PEMBELAJARAN TARI MELINTING MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMK GAJAH MADA BANDARLAMPUNG

(1)

PEMBELAJARAN TARI MELINTING MENGGUNAKAN MODEL

QUANTUM DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

DI SMK GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG

Oleh

GITA SHERVINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

SANWACANA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pembelajaran ... 10

2.2 Teori Belajar ... 10

2.3 Ciri-ciri Pembelajaran ... 11

2.4 Tujuan Variasi Pembelajaran ... 12

2.5 Model Pembelajaran... 13

2.5.1 Model Pembelajaran Quantum ... 13

2.5.2 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum ... 14

2.5.3 Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran Quantum ... 16

2.6 Seni Tari ... 19

2.6.1 Tari Melinting... 21

2.6.1.1 Sejarah Tari Melinting... 21

2.6.1.2 Unsur dan Bentuk Tari Melinting ... 22

III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 39

3.2 Sumber Data ... 41


(3)

3.4 Instrumen Penilaian ... 43

3.5 Teknik Analisis Data ... 56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Sekolah Tempat Penelitian ... 62

4.1.1 Sejarah SMK Gajah Mada Bandar Lampung ... 62

4.1.2 Visi dan Misi SMK Gajah Mada Bandar Lampung ... 63

4.1.3 Situasi Umum Pengelolaan Sekolah ... 64

4.1.4 Keadaan Peserta Didik ... 64

4.1.5 Data Tenaga Pendidik... 66

4.1.6 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 67

4.1.7 Kegiatan Ekstrakurikuler ... 68

4.2 Hasil dan Pembahasan... 68

4.2.1 Permohonan Izin Penelitian ... 69

4.2.2 Pertemuan Pertama ... 70

4.2.3 Pertemuan Kedua ... 85

4.2.4 Pertemuan Ketiga ... 100

4.2.5 Pertemuan Keempat ... 117

4.2.6 Pertemuan Kelima ... 129

4.2.7 Pertemuan Keenam ... 142

4.2.8 Pertemuan Ketujuh... 154

4.2.9 Pertemuan Kedelapan ... 166

4.3 Pembahasan Pembelajaran Tari Melinting ... 176

4.3.1 Faktor Yang Menghambat Pembelajaran Tari Melinting ... 180

4.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tari Melinting ... 182

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 184

5.2. Saran ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... 189

LAMPIRAN ... 191

Rancangan Kegiatan Harian-1 ... 192

Rancangan Kegiatan Harian-2 ... 197

Rancangan Kegiatan Harian-3 ... 202

Rancangan Kegiatan Harian-4 ... 207

Rancangan Kegiatan Harian-5 ... 215

Rancangan Kegiatan Harian-6 ... 223

Rancangan Kegiatan Harian-7 ... 231

Rancangan Kegiatan Harian-8 ... 241

Hasil Wawancara ... 249

Instrumen Aktivitas Guru ... 252

Lembar Kemampuan Tes Praktik Siswa ... 253


(4)

Daftar Hadir Dosen Seminar Proposal ... 258

Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal... 259

Berita Acara Seminar Hasil ... 261

Daftar Hadir Dosen Seminar Hasil ... 262


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan sebuah bangsa dengan proses yang kompleks dan berjangka panjang. Berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan keterampilan hidup (Muzamiroh, 2013: 109). Pendidikan sangat urgen bagi kehidupan suatu bangsa karena memiliki tujuan yang konstruktif. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Mahmud (2011) mengatakan bahwa besar atau kecil dan ruang lingkup yang ingin dicapai hasil pendidikan, hal tersebut ditentukan dan dibatasi oleh klasifikasi tujuan pendidikan.

Pendidikan dapat menanamkan pengetahuan dalam diri peserta didik yang membuat mereka bisa menemukan hal-hal baru yang belum pernah ada sebelumnya sehingga dapat memajukan diri sendiri dan dapat dimanfaatkan dengan bijaksana. Selain itu, pendidikan juga dapat menanamkan hal-hal positif sejak dini terhadap peserta didik khususnya anak-anak (Sardiman, 2014). Melihat kondisi saat ini, anak didik sebagai generasi muda penerus bangsa diharapkan


(6)

dapat mengembangkan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain serta agar tidak mudah dimanfaatkan oleh pihak lain.

Banyak aspek yang perlu diperhatikan guna menyukseskan pendidikan salah satunya yakni kurikulum yang matang dan mudah diakses oleh seluruh pelaksana pendidikan. Kurikulum sebagai jantung pendidikan dalam prosesnya memainkan peran yang sangat penting dalam mewujudkan generasi yang handal, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, kurikulum harus selalu disusun dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman (Muzamiroh, 2013: 110). Perubahan kurikulum dari masa ke masa menyangkut perubahan struktural dan perubahan konsepsional membuat pemerintah mengganti kurikulum yang sebelumnya telah berjalan selama ± 7 tahun dengan kurikulum baru yang bernama kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menurut Nuh dalam Muzamiroh (2013), sebagai upaya mempersiapkan generasi Indonesia 2045 yang bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka, sekaligus memanfaatkan populasi usia produktif agar menjadi bonus demografi.

Menurut Sagala (2011: 61), pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran juga adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan


(7)

belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (Rusman, 2012: 3).

Sebelum pembelajaran dilakukan, guru harus memiliki konsep yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapainya. Secara garis besar konsep itu digeneralisasikan dalam model pembelajaran yang dijadikan acuan utama dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce&Weil dalam Rusman, 2012).

Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dalam hal ini guru harus menyiasatinya pada rancangan pembelajarannya. Peneliti akan mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran yang dirasa unik dan menarik dalam kegiatan pembelajaran ekstrakulikuler seni tari yakni model pembelajaran quantum atau sering disebut Quantum Learning. De Porter (2014: 31) Quantum Teaching menunjukkan kepada cara menjadi guru yang lebih baik. Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar melalui pemanduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apa pun mata pelajaran yang diajarkan. Model pembelajaran ini memiliki konsep dimana seluruh siswa di dalam kelas untuk berekspresi atau merespon pembelajaran yang diberikan oleh gurunya.


(8)

Sehingga dihindarkan untuk siswa berdiam diri atau tidak respon terhadap pelajaran. Kemudian model pembelajaran quantum ini juga menciptakan suasana santai dan nyaman dalam pembelajarannya sehingga tidak ada rasa mencengang atau membuat siswa takut untuk mengeluarkan pikirannya.

Kegiatan ekstrakurikuler menjembatani kebutuhan perkembangan peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui partisipasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang besar. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan serta dievaluasi pelaksanaannya setiap semester oleh satuan pendidikan (Lampiran III Permendikbud No. 81a tahun 2013).

Bagong Kussudiarjo dalam Wahyudiyanto (2008) menyebutkan bahwa tari adalah keindahan bentuk dari anggota badan manusia yang bergerak, berirama, dan berjiwa yang harmonis. Keindahan bukan hanya hal dengan tari -hal yang halus dan bagus saja, melainkan sesuatu yang memberi kepuasan batin manusia, berjiwa diartikan memberi kekuatan yang bisa menghidupkan sehingga gerak yang telah dibentuk dan berirama tersebut seakan hidup dan dapat memberikan pesan yang


(9)

dapat kita mengerti dan berarti, dan harmonis adalah kesatuan yang selaras dari keindahan yang bergerak, berirama, dan berjiwa tersebut.

Tari melinting adalah salah satu tari tradisional Lampung yang dapat dikategorikan sebagai tari klasik. Tarian ini merupakan tari tradisi Lampung yang diperkirakan ada sejak abad ke XVI pada masa silsilah kedua Keratuan Melinting Pangeran Panembahan Mas yang tak lain adalah putra Minak Kejalo Bidin. Tari melinting berfungsi sebagai tarian keluarga Keratuan Melinting yang dipentaskan pada saat Gawi Adat/Keagungan Keratuan Melinting saja dan penarinya pun berasal dari keluarga Keratuan Melinting saja. Namun setelah mengalami perubahan zaman tari melinting berfungsi sebagai hiburan lepas sebagai tari penyambutan tamu agung yang datang ke daerah Lampung.

SMK Gajah Mada Bandar Lampung adalah sekolah yang terletak di Kota Bandar Lampung, merupakan salah satu sekolah yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler seni budaya berbasis tari. Pembelajaran tari pada kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung dianggap sebagai materi yang penting dan menarik bagi guru seni budaya untuk dilaksanakan, karena terdapat pengenalan seni budaya nusantara dalam bentuk tarian kepada siswa, sehingga tercipta rasa memiliki dan apresiasi terhadap budaya sendiri disamping untuk mengembangkan potensi maupun keterampilan yang dimiliki para siswa.

Penelitian tari melinting menggunakan model pembelajaran quantum ini dilaksanakan di SMK Gajah Mada Bandar Lampung karena ingin mengetahui bagaimana proses guru seni budaya mengajar di sekolah tersebut. Penelitian pada


(10)

pembelajaran yang dilakukan ini akan mengamati kegiatan ekstrakurikuler yang berisi siswa-siswi dari berbagai macam jurusan dan tingkatan kelas ( X dan XI). Sisi lain yang membuat penelitian diadakan di SMK Gajah Mada yaitu ingin melihat bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran seni budaya khususnya pembelajaran tari yang diadakan di sekolah tersebut, mengingat basis sekolah ini bukan SMA melainkan sekolah kejuruan yang pada umumnya terfokus pada materi khusus. SMK Gajah Mada Bandar Lampung yang memiliki empat penjuruan meliputi Administrasi Perkantoran, Akuntansi, Pemasaran dan Teknik Komputer & Jaringan, diakui oleh guru seni budaya baru memiliki kegiatan ekstrakurikuler tari sejak 2 tahun lalu. Selama 2 tahun guru melatih siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung menggunakan metode demonstrasi karena dianggap tepat dan praktis. Namun seiring berjalannya kegiatan ekstrakurikuler ini sering ditemui hambatan yang berasal dari internal diri siswa, seperti kurangnya minat siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler secara rutin, tidak disiplin, tidak tepat waktu dan malas untuk berlatih diluar kegiatan ekstrakurikuler.

Penelitian yang diadakan pada pembelajaran tari melinting menggunakan model pembelajaran quantum pada kegiatan ekstrakulikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung ini dimaksudkan karena kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMK Gajah Mada Bandar Lampung baru berjalan selama ± 2 tahun dan ditemui beberapa hambatan dalam pelaksanaannya sehingga masih banyak dibutuhkan referensi dalam variasi pada konsep pembelajarannya. Guru seni budaya yang mengajar di SMK Gajah Mada Bandar Lampung menginginkan konsep


(11)

pembelajaran yang bervariasi agar menemui keunikan dan kelebihan pada pembelajaran yang diterapkan supaya dapat digunakan dengan tepat sesuai materi yang akan diajarkan. Konsep pembelajaran tersebut dikenal dengan nama model pembelajaran yang dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran quantum. Terkait tari yang akan diajarkan adalah tari melinting tujuannya untuk memberikan pengenalan, pengetahuan, dan pembelajaran yang menarik tentang salah satu dari jenis tarian kreasi daerah Lampung.

Tari melinting sendiri belum banyak diketahui oleh siswa dan masyarakat pada umumnya. Siswa yang terdapat di sekolah umumnya terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan sehingga dipilih tari melinting agar dapat dipelajari oleh semua siswa baik laki-laki maupun perempuan, tidak saja seperti pada kebanyakan tari yang diajarkan cenderung tari untuk perempuan sehingga menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada siswa laki-laki. Pembelajaran tari melinting ini juga mengambil salah satu faktor kenyamanan dalam pembelajaran sesuai model pembelajaran quantum yang menekankan bahwa dalam pembelajaran itu memiliki manfaat bagi pembelajar dan rasa nyaman dalam pelaksanaannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas ditarik rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimanakah pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum pada kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung?


(12)

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum pada kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum pada kegiatan ekstrakulikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.

2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum pada kegiatan ekstrakulikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap tari Lampung sekaligus memperkenalkan kepada mereka jenis tarian daerah Lampung yang belum mereka ketahui yaitu tari melinting.

2. Sebagai bahan referensi bagi guru dan sekolah untuk dapat menggunakan hasil penelititian dalam mengetahui keterampilan dan sikap siswa terhadap pembelajaran tari melinting di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.

3. Menambah pemahaman peneliti bahwa pembelajaran tari melinting dengan model pembelajaran quantum dapat digunakan sebagai salah satu variasi dalam pembelajaran seni tari.


(13)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian dan waktu penelitian.

1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran tari melinting di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru seni budaya dan 11 orang siswa (perempuan berjumlah 7 orang dan laki-laki berjumlah 4 orang) yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini bertempat di aula SMK Gajah Mada Bandar Lampung. 4. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian ini adalah delapan kali pertemuan (8x) yang dilaksanakan pada tanggal 15 Januari–7 Februari 2015.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel dalam Siregar dan Nara, 2014). Dalam pembelajaran terkandung makna bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilaksanakan secara sengaja, terarah dan terencana dengan tujuan yang telah ditetapkan telebih dahulu sebelum proses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang.

2.2 Teori Belajar

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori belajar konstruktivistik, teori ini digunakan untuk melihat semua proses pembelajaran. Teori konstruktivistik memahami belajar sebagai pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si pembelajar itu sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak guru kepada siswa melainkan harus dibangun oleh si pembelajar.


(15)

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak guru kepada siswa melainkan harus dibangun oleh si pembelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara peranan guru dalam belajar konstruktivistik membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Menurut Siregar dan Nara (2014: 43) karakteristik pembelajaran konstruktivistik meliputi :

1. kurikulum disajikan mulai dari keseluruhan menuju kebagian-bagian dan lebih mendekatkan pada konsep-konsep yang lebih luas

2. pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa

3. kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan

4. siswa dipandang sebagai pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya

5. pengukuran proses dan hasil belajar siswa terjalin di dalam kesatuan kegiatan pembelajaran, dengan cara guru mengamati hal-hal yang sedang dilakukan siswa serta melalui tugas-tugas pekerjaan

6. siswa banyak belajar dan bekerja dalam grup proses.

2.3 Ciri-Ciri Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan serta


(16)

pelaksanaannya terkendali (Miarso dalam Eveline dan Hartini, 2014). Pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. merupakan upaya sadar dan disengaja b. pembelajaran harus membuat siswa belajar

c. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan d. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya.

2.4 Tujuan Variasi Pembelajaran

Kemampuan mengadakan variasi dalam proses pembelajaran meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan ajar, serta variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Menurut Majid (2014: 263-265) memaparkan bahwa tujuan penggunaan variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. meningkatkan perhatian siswa, guru akan menarik perhatian siswa jika berbagai hal yang diberikan oleh guru dilakukan dengan berbagai variasi

b. memotivasi siswa, variasi mengajar yang diberikan guru sangat berkontribusi besar dalam membantu siswa agar lebih termotivasi dalam belajar

c. menjaga wibawa guru, sebagai guru harus memiliki bentuk dan model pengajaran yang bervariasi agar siswa lebih kagum dan menghargai guru


(17)

d. mendorong kelengkapan fasilitas pengajaran, semakin banyak guru melakukan variasi dalam pembelajaran meningkatkan kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan

e. mendorong anak didik untuk belajar, dengan memahami tujuan dan manfaat yang diperoleh dari mengadakan variasi pada proses pembelajaran diharapkan dapat lebih mendorong keinginan untuk belajar.

2.5 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce&Weil dalam Rusman, 2012).

2.5.1 Model Pembelajaran Quantum

Model pembelajaran quantum dipilih sebagai model pembelajaran seni budaya khususnya tari karena model ini merupakan model pembelajaran yang dalam proses pelaksanaannya membuat suasana santai dan nyaman sehingga diharapkan efektif dalam pengajarannya dan menimbulkan keaktifan dari dalam diri siswa semuanya yang mengikuti pembelajaran tersebut.

Pembelajaran quantum menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apa pun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan metodologi quantum teaching dapat digabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa. Model pembelajaran quantum


(18)

diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro-Linguistic Programiming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hanh), Socratic Inquiri, Cooperatif Learning (Johnson dan Johnson) dan Elements of Effective Instruction (Hunter) dan merangkaikannya menjadi yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk berprestasi (De Porter, Reardon dan Nourie, 2014: 31-32).

Model pembelajaran quantum merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Model pembelajaran quantum ini juga menciptakan suasana santai dan nyaman dalam pembelajarannya sehingga tidak ada rasa mencengang atau membuat siswa takut untuk mengeluarkan pikirannya. Model Pembelajaran ini memiliki konsep dimana seluruh siswa di dalam kelas untuk berekspresi atau merespon pembelajaran yang diberikan oleh gurunya (De Porter, 2014). Tokoh utama di balik model quantum ini adalah Bobbi DePorter yang terinspirasi dari Georgy Lozanov dengan eksperimennya yang disebut suggestology.

2.5.2 Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum

De Porter (2014) menyatakan bahwa model pembelajaran quantum memiliki kelemahan dan kelebihan dalam penerapannya.

a. Kelebihan yang dimiliki dalam model pembelajaran quantum adalah sebagai berikut :


(19)

1. pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai.

2. pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.

3. pembelajaran quantum lebih konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis.

4. pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.

5. pembelajaran quantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

6. pembelajaran quantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

7. pembelajaran quantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.

8. pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.

9. pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.

10.pembelajaran quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.


(20)

11.pembelajaran quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.

12.pembelajaran quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

b. Kelemahan yang dimiliki dalam model pembelajaran quantum adalah sebagai berikut :

1. membutuhkan pengalaman yang nyata

2. waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar

3. kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.

2.5.3 Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran Quantum

De Porter (2014) dalam penerapannya membuat konsep model pembelajaran quantum dengan mengklasifikasikan beberapa aspek. Pertama, asas utama dalam model pembelajaran quantum adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksudnya dunia mereka adalah dunia pembelajar dan dunia kita dimaksudkan sebagai pengajar. Belajar melibatkan seluruh aspek kepribadian manusia, dengan demikian hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh guru. Kedua, prinsip-prinsip model pembelajaran quantum ada lima hal meliputi :

1. Segalanya berbicara, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.


(21)

2. Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan.

3. Pengalaman sebelum pemberian nama, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

4. Akui setiap usaha, belajar mengandung resiko yang bermakna melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. 5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan memberikan

umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

Ketiga, yakni kerangka rancangan belajar quantum dikenal sebagai TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan).

1. Tumbuhkan, apa manfaat yang diperoleh siswa dari materi yang akan dipelajari harus ditumbuhkan

2. Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar

3. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”

4. Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu

5. Ulangi, tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka tahu apa yang dipelajarinya


(22)

6. Rayakan, pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan

Setelah melakukan pendekatan dan diskusi antara peneliti dan guru seni budaya, ditarik kesepakatan untuk menerapkan model pembelajaran quantum, dengan cara memadukan beberapa unsur dari berbagai aspek dalam model quantum menjadi satu kesatuan, yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni tari di sekolah tersebut. Pemanduan asas utama, prinsip-prinsip dan kerangka rancangan model pembelajaran quantum menjadi satu kesatuan, yang dirancang untuk diimplementasikan kedalam langkah-langkah pembelajaran quantum pada pembelajaran tari melinting dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung adalah sebagai berikut ini.

a. Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). b. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara; Dalam pembelajaran quantum,

segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.

c. Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan; Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan.

d. Tumbuhkan; Tumbuhkan manfaat apa yang diperoleh siswa dari pembelajaran ini.


(23)

e. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan: Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari.

f. Penamaan; Setelah siswa mulai mempelajari materi, timbul pertanyaan dalam benaknya yang diungkapkan kepada guru, disini guru akan memberikan informasi, rumus, pemikiran, fakta dan sebagainya.

g. Demonstrasi; Menyediakan tempat bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu

h. Ulangi; Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka tahu apa yang mereka pelajari

i. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran; Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.

j. Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan; Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.

Seluruh konsep model pembelajaran quantum yang dipadu dari asas utama, prinsip-prinsip dan kerangka belajar model pembelajaran quantum ini disebut sebagai prinsip-prinsip implementasi pada pembelajaran tari melinting. Prinsip inilah yang digunakan dalam menentukan langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajarannya.

2.6 Seni Tari

Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam masyarakat yang penuh makna


(24)

(meaning). Keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dalam ruang dengan diiringi musik tertentu, tetapi seluruh ekspresi itu harus mengandung maksud-maksud tari yang dibawakan. Pemahaman ini menempatkan fenomena tari sebagai bagian aktualisasi dan representasi kultural-simbolik manusia ( Hadi Sumandiyo Y , 2007 : 13).

Seni tari sebagai salah satu ilmu pengetahuan memiliki fungsi dan tujuan seperti bidang ilmu lainnya. Soedarsono dalam Era A Sasiwi (2013) pada bukunya membedakan fungsi tari sebagai berikut :

1. Seni Tari Sebagai Sarana Upacara

Pada masa budaya purba, kepercayaan kepada dewa, ruh leluhur, dan alam gaib masih sangat kuat. Sehingga segala kegiatan dihubungkan dengan hal-hal magis dan spiritual dengan mengadakan upacara-upacara. Upacara-upacara tersebut dilakukan dengan maksud tertentu dengan media seni tari. Maksud dari pengadaan upacara ritual itu bermacam-macam diantaranya permohonan keselamatan, pesta panen padi, bersih desa, kelahiran, kematian, perkawinan, upacara pemotongan gigi dan lain-lain.

2. Seni Tari Sebagai Pergaulan

Tari pergaulan merupakan bentuk tari yang bersifat gembira. Tari ini berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, karena selalu menyesuaikan perkembangan budaya dan selera rakyat.

3. Seni Tari Sebagai Hiburan

Tari hiburan diperuntukkan sekedar memberi kepuasan perasaan saja tanpa membutuhkan pengamatan secara serius. Pada umumnya tari-tarian ini merupakan acara pelengkap pada acara-acara tertentu seperti ulang tahun kemerdekaan,


(25)

pembukaan sebuah kantor atau gedung, penyambutan kenegaraan, dan sebagainya.

4. Seni Tari Sebagai Sarana Hiburan atau Tontonan

Tari yang berfungsi sebagai sarana hiburan atau tontonan merupakan tarian yang dipertontonkan untuk kepuasan manusia. Walaupun demikian tari ini membutuhkan pengamatan yang serius. Tari pertunjukan biasanya membawa misi-misi dan maksud tertentu agar mudah dipahami dan ditelaah peminatnya. Tari ini juga memiliki nilai estetis yang tinggi.

Sebagai acuan dalam melihat fungsi tari Melinting, digunakan teori fungsi yang dikemukakakan oleh Soedarsono dalam bukunya „Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi’. Soedarsono mengelompokkan fungsi seni pertunjukan menjadi 2 kelompok yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer dapat dibagi menjadi 3 fungsi, yaitu :

1. Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai sarana ritual 2. Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai sarana hiburan

3. Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai sarana presentasi estetis.

2.6.1 Tari Melinting

2.6.1.1 Sejarah Tari Melinting

Tari melinting merupakan salah satu tari tradisional Lampung yang dapat dikategorikan kedalam tarian klasik. Tarian ini merupakan tari tradisi lampung yang diperkirakan ada sejak abad ke XVI pada masa silsilah kedua Keratuan Melinting Pangeran Panembahan Mas yang tak lain adalah putra Minak Kejalo


(26)

Bidin (Titik dan Djuwita, 2006: 1). Tari kreasi melinting yang sering dipentaskan dan dikenal saat ini nama aslinya adalah tari cetik kipas (Idil, 2012:13).

Tari Cetik Kipas Melinting adalah tari adat yang dipentaskan pada acara-acara adat dan menurut keterangan pertama kali dipentaskan di luar acara adat pada sekitar tahun 1930 di Teluk Betung atas undangan Residen Lampung kepada para Pesirah Marga yang ada di Lampung untuk menampilkan tari daerahnya (Hasanuddin dalam Idil, 2012).

2.6.1.2 Unsur dan Bentuk Tari Melinting a. Penari

Berdasarkan keterangan salah satu penari tari melinting yang menari di Teluk Betung pada tahun 1930, M.Yunus Pn. Mangku Negara (1998) dijelaskan Tari cetik kipas dimainkan dengan jumlah penari 4 (empat) untuk wanita (gadis) sedangkan untuk pria (bujang) 2 orang. Namun pada tahun 1965, Presiden Soekarno meminta kepada Pemda Lampung Tengah untuk mementaskan tari Melinting pada acara 17 Agustus 1965 di Istora Senayan Jakarta. Untuk kepentingan estetis dan penyesuaian maka tari cetik kipas berubah nama menjadi tari kreasi melinting dengan jumlah penari yaitu 12 laki-laki dan 12 orang wanita (M. Yusuf Pn. Pengatur Jagat, 2011). Untuk saat ini penari tari melinting dapat fleksibel dalam arti kata boleh berapa saja penari yang akan menari tarian ini dalam tiap pementasannya.


(27)

b. Gerak Tari

Secara umum gerakan tari melinting yang sudah mengalami kreasi dari bentuk awalnya yakni sebagai berikut :

No Ragam Gerak Hitungan Uraian Ragam Gerak Keterangan

1 Lapah Alun

(Foto, Armayyeni N.M :2015)

Hit. 1

Hit.2

Hit. 3

Hit. 4

Hit. 5

Hit. 6

Hit.7

Hit. 8

Kaki kanan melangkah maju/ditempat sesuai kreasi

Kaki kiri melangkah maju/ditempat sesuai kreasi

Mengulangi gerakan pada hit.1

Mengulangi gerakan pada hit.2

Mengulangi gerakan pada hit.1

Mengulangi gerakan pada hit.2

Mengulangi gerakan pada hit.1

Mengulangi gerakan pada hit.2

Lapah alun adalah gerakan kaki yang bermakna berjalan perlahan-lahan dengan melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu baru disusul kaki kiri dan posisi tangan menakup dan dibuka tutup setiap kaki melangkah.


(28)

2 Babar Kipas

(Foto, Armayyeni N.M :2015)

Hit. 1 Hit. 2 Hit.3 Hit.4 Hit.5 Hit.6 Hit.7 Hit. 8

Kedua tangan yang memegang kipas ditangkupkan didepan dada

Kedua tangan yang memegang kipas membuka dengan mengayun hingga kesamping badan

Mengulang gerakan hit.1 Mengulang gerakan hit.2 Mengulang gerakan hit.1 Mengulang gerakan hit.2 Mengulang gerakan hit.1 Mengulang gerakan hit.2

Gerakan babar kipas dilakukan dengan menangkupkan kedua tangan lalu diayun membuka tutup hingga kesamping badan dan sejajar dada seirama dengan gerakan kaki yang dimulai dari kaki kanan lalu bergantian dengan kaki kiri

3 Jong Sembah

Hit. 1 Hit. 2 Hit. 3 Hit. 4 Hit. 5 Hit. 6

Kedua tangan kanan-kiri diletakkan dengan arah vertikal pada paha kanan-kiri

Masih dalam posisi hit.1 Masih dalam posisi hit.1 Masih dalam posisi hit.1 Kedua tangan

ditangkupkan di depan dada

Masih dalam posisi hit.5

Jong sembah dimulai dari gerakan

bersimpuh sedang gerakan tangan adalah gerakan babar kipas


(29)

(Foto, Armayyeni N.M :2015)

Hit. 7 Hit. 8

Masih dalam posisi hit.5 Masih dalam posisi hit.5

4 Sukhung Sekapan

(Foto, Armayyeni N.M :2015)

Hit. 1 Hit. 2 Hit. 3 Hit. 4 Hit. 5 Hit. 6 Hit.7 Hit. 8

Tangan kanan didorong lurus ke depan

bersamaan tangan kiri ditarik kebelakang tetap di depan dada dan kaki kanan melangkah Tangan kiri didorong lurus ke depan

bersamaan tangan kanan ditarik kebelakang tetap di depan dada dan kaki kiri melangkah Mengulangi gerakan pada hit.1 Mengulangi gerakan pada hit.2 Mengulangi gerakan pada hit.1 Mengulangi gerakan pada hit.2 Mengulangi gerakan pada hit.1 Mengulangi gerakan pada hit.2 Sukhung sekapan dimulai dengan tangan kanan didorong lurus ke depan bersamaan itu tangan kiri ditarik ke belakang tetap di depan dada, posisi kaki melangkah sesuai tangan yang didorong ke depan, jika tangan kanan yang didorong ke depan maka kaki kanan yang melangkah ke depan dan jika tangan kiri yang didorong ke depan maka kaki kiri yang melangkah ke depan


(30)

5 Kenui Melayang (Putri) (Putra) (Putri) Hit.1 Hit. 2 Hit. 3 Hit. 4 Hit. 5 Hit. 6 Hit. 7 Hit. 8 (Putra) Hit. 1 Hit. 2 Hit. 3 Tangan kanan direntangkan lurus ke depan dan tangan kiri ditarik lurus kebelakang, pergelangan tangan diputar kedalam Posisi dan gerakan masih pada hit.1 Posisi dan gerakan masih pada hit.1 Posisi dan gerakan masih pada hit.1 Tangan kiri

direntangkan lurus ke depan dan tangan kanan ditarik lurus kebelakang, pergelangan tangan diputar kedalam Posisi dan gerakan masih pada hit.5 Posisi dan gerakan masih pada hit.5 Posisi dan gerakan masih pada hit.5

Kedua tangan

direntangkan horizontal, kaki kanan dimaju-mundurkan dan pergelangan tangan diputar kedalam Gerakan sama dengan hit.1

Gerakan sama dengan hit.1

Pada gerak kenui melayang (putri) kedua tangan direntangkan depan dan belakang lalu putar pergelangan tangan berulang-ulang gerakan dilakukan bergantian ke kanan dan kiri

Pada gerakan kenui melayang laki-laki arah rentangan tangan horizontal dengan kaki dimaju-mundurkan kedepan secara bergantian


(31)

(Foto, Armayyeni N.M :2015) Hit. 4 Hit. 5 Hit. 6 Hit. 7 Hit. 8

Gerakan sama dengan hit.1

Kedua tangan

direntangkan horizontal, kaki kiri

dimaju-mundurkan dan pergelangan tangan diputar kedalam Gerakan sama dengan hit.5

Gerakan sama dengan hit.5

Gerakan sama dengan hit.5

6 Suali

Hit. 1 Hit.2 Hit. 3 Hit. 4 Hit. 5 Hit. 6

Kaki kanan melangkah lebar ke depan tangan diayun membuka sampai ke samping badan posisi badan rendah

Kaki kiri melangkah lebar ke depan tangan diayun membuka sampai ke samping badan posisi badan rendah

Gerakan sama dengan hit.1

Kaki kiri melangkah lebar ke depan tangan diayun membuka sampai ke samping badan posisi badan jongkok

Gerakan sama dengan hit.1

Gerakan sama dengan hit.2

Suali adalah gerakan dengan posisi awal badan berdiri tegak langkah kaki kanan dan kiri silang secara bergantian ke depan diikuti tangan bergerak babar kipas dan posisi badan merendah tiap melangkahkan kaki


(32)

(Foto, Indra Bulan: 2015)

Hit. 7

Hit. 8

Gerakan sama dengan hit.1

Gerakan sama dengan hit.4

7 Luncat Kijang

(Foto, Armayyeni N.M :2015) Hit. 1

Hit. 2

Kaki kanan melompat ke depan diikuti kaki kiri, posisi badan setengah jongkok

Posisi tangan kanan rentang kesamping kanan lurus dan tangan kiri ditekuk siku sejajar bahu

Luncat Kijang yaitu gerakan yang dimulai dengan melompatkan kaki kanan ke depan diikuti kaki kiri, posisi badan setengah jongkok, kemudian posisi tangan kanan rentang kesamping kanan lurus dan tangan kiri ditekuk siku sejajar bahu


(33)

8 Salaman

(Foto, Indra Bulan: 2015)

Hit. 1

Hit. 2

Hit. 3

Hit. 4

Posisi badan jongkok, kedua tangan dirapatkan di depan dada dan bersentuhan kipas dengan pasangan dihadapannya Posisi jongkok kedua tangan rapat diayun ke kanan

Posisi jongkok kedua tangan rapat diayun ke kiri

Posisi jongkok kedua tangan rapat diayun kedepan atau bentuk posisi semula

Salaman merupakan gerakan berpasangan dilakukan pada posisi badan jongkok, kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian tangan diayun ke kanan lalu ke kiri dan terakhir diayun kedepan


(34)

9 Nyiduk

(Foto, Armayyeni N.M :2015)

Hit. 1, 2

Hit. 3,4

Posisi badan jongkok, tangan kanan dorong ayun ke depan, tangan kiri ditarik lurus kesamping sejajar bahu Posisi badan jongkok, tangan kiri dorong ayun ke depan, tangan kanan ditarik lurus kesamping sejajar bahu

Nyiduk dimulai dengan posisi badan jongkok, tangan kanan dorong ayun ke depan, tangan kiri ditarik lurus kesamping sejajar bahu dilakukan bergantian.

10 Balik Palau

Hit. 1

Hit. 2

Hit. 3

Posisi berdiri, tangan kanan rentang kesamping kanan dan tangan kiri ditekuk di depan dada, kaki kiri jinjit disamping kaki kanan

Posisi pada hit.1 gerakan tangan ke arah kiri bersama kaki

Posisi pada hit.1 gerakan tangan ke arah kiri bersama kaki

Balik palau adalah gerakan yang dimulai pada posisi berdiri tangan kanan rentang kesamping kanan dan tangan kiri ditekuk di depan dada kaki kiri jinjit disamping kaki kanan, gerakan dilakukan sebaliknya


(35)

(Foto, Armayyeni N.M :2015) Hit. 4 Hit. 5 Hit.6 Hit. 7 Hit. 8

Posisi pada hit.1 gerakan tangan ke arah kiri bersama kaki

Posisi berdiri, tangan kiri rentang kesamping kiri dan tangan kanan ditekuk di depan dada, kaki kanan jinjit disamping kaki kiri Posisi pada hit.5 gerakan tangan ke arah kanan bersama kaki

Posisi pada hit.5 gerakan tangan ke arah kanan bersama kaki

Posisi pada hit.5 gerakan tangan ke arah kanan bersama kaki

11 Niti Batang

Hit. 1

Hit. 2

Hit. 3

Hit. 4

Hit. 5

Kaki kanan melangkah ke arah kanan, posisi tangan kanan rentang ke samping kanan agak diagonal ke atas dan tangan kiri ditekuk didepan dada Kaki kiri dirapatkan silang kearah kanan Badan berputar sambil merendah

Pada posisi hit.3 lalu menghadap ke arah depan

Kaki kiri melangkah ke arah kanan, posisi tangan kiri rentang ke samping kiri agak diagonal ke atas dan

Niti batang merupakan salah satu ragam gerak putra dimulai dari kaki kanan melangkah ke arah kanan lalu kaki kiri dirapatkan silang kearah kanan

kemudian badan berputar sambil merendah dan menghadap ke arah depan, posisi tangan kanan rentang ke samping kanan agak diagonal ke atas dan tangan kiri ditekuk didepan dada, dilakukan bergantian


(36)

(Foto, Armayyeni N.M :2015)

Hit. 6

Hit. 7

Hit. 8

tangan kanan ditekuk didepan dada

Kaki kanan dirapatkan silang kearah kiri Badan berputar sambil merendah

Pada posisi hit.7 lalu menghadap ke arah depan

12 Timbangan

(Foto, Armayyeni N.M :2015)

Hit. 1 Hit. 2 Hit. 3 Hit. 4 Hit. 5 Hit. 6 Hit. 7 Hit. 8

Posisi badan berdiri agak rendah, kedua kaki dirapatkan, kedua tangan ditarik lurus kebelakang, pergelangan tangan diputar ke arah dalam Posisi dan gerakan sama pada hit.1

Posisi dan gerakan sama pada hit.1

Posisi dan gerakan sama pada hit.1

Posisi dan gerakan sama pada hit.1

Posisi dan gerakan sama pada hit.1

Posisi dan gerakan sama pada hit.1

Posisi dan gerakan sama pada hit.1

Timbangan dilakukan dengan posisi badan berdiri agak rendah, kedua kaki dirapatkan lalu kedua tangan ditarik lurus

kebelakang kermudian pergelangan tangan diputar ke arah dalam


(37)

13 Ngiyau Biyas

(Foto, Armayyeni N.M :2015) Hit. 1 Hit. 2 Hit. 3 Hit. 4 Hit. 5 Hit. 6 Hit. 7 Hit. 8

Posisi badan berdiri agak rendah, kedua tangan lurus sejajar pinggul kanan lalu diputar kedua

pergelangan tangan ke arah dalam

Gerakan sama pada hit.1 Gerakan sama pada hit.1 Kedua tangan

digeser/dipindah sejajar pinggul kiri dengan posisi tangan lurus Posisi seperti hit.4, lalu pergelangan tangan diputar kearah dalam Gerakan sama pada hit.5 Gerakan sama pada hit.5 Kedua tangan digeser sejajar ke arah pinggul kanan seperti semula lagi

Ngiyau biyas dilakukan dengan posisi badan tegak kedua tangan lurus sejajar pinggul kanan lalu diputar kedua pergelangan tangan ke arah, kemudian kedua tangan

digeser/dipindah sejajar pinggul kiri dengan posisi tangan lurus lalu diputar kearah dalam dan kedua tangan digeser sejajar ke arah pinggul kanan seperti semula lagi


(38)

14 Injak Lado Hit. 1 Hit. 2 Hit. 3 Hit. 4 Hit. 5 Hit. 6 Hit. 7 Hit. 8

Telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai Tumit diangkat dan diletakkan ke arah kanan Telapak kaki kanan ditepukkan ke arah depan

Tumit diangkat dan diletakkan kearah depan Telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai Tumit diangkat dan diletakkan ke arah kiri Telapak kaki kiri ditepukkan ke arah depan

Tumit diangkat dan diletakkan kearah depan

Injak lado merupakan gerakan kaki pada salah satu ragam gerak putri dilakukan dengan telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai lalu tumit diangkat dan diletakkan ke arah kanan. Kemudian telapak kaki kanan ditepukkan ke arah depan lalu tumit diangkat dan diletakkan kearah depan juga.

Selanjutnya telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai lalu tumit diangkat dan

diletakkan ke arah kiri. Dilanjutkan lagi dengan telapak kaki kiri ditepukkan ke arah depan lalu tumit diangkat dan

diletakkan kearah depan juga


(39)

(Foto, Armayyeni N.M :2015) 15 Injak Tahi Manuk

Hit. 1

Hit. 2

Hit. 3

Hit. 4

Hit. 5

Kaki kanan melangkah maju serong kiri dengan agak di ayun kemudian jempol kaki menyentuh lantai ( kaki tidak menapak)

Kaki kanan ditarik kembali ke tempatnya dan hanya jempol kaki yang menyentuh lantai Kaki kanan ditarik kembali ke tempatnya dan hanya jempol kaki yang menyentuh lantai Kaki kiri melangkah dan jempol kaki kiri

disentuhkan disamping kaki kanan

Kaki kiri melangkah maju serong kanan dengan agak di ayun kemudian jempol kaki menyentuh lantai ( kaki tidak menapak)

Gerakan injak tahi manuk , merupakan gerakan kaki juga pada ragam gerak putri dilakukan dengan cara kaki kanan melangkah maju serong kiri dengan agak di ayun

kemudian jempol kaki menyentuh lantai ( kaki tidak menapak). Kemudian kaki kanan ditarik kembali ke tempatnya dan hanya jempol kaki yang menyentuh

lantai.Dilanjutkan kaki kanan dimajukan lagi dengan arah serong kiri kemudian tumit diletakkan dan diputar ke arah kanan

dilanjutkan kaki kiri melangkah dan jempol kaki kiri disentuhkan disamping kaki kanan. Setelah itu kaki kiri melangkah maju


(40)

(Foto, Armayyeni N.M :2015)

Hit. 6

Hit. 7

Hit. 8

kaki kiri ditarik kembali ke tempatnya dan hanya jempol kaki yang menyentuh lantai Kaki kiri dimajukan lagi dengan arah serong kanan kemudian tumit diletakkan dan diputar ke arah kiri

Kaki kanan melangkah dan jempol kaki kanan disentuhkan disamping kaki kiri

serong kanan dengan agak di ayun

kemudian jempol kaki menyentuh lantai ( kaki tidak menapak). Kemudian kaki kiri ditarik kembali ke tempatnya dan hanya jempol kaki yang menyentuh lantai. Lalu kaki kiri

dimajukan lagi dengan arah serong kanan kemudian tumit diletakkan dan diputar ke arah kiri

dilanjutkan kaki kanan melangkah dan jempol kaki kanan

disentuhkan disamping kaki kiri


(41)

c. Busana dan Aksesoris Tari Melinting

Sejak mengalami pergeseran fungsi, busana tari melinting mengalami beberapa perubahan dari busana awal baik dari bentuk dan warnanya. Perubahan itu terdapat pada :

Busana dan Aksesoris Tari Melinting

Busana Penari

Putra Putri

Baju Teluk Belanga Warna Putih Celana Longgar Warna Putih Sarung Tuppal/Kain Tapis Sesapur Handak (kain putih) Jung Sarat/kikat angkin/selempang Selendang tapis

Baju Kurung Putih Lengan Panjang Kain Tapis

Limar/Selendang Tapis Selempang Kain Putih Polos

Aksesoris & Properti

Putra Putri

Kopiah Pepadun dan Pandan Kertas Bulu Serti

Sabik Inuh Gelang Kano

Dua Buah Kipas Merah/warna bebas (ornamen lampung)

Siger Melinting bercadar rumbai keemasan Sanggul Tebak

Sual kikha/kembang sanggul kuningan Bulan Temanggal/papan jajar

Buah Jukum Gelang Kano

Gelang Ruwi/gelang mekkah Melati

Bulu Serti

Anting-anting Lampung


(42)

d. Musik Iringan Tari Melinting

Iringan musik tari melinting memiliki bunyi yang khas dan baku, disiplin dan tidak ditabuh sembarangan. Jenis tabuhan yang digunakan untuk mengiringi tari Melinting antara lain : tabuh arus, tabuh cetik, tabuh kedanggung. Adapun perangkat tabuh yang digunakan yaitu ; talo balak/ gong, talo lunik/canang, biang, gujeh, tapak/gendang.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Mahmud, 2011: 23). Metode penelitian juga digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu (Mahmud, 2011: 97). Kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional dalam penelitian adalah bahwa kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal. Empiris adalah bahwa kegiatan penelitian dapat diamati oleh indra manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Adapun sistematis adalah bahwa proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis dan berurutan.

Penelitian dengan judul pembelajaran tari melinting menggunakan model quantum pada kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif dipilih karena gejala-gejala informasi atau keterangan dari hasil pengamatan selama proses penelitian berlangsung mencirikan naturalistik yang menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini terjadi secara ilmiah, apa adanya dalam situasi


(44)

normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan serta memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau berfikir. Penelitian ini berusaha menggambarkan dan mengintepretasi apa yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang (Sumanto dalam Mahmud, 2011). Nilai penelitian deskriptif terletak pada upaya menyistematisasi temuan penelitian yang didalamnya terdapat kerja analisis berdasarkan teori pendidikan tertentu (Mahmud, 2011: 101).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada kualitas atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial merupakan makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori. Penelitian kualitatif dapat didesain untuk memberi sumbangan terhadap teori, praktis, kebijakan, masalah-masalah sosial dan tindakan. Penelitian kualitatif juga mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan dan diperoleh dari situasi yang alamiah (Komariah dan Satori, 2013: 22-25).


(45)

Dengan observasi langsung diharapkan data pengamatan yang dianalisis menjadi lebih akurat dan tidak terjadi perbedaan antara data dan informasi yang diperlukan.

Sesuai pengertian penelitian deskriptif dan penelitian kualitatif, jenis penelitian ini dianggap sesuai bagi peneliti sebagai pedoman dalam melakukan penelitian ini.

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah benda, hal, atau orang tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data (Arikunto, 2014: 87). Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pembelajaran tari melinting dengan 15 ragam gerak tari melinting menggunakan model quantum.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Observasi

Heru mengatakan bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencakup fenomena satu atau sekelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian hasil pengamatan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Observasi ini dilakukan dalam kurun waktu selama ± 8x pertemuan dimulai dari 15 Januari-7 Februari 2015.

Bertindak sebagai pengamat (observasi non-partisipan) pada kegiatan ekstrakurikuler seni tari di SMK Gajah Mada Bandarlampung yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap pembelajaran seni tari pada kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar


(46)

Lampung. Melalui observasi ini diharapkan dapat diperoleh data tentang pembelajaran seni tari pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung sesuai dengan batasan masalah penelitian. Proses observasi dilakukan untuk mengamati guru, siswa dan lingkungan belajar maupun sekolah.

3.3.2 Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab, dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistik dan jelas dari informan (Komariah dan Satori, 2013). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari informan yaitu guru seni budaya dan siswa-siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SMK Gajah Mada Bandar Lampung.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti (Nasution, 2003:143). Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tambahan yang berupa laporan gambar, foto dan video yang diambil pada saat melakukan observasi.


(47)

3.4 Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk melakukan penilaian dapat berupa tes dan non-tes. Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan

pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi dsb.

Sedangkan non-tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skills dan vocational skills, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik daripada apa yang diketahui atau dipahaminya (Widoyoko, 2012).

a. Instrumen Penilaian Aktivitas Siswa

No Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria

1 Visual Activities Seluruh siswa memperhatikan guru selama pembelajaran tari berlangsung

5

Baik Sekali

Dari 11 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak

memperhatikan guru selama pembelajaran tari berlangsung

4

Baik

Dari 11 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak

memperhatikan guru

3


(48)

selama pembelajaran tari berlangsung

Dari 11 siswa terdapat 7-10 siswa yang tidak memperhatikan guru selama pembelajaran tari berlangsung

2

Kurang

Seluruh siswa tidak memperhatikan guru selama pembelajaran tari berlangsung

1

Gagal

2 Listening Activities Seluruh siswa

mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir

5

Baik Sekali

Dari 11 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak

mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir

4

Baik

Dari 11 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak

3


(49)

mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir

Dari 11 siswa terdapat 7-10 siswa yang tidak mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir

2

Kurang

Seluruh siswa tidak mendengarkan materi pembelajaran tari yang diberikan guru dari awal hingga akhir

1

Gagal

3 Motor Activities Seluruh siswa melakukan percobaan memeragakan gerak tari melinting sesuai yang dicontohkan guru

5

Baik Sekali

Dari 11 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak

melakukan percobaan memeragakan gerak tari melinting sesuai yang

4


(50)

dicontohkan guru

Dari 11 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak

melakukan percobaan memeragakan gerak tari melinting sesuai yang dicontohkan guru

3

Cukup

Dari 11 siswa terdapat 7-10 siswa yang tidak melakukan percobaan memeragakan gerak tari melinting sesuai yang dicontohkan guru

2

Kurang

Seluruh siswa tidak melakukan percobaan memeragakan gerak tari melinting sesuai yang dicontohkan guru

1

Gagal

4 Emotional Activities Seluruh siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting

5

Baik Sekali

Dari 11 siswa terdapat 1-3 siswa yang tidak

4


(51)

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting

Dari 11 siswa terdapat 4-6 siswa yang tidak

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting

3

Cukup

Dari 11 siswa terdapat 7-10 siswa yang tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting

2

Kurang

Seluruh siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran tari melinting

1


(52)

b. Instrument Aktivitas Guru

No Instrumen Kegiatan Guru P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7 P.8 1 Memberi stimulasi yang

menarik pada siswa 2 Memberi tahu tujuan dan

manfaat yang didapat oleh siswa dalam pembelajaran 3 Membuat suasana dalam

pembelajaran menarik dan nyaman

4 Memberikan penjelasan ragam gerak yang akan dipelajari

5 Mengajarkan ragam gerak dengan membagi dua kubu (laki-laki dan perempuan) 6 Memfokuskan siswa untuk

konsentrasi dalam

mempelajari ragam gerak tari 7 Memberikan kesempatan

kepada siswa untuk secara aktif melatih ragam gerak yang telah diberikan


(53)

8 Melakukan pengamatan pada saat siswa melakukan proses gerak

9 Memperbaiki dan

memberikan contoh kembali gerakan yang kurang

dipahami siswa

10 Memberikan apresiasi dan motivasi agar melatih ragam gerak sampai baik dan benar 11 Melakukan evaluasi bersama

tentang jalannya pembelajaran untuk perbaikan selanjutnya

Keterangan :

P1= Pertemuan Pertama

P2= Pertemuan Kedua

P3= Pertemuan Ketiga

P4= Pertemuan Keempat

P5= Pertemuan Kelima


(54)

P7= Pertemuan Ketujuh

P8= Pertemuan Kedelapan

c. Test Pengamatan Praktik

Perolehan data tentang hasil belajar tari melinting untuk menyatakan gerak tari melinting yang dilakukan siswa sebagai hasil belajar digunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan tes praktik, seperti berikut ini :

Lembar Pengamatan Tes Praktik

Indikator Tes Evaluasi (Penilaian Hasil Belajar)

No

Aspek Penilaian

Deskriptor Skor

Skor Maksimal 1 Wiraga :

1.Teknik

Siswa mampu memeragakan seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam) sesuai pola lantai dengan teknik yang benar

5

5 Siswa mampu memeragakan 8-10

ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak putri sesuai pola lantai dengan teknik yang benar

4

Siswa mampu memeragakan 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri sesuai pola lantai dengan teknik yang benar


(55)

Siswa mampu memeragakan 2-4 ragam gerak putra atau 2-3 ragam gerak putri sesuai pola lantai dengan teknik yang benar

2

Siswa mampu memeragakan 1 ragam gerak putra atau ragam gerak putri sesuai pola lantai dengan teknik yang benar

1

2.Hafalan Siswa hafal pola lantai beserta seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam) tari melinting

5

5 Siswa hafal pola lantai beserta 8-10

ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak putri tari melinting

4

Siswa hafal pola lantai beserta 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri tari melinting

3

Siswa hafal pola lantai beserta 2-4 ragam gerak putra atau 2-3 ragam gerak putri tari melinting

2

Siswa hafal pola lantai beserta 1 ragam gerak putra atau ragam gerak


(56)

putri tari melinting

2 Wirasa

1.Ekspresi

Jika ekspresi (senyum,arah pandangan, fokus mata) sesuai dengan seluruh ragam gerak putra dan ragam gerak putri tari melinting

5

5 Jika ekspresi (senyum, arah

pandangan tetapi mata tidak fokus)

4

Jika ekspresi (senyum namun menunduk)

3

Jika ekspresi (arah pandangan saja yang benar namun tidak senyum dan mata tidak fokus)

2

Jika ekspresi tidak sesuai (tidak senyum atau tidak fokus dan arah pandangan tidak beraturan)

1

2.Penghayatan Jika gerakan dilakukan sesuai pola lantai dan tuntas pada seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam)

5

5 Jika gerakan dilakukan sesuai pola

lantai dan tuntas pada 8-10 ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak


(57)

putri

Jika gerakan dilakukan sesuai pola lantai dan tuntas pada 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri

3

Jika gerakan dilakukan sesuai pola lantai dan tuntas pada 2-4 ragam gerak putra atau 2-3 ragam gerak putri

2

Jika gerakan dilakukan sesuai pola lantai dan tuntas pada 1 ragam gerak putra atau ragam gerak putri

1

3 Wirama 1.Tempo

Siswa memperagakan pola lantai dan seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam) sesuai dengan tempo musik

5

5 Siswa memperagakan pola lantai

dan 8-10 ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak putri sesuai dengan tempo musik

4

Siswa memperagakan pola lantai dan 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri sesuai dengan


(58)

tempo musik

Siswa memperagakan pola lantai dan 2-4 ragam gerak putra atau 2-3 ragam gerak putri sesuai dengan tempo musik

2

Siswa memperagakan pola lantai dan 1 ragam gerak putraatau ragam gerak putri sesuai dengan tempo musik

1

2. Irama Siswa memperagakan pola lantai dan seluruh ragam gerak putra (11 ragam) atau ragam gerak putri (9 ragam) sesuai dengan irama musik

5

5 Siswa memperagakan pola lantai

dan 8-10 ragam gerak putra atau 7-8 ragam gerak putri sesuai dengan irama musik

4

Siswa memperagakan pola lantai dan pada 5-7 ragam gerak putra atau 4-6 ragam gerak putri sesuai dengan irama musik

3

Siswa memperagakan pola lantai dan 2-4 ragam gerak putra atau 2-3


(59)

ragam gerak putri sesuai dengan irama musik

Siswa memperagakan pola lantai dan 1 ragam gerak putra atau ragam gerak putri sesuai dengan irama musik

1

Hasil belajar tari melinting siswa yang diukur dengan lembar pengamatan test praktik yang diakumulasikan dengan total skor ideal keseluruhan berjumlah 30 sehingga kualitas hasil belajar siswa dapat dilihat menggunakan patokan dengan persentase untuk skala lima, dengan rumus sebagai berikut :

Rumus ;

Nilai = Jumlah Skor diperoleh x 100 % Jumlah Skor Ideal

Penentuan Patokan Penghitungan Persentase Nilai Menggunakan Skala Lima

Interval Persentase Tingkat Penguasaan

Nilai Ubahan

Skala Lima Keterangan 0 - 4 E - A

(1) (2) (3) (4)

85% - 100% 75% - 84%

4 3

A B

Baik Sekali Baik


(60)

60% - 74% 40% - 59% 0% - 39%

2 1 0

C D E

Cukup Kurang

Gagal (Nurgiyantoro, 2001:399)

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakuakan sintesa, dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Proses analisis data pada penelitian kualitatif pada prinsipnya dilakukan secara berkesinambungan yaitu sejak sebelum memasuki lapangan, memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Akan tetapi yang lebih rumit dan terfokus dalam menganalisis data adalah selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Komariah dan Satori, 2013 : 215).

Aktivitas analisis data terdiri atas : reduksi data, penyajian data dan verifikasi yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya mencapai jenuh (Miles&Huberman dalam Komariah dan Satori, 2013).

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum,


(61)

dipilh hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Demikian akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai data tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik disertai uraian singkat. Hal ini berfungsi untuk memudahkan dan memahami apa yang terjadi, juga untuk merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan langkah ketiga dalam analisis data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.


(62)

Langkah – langkah analisis data adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis hasil test gerak tari melinting yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik dengan baik dan benar.

2. Memberi nilai hasil test praktik siswa dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut :

Nilai = Jumlah Skor Diperoleh x 100 % Jumlah Skor Ideal

3. Menetukan nilai hasil test praktik yang diakumulasikan kemudian diukur kualitas hasil menarinya menggunakan tolak ukur sebagai berikut :

Penentuan Patokan Penghitungan Persentase Nilai Menggunakan Skala Lima

Interval Persentase Tingkat Penguasaan

Nilai Ubahan

Skala Lima Keterangan 0 - 4 E - A

(1) (2) (3) (4)

85% - 100% 75% - 84% 60% - 74% 40% - 59% 0% - 39%

4 3 2 1 0

A B C D E

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Gagal (Nurgiyantoro, 2001:399)


(63)

3.6 Implementasi Langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum Dalam Pembelajaran Seni Tari

Pembelajaran quantum memiliki prinsip-prinsip yang telah tercantum pula dalam tinjauan pustaka pada bab sebelumnya. Prinsip-prinsip ini menjadi sebuah acuan untuk peneliti mengimplementasikan pembelajaran quantum pada mata pelajaran seni budaya di tingkat SMA/SMK. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran quantum pada mata pelajaran seni budaya yang akan diimplementasikan pada pembelajaran seni budaya di SMK Gajah Mada Bandar Lampung. Ada dua konsep pada pengaplikasian model pembelajaran quantum ini yaitu penerapan secara teori dan praktik. Pada tahap teori langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. guru menstimulasi siswa dengan cara yang menarik mulai dari materi awal tentang tari melinting yang disampaikan menggunakan media audio-visual (LCD, Power Point, Video) yang menarik minat siswa,

b. guru membagikan artikel mengenai wawasan tari melinting yang telah disediakan sebelumnya, sebagai pengaplikasian salah satu prinsip “segalanya berbicara”

c. menegaskan tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran ini

d. memberikan pengertian apa manfaat yang diperoleh dari pembelajaran ini e. setelah siswa terbawa dalam suasana pembelajaran yang dibawa guru,

guru menyampaikan poin penting materi pada pertemuan ini

f. lalu guru memberikan waktu kepada siswa untuk membaca agar dapat memahami materi yang dipelajarinya, kemudian guru memberi


(64)

kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya tentang apa yang belum dimengerti

g. guru kemudian melakukan pembagian kelompok pengambilan nilai materi tari melinting yang baru saja dipelajari

h. setelah guru menyebutkan soal dan masing-masing kelompok menjawab, kemudian hasil yang diperoleh dikumpulkan ke guru

i. guru meminta siswa untuk menyampaikan apa saja yang diperoleh dari pembelajaran hari ini, dan melengkapi argumen setelah siswa menyampaikan pendapatnya

j. akhir pembelajaran guru memutarkan video sebagai bentuk perayaan telah selesainya pembelajaran

Hal ini dapat dilakukan dalam satu pertemuan. Tahap berikutnya adalah praktik sebagai penerapan dari materi yang telah dipelajari yakni wawasan tentang tari melinting. Pada kegiatan praktik ini dilakukan dari pertemuan kedua sampai pertemuan ketujuh dan pada pertemuan kedelapan dilakukan pengambilan nilai tes praktik. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap praktik adalah sebagai berikut :

a. pembelajaran diawali dengan pemanasan sebelum masuk ke materi inti yakni ragam gerak tari. Pada tahap inilah guru membawa siswa pada konsentrasi untuk memasuki materi yang akan dipelajari

b. siswa wajib mengenakan pakaian praktik (kaos dan celana trening). Ini dilakukan agar dalam pembelajaran terasa nyaman dalam bergerak dan sebagai tanda bahwa siap untuk menerima pelajaran.


(65)

c. guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada tiap pertemuan sebelum memasuki pembelajaran inti

d. guru mengajari ragam gerak, penggunaan properti kipas, pola lantai tari melinting secara bertahap dengan mendemonstrasikan kepada siswa

e. guru memberikan teknik, informasi atau segala hal yang dapat membuat siswa memahami materi ketika siswa timbul pertanyaan atas hal yang membuat mereka bingung dan ingin mengetahuinya

f. setelah diajarkan oleh guru, siswa diberi waktu untuk melakukan latihan sendiri materi yang baru saja diberikan oleh guru

g. setelah diberi waktu untuk berlatih, guru menawarkan siswa untuk unjuk diri mempresentasikan hasil belajar yang diperoleh saat itu dan guru menilai

h. memberikan pujian disertai masukan kepada siswa setelah selesai presentasi dan menyuruh untuk berlatih di luar jam pelajaran seni budaya i. guru memberi apresiasi kepada seluruh siswa di pertemuan terakhir

(evaluasi) dan mengakui bahwa pembelajaran tari melinting sukses dan berjalan lancar, lalu mengulangi untuk melakukan tarian secara bersama-sama di dalam ruang kelas berbersama-sama guru.


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari melinting menggunakan model pembelajaran quantum di SMK Gajah Mada Bandar Lampung sebagai berikut.

Pertama, proses pembelajaran tari melinting menggunakan model pembelajaran quantum diterapkan 10 prinsip yang merupakan perpaduan dari asas utama, prinsip-prinsip dan kerangka belajar model pembelajaran quantum, dalam menjalankan langkah-langkah pembelajaran dan terlaksana dengan baik pada umumnya, hanya ada beberapa prinsip yang tidak terlaksana karena menyesuaikan situasi dan kondisi yang terjadi.

Prinsip-prinsip model pembelajaran quantum yang digunakan meliputi “membawa siswa pada dunia pengajar dan mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia siswa”, ini dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran harus terjadi integritas, korelasi dan partisipasi yang baik antara guru dan siswa serta memiliki makna penguatan konsentrasi sebelum memasuki materi inti. Kemudian prinsip selanjutnya yaitu “segalanya berbicara”, memiliki makna bahwa segala sesuatu dalam pembelajaran ini mengirim pesan tentang pembelajaran. Selanjutnya adalah


(67)

menekankan bahwa “segalanya bertujuan”, guru pun melakukan penekanan pada siswa tentang tujuan mempelajari materi tari melinting.

Selanjutnya “tumbuhkan” yang bermakna apa manfaat yang diperoleh oleh si pembelajar. Siswa diberi pertanyaan tentang apa manfaat yang diperoleh pada pembelajaran ini, kemudian guru menambahkan. Guru memberi informasi terlebih dahulu sebelum memasuki materi inti yang dipelajari sesuai dengan prinsip “pengalaman mendahului penamaan”. Setelah siswa diberi tahu dan mulai masuk ke materi, ada hal-hal yang membuat siswa tergugah, hal ini disampaikan melalui pertanyaan yang mereka sampaikan kepada guru. Guru menjawab pertanyaan dengan sejelas mungkin agar siswa semakin paham, ini merupakan prinsip “penamaan”.

“Demonstrasi” adalah prinsip model quantum yang bermakna bahwa siswa diyakinkan bahwa mereka tahu apa yang mereka pelajari, dan ini diimplementasikan pada pemberian kesempatan berlatih sendiri usai diberi materi. Prinsip selanjutnya adalah “ulangi”, dalam hal ini adalah penguatan terhadap pemahaman siswa, dan diimplemetasikan melalui presentasi hasil belajar. Di akhir pembelajaran guru memberi pujian pada semua siswa dan memotivasi agar lebih giat dalam mengikuti pembelajaran sesuai prinsip “akui setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran”. Terakhir adalah prinsip “perayaan” bermakna bahwa pembelajaran yang telah dilakukan dengan baik patut dirayakan sebagai ungkapan senang.

Prinsip model quantum yang digunakan dalam pembelajaran tari melinting ini diimplementasikan sesuai model quantum yang memiliki tujuan bahwa siswa


(1)

menekankan bahwa “segalanya bertujuan”, guru pun melakukan penekanan pada siswa tentang tujuan mempelajari materi tari melinting.

Selanjutnya “tumbuhkan” yang bermakna apa manfaat yang diperoleh oleh si pembelajar. Siswa diberi pertanyaan tentang apa manfaat yang diperoleh pada pembelajaran ini, kemudian guru menambahkan. Guru memberi informasi terlebih dahulu sebelum memasuki materi inti yang dipelajari sesuai dengan prinsip “pengalaman mendahului penamaan”. Setelah siswa diberi tahu dan mulai masuk ke materi, ada hal-hal yang membuat siswa tergugah, hal ini disampaikan melalui pertanyaan yang mereka sampaikan kepada guru. Guru menjawab pertanyaan dengan sejelas mungkin agar siswa semakin paham, ini merupakan prinsip “penamaan”.

“Demonstrasi” adalah prinsip model quantum yang bermakna bahwa siswa diyakinkan bahwa mereka tahu apa yang mereka pelajari, dan ini diimplementasikan pada pemberian kesempatan berlatih sendiri usai diberi materi. Prinsip selanjutnya adalah “ulangi”, dalam hal ini adalah penguatan terhadap pemahaman siswa, dan diimplemetasikan melalui presentasi hasil belajar. Di akhir pembelajaran guru memberi pujian pada semua siswa dan memotivasi agar lebih giat dalam mengikuti pembelajaran sesuai prinsip “akui setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran”. Terakhir adalah prinsip “perayaan” bermakna bahwa pembelajaran yang telah dilakukan dengan baik patut dirayakan sebagai ungkapan senang.

Prinsip model quantum yang digunakan dalam pembelajaran tari melinting ini diimplementasikan sesuai model quantum yang memiliki tujuan bahwa siswa


(2)

186

dapat memiliki pemahaman dan daya ingat tinggi terhadap materi yang dipelajari. Implementasi ini dibagi menjadi dua bagian pembelajaran yaitu pembelajaran teori sebagai penguatan pemahaman kongnitif dan pembelajaran praktik sebagai penguatan pemahaman motorik, seperti yang diketahui pembelajaran tari identik dengan praktik. Pembelajaran teori dilaksanakan dalam 1x pertemuan dengan materi seputar wawasan tari melinting. Pembelajaran praktik dilaksanakan selama 7x pertemuan beserta pengambilan nilai praktik di pertemuan kedelapan.

Prinsip quantum terlaksana semuanya pada pertemuan pertama yang merupakan pembelajaran teori dan berjalan dengan baik. Pada pembelajaran praktik tidak setiap pertemuan sepuluh prinsip model pembelajaran quantum terlaksana, ini disesuaikan dengan rancangan kegiatan yang telah dibuat. Prinsip yang tidak dapat terlaksana pada seluruh pertemuan ini adalah “tumbuhkan” yang bermakna apa manfaat bagi pembelajar/siswa, dikarenakan sudah disampaikan pada pertemuan pertama sehingga tidak perlu diulang lagi pada pertemuan berikutnya. Prinsip berikutnya ialah “rayakan”, sebenarnya prinsip ini hanya diterapkan pada akhir pembelajaran yang tidak ada kesinambungannya lagi, karena hal ini sebagai ungkapan kegembiraan bahwa materi yang telah dipelajarinya terlaksana dengan baik. Ada satu lagi prinsip yang tidak terlaksana pada pertemuan terakhir yakni “penamaan”, karena siswa telah paham yang dipelajari sehingga tidak ada pertanyaan yang diajukan kepada guru.

Model pembelajaran quantum memiliki ciri pada tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran tidak lain adalah penguasaan materi dengan pemahaman tinggi. Oleh karena itu, penerapannya tidak lepas dari penguatan secara teori terlebih dahulu sebelum menuju ke praktiknya. Kemudian keunikan yang dimiliki


(3)

dari model pembelajaran quantum ini adalah adanya perayaan setelah rangkaian pembelajaran dilaksanakan, sebagai tujuan bergembira menghargai materi yang telah dipelajari.

Kedua, penilaian hasil belajar siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tari SMK Gajah Mada Bandar Lampung dengan aspek penilaian wiraga, wirasa, wirama. Penilaian hasil belajar siswa dapat dinyatakan bahwa rata-rata siswa mampu memperagakan tari melinting dengan kategori baik yang dilihat dari perolehan nilai rata-rata 83,35. Aktivitas siswa dinilai dari empat aspek meliputi visual activities, listening activities, motor activities dan emotional activities. Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tari melinting menggunakan model pembelajaran quantum termasuk dalam kategori baik sekali dengan perolehan nilai rata-rata 87,7.

5.2Saran

Mengetahui hasil dari penelitian pada pembelajaran tari melinting menggunakan model pembelajaran quantum di SMK Gajah Mada Bandarlampung maka disarankan sebagai berikut.

1. Bagi siswa hendaknya lebih mengingat jadwal pertemuan pada kegiatan ekstrakulikuler tari agar siap membawa pakaian latihan berupa kaos dan trening, selama pertemuan sudah cukup tertib namun lebih baik lagi jika di setiap latihan menggunakan pakaian latihan lengkap, bukan kaosnya saja atau treningnya saja. Sehingga menjaga kerapihan seragam dan aromanya, disamping itu tujuan utamanya adalah agar siswa dapat bergerak leluasa selama proses pembelajaran praktik berlangsung.


(4)

188

2. Bagi guru seni budaya, seragam yang digunakan dalam melatih siswa juga sebaiknya menggunakan seragam latihan berupa kaos dan trening. Meskipun menggunakan pakaian latihan pada beberapa pertemuan untuk mengajarkan ragam gerak pada siswa, namun ada baiknya guru mengenakan pakaian latihan pada seluruh pertemuan praktik agar terlihat selalu siap di hadapan siswa.

3. Model pembelajaran quantum juga dapat diterapkan sebagai variasi dalam pengajaran seni tari baik di kegiatan pembelajaran kelas maupun kegiatan ekstrakulikuler, karena model pembelajaran quantum menjadikan siswa mengingat dengan baik materi pelajaran selain itu menjadikan siswa paham apa yang dipelajarinya bukan hanya praktiknya saja namun secara pengetahuan atau teori meraka kuasai juga.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto , Suharsimi.2014.Manajemen Penelitian. Bandung : Rineka Cipta DePorter Bobbi, Reardon Mark, Nourie-S Sarah.2014.Quantum

Teaching.Bandung : Kaifa.

Hadi, Sumandiyo Y. 2007. Kajian Tari Teks Dan Konteks.Yogyakarta : Pustaka Book Publisher

Komariah, Aan. Satori Djam’an. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Lampung Universitas. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Lampung. Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran.Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV.Pustaka Setia Muhammad, Idil.2012. Mengenal Dari Dekat Tari Daerah Lampung.Lampung Murgiyanto, Sal. 2002. Kritik Tari Bekal Dan Kemampuan Dasar. Jakarta : Ford

Foundation & MSPI.

Muzamiroh, L Mida. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta : Kata Pena Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Dan Sastra.

Yogyakarta : BPFE

Oktarina, Rani. 2014. Penerapan Nilai Karakter Pada Pembelajaran Tari Bedana Di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung. Skripsi Untuk Meraih Derajat S1


(6)

190

Program Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Seni Universitas Lampung.Tidak Diterbitkan

Rahmawati. 2014. Pembelajaran Tari Sigeh Penguten Melalui Metode

Demonstrasi Pada Kegiatan Ekstrakulikuler Di SMAN 9 Bandar Lampung TP 2013/2014. Skripsi Untuk Meraih Derajat S1 Program Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Seni Universitas Lampung.Tidak Diterbitkan Rusman. 2012.Model-model Pembelajaran.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Sardiman. 2014. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada

Saebani, A Beni. 2008. Metode Penelitian. Bandung : CV.Pustaka Setia Sasiwi, A Era. 2013. Pembelajaran Tari Bedayo Tulang Bawang Dengan

Menggunakan Metode Demonstrasi Di Smp Negeri 16 Bandar Lampung. Skripsi Untuk Meraih Derajat S1 Program Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Seni Universitas Lampung.Tidak Diterbitkan

Siregar Eveline, Nara Hartini.2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia

Widoyoko, Putro Eko.2012. Evaluasi Program Pembelajaran.Yogyakarta : Pustaka Pelajar