seluruh anggota keluarga dalam satu rumah suku mandailing asli, memiliki bayi < 1 tahun, bersedia menjadi responden penelitian ini.


(35)

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas pada bulan Juni. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena peneliti berdomisili di daerah tersebut sehingga tempat penelitian mudah terjangkau.

4.4 Pertimbangan etik penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent), tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak untuk diteliti dan mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan catatan mengenai data responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuisioner) tetapi hanya menulis nomor kode yang digunakan. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan untuk penelitian.

4.5 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket dalam bentuk kuisoner tertutup yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep, kuisioner terdiri dari dua bagian:


(36)

2. Data kedua berisi pertanyaan persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir, yang terdiri dari 27 pertanyaan dimana perawatan pada sistem respirasi terdiri dari 5 pertanyaan, suhu tubuh 4, perawatan organ tubuh 7 pertanyaan, perawatan popok 3 pertanyaan, nutrisi 7 pertanyaan, imunisasi 1pertanyaan. Pertanyaan positif yaitu pada nomor ( 12, 13, 16,18, 19, 22, 24, 7 ) dan pertanyaan negatif pada nomor (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, ,9 ,10, 11, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 23, 25, 26, 27, ) yang masing-masing diberi jawaban ”ya” atau ”tidak”. Jawaban ”ya” untuk pertanyaan positif diberi skor 1 dan jawaban ”tidak” diberi skor 0. Untuk pertanyaan negatif jawaban ”ya” diberi skor 0 dan jawaban ”tidak” diberi skor 1 .

4.6 Validitas dan reabilitas instrumen

Validitas dapat diuraikan sebagai tingkatan ukuran penelitian yang sebenarnya, yang memang didesain untuk mengukur. Validitas berkaitan dengan nilai sesungguhnya dari hasil dan merupakan karakteristik yang penting dari penelitian yang baik (Slevin dkk, 2005). Uji validitas penelitian ini menggunakan uji validitas eksterna dilakukan oleh ahli keperawatan maternitas (Erniyati,S.Kp,MNS) di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Hasil uji validitas terhadap instrumen dinyatakan valid karena kuesioner tentang persepsi ibu suku Mandailing tentang perawtan bayi baru lahir telah relevan dengan isi instrumen peneliti yakni mampu mengidentifikasi persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir.

Uji reabilitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur tersebut untuk mengukur secara konsisten sasaran yang


(37)

akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama yang digunakan pada kelompok subjek (Ritonga, 1997). Uji reabilitas dilakukan pada 30 responden di Kelurahan Bandar Selamat. Uju reabilitas untuk persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir dengan jawaban ”ya” dan ”tidak” dengan jumlah pertanyaan ganjil (27 pertanyaan) dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20. Harga r diperoleh 0,1565 dan belum reliabel.

4.7 Pengumpulan data

Data penelitian dikumpulkan di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada instansi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dari instansi pendidikan kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian ke di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas. Setelah mendapat izin penelitian, peneliti mengirim lembar persetujuan dan kuisioner ke Kecamatan Sosa dengan bantuan saudara dan keluarga peneliti, kuesioner dibagikan kepada calon responden yang memenuhi kriteria sampel. Semua calon responden yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani formulir persetujuan (informed consent). Setelah itu peneliti mengingatkan responden untuk menjawab pertanyaan kuesioner sesuai dengan apa yang dilakukan oleh responden tentang perawatan bayi baru lahir tanpa menanyakan jawaban dari kuesionaer kepada orang lain kemudian kuesioner dikumpulkan, dan diperiksa kelengkapannya untuk dianalisa.


(38)

4.8 Analisa data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengadakan analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian memberikan kode (coding) untuk memudahkan dalam tabulasi, selanjutnya memasukkan data (entry) ke dalam komputer dan diolah dengan bantuan program SPSS.Untuk mengetahui gambaran persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa digunakan metode statistik deskriptif yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 1995). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan persepsi ibu suku mandailing tentang perawatan bayi baru lahir. Tabel disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase

Berdasarkan rumus statistik P=Rentang/Banyak kelas menurut Sudjana (1992) P merupakan rentang kelas (Nilai tertinggi dikurang nilai terendah) dan banyak kelas 3 kelas (Persepsi baik, persepsi cukup dan persepsi buruk), maka didapat panjang kelas 27. Dengan menggunakan P = 27 dan sebagai batas interval pertama maka persepsi ibu di kategorikan atas interval sebagai berikut:

0 – 9 = Kurang baik 10 – 18 = Cukup 19 –27 = Baik


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir yang telah dilaksanakan pada bulan Juni 2010 di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas.

5.1 Hasil penelitian

5.1.1 Karakteristik responden

Responden pada penelitian ini adalah ibu suku Mandailing yang memiliki bayi yang bertempat tinggal di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas dengan jumlah responden 60 orang. Adapun karakteristik responden yang meluputi umur, agama, pendidikan, dan pekerjaan, disajikan dalam bentuk tabel 5.1 :

Tabel 5.1 Distribusi frekwensi dan persentase karakteristik responden tentang persepsi ibu tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas Juni 2010 (n=60)

Karakteristik Responden Frekwensi Persentase

Umur >20 21-25 26-35 Agama Islam Pendidikan Terakhir SD SMP SMU/Sederajat Perguruan Tinggi Pekerjaan PNS IRT Wiraswasta 10 32 18 60 15 35 5 5 5 50 5 16,7 53,3 30,0 100 25,0 58,0 8,3 8,3 8,3 83,3 8,3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berada di antara umur 21 – 25 tahun sebanyak 32 orang (53,3%), semua responden


(40)

beragama Islam sebanyak 60 orang (100%) pendidikan terakhir responden mayoritas SMP 35 (58,0%), pekerjaan responden mayoritas ibu IRT sebanyak 50 (83,3%)

5.1.2 Persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan bayi baru lahir yang dilakukan ada enam perawatan yaitu perawatan respirasi, termoregulasi, perawatan organ tubuh, perawatan popok, nutrisi, dan imunisasi.

Tabel 5.2 Distribusi frekwensi dan persentase jawaban responden tentang persepsi ibu suku mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas Juni 2010 (n=60)

No PERNYATAAN BENAR SALAH

n % n %

1 Mengetahui termoregulasi meraba dengan telapak tangan

34 56,7 % 26 43,3 %

2 Membersihkan saluran nafas 29 48,3 % 31 51,7 %

3 Perawatan bayi ruangan yang terdapat bara api adalah tepat

35 58,3 % 25 41,7 %

4 Pemberian ramuan tradisional. 29 48,3 % 31 51,7 %

5 Membedong bayi harus kuat 24 40 % 36 60 %

6 Tidak tepat membersihkan mata bayi

menggunakan kapas lembut

37 61,7 % 23 38,3 %

7 Membersihkan telinga bayi dengan

memasukkan cotton bud ke dalam telinga

34 56,7 % 26 43,3 %

8 Bercak-bercak putih di dalam mulut bayi dan pada lidah bayi tidak perlu dibersihkan

36 60 % 24 40 %

9 Perawatan tali pusat dengan memberi

ramuan tertentu yang dikunyah oleh ibu atau nenek bayi atau diberi bedak

33 55 % 27 45 %

10 Memandikan bayi dengan air dingin 31 51,7 % 29 48,3 %

11 Membersihkan kemaluan bayi dengan

menggunakan obat untuk membunuh kuman-kuman pada kemaluan bayi

34 56,7 % 26 43,3 %

12 Memandikan bayi dua kali sehari dan

mencuci semua anggota tubuh

35 58,3% 25 41,7 %

13 Mengganti popok bayi sesering mungkin 25 41,7% 35 58,3 %

14 tidak perlu harus mengganti popok setiap bayi BAK

31 51,7% 29 48,3 %

15 ASI pertama kali keluar ASI basi dan harus dubuang

31 51,7% 29 48,3 %


(41)

cekukan dan menggosok-gosok bagian belakang tubuh bayi

17 Pemberian ASI saja selama 0 sampai 6 bulan pertama usia bayi tidak memenuhi kebutuhan bayi

33 55% 27 45 %

18 Pemberian makanan tambahan 37 61,7 % 23 38,3 %

19 Menyusui bayi setiap bayi meminta 33 55 % 27 45 %

20 Bayi tetap harus di imunisasi walaupun sakit

36 60 % 24 40 %

21 Tidak perlu untuk mencuci tangan sebelum melakukan perawatan pada bayi

40 66,7 % 20 33,3 %

22 Mengganti popok bayi kemudian

membersihkan daerah yang tertutup popok dengan air setiap kali penggantian popok

32 53,3 % 28 46,7 %

23 Bayi ditidurkan dengan posisi telungkup 32 53,3 % 28 46,7 %

24 Posisi menyusui kepala harus lebih tinggi daripada badan bayi

34 56,7 % 26 43,3 %

25 Pemberian ASI yang terlalu banyak bisa membuat bayi mencret

27 45 % 33 55 %

26 Pemberian air putih yang banyak sangat baik untuk kesehatan bayi

25 41,7 % 35 58,3 %

27 Pemberian makanan tambahan dan susu

formula pada minggu-minggu pertama kelahiran bayi

25 41,7 % 35 58,3 %

Dari tabel 5.2 pernyataan yang terkait perawatan pada sistem respirasi BBL adalah pernyataan no 2, 3, 16, 23, dan 24. Persepsi yang salah paling banyak dijumpai pada pernyataan no 2 yaitu persepsi yang salah tentang perawatan bersihan jalan nafas, dijumpai sebanyak 31 responden (51,7%).

Pernyataan yang terkait perawatan pada sistem termoregulasi adalah pernyataan no 1, 4, dan 10. Persepsi yang salah paling banyak dijumpai pada pernyataan no 4 yaitu dimana terdapat 31 responden (51,7%) yang mempunyai persepsi jika bayi demam diberi ramuan tradisional saja.

Pernyataan yang terkait perawatan organ tubuh bayi adalah pernyataan no 5, 6, 7, 8, 9,11, 12 dan 21. Persepsi yang salah paling banyak dijumpai pada pernyataan no 5 yaitu membedong bayi agar kaki bayi lurus waktu dewasa sebanyak 36 responden (60%).


(42)

Pernyataan yang terkait perawatan popok bayi adalah pernyataan no 13, 14 dan 22. Dari ketiga pernyataan tersebut pernyataan no 13 dipersepsikan benar oleh paling banyak responden yaitu 35 responden (58,3%). penggantian popok sesering mungkin, setiap kali bayi BAK dan BAB.

Pernyataan yang terkait nutrisi bayi adalah pernyataan no 15, 17, 18, 19, 25, 26 dan 27.Persepsi yang benar paling banyak dijumpai pada pernyataan no 18 yaitu pernyataan terkait dengan pemberian makanan tambahan sebanyak 37 responden (61,7%).

Pernyataan yang terkait imunisasi adalah pernyataan no 20 terkait dengan pemberian imunisasi pada bayi sakit 36 responden (60%) memiliki persepsi yang benar.

Tabel 5.3 Distribusi frekwensi persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas Juni 2010 (n=60)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang baik

6 49 5

10 % 81,7% 8,3%

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat diketahui bahwa persepsi responden tentang perawtan bayi baru lahir lebih banyak yang berprepsi cukup yaitu sebanyak 49 responden (81,7%).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir.


(43)

5.2.1 Persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir lebih banyak yang memiliki persepsi cukup yaitu sebanyak 81,7%. Menurut Siagian (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah diri orang yang bersangkutan atau pengetahuan yang dimiliki, sasaran persepsi tersebut, dan faktor situasi. Faktor diri orang yang bersangkutan sendiri atau pengetahuan yang dimiliki yakni apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasinya tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi karakteristik individual dan pengetahuan yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, minat, pengalaman dan harapannya. Faktor sasaran persepsi tersebut yakni sasaran berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Dan faktor situasi yakni persepsi harus secara konstektual artinya perlu diperhatikan dalam situasi yang mana suatu persepsi itu timbul.

Apabila dilihat dari jawaban responden atas pernyataan kuesioner yang dibuat berdasarkan konsep maternitas terdapat 22 pernyataan tersebut lebih banyak dijawab cukup, yakni pada pernyataan nomor, 1, 2, 6, 7, 8, 9,11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 dan 27

Asumsi peneliti yang lain, kondisi juga dipengruhi oleh suku yang mayoritas adalah suku Mandailing. Sedangkan pernyataan kuesioner yang dibuat berdasarkan konsep budaya lebih banyak dijawab salah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan kuesioner yang dipilih yaitu nomor 3, 4, 5, 10 dan 15.


(44)

Perawatan bayi baru lahir dimulai sejak bayi lahir. Hari-hari sesudah bayi lahir sangat penting karena menentukan perkembangan selanjutnya. Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan kedaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya (Anik & Nurhayati, 2008).

Pernyataan yang terkait perawatan pada sistem respirasi BBL adalah pernyataan no 2, 3, 16, 23, dan 24. Perawatan pada BBL yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas karena adanya sekret dimana mereka menyatakan benar tidak perlu menghisap lendir pada hidung atau saluran nafas BBL karena sekret akan keluar sendiri. Pernyataan diatas adalah salah karena jika terdapat lendir pada saluran nafas dapat menghambat pernafasan bayi dan berbahaya karena bisa menyebabkan kegawatan pernafasan pada bayi dimana bayi mengalami kekurangan oksigen. Jika keadaan ini terjadi dalam jangka waktu relatif lama bayi bisa mengalami asidosis. Apabila keadaan asidosis memburuk dan terjadi penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain. Selanjutnya dapat terjadi depresi pernafasan yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Yu dan Monintja, 1997). Oleh karena itu lendir yang ada pada hidung bayi harus dibersihkan.

Meletakkan bara api dalam ruangan bayi tidak tepat karena asap dari bara api bisa dihirup oleh bayi dan berbahaya untuk bayi jika menghirup asap tersebut. Bayi bisa mengalami infeksi pernapasan bahkan bayi bisa mengalami keracunan karena asap bara api yang dihirup (Meutia, 1998) . Dari hasil penelitian ibu


(45)

memiliki persepsi yang benar bahwa salah jika meletakkan bara api didalam kamar bayi.

Menurut Persis (1995) ketika menyusui bayi posisi tubuh bayi harus diperhatikan dimana posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh bayi dan jika bayi mengalami cekukan saat pemberian ASI maka pemberian ASI harus dihentikan sementara dan bisa menggosok-gosok bagian belakang tubuh bayi, hal ini dilakukan untuk mencegah aspirasi cairan ke dalam saluran penafasan bayi. Dari hasil penelitian responden memiliki persepsi yang benar bahwa menyusui bayi seharusnya posisi kepala harus lebih tinggi daripada badan bayi dan jika bayi mengalami cekukan pada saat pemberian ASI maka sementara harus dihentikan dan menggosok-gosok bagian belakang tubuh bayi.

Posisi tidur bayi juga sangat penting untuk diperhatikan. Dari hasil penelitian dimana responden memiliki persepsi yang salah mengenai posisi tidur bayi dimana ibu menyatakan bahwa, agar bayi tidur lebih nyenyak dan nyaman maka bayi harus ditidurkan dengan posisi telungkup adalah benar. Padahal sebaiknya posisi telungkup pada saat bayi tidur harus dihindarkan karena faktor risiko utama SIDS adalah posisi tidur bayi yang tengkurap. Beberapa peneliti memiliki dugaan bahwa posisi tengkurap memberikan tekanan pada rahang bayi, sehingga mempersempit jalan napas bayi. Teori lain adalah bahwa dalam posisi tengkurap terdapat risiko bayi menghirup kembali udara yang telah dihembuskannya, terutama jika bayi tidur pada matras yang lembut atau dengan adanya mainan boneka, atau bantal di dekat wajahnya.Benda-benda tersebut dapat


(46)

memperangkap udara yang dihembuskan bayi, sehingga kadar karbondioksida terakumulasi dan kadar oksigen menurun (Slevis dkk, 2010).

Pernyataan yang terkait perawatan pada sistem termoregulasi adalah pernyataan no 1, 4, dan 10. Menurut Linda (2007) bayi baru lahir rentan pada kehilangan panas dan terbatas kemampuannya untuk berespon pada stres dingin. Bayi juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menoleransi panas berlebihan. Untuk mengukur suhu tubuh bayi, orangtua harus menggunakan termometer yang akurat. Jangan menilai panas tubuh bayi hanya dengan meraba menggunakan tangan atau bagian tubuh lainnya karena hasilnya tidak akurat. Ibu memiliki persepsi yang benar pada pernyataan no 1 bahwa, menurut ibu tidak benar jika untuk memastikan suhu tubuhnya tidak normal cukup dengan meraba bayi dengan telapak tangan.

Mennurut Ria (2006) jika suhu tubuh bayi meningkat bisa ditangani dengan mengompres bayi dengan air hangat. Mengompres juga dapat dilakukan dengan merendam anak di air hangat sambil membasuh badan anak. Hal ini dapat membantu menurunkan suhu. Tidak cukup hanya dengan memberikan ramuan tradisional pada tubuh bayi. Ibu memiliki persepsi yang salah pada pernyataan no 4 yang menyatakan bahwa jika bayi demam cukup memberikan ramuan tradisional saja pada tubuh bayi.dari pernyataan no 10 bahwa memandikan bayi dengan air dingin adalah salah dan ibu memiliki persepsi yang salah terhadap bernyaataan tersebut ibu menyatakan memandikan bayi menggunakan air dingin padahal sangat penting untuk memandikan bayi dengan menggunakan air hangat untuk mencegah kehilangan panas dan mempertahankan suhu normal tubuh bayi.


(47)

Pernyataan yang terkait perawatan organ tubuh bayi adalah pernyataan no 5, 6, 7, 8, 9,11, 12 dan 21. Dari hasil penelitian ibu memiliki persepsi yang salah yang menyatakan Jika bayi tidak dibedong dengan kuat dan rapat dapat menyebabkan kaki bayi tidak bisa lurus waktu dewasa (kaki bentuk O) pernyataan tersebut adalah salah Sebenarnya tindakan membedong bayi terutama tujuannya untuk menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat. Namun , manfaat untuk mencegah agar tidak terjadi bentuk kaki huruf “X” atau “O” sampai saat ini belum ada penelitian yang membuktikannya. Bentuk kaki tersebut sebenarnya sudah mulai terbentuk saat bayi masih berada dalam kandungan. Tidak terjadi secara spontan begitu saja melainkan melalui suatu proses tidak ada hubungannya antara membedong bayi dengan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki bay (Meutia, 1998)i.

Dari pernyataan no 6 ibu memiliki persepsi yang salah terhadap hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak tepat membersihkan mata bayi dengan kapas lembut jika terdapat kotoran. Seharusnya mata bayi tidak boleh dibersihkan kecuali jika terdapat rabas untuk mengurangi resiko trauma dan infeksi. Tetapi jika terdapat kotoran untuk membersihkan mata, gunakan kapas paling lembut dan tidak boleh memaksa mengeluarkan kotoran di mata bayi jika sulit. Jika sudah dibersihkan pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Bonny & Mila,.2003).

Liang telinga bayi masih terlalu kecil untuk dimasuki kapas bertangkai. Karena itu, biarkan kotoran telinga bayi terdorong sendirinya ke daung telinga secara alamiah. Terlalu sering membersihkan telinga bayi akan membuat telinganya memproduksi lebih banyak kotoran. Selain itu cara membersihkan


(48)

yang tidak hati-hati dapat menyebabkan iritasi kulit atau meradang. Untuk membersihkan telinga , bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Jangan masukkan benda apapun ke dalam telinga, termasuk cotton bud atau jari karena akibatnya sangat berbahaya (Bonny & Mila,.2003). Persepsi ibu pada pernyaataan no 7 adalah benar dimana pernyataaan membersihkan telinga bayi dengan menggunakan cotton bud dan memasukkan cotton bud ke dalam telinga adalah salah.

Kebersihan mulut bayi harus diperhatikan, karena bercak putih pada lidah (oral thurust) dapat menjadi masalah jika diikuti dengan tumbuhnya jamur. Membersihkan mulut bayi dilakukan pada saat bayi terbangun (Musbikin I, 2005) Persepsi ibu benar terhadap pernyataan yang salah yang menyatakan bahwa bercak-bercak putih di dalam mulut bayi dan pada lidah bayi tidak perlu dibersihkan pernyataan tersebut adalah salah.

Pada pernyataan no 9 ibu memiliki persepsi yang benar terhadap pernyataan yang salah yang menyatakan bahwa perawatan tali pusat dengan memberi ramuan tertentu yang dikunyah oleh ibu atau nenek bayi atau diberi bedak. Dalam keadaan normal, tali pusat akan pupus dengan sendirinya dalam waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua minggu. Perawatan sehari-hari cukup di bungkus dengan kasa steril kering, jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak, karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus (Meutia, 1998).

Persepsi ibu benar pada pernyataan no 11 yang merupakan pernyataan yang negatif bahwa saat mandi sangat penting membersihkan kemaluan bayi


(49)

dengan menggunakan obat untuk membunuh kuman-kuman pada kemaluan bayi. Bagian genital bayi laki-laki dan perempuan adalah bagian yang sensitif. Kebersihannya harus terjaga benar. Saat memandikan bayi tidak dianjurkan membersihkan genitalia bayi dengan menggunakan antiseptik, karena sangat berbahaya cukup dibersihkan dengan air sabun saja.

Persepsi ibu benar terhadap pernyataan no 21 yang merupakan pernyataan yang negatif bahwa tidak perlu mencuci tangan sebelum melakukan perawatan pada bayi. Sebelum melakukan perawatan pada bayi sebaiknya ibu mencuci tangan untuk mengurangi resiko infeksi pada bayi karena sistem kekebalan bayi yang masih berkembang, bayi lebih cenderung terkena infeksi dan menjadi sakit. Memandikan bayi juga dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan tubuh bayi (Patricia, 2006)

Pernyataan yang terkait perawatan popok bayi adalah pernyataan no 13, 14 dan 22. Persepsi ibu benar terhadap pernyataan positif bahwa ibu harus mengganti popok bayi setiap kali bayi BAB dan BAK.. Persepsi ibu terhadap benar pernyataan no 14 yang negatif menyatakan bahwa tidak perlu mengganti popok eitiap bayi BAK karena dapat menggangu tidur bayi. Pernyataan no 22 adalah positif dijawab benar oleh ibu bahwa mencegah ruam popok dengan mengganti popok dan membersihkan daerah yang tertutup popok dengan air bersih. Menurut Ruth & Wendy (2002) popok harus diganti sesegera mungkin bila kotor, baik karena urine maupun feses. Kulit harus segera dibersihkan baik dengan air maupun lap untuk mengurangi resiko lecet dan ruam popok pada kulit. Hal ini dapat terjadi bila sisa urine kontak dengan kulit, terutama bila ada organisme dari


(50)

feses yang memecah urea menjadi amonia, yang biasanya menimbulkan ruam popok setelah bulan pertama.

Terkait dengan nutrisi bayi adalah pernyataan no 15, 17, 18, 19, 25, 26 dan 27. ASI pertama kali keluar harus dubuang karena ASI pertama merupakan ASI yang basi dan tidak boleh diberikan pada bayi karena bisa membuat bayi sakit perut. Ibu memiliki persepsi yang benar terhadap pernyataan tersebut. Anggapan ASI yang keluar pertama adalah basi tidak benar karena ASI selalu terlindungi dalam payudara ibu. ASI pertama yang keluar adalah kolostrum yang mengandung protein dan zat kekebalan tubuh (antibodi) yang akan melindungi bayi, sehingga lebih kuat menghadapi penyakit (Aimi, 2010). Tidak benar bahwa pemberian ASI saja pada usia 0-6 tidak akan memenuhi kebutuhan bayi menurut Brain (2010) ASI merupakan gizi bayi terbaik, sumber makanan utama dan paling sempurna bagi bayi usia 0-6 bulan. ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organization) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI. Pembemberi MP-ASI pada bayi adalah saat bayi berumur 6 bulan, Adapun alasan menunda pemberian MP-ASI sampai bayi berumur 6 bulan ini antara lain adalah pada saat bayi berumur lebih dari 6 bulan, imun bayi sudah lebih sempurna dibanding bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini, kurang dari 6 bulan, akan membuka pintu masuknya berbagai jenis kuman, apalagi jika proses


(51)

pembuatan dan penyajian MP-ASI kurang higienis. Ibu harus menyusui bayinya setiap bayi meminta atau menangis (Aimi, 2010).

Ibu memiliki persepsi yang salah terhadap pernyataan negatif bahwa memberikan air putih yang banyak pada bayi sangat baik untuk kesehatan. Padahal mengonsumsi air putih terlalu banyak dapat meningkatkan kondisi yang berbahaya pada bayi, atau yang disebut sebagai intoksikasi air. Para ahli kesehatan dari John Hopkins Children’s Center di Baltimore Amerika Serikat memperingatkan orangtua agar tidak memberi minum air kepada bayi di bawah usia enam bulan. Menurut hasil penelitian, bayi berusia di bawah 6 bulan akan terancam mengalami intoksikasi atau keracunan jika terlalu sering meminum air. walaupun bayi sangat kecil, mereka memiliki refleks haus atau perangsang untuk minum. Ketika mereka merasa haus dan ingin minum, cairan yang diperlukan untuk diminum adalah air susu ibu Menurut Anders, ginjal bayi belum matang. Memberi mereka banyak air akan menyebabkan tubuh bayi mengeluarkan natrium akibat kelebihan cairan. Kehilangan natrium dapat Mempengaruhi aktifitas otak (Herdiana, 2010).

Pernyataan yang terkait imunisasi adalah pernyataan no 20 dijawab benar oleh ibu. Dimana ibu menyatakan salah terhadap pernyataan meskipun bayi dalam keadaan sakit bayi harue tetap diberi imunisasi saat itu juga. Bayi dan anak akan diberi vaksinasi pada saat pemeriksaan dengan kondisi sehat, untuk melindunginya dari penyakit-penyakit dapatan yang mungkin serius. Kemampuan vaksinasi untuk untuk memvaksinasi bayi terhadap penyakit-penyakit seperti polio dan batuk rejan bahkan cacar.


(52)

Pada era globalisasi yang semakin maju diharapkan bangsa Indonesia dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satunya dalam bidang kesehatan bayi dan anak. Sehingga dibutuhkan peranan ibu dalam pengasuhan dan perawatan yang baik untuk bayinya. Kebanyakan perawatan neonatal yang ada di masyarakat terjadi kesalahan persepsi akibat kurangnya pengetahuan wanita, suami dan keluarga tentang pentingnya pelayanan neonatal dan dipengaruhi oleh budaya, pendidikan dan tingkat sosial ekonominya yang masih rendah (Patricia dkk, 2005) .

Pada penelitian ini persepsi ibu suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas adalah cukup. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan ibu dilihat dari karakteristik pendidikan ibu yang mayoritas SMP dan juga dipengaruhi oleh pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga yang memiliki waktu kebanyakan di rumah sehingga informasi yang ibu peroleh tentang perwatan bayi baru lahir masih kurang.


(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian yang dilakukan mengenai persepsi ibu pada suku Mandailing tentang perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

Penelitian mengenai persepsi ibu suku Mandailing dilaksanakan pada Juni 2010 pada di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas menghasilkan kesimpulan usia responden mayoritas 21 – 25 tahun sebanyak 32 orang (53,3%), semua responden beragama Islam sebanyak 60 orang (100%) pendidikan terakhir responden mayoritas SMP 35 (58,0%), pekerjaan responden mayoritas ibu IRT sebanyak 50 (83,3%). Adapun dari hasil penelitian diperoleh persepsi ibu pada suku Mandailing di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas, paling banyak adalah persepsi cukup sebanyak 49 responden (81,7%) dan paling sedikit persepsi kurang baik 5 responden (8,3%). Sedangkan persepsi baik sebanyak 6 orang(10%). Persepsi ibu di Kecamatan Sosa Kabupatean Padang Lawas dipengaruhi oleh oleh karakteristik individual pengetahauan dan pengalaman . Hal ini bisa dilihat dari karakteristik pengetahuan yang dimiliki ibu dimana mayoritas tingkat pendidikannya SMP. Dan juga dipengaruhi oleh karakteristik pekerjaan ibu mayoritas sebagai IRT mempengaruhi persepsi ibu akibat informasi yang bisa ibu peroleh.


(54)

6.2 Rekomendasi

6.2.1 Rekomendasi untuk praktek keperawatan

Dalam praktek keperawatan khususnya keperawatan maternitas perawat perlu mengupayakan penyuluhan kesehatan di daerah terpencil khususnya tentang perawatan bayi baru lahir berdasarkan konsep maternitas bagi ibu-ibu yang memiliki bayi dalam upaya mengantisipasi masalah ataupun kendala yang berhubungan dengan perawatan bayi baru lahir yang dilakukan. Berdasarkan budaya juga melakukan promosi kesehatan membuat strategi keperawatan terkait dengan asuhan keperawatan yang diberikan ibu pada bayi terutama pada ibu suku Mandailing yang memiliki bayi sesuai dengan standar kesehatan dan latar belakang budaya yang dapat diadopsi.

6.2.2 Rekomendasi untuk pendidikan keperawatan

Meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan pada ibu dengan pada bayi baru lahir khususnya perawatan bayi baru lahir terkait budaya setempat, untuk menambah pengetahuan dan memberikan pemahaman yang lebih baik dalam mempersiapkan ibu melakukan perawatan pada bayinya.

6.2.3 Rekomendasi bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada persepsi ibu perawatan bayi baru lahir pada suku lain untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap perawatan bayi baru lahir. Instrumen pada penelitian ini tidak direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya karena intrumennya belum reliabel.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Aimi . (2010) Menyusui serentak 1000 ibu. Dibuka pada 24 juni 2010 dari

Anik, M & Nurhayati. (2008) Buku saku asuhan bayi baru lahir normal. Jakarta: TIM.

Asian, brain. (2010). Standar kebutuhan gizi bayi. Dibuka pada 24 juni 2010 dari

Azzahy. S G. (2010) Tentang persepsi . Dibuka pada 7 juni 2010 dari

Bonny & Mila. (2003). 40 hari pasca persalinan masalah dan solusinya. Jakarta: Puspa swara.

Burrougs, A & Laifer, G. (2001) Maternity nursing : an introductory text eight edition. Philadelphia, Pennsylvania : W.B Sounders Publising Co. Dempsey. (2002). Riset keperawatan. Jakarta: EGC.

Farrer, H. (1999). Perawatan maternitas. Jakarta :EGC.

Halminton, P. M. (1995). Dasar dasar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC. Helen. (1999). Perawatan maternitas.Jakarta: EGC

Helen, V dkk. (2007). Buku ajar asuhan kebidanan, Edisi keempat. Jakarta: EGC. Henderson, C. (2005). Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta: EGC.

Herdiana, tri rezeki. (2010). Minum air putih dapat berbahaya bagi bayi. Dibuka

pada 7 Juni 2010 dari

Hurlock. (1999). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga.

http://kesehatan.liputan6.com/berita/200908/ .Puti

Keoentjaraningrat. (1990) Pengantar ilmu antropologi. JakartaRineka Cipta. Keoentjaraningrat. (2005) Pengantar antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Meutia, F.S. (1998), Kehamilan, kelairan, perawatan ibu dan bayi dalam konteks budaya, Jakarta: UIP.


(56)

Musbikin imam. (2005). Persiapan menghadapi persalinan.Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Newel, S. J dkk. (1997). Managemen of newborn baby: midwifery pediatric persfektif,in :Henderson C, Jones K (ed) Essential midwifery. Mosby, London ch 12.

Nursalam. (2003) Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pandapotan N. (2005). Adat budaya mandailing dalam tantangan zaman. Sumatera utara: Forkala Prov Sumumatera Utara.

Parlaungan R (2002). Nilai budaya dalam turi-turian mandailing raja gorga di langit dan sutan suasa di portibi. Sumatera Utarat: PT. Yandira Agung. Patricia, W. L, dkk. (2006) Asuhan keperawatan ibu bayi baru lahir. Jakarta: EGC.

Penny dkk. (2007). Panduan lengkap melahirkan, & bayi. Jakarta: Arcan.

Polit, D.F & Hungler, B.P (2002). Nursing research : principles and methods. (5th edition) Philophine . Philadelpia : Lipincott Company.

Rakhmat, jalaluddin (2004) Psikologi komunikasi. Bandung: PT remaja rosdakarya.

Ritonga, A.R. (1997). Statistika : Unttuk penelitian psikologi dan pendidikan. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI

Saifuddin. (2001). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Jakarta : YBPSP.

Saudjana. (2002). Metode statistika Edisi ke-5. Bandung: Tarsito.

Siagian, S.P (1995) Teori motivasi dan aplikasinya. Jakarta: Rineka cipta. Slevis, annete dkk. (2010). Inilah posisi tidur bayi yang benar. Dibuka pada 24

juni 2010 dari

Sobur, Alex. (2003) Psikologi umum. Bandung: CV pustaka setia. Sunaryo. (2002) Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC. Surasmi, A. (2003) Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta: EGC. Ria. (2005) Perawatn bayi sehat.Yogyakarta: Mitra pustaka.


(57)

Widyosiswoyo, S. (2005) Ilmu budaya dasar Bogor: Ghalia Indonesia. Yuvy & Monintja, HE. 1997. Beberapa masalah perawatan intesif neonatus.


(58)

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Persepsi Ibu Suku Mandailing tentang Perawatan Bayi Baru Lahir di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas Peneliti : Kholilah Daulay

Nama tersebut di atas adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatanan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar di Fakultas Keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perawatan bayi baru lahir pada ibu suku Mandailing di Kecamatan Sosa Kabupaten Padang Lawas.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu.

Identitas pribadi Ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.

Demikian keterangan persetujuan ini saya perbuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Juni 2009

Partisipan Mahasiswi


(59)

INSTRUMEN PENELITIAN

PERSEPSI IBU TENTANG PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI KECAMATAN SOSA KABUPATEN PADANG LAWAS

1. DATA DEMOGRAFI

Petunjuk pengisian.

a. Semua pertanyaan harus dijawab. b.Untuk soal nomor 1 isilah titik-titik.

c. Untuk soal selain nomor 1, berilah tanda check list ( √ ) pada kotak yang telah disediakan dan isislah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab.

Contoh :

Jumlah anak ibu sekarang ...

√ 1 Orang 2 Orang 3 Orang

1. Umur ibu saat ini ... tahun

2. Agama ... Islam Kristen Hindu Budha Lain-lain, sebutkan ...

3. Tingkat pendidikan formal ibu yang terakhir...

SD SLTP SMA Diploma/Perguruan tinggi Lain-lain, sebutkan


(60)

4. Pekerjaan ibu ...

PNS IRT Wiraswasta

II. KUISIONER PERSEPSI IBU SUKU MANDAILING TENTANG PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

Petunjuk pengisian

Tuliskan tanda silang (×) untuk pilihan jawaban yang menurut ibu perlu dilakukan pada perawatan bayi baru lahir

1. Menurut saya, jika bayi demam cukup meraba bayi dengan telapak tangan untuk memastikan suhu tubuhnya tidak normal (naik)

a. Ya b. Tidak

2. Menurut saya, jika hidung bayi atau saluran nafas bayi tersumbat oleh lendir, misalnya terdapat ingus, tidak perlu menghisapnya karena ingus tersebut akan keluar sendiri saat bayi bersin

a. Ya b. Tidak

3. Menurut saya, sangat tepat jika bayi baru lahir dirawat bersama ibunya dalam satu ruangan yang terdapat bara api agar bayi tidak kedinginan

a. Ya b. Tidak


(61)

4. Saya setuju jika panas atau suhu tubuh bayi meningkat dan menyebabkan bayi rewel, maka bayi diberi ramuan tradisional untuk dioleskan disetiap ruam tubuh bayi untuk menurunkan panas tubuh bayi

a. Ya b. Tidak

5. Jika bayi tidak dibedong dengan kuat dan rapat dapat menyebabkan kaki bayi tidak bisa lurus waktu dewasa (kaki bentuk O)

a. Ya b. Tidak

6. Menurut saya tidak tepat membersihkan mata bayi menggunakan kapas lembut jika terdapat kotoran pada mata bayi karena kapas lembut menyebabkan kotoran tidak bisa dihilangkan

a. Ya b. Tidak

7. Menurut saya ketika membersihkan telinga bayi dengan menggunakan cotton bud dan memasukkan cotton bud ke dalam telinga untuk membersihkan telinga lebih aman dan praktis

a. Ya b. Tidak

8. Bercak-bercak putih di dalam mulut bayi dan pada lidah bayi tidak perlu dibersihkan karena hal tersebut adalah normal terdapat pada bayi dan bisa hilang sendiri.


(62)

b. Tidak

9. Menurut saya agar tali pusat tidak berbau, cepat kering dan puput sebaiknya pada tali pusat diberi ramuan tertentu yang dikunyah oleh ibu atau nenek bayi atau diberi bedak

a. Ya b. Tidak

10. Menurut saya ketika memandikan bayi ibu tidak perlu menggunakan air hangat, bayi bisa dimandikan dengan air dingin agar tubuhnya lebih kuat

a. Ya b. Tidak

11. Menurut saya pada saat memandikan bayi sangat penting untuk membersihkan kemaluan bayi dengan menggunakan obat untuk membunuh kuman-kuman pada kemaluan bayi

a. Ya b. Tidak

12. Menurut saya, untuk menjaga kebersihan tubuh bayi maka bayi harus dimandikan dua kali sehari dan mencuci semua anggota tubuh bayi terutama mencuci rambut bayi setiap kali memandikan bayi

a. Ya b. Tidak

13. Mengganti popok bayi sesering mungkin, perlu dilakukan setiap kali bayi buang air besar atau buang air kecil, untuk menghindari gatal-gatal dan kemerahan pada kulit bayi


(63)

a. Ya b. Tidak

14. Menurut saya, popok bayi tidak perlu harus diganti setiap bayi BAK karena kalau sering diganti dapat mengganggu tidur bayi

a. Ya b. Tidak

15. Menurut saya sebelum menyusui bayi, ASI pertama kali keluar harus dibuang karena ASI pertama merupakan ASI yang basi dan tidak boleh diberikan pada bayi karena bisa membuat bayi sakit perut

a. Ya b. Tidak

16. Menurut saya jika bayi mengalami cekukan selama pemberian ASI maka menghentikan pemberian ASI sementara dan menggosok-gosok bagian belakang tubuh bayi dapat mengurangi cekukan

a. Ya b. Tidak

17. Menurut saya pemberian ASI saja selama 0 sampai 6 bulan pertama usia bayi tidak akan memenuhi kebutuhan bayi, maka saya perlu memberi makanan padat yang sudah dilumat agar pertumbuhan tubuh bayi lebih cepat dan badan bayi lebih kuat

a. Ya b. Tidak


(1)

4. Saya setuju jika panas atau suhu tubuh bayi meningkat dan menyebabkan bayi rewel, maka bayi diberi ramuan tradisional untuk dioleskan disetiap ruam tubuh bayi untuk menurunkan panas tubuh bayi

a. Ya b. Tidak

5. Jika bayi tidak dibedong dengan kuat dan rapat dapat menyebabkan kaki bayi tidak bisa lurus waktu dewasa (kaki bentuk O)

a. Ya b. Tidak

6. Menurut saya tidak tepat membersihkan mata bayi menggunakan kapas lembut jika terdapat kotoran pada mata bayi karena kapas lembut menyebabkan kotoran tidak bisa dihilangkan

a. Ya b. Tidak

7. Menurut saya ketika membersihkan telinga bayi dengan menggunakan cotton bud dan memasukkan cotton bud ke dalam telinga untuk membersihkan telinga lebih aman dan praktis

a. Ya b. Tidak

8. Bercak-bercak putih di dalam mulut bayi dan pada lidah bayi tidak perlu dibersihkan karena hal tersebut adalah normal terdapat pada bayi dan bisa hilang sendiri.


(2)

b. Tidak

9. Menurut saya agar tali pusat tidak berbau, cepat kering dan puput sebaiknya pada tali pusat diberi ramuan tertentu yang dikunyah oleh ibu atau nenek bayi atau diberi bedak

a. Ya b. Tidak

10.Menurut saya ketika memandikan bayi ibu tidak perlu menggunakan air hangat, bayi bisa dimandikan dengan air dingin agar tubuhnya lebih kuat

a. Ya b. Tidak

11.Menurut saya pada saat memandikan bayi sangat penting untuk membersihkan kemaluan bayi dengan menggunakan obat untuk membunuh kuman-kuman pada kemaluan bayi

a. Ya b. Tidak

12.Menurut saya, untuk menjaga kebersihan tubuh bayi maka bayi harus dimandikan dua kali sehari dan mencuci semua anggota tubuh bayi terutama mencuci rambut bayi setiap kali memandikan bayi

a. Ya b. Tidak

13.Mengganti popok bayi sesering mungkin, perlu dilakukan setiap kali bayi buang air besar atau buang air kecil, untuk menghindari gatal-gatal dan kemerahan pada kulit bayi


(3)

a. Ya b. Tidak

14.Menurut saya, popok bayi tidak perlu harus diganti setiap bayi BAK karena kalau sering diganti dapat mengganggu tidur bayi

a. Ya b. Tidak

15.Menurut saya sebelum menyusui bayi, ASI pertama kali keluar harus dibuang karena ASI pertama merupakan ASI yang basi dan tidak boleh diberikan pada bayi karena bisa membuat bayi sakit perut

a. Ya b. Tidak

16.Menurut saya jika bayi mengalami cekukan selama pemberian ASI maka menghentikan pemberian ASI sementara dan menggosok-gosok bagian belakang tubuh bayi dapat mengurangi cekukan

a. Ya b. Tidak

17.Menurut saya pemberian ASI saja selama 0 sampai 6 bulan pertama usia bayi tidak akan memenuhi kebutuhan bayi, maka saya perlu memberi makanan padat yang sudah dilumat agar pertumbuhan tubuh bayi lebih cepat dan badan bayi lebih kuat

a. Ya b. Tidak


(4)

18.Saya setuju pemberian makanan tambahan (seperti bubur nasi, pisang dan lain-lain yang dihaluskan) pada bayi baru lahir di usia 0-6 bulan perlu diberikan agar bayi tidak rewel dan sering menangis

a. Ya b. Tidak

19.Menurut saya ibu seharusnya menyusui bayinya setiap setiap bayi meminta atau menangis

a. Ya b. Tidak

20.Menurut saya meskipun bayi dalam keadaan tidak sehat atau tampak sakit, bayi tetap harus di imunisasi saat itu juga

a. Ya b. Tidak

21.Saya setuju tidak perlu untuk mencuci tangan sebelum melakukan perawatan pada bayi

a. Ya b. Tidak

22.Menurut saya, untuk mencegah ruam popok pada bayi yang disebabkan oleh air kencing bayi, maka ibu perlu mengganti popok bayi kemudian membersihkan daerah yang tertutup popok dengan air setiap kali penggantian popok

a. Ya b. Tidak


(5)

23.Saya setuju agar bayi tidur lebih nyenyak dan nyaman maka bayi harus ditidurkan dengan posisi telungkup

a. Ya b. Tidak

24.Menurut saya pada waktu menyusui bayi seharusnya posisi kepala harus lebih tinggi daripada badan bayi

a. Ya b. Tidak

25.Menurut saya pemberian ASI yang terlalu banyak pada bayi tidak baik karena bisa membuat kotoran bayi lebih encer sehingga bayi mengalami mencret

a. Ya b. Tidak

26.Pemberian air putih yang banyak perlu diberikan pada bayi karena sangat baik untuk kesehatan bayi pada usia 0-6 bulan

a. Ya b. Tidak

27.Pemberian makanan tambahan dan susu formula pada minggu-minggu pertama kelahiran bayi tidak hanya memperbaiki taraf gizi bayi, tetapi dapat juga membantu tidur bayi lebih nyenyak sepanjang malam

a. Ya b. Tidak


(6)

Curriculum Vitae Nama : Kholilah Daulay

T.T.L : Pasar Ujungbatu, 03 April 1984 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Seibelutu Gg.Pohan 120 D Medan

Riwayat Pendidikan

1. 1994-1999 : SDN Inpres Pasar Ujungbatu 2. 1999-2004 : MTS Swasta Darul Mursyid 3. 2002-2005 : Man I Sibuhuan

4. 2005-2008 : DIII Keperawatan USU Medan 5. 2008-2010 : S1 Keperawatan USU Medan