pemasarannya secara langsung. Pernytaan yang hampir sama, juga, dikemukakan oleh Zikmund dan D’Amico 1989 yang menegaskan bahwa
terdapat tiga langkah utama di dalam pengembangan strategi pemasaran, yaitu:
identifying and evaluating opportunities mengidentifikasi dan menilai peluang.
analysing market segments and selecting target markets menganalisis segmen-segmen pasar dan memilih pasar sasaran
planning a marketing mix strategy that will satisfy customer’s needs and meet the objectives and goals of the organisation merencanakan strategi bauran
pemasaran yang akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan sesuai dengan tujuan organisasi.Cravens 1994 berkomentar bahwa dalam
langkah kedua, disamping menganalisis segmen pasar dan memilih pasar sasaran, adalah sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan
positioning strategy strategi penempatan pasar. Maksudnya, dalam langkah kedua tersebut pihak perusahaan harus menentukan posisi produknya di
pasaran; bagaimana produk dan atau merk yang ia ciptakan akan dipersepsikan dan diposisikan oleh para konsumen. Penjelasan lebih lanjut
tentang hal ini akan kita bahas pada diskusi kita berikutnya.
3.1 Marketing Mix
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa aktivitas pemasaran merupakan jantung dari sebuah usaha bisnis. Mengingat pentingnya aktivitas pemasaran
ini bagi kelangsungan usaha suatu usaha bisnis, maka pengusaha harus memiliki perencanaan yang strategis, pengawasan yang matang serta
tindakan-tindakan yang konkrit dan terprogram dalam mempengaruhi konsumen. Dalam ilmu manajemen pemasaran, hal ini dinamakan dengan
marketing mix atau bauran pemasaran.
Aktivitas marketing mix meliputi empat macam tindakan, antara lain :
1. Produk Product
Pengusaha mempengaruhi konsumen lewat produk yang ditawarkan, misalnya membuat produk dengan warna-warni, bungkus yang bagus dan
exclusive dan sebaginya.
Beberapa hal yang perlu dipelajari tentang stategi ini : a. Konsep Produk
Konsep produk merupakan suatu pengertian atau pandangan konsumen terhadap suatu produk yang dibutuhkan dan diinginkannya. Misalnya sepatu,
bagi konsumen memiliki dua arti. Pertama, Arti fungsi teknis, sepatu adalah sebagi pelindung telapak kaki dari berbagai barang yang dapat melukai telapak
kaki. Fungsi ini biasa disebut dengan “Produk Pangkal Generic Produk” Kedua, Arti non teknis aspek sosial budaya, sepatu juga dipandang tidak hanya
semata-mata pelindung telapak kakinya akan tetapi juga terhadap harapan agar dengan memakai sepatu itu konsumen akan dapat menjadi tampak
“bergengsi”. Unsur ini dikenal sebagai aspek kebutuhan manusia atau kebutuhan pangkal atau “Generic Need”
Dalam arti sempit, produk merupakan sekumpulan atribut fisik yang terakit dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan. Setiap produk pasti
memiliki nama generik di samping nama brand. Misalnya deterjen, sabun
mandi, paracetamol atau sepatu. Sebaliknya, dalam artik yang luas setiap brand merk dipandang sebagai produk yang terpisah dari produk lainnya
yang semacam. Televisi merk Sony dengan televisi merk Sharp merupakan
produk yang berbeda, meski sama-sama televisinya. Merk ini menjadi alat pembeda bagi konsumen. Dan justru oleh karena nama merk inilah keinginan
konsumen lebih dipuaskan. Mengapa ? Karena dari sebuah merk tergambar di belakangnya warna, harga, kemasan, model, bonafiditas pabrik bahkan
komunitas konsumen dari merk tersebut. Uraian di atas memberi pengertian bahwa konsumen tidak hanya
membeli sekumpulan atribut fisik dari suatu produk saja. Mereka membayar sesuatu yang memuaskan keinginan mereka. Perusahaan yang cerdas tidak
hanya memasarkan produk itu sendiri, lebih dari itu, ia menjual manfaat, citra brand image, dan faktor-faktor intangible lain.
Jadi, perusahaan menjual produk sekaligus citra. Orang membeli suatu produk tidak hanya untuk fungsinya, tetapi juga makna produk itu bagi
pribadinya. Barang yang dibeli merupakan cermin atribut pribadi, citra diri, kelas sosial dan hal-hal lain yang bersifat pribadi. Seseorang akan memilih
sebuah produk yang dapat memperkuat citra pribadinya. Karena itu, Mc Donald tidak hanya menjual ayam goreng, lebih dari itu, mereka menjual suasana
makan yang nyaman, modern dan relatif bergengsi. b. Siklus Kehidupan Produk Product life Cycle
Tahap-tahap perkembangan hidup produk seperti grafik berikut :
Seperti halnya mahluk hidup, produk juga mengalami daur hidup. Dilihat dari sudut volume penjualan, mereka juga mengalami lahir perkenalan, tumbuh,
puncak penjualan kedewasaan, merosot sampai akhirnya hilang dari peredaran. Daur hidup ini harus benar-benar menjadi perhatian, karena
berguna untuk menentukan strategi perusahaan secara kesuluruhan. Dari ada pemahaman tentang daur hidup ini, membantu perusahaan
untuk menentukan kapan harus dilakukan inovasi-inovasi baru. Inovasi diperlukan karena setiap produk yang mereka miliki pada akhirnya tidak akan
diminati konsumen lagi karena pangsa pasar dan volume penjualan terkurangi oleh adanya produk-produk yang dihasilkan para kompetitor. Jika penjualan
terus merosot, otomatis laba akan menurun. Oleh karena itu, perusahaan harus merubah atau mengganti produknya. Jika tidak, maka laba, pangsa pasar,
volume penjualan akan terus berkurang, hingga akhirnya perusahaan tersebut tutup.
c. Jenis-Jenis Produk Ada beberapa penggolongan produk :
- Barang Konsumsi Beberapa barang konsumsi :
- Barang Konvenienkebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan ini berfrekuensi pembelian tinggi tetapi jumlah pembelian yang
kecil-kecil. - Barang Shopingperabot rumah tangga
Kebutuhan ini berfrekwensi pembelian rendah dengan jumlah pembelian pengeluar yang cukup tinggi.
- Barang Spesialmewah : Mobil, Video, Tape recorder Kebutuhan ini berfrekwensi pembelian rendah dengan jumlah pembelian atau
pengeluran tinggi. - Barang Industri
Barang yang dibutuhkan untuk keperluan alat usaha atau kegiatan produksi. Diantaranya, Bahan baku, bahan pembantu, peralatan produksi, mesin-mesin
pabrik dan peralatan administrai kantor 2. Harga Price
Jika dilihat sejarahnya, harga ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui mekanisme tawar menawar di antara mereka. Penjual menetapkan
harga yang tinngi untuk produk mereka, sedangkan pembeli menawar dengan harga serendah mungkin. Dengan tawar menawar akhirnya dicapai
kesepakatan harga yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Menurut Philip Kotler bahwa harga untuk semua merupakan gagasan
idea. Hal ini memperoleh dorongan dari berkembangnya penjualan eceran berskala global pada akhir abad 1900-an.
Penentuan harga yang rendah, discount, harga obral serta cuci gudang. Dengan cara ini penetapan harga semacam ini akan menarik perhatian
konsumen untuk memborong. Dasar penentuan harga terdiri dari :
- Biaya, Harga jual ditambah dengan keuntungan “Cost –Plus Pricing” - Konsumen
- Persaingan, Politik Dumpingharga jual dibawah biaya produksi, Discount, KreditLeasing
3. Promosi Promotion.