PEMBELAJARAN TARI MELINTING MENGGUNAKAN STRATEGI PAILKEM DI SMA NEGERI 9 BANDARLAMPUNG

(1)

PAILKEM DI SMA NEGERI 9 BANDARLAMPUNG Oleh

ARUM CHANDRAWATI

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses dan hambatan-hambatan yang terjadi selama pembelajaran tari Melinting menggunakan strategi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandarlampung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dan hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pembelajran tari Melinting menggunakan strategi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandarlampung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori pembelajaran, strategi PAILKEM, dan tariMelinting. Sumber data dalam penelitian ini adalah 14 siswa kelas XI.MIA 7. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan non tes, sebagai instrumen panduan yaitu pengamatan proses pembelajaran siswa dan pengamatan aktivitas guru. Proses pembelajaran tari Melinting menggunakan strategi PAILKEM menunjukan bahwa siswa mampu untuk memeragakan ragam gerak tari Melinting dengan baik. Kriteria baik siswa didapat berdasarkan aspek, pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, dan menarik. Pembelajaran aktif, siswa aktif dalam bertanya, menjawab, dan berlatih mandiri. Pembelajaran inovatif, siswa inovatif dalam mengemas materi persentasi dan membuat pola lantai. Pembelajaran berwawasan lingkungan, siswa menggunakan ruang kelas dan aula sebagai tempat belajar. Pembelajaran kreatif, siswa kreatif dalam mengkreasikan ragam gerak, dan menyajikan materi. Pembelajaran efektif, siswa tepat waktu dalam memasuki kelas, disiplin dalam pengambilan nilai, dan selalu memperhatikan materi yang guru sampaikan. Pembelajaran menarik, hasil pola lantai, gerak, dan materi yang dipersentasikan menarik. Hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran yaitu kurang kondusifnya suasana kelas, kurang menguasai materi, kejenuhan belajar, kesiapan belajar, diskusi dan debat, pengulangan, timbulnya faktor lupa, ketidaksesuaian RPP dengan proses pembelajaran, dan efikasi-diri.


(2)

STRATEGY AT SMAN 9 BANDARLAMPUNG By

ARUM CHANDRAWATI

The problem of this research is how the learning process and barriers that occur during the learning process of Melinting dance by using PAILKEM strategy at SMAN 9 Bandarlampung. This research was aimed to describe the learning process and barriers that occur during the learning process of Melinting dance by using PAILKEM strategy at SMAN 9 Bandarlampung. This research used descriptive qualitative method. The theorie used in this research were the learning theory, PAILKEM strategy, and Melinting dance. The data resource in this research was 14 students of XI MIA 7. The data collecting technique used in this research are observation, interview, documentation and nontest, as the guidance instrument were the observation of students learning process and the observation of teacher activities. The learning process of Melintingdance by using PAILKEM strategy showed that students are able to demonstrate variety of Melinting dance movements well. Criteria for the students is based on aspects, active learning, innovative, environment, creative, effective, and attractive. Active learning, students are active in asking, answering, and independent practice. Innovative learning, innovative students in packaging material and make a percentage of the floor pattern. Environmental learning, students use classrooms and halls as a place of learning. Creative learning, creative students in the creation of range of motion, and presenting the material. Effective learning, students are on time, dicipline on taking score, and always pay attention to the material which delivered by the teacher. Attractive learning results of flooring patterns, movements, and the materials that presented are interesting. Barriers that occur during the learning process that is less conducive classroom atmosphere, less master the material, saturation learning, readiness to learn, discuss and debate, repitition, the emergence of factors forget, RPP discrepancy with the learning process, and self-efficacy.


(3)

Oleh:

Arum Chandrawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Progrm Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada 4 Juli 1993, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sadmoko dan Ibu Mawarti Suherlina.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain:

1. TK AISYAH Mataram Pringsewu yang telah diselesaikan pada tahun 1999. 2. SD Negeri 3 Mataram Pringsewu yang telah diselesaikan pada tahun 2005. 3. MTs YASMIDA Ambarawa Pringsewu yang telah diselesaikan pada tahun

2008.

4. SMA Negeri 1 Gadingrejo Pringsewu yang telah diselesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung melalui (PKAB) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Seni Tari.

Tahun 2014 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Sukau Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pagar Dewa, dan Pada 2015 penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 9 Bandarlampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd).


(8)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan nikmat yang telah diberikan. sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, dengan ketulusan dan keikhlasan kupersembahkan karya sederhana ini sebagai bukti sayangku kepada :

Teristimewa kupersembahkan kepada Bapak dan Ibuku, yang tak hentinya berdo’a, memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan, nasehat-nasehat yang membangun serta kebutuhan jasmani serta rohani yang selama ini dicurahkan kepadaku, yang dengan setia menanti keberhasilanku, hanya dengan untaian kata yang sederhana inilah yang dapat kupersembahkan, “TERIMAKASIH” Bapak dan Ibu, dengan segala dukungan dan motivasimulah anakmu mampu mencapai ini semua, mencapai harapan yang dahulu hanya sebuah angan-angan. Aku sayang Bapak dan IBU.

Adikku tersayang Avin Ainun Biruanim dan Amnur M. Arya Nugroho yang selama ini telah memberikan perhatian hangat, canda tawa, kasih sayang, motivasi, serta do’a untuk keberhasilanku. Teristimewa kupersembahkan untuk almarhum Kakekku tersayang yang telah mendidik dan selalu mendo’akan keberhasilan cucumu semasa hidup. Kakak sekaligus sahabatku Agri Sihana yang tak hentinya selalu memberikan nasehat dan motivasi. Sahabat-sahabatku yang senantiasa menemani dalam suka maupun duka. Segenap keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan perhatiannya kepadaku


(9)

Aset paling berharga (dalam belajar) yang anda miliki adalah sikap positif ( Bobbi DePorter)

Pikiran bukanlah sebuah wadah untuk diisi, melainkan api yang harus dinyalakan (Plutarch)

Karena otak tidak bisa memerhatikan semua hal, maka pelajaran yang tidak menarik, membosankan, atau tidak menggugah emosi, pastilah tidak akan diingat.


(10)

Bismillahirohmanirohim

Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Tari, Jurusan Bahasa dan Seni, FKIP Unila.

Terselsaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan uang datang baik dari luar maupun dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini terselesaikan berkat dukungan, bimbingan, bantuan petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hasyimkan, S.Sn, M.A., selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, nasihat, dan saran-saran demi terselesaikannya skripsi ini.

2. Susi Wendhaningsih, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing dua yang telah rela mengorbankan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, nasihat yang membangun serta dengan kesabarannya menuntun penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Riyan Hidayatullah, S.Pd., M.Pd., selaku penguji dan pembahas, terima kasih untuk masukan dan saran-saran serta nasihat yang telah diberikan.

4. Fitri Daryanti, S.Sn, M.Sn., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari sekaligus selaku Pembimbing Akademik.

5. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Lampung.


(11)

8. Mas Jaya, Mbak Eva, dan seluruh staf Kampus Seni Tari FKIP Unila atas dukungan serta partisipasinya.

9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sadmoko dan Ibu Mawarti Suherlina terima kasih atas do’a tulusmu serta motivasi yang tiada henti, kesabaran moral, dan finansial yang tidak akan pernah terbayarkan oleh apapun.

10. Saudaraku tersayang, Agri Sihana, Eky Apryandi, M. Danu Aktabri, Putri Apri Tyas.S, Avin Ainun Biru Anim dan Amnur M Arya Nugroho yang selama ini selalu memberikan semangat , kehangatan dalam setiap canda dan tawa.

11. Drs. Hendro Suyono, selaku Kepala Sekolah, dan Maryana S.Pd selaku guru mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 9 Bandarlampung.

12. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas XI.MIA 7 SMA Negeri 9 Bandarlampung atas kerjasamanya yang baik selama penelitian berlangsung, 13. Keluarga besarku tercinta terima kasih atas nasehat, dan Do’a yang telah

diberikan sebagai motivasi yang tak ternilai harganya.

14. Seluruh adik-adik KKN-PPL SMA N 1 Sukau terima kasih atas motivasi yang tiada hentinya selama masa penyusunan skripsi hingga diselesaikan. 15. Teman tersayangku Nurcahya Surya Barunawati (jeme), Rendry Feriana

Lazorgi, Evi Kristianingsih, dan Nengah Sekar yang selama kuliah ini telah memberikan banyak pengalaman dalam hidupku.

16. Teman kelompok tugas, Ariyadi, Bambang Sutejo, dan Bella Aulia Rahmah yang telah menjadi rekan terbaik dalam bertukar fikiran.

17. Rekan-rekan Seni Tari angkatan 2011 terima kasih atas semangat dan dukungannya selama masa penelitian hingga diselsaikan.

18. Teman KKN-PPL Pagar Dewa Kec.Sukau, Ave, Noris, Mukhlis, Muthi, Ingga, Nova, Devi, Neli, dan Lusi yang selalu memberikan semangat.

19. Sahabat SMA yang selalu memberi motivasi, Lia, Yuli, Dian.K, Dian.A, Yori, dwi, binar, Agis dan Umam.


(12)

diterimam Allah SWT, dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat kelak. Tak kalah besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Bandarlampung, Juni 2015 Penulis,


(13)

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

JUDUL DALAM ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

SURAT PERNYATAAN ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

MOTTO ... x

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penulisan ... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian ... 12

2.2. Pembelajaran ... 14

2.3. TariMelinting... 15

2.3.1. Sejarah TariMelinting ... 16

2.3.2. Jumlah Penari ... 18

2.3.3. Ragam Gerak Dasar TariMelinting... 18

2.3.4. Makna Gerak Tari ... 32

2.3.5. Teknik Menggunakan Kipas ... 36

2.3.6. Iringan ... 37


(14)

2.4.3. Pembelajaran Menggunakan Lingkungan ... 49

2.4.4. Pembelajaran yang Kreatif ... 51

2.4.5. Pembelajaran yang Efektif ... 52

2.4.6. Pembelajaran yang Menarik ... 54

2.5. Model dan Metode dalam Strategi PAILKEM ... 56

2.5.1. Model dalam Strategi PAILKEM ... 56

2.5.2 Metode dalam Strategi PAILKEM ... 57

2.6. Kekurangan Strategi Pembelajaran PAILKEM ... 58

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 59

3.2. Sumber Data ... 60

3.2.1. Variabel Penelitian ... 60

3.2.2. Subjek Penelitian ... 60

3.2.3. Objek Penelitian ... 61

3.2.4. Responden Penelitian ... 61

3.2.5. Sumber Data ... 61

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.3.1. Observasi (Pengamatan) ... 62

3.3.2. Wawancara ... 62

3.3.3. Dokumentasi ... 63

3.3.4. Nontes ... 63

3.4. Instrumen Penelitian ... 71

3.4.1. Panduan Observasi ... 72

3.4.2. Panduan Wawancara ... 73

3.4.3. Panduan Dokumentasi ... 73

3.4.4. Panduan Nontes ... 73

3.5. Teknik Analisis Data ... 74

3.6. Tahap Pelaksanaan Strategi Pembelajaran PAILKEM ... 74

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 76

4.1.1. Data Sekolah ... 77

4.1.2. Visi dan Misi Sekolah ... 79

4.1.3. Prestasi Sekolah ... 80

4.1.4. Kepala SMA yang Pernah Menjabat ... 81

4.2. Persiapan Penelitian ... 81

4.2.1. Permohonan Izin ... 82

4.3. Laporan Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 84

4.3.1. Pertemuan Pertama ... 84

4.3.1.1. Deskripsi Pertemuan Pertama ... 84

4.3.1.2. Pembahasan Pertemuan Pertama ... 90

4.3.1.3. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Menggunakan Strategi PAILKEM Pertemuan Pertama ... 91


(15)

4.3.2.3. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Menggunakan

Strategi PAILKEM Pertemuan Kedua ... 101

4.3.2.4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kedua ... 102

4.3.3. Pertemuan Ketiga ... 105

4.3.3.1. Deskripsi Pertemuan Ketiga ... 105

4.3.3.2. Pembahasan Pertemuan Ketiga ... 111

4.3.3.3. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Menggunakan Strategi PAILKEM Pertemuan Ketiga ... 112

4.3.3.4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketiga ... 114

4.3.4. Pertemuan Keempat ... 116

4.3.4.1. Deskripsi Pertemuan Keempat ... 116

4.3.4.2. Pembahasan Pertemuan Keempat ... 121

4.3.4.3. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Menggunakan Strategi PAILKEM Pertemuan Keempat ... 123

4.3.4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keempat ... 124

4.3.5. Pertemuan Kelima ... 126

4.3.5.1. Deskripsi Pertemuan Kelima ... 126

4.3.5.2. Pembahasan Pertemuan Kelima ... 132

4.3.5.3. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Menggunakan Strategi PAILKEM Pertemuan Kelima ... 133

4.3.5.4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kelima ... 134

4.3.6. Pertemuan Keenam ... 137

4.3.6.1. Deskripsi Pertemuan Keenam ... 137

4.3.6.2. Pembahasan Pertemuan Keenam ... 142

4.3.6.3. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Menggunakan Strategi PAILKEM Pertemuan Keenam ... 143

4.3.6.4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Keenam ... 144

4.3.7. Pertemuan Ketujuh ... 147

4.3.7.1. Deskripsi Pertemuan Ketujuh ... 147

4.3.7.2. Pembahasan Pertemuan Ketujuh ... 153

4.3.7.3. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Menggunakan Strategi PAILKEM Pertemuan Ketujuh ... 154

4.3.7.4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Ketujuh ... 155

4.3.8. Pertemuan Kedelapan ... 158

4.3.8.1. Deskripsi Pertemuan Kedelapan ... 158

4.3.8.2. Pembahasan Pertemuan Kedelapan ... 162

4.3.8.3. Hasil Pengamatan Proses Belajar Siswa Menggunakan Strategi PAILKEM Pertemuan Kedelapan ... 163

4.3.8.4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pertemuan Kedelapan ... 164

4.4 Pembahasan Pembelajaran TariMelintingMenggunakan Strategi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandarlampung Kelas XI.MIA 7 ... 165

4.5. Hambatan dan Solusi yang Terjadi Selama Proses Pembelajaran ... 167


(16)

5.2. Saran ... 177

DAFTAR PUSTAKA... 179 LAMPIRAN


(17)

Tabel Halaman

2.1. Deskripsi Gerak TariMelintingPutra... 19

2.2. Deskripsi Gerak TariMelintingPutri... 25

2.3. Musik Pengiring TariMelinting ...37

2.4. Diskripsi Uraian Penyajian TariMelinting(Tradisional) ... 39

3.1. Instrumen Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Menggunakan Strategi PAILKEM ... 63

3.2. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 67

3.3. Contoh Tabel Catatan Lapangan ... 72


(18)

Lampiran Halaman I. Perangkat Pembelajaran

Silabus ... 181 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 186 II. Panduan Wawancara

Hasil Wawancara Guru ... 202 Hasil Wawancara Siswa Kelas XI.MIA 7 ... 205 III. Panduan Nontes

Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Menggunakan

Strategi PAILKEM ... 208 IV. Panduan Observasi


(19)

Gambar Halaman

2.1. Teknik Memegang Kipas yang Benar ... 36

2.2. Busana dan Aksesoris Penari Putra TariMelinting ... 44

2.3. Busana dan Aksesoris Penari Putra TariMelinting ... 46

4.1. Gedung SMA Negeri 9 Bandarlampung ... 76

4.2. Guru Mengabsen Siswa Sebelum Memulai Pembelajaran ... 85

4.3. Siswa Mengerjakan Lembar Evaluasi Proses Pembelajaran Siswa .. 89

4.4. Siswa Mempersentasikan Materi Tari ... 95

4.5. Guru Mengamati dan Menilai Persentasi Siswa ... 97

4.6. Antusias Siswa Memperhatikan Persentasi ... 106

4.7. Siswa Mengerjakan Lembar Evalusai ... 110

4.8. Kipas TariMelintingHasil Buatan Siswa ... 118

4.9. Siswa Ikut Praktik Memeragakan Tari Kipas ... 118

4.10. Siswi yang Menguasai Gerak Berdiri Paling Depan ... 120

4.11. Guru Sedang Mengatur Barisan Siswa ... 127

4.12. Guru Mendemonstrasikan Gerak KakiInjak Lado ... 129

4.13. Guru Mengamati Gerak dan Pola Lantai ... 130

4.14. Pemanasan yang Dipimpin Oleh Siswa ... 138

4.15. Peragaan Gerak TanganKenui Melayang ... 139

4.16. Proses Pemanasan Siswa di Aula ... 148

4.17. Siswa Menyiapkan Pengeras Suara ... 149

4.18. Proses Perapihan Bentuk Pola Lantai ... 150

4.19. Bentuk Pola Lantai TariMelinting ... 152

4.20. Siswa Berdiskusi ... 160


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian pendidikan. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.


(21)

Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan serta terpadu (Daryanto dan Sudjendro, 2014: 1). SMA Negeri 9 Bandar Lampung masih menerapkan kurikulum 2013 disemester berikutnya hal inilah yang menjadi dasar penulis untuk mencantum kurikulum 2013.

“Pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya” (Schunk, 2012: 5). “Apabila kita analisis kegiatan tari, maka ranah pendidikan yang meliputi aspek psikomotor, kognitif, dan afektif akan dicapai dengan baik. Pada kegiatan tersebut pun, para guru dapat menanamkan nilai-nilai religius, estetis, historis, sosial, dan budaya” (Masunah dan Narawati, 2003: 248).

Tari pendidikan, tari atau gerak merupakan media atau alat ungkapan yang digunakan untuk mengembangkan sikap, pola pikir, dan motorik anak menuju, ke arah kedewasaannya. Anak tidak dituntut terampil menari karena bukan untuk menjadi penari, tetapi lebih kepada proses kreativitas dan merasakan pengalaman estetik melalui kegiatan berolah tari (Masunah dan Narawati, 2003: 246).

Berdasarkan observasi dalam pembelajaran tari Melinting pada 13 Oktober 2014 dengan ibu Mariana di SMA Negeri 9 Bandar Lampung bahwa, bekal kemampuan siswa yang sedikit dalam praktik menari disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal, faktor internal pada umumnya seni memiliki sifat dari manusia itu sendiri, akan tetapi kesenian yang mereka sukai berbeda-beda jenisnya.


(22)

Sama halnya dengan siswa laki-laki di SMA Negeri 9 yang cenderung menyukai seni musik dari pada seni tari. Selain itu guru kurang memperhatikan pada saat proses belajar atau berlatih sendiri sehingga seringkali siswa salah namun tidak diberi penjelasan atau teguran. Faktor eksternal adalah kurang pedulinya masyarakat untuk melestarikan kesenian daerah sehingga para generasi penerus kurang memahami budaya yang dimiliki daerahnya sendiri. Maka pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang dialami. Guru harus teliti dan cermat ketika mengajarkan setiap ragam gerak agar siswa dapat memahami teknik, bentuk, ruang dan sikap menari yang benar agar selanjutnya bisa menyesuaikan dengan iringan musik.

Berdasarkan observasi dengan ibu Mariana di SMA Negeri 9 Bandar Lampung bahwa, siswa sudah menghafal semua ragam gerak yang diberikan guru, namun guru cenderung diam dan memperhatikan kekompakan antar penari tanpa memperhatikan kesesuaian ragam gerak dengan irama musik. Pada akhirnya siswa cenderung kurang memahami dan melakukan gerak yang belum sesuai dengan ketukan musik yang seharusnya. Konsentrasi siswa cenderung tertuju pada hafalan ragam gerak saja, sementara usaha untuk menyesuaikan gerak dengan musik terabaikan. Kebiasaan tersebut dapat mengakibatkan menurunnya tingkat konsentrasi belajar siswa, sehingga dapat menghambat keefektifan dalam proses belajar mengajar. Untuk menanggapi masalah pembelajaran ini, penyampaian pembelajaran praktik seni tari tidak hanya menggunakan metode yang sesuai saja, akan tetapi pentingnya penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai juga berperan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal.


(23)

„Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu‟ Gerlach dan Ely (Uno dan Mohamad, 2011: 5). Oleh sebab itu digunakannya strategi pembelajaran PAILKEM sebagai strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di sekolah.

Strategi pembelajaran mencakup model dan metode, model dan metode yang ada dalam strategi pembelajaran PAILKEM merupakan model dan metode yang sering digunakan oleh guru dalam pemebelajaran seni tari, selain itu strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kurikulum 2013 karena strategi PAILKEM merangsang siswa untuk lebih aktif, inovatif dan kreatif sehingga pembelajaran yang menarik dapat tercipta itulah yang menjadi alasan guru memilih strategi pembelajaran PAILKEM.

Penjabaran dari strategi pembelajaran PAILKEM itu sendiri yang pertama adalah aktif. Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif (Uno dan Mohamad, 2011: 10). “Selanjutnya inovatif, maksud inovatif di sini adalah dalam kegiatan pemebelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar” (Uno dan Mohamad, 2011: 11). Strategi pembelajaran PAILKEM memiliki konsep pembelajaran lingkungan. Strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada pada buku atau kitab yang merupakan pegangan guru.


(24)

Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya (Uno dan Mohamad, 2011: 11). “Adanya konsep pembelajaran lingkungan siswa juga dituntut untuk kreatif. Pembelajaran yang kreatif juga sebagai salah satu strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dia pelajari” (Uno dan Mohamad, 2011: 12). Meskipun pembelajaran sudah berlangsung dengan aktif, inovatif, lingkungan dan kreatif akan kurang sempurna jika pembelajaran itu tidak berjalan dengan efektif, untuk itu pentingnya konsep pembelajaran yang efektif. Strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar di mana dia telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas (Uno dan Mohamad, 2011: 14).

Muara dari bagian strategi PAILKEM dalam pembelajaran adalah bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar. Strategi pembelajaran yang menarik tentu tidak akan berjalan tanpa dibarengi dengan penyiapan suasana pembelajaran yang mendorong siswa akan memperdalam apa yang dia pelajari. Jadi inti dari strategi pembelajaran yang menarik terletak pada bagaimana memberikan pelayanan kepada siswa sebab posisi siswa jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu dilayani dengan baik. Dengan adanya konsep-konsep tersebut diharapkan siswa dapat mencapai hasil pembelajaran tari yang baik.


(25)

Tari Melinting adalah salah satu tarian daerah lampung yang sudah di akui keasliannya oleh pemerintah daerah lampung. Diperkirakan pada abad ke 16 yaitu pada masa silsilah ke 2 keratuan Melinting pangeran panembahan mas, berpengaruh agama Islam mulai mendominasi tata cara tari Melinting (Novrida dan Nurhayati, 2004: 1).

Tari Melinting telah menjadi pembelajaran di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Melalui tari Melinting siswa dapat mengembangkan pribadinya dan menumbuhkan rasa estetis serta kecintaan terhadap budaya melalui kegiatan tari. Pembelajaran tari dengan menggunakan strategi pembelajaran ini siswa mampu bersikap aktif, inovatif, berwawasan lingkungan, kreatif, efektif, dan menarik dalam pembelajaran. Hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh data bahwa pembelajaran tari Melinting cocok menggunakan strategi pembelajaran PAILKEM sebab dengan diterapkannya pembelajaran PAILKEM siswa yang mulanya hanya memiliki sedikit kemampuan dalam menari, jadi termotivasi untuk berusaha menjadi lebih baik terlebih pada siswa laki-laki yang cenderung kurang menyukai seni tari, mereka akan giat berlatih jika pembelajarannya berlangsung dengan aktif, inovatif, berwawasan lingkungan, kreatif, efektif, dan menarik.

Strategi pembelajaran yang digunakan mata pelajaran seni budaya di SMA Negeri 9 yang guru tahu hanya membuat pembelajaran tari menjadi menyenangkan dan kreatif. Selain itu dalam pembelajaran seni tari guru menggunakan banyak metode dan model pembelajaran.


(26)

Penggunaan strategi PAILKEM sesuai dengan masalah yang ada karena dalam strategi PAILKEM mencakup konsep menyenangkan dan kreatif yang telah guru gunakan. Selain itu dalam strategi ini terdapat beberapa metode dan model yang sering digunakan oleh guru. Strategi yang telah diterapkan selama ini terdapat aspek yang belum tercapai, misalnya siswa kurang tertarik dengan pembelajaran tari dengan alasan kurang menyukai pembelajaran tari, sehingga terdapat beberapa siswa yang kurang memerhatikan, meskipun siswa tersebut mampu menggerakkan gerak tari yang telah disampaikan akan tetapi siswa tersebut masih kurang dalam menggerakan ragam gerak tari dengan benar.

Berdasarkan wawancara pada hari yang sama guru juga menggunakan kelas, aula, lapangan terbuka, studio, dan halaman sekolah sebagai lingkungan belajarnya. Mengetahui hal ini dapat disimpulkan bahwa guru menggunakan strategi PAILKEM, karena dalam pembelajaran yang guru terapkan terdapat aspek pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, dan menarik. Di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pembelajaran tari Melinting telah dilaksanakan pada kegiatan intrakurikuler.

Salah satu sekolah yang menerapkan pembelajaran tari Melinting adalah SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Peneliti tertarik untuk meneliti pembelajaran tari Melinting menggunakan strategi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Karena strategi PAILKEM memiliki beberapa kelebihan yaitu, siswa dapat berperan aktif, inovatif, berwawasan lingkungan, dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran, memotivasi siswa untuk lebih semangat dan siswa dapat berpikir kritis, serta siswa mampu dalam menganalisis gerak tari.


(27)

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka peneliti mengangkat sebuah judul penelitian yaitu pembelajaran tari Melinting menggunakan startegi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Peneliti berharap strategi ini dapat mempermudah siswa dalam mempelajari tari, khususnya tari Melinting. Selain itu dapat juga dijadikan sebagai referensi bagi calon pendidik dan menambah variasi strategi pembelajaran tari.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya maka dengan ini peneliti merumuskan masalah yaitu.

1. Bagaimana proses pembelajaran tari Melinting menggunakan strategi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandar Lampung?

2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran tari Melinting menggunakan strategi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandar Lampung?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pada penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran tari Melinting menggunakan strategi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran tari Melinting menggunakan strategi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.


(28)

1.4. Manfaat Penulisan

Penelitian ini memiliki manfaat, yaitu manfaat praktis.

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.2.1. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa.

1.2.2. Memberikan gambaran bagi semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran, terutama bagi guru tentang bagaimana penerapan strategi pembelejaran tari yang ia terapkan selama ini.

1.2.3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang seni budaya, yakni dapat memberikan referensi penelitian dalam bidang seni tari, dapat menambah referensi bagi guru dalam menggunakan strategi pembelajaran.

1.2.4. Mengenalkan pada semua pihak yang terlibat mengenai jenis tari tradisional daerah Lampung dan sebagai wujud pelestarian seni tari di daerah Lampung.

1.2.5. Mahasiswa pendidikan seni tari diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan pengetahuan tentang pembelajaran tari Melinting menggunakan strategi pembelajaran PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.


(29)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup objek penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian, dan waktu penelitian.

1.5.1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pembelajaran tari Melinting menggunakan strategi pembelajaran PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. 1.5.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru seni budaya dan siswa di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2014/2015.

1.5.3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah SMA Negeri 9 Bandar Lampung. 1.5.4. Waktu Penelitian

No Kegiatan

Bulan

November Desember Januari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan

izin

penelitian x 2 Seminar

proposal x 3 Penelitian

x x x x x x x x 4 Pengolahan

data €

5 Perapihan


(30)

Keterangan :

x = Satu kali pertemuan/satu hari

x

= Dua kali petemuan/dua hari x

€ = Satu minggu No Kegiatan

Bulan

November Desember Januari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 6 Bimbingan

dan

koreksi € 7 Seminar


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:

a. Kemampuan Menari Melinting Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah TP 2011/2012. Penelitian ini dilakukan oleh Indra Bulan mahasiswi Pendidikan Seni Tari. Berdasarkan hasil penelitian skor rata-rata keseluruhan hasil tes kemampuan manari Melinting siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012 tergolong dalam kategori baik. hasil ini dapat dikategorikan dari rata-rata skor kemampuan menari siswa secara keseluruhan dengan skor rata-rata 75,03, indikator warama diperoleh skor dengan rata-rata 72,82, dan pada indikator wirama diperoleh skor dengan rata-rata 72,75.


(32)

b. Hubungan Bakat dan Hasil Belajar Tari Melinting siswa kelas VII SMP Negeri Gisting Tanggamus. Penelitian ini dilakukan oleh Zuliana Aprianti mahasiswi Pendidikan Seni Tari. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bakat menari siswa menjadi 3 bagian yaitu, siswa yang memiliki bakat tinggi berjumlah 8 orang, siswa yang memiliki bakat sedang berjumlah 16 orang. Data kemampuan menari Melinting diperoleh hasil kemampuan menari Melinting menjadi 5 bagian yaitu, siswa yang memperoleh kemampuan menari Melinting cukup baik berjumlah 10 orang, siswa yang memperoleh kemampuan menari Melinting kurang baik berjumlah 5 orang, dan siswa yang memperoleh kemampuan menari Melinting sangat kurang baik berjumlah 5 orang.

Dari penjabaran tingkat persentase perolehan tes bakat, kemampuan menari hasil belajar tari Melinting dapat dilihat bahwa bakat memiliki hubungan yang sangat kuat dengan hasil belajar tari Melinting. Berdasarkan hasil perhitungan dalam analisa data menggunakan rumus triserial maka diperoleh hasil koefisien korelasi r tris = 0,94 dan

r

tabel = 0,361nilai

r

tris yang diperolehsignifikan sebab r

tris >

r

tabel dengan N = 30 pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha 0,05.

Berdasarkan perhitungan tersebut maka, hipotesis dinyatakan diterima, karena terlihat dari analisa data bahwa maka hasil yang diperoleh

r

tris =0,94≥

r

tabel =

0,361 berarti semakin tinggi bakat maka semakin tinggi hasil belajar tari Melinting yang dicapai siswa.


(33)

Ditinjau dari kedua hasil penelitian terdahulu terdapat persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu pembelajaran tari Melinting. Akan tetapi dari kedua penelitian tersebut masalah yang akan diteliti tidak ada yang benar-benar sama. Pada hasil penelitian yang pertama dan kedua persamaannya terletak pada hasil belajar siswa. Hal ini merupakan titik perbedaannya karena pada penelitian ini akan meneliti Pembelajaran Tari Melinting Menggunakan Strategi PAILKEM. Dilakukannya penelitian ini guna menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan terdahulu, karena pada kedua penelitian yang telah dilakukan hanya mendeskripsikan hasil belajar saja tanpa menjelaskan proses dan strategi pembelajaran apa yang digunakan oleh guru. Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tari Melinting Menggunakan Strategi PAILKEM di SMA Negeri 9 Bandarlampung” dapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-penelitian yang sebelumnya.

2.2. Pembelajaran

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Schunk (2012: 5) bahwa, “pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berprilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya.”

Sedikit berbeda dengan pendapat Rusman (2012: 3) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pemebelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,


(34)

menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno dan Muhammad (2011: 3) bahwa, tujuannya adalah agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, yaitu tujuan akhir yang diharapkan dapat dikuasai oleh semua peserta didik.

Pencapaian tujuan pemebelajaran ini, setiap guru dituntut untuk benar-benar memahami strategi pembelajaran yang akan diterapkannya. Sehubungan dengan hal tersebut, seorang guru perlu memikirkan strategi atau pendekatan yang akan digunakannya. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, yaitu dengan situasi dan kondisi yang dihadapi akan berdampak pada tingkat penguasaan atau prestasi belajar peserta didik yang dihadapi.

2.3. Tari Melinting

Novrida dan Nurhayati (2004: 1) mengemukakan bahwa, kesenian merupakan salah satu perwujutan kebudayaan, berbagai corak ragam kesenian di Indonesia perlu dilestarikan dan disebarluaskan kepada masyarakat sebagai aset daerah warisan leluhur yang dapat diberdayakan. Khususnya di daerah provinsi Lampung dengan bermacam-macam tari tradisionalnya baik yang bersifat klasik maupun tari rakyat sesuai dengan adat istiadat atau kesukuan daerah setempat salah satu warisan budaya yang perlu mendapatkan perhatian dan dilestarikan adalah tari Melinting dari daerah Meringgai dan Wana Lampung Timur Provinsi Lampung, ini sebagai wujud kebijaksanaan pemerintah yang mengacu kepada pembangunan sosial budaya.


(35)

Tari Melinting merupakan salah satu tari tradisional Lampung yang dapat dikategorikan tari klasik. Tari ini sudah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, sejak masuknya agama islam ke Indonesia. Dalam perkembangan sekarang tari Melinting belum begitu banyak dikenal oleh masyarakat, baik di daerah Lampung sendiri maupun masyarakat di luar Provinsi Lampung. Dengan pertimbangan inilah, maka dirasa perlu untuk terus menyebar luaskan seni tari Melinting baik secara tertulis maupun dalam bentuk pelatihan-pelatihan dan dalam bentuk eksibisi lainnya.

2.3.1. Sejarah Tari Melinting

Berdasarkan data yang diperoleh dari S.Ag. Zakaria (Pangeran Mergo Agung) dan MR. Darman (2012: 5) berpendapat bahwa tari Melinting atau dengan nama panjangnya tari cetik kipas melinting adalah sebuah tarian tradisional yang berasal dari masyarakat adat Keratuan Melinting- Lampung. Tarian ini merupakan sebuah kesenian peninggalan dari Sultan Keratuan Melinting pada abad ke-XVI yang diciptakan dan ditarikan langsung oleh Sultan Melinting. Dimana pada waktu itu Sultan Melinting sedang mengadakan Gawi Adat (upacara adat), dengan maksud untuk menghibur dan menjamu tamu yang datang Sultan beranjak memperagakan tarian dan mengajak tamu yang hadir untuk menari bersama. Sehingga seorang punggawa bernama Talaban menari bersama Sultan yang di ikuti oleh kerabat-kerabat Keratuan yang lain.


(36)

Pada awalnya Tari Melinting ini hanya bisa dipentaskan oleh keluarga Keratuan yang dipentaskan dalam acara-acara adat Keratuan serta dalam penyambutan tamu-tamu agung Keratuan. Gambaran secara umum tarian ini menggambarkan tentang kehidupan flora dan fauna yang hidup di alam semesta ini, sehingga nama ragam dan geraknyapun banyak diangkat dari cerita flora dan fauna.

Yusuf (Igama 2011: 20) mengatakan bahwa “pada tahun 1965 presiden Soekarno

meminta kepada Pemda Lampung Tengah (pada waktu itu Bupatinya adalah Bp. Hasan Basri) untuk mementaskan tari Melinting pada acara 17 Agustus 1965 di Istora Senayan Jakarta, pada saat itulah atas saran protocol Istana Kepresidenan untuk menambah keindahan tari maka disepakati terjadinya perubahan pada tari Cetik Kipas yang berubah nama menjadi tari kreasi Melinting karena pementasan dalam ruangan yang lebar, maka untuk penyesuaian pada waktu itu jumlah penari 12 laki-laki dan 12 wanita.”

Igama (2011: 21) berpendapat bahwa, adanya perubahan irama tabuhan adanya pergantian dari tabuh recik ke tabuh kedanggung tabuhan yang lainnya tetap (arus dan cetik) adanya perubahan gerakan penari keluar menuju pentas begitu pula saat kembali ketempat asalnya, adanya penambahan sedikit formasi, namun gerakan dasar penari masih memakai gerakan tari cetik kipas, adanya penambahan kostum yaitu penari memakai baju dan penambahan asesoris namun siger, tapis dan selendang tetap seperti aslinya.


(37)

2.3.2. Jumlah Penari

Igama (2011: 56) menjelaskan dalam bukunya bahwa tarian ini dimainkan oleh 4 wanita (gadis) dan 4 pria (bujang) 8 (delapan) penari merupakan jumlah yang umum dipakai saat ini, dan dapat pula jumlahnya lebih dari itu misal bila ingin ditampilkan secara kolosal 100 atau lebih dari itu, dan biasanya jumlah penari genap.

Menurut Igama (2011: 56) jenis tari ini dilihat dari tariannya adalah tari kelompok, serta dilihat dari jenis tari berdasarkan gayanya adalah tari tradisional klasik artinya tari ini dahulunya hanya ditarikan di kalangan bangsawan atau keluarga Ratu. Untuk saat ini siapapun diperbolehkan menarikannya asalkan tetap memakai gerakan khas Melinting (Kreasi asli Melinting ).

2.3.3. Ragam Gerak Dasar Tari Melinting

Gerak yang dipakai didalam tari Melinting dibedakan antara gerak penari putra dan gerak penari putri yang meliputi:

a. Gerak Putra : 1. Babar Kipas 4. Jong Sembah 7. Salaman 2. Sukhung Sekapan 5. Suali

3. Balik Palau 6. Niti Batang

b. Gerak Putri : 1. Babar Kipas 4. Nginjak Lado 7. Lapah Ayun 2. Sukhung Sekapan 5. Kenui Melayang 8. Ngiyau Bias 3. Jong Sembah 6. Injak Tai Manuk 9. Timbangan


(38)

Tabel 2.1. Deskripsi Gerak Tari Melinting Putra

NO NAMA GERAK (PUTRA) KETERANGAN

1. Babar Kipas Hitungan 1

Kedua tangan diletakan di depan dada, Dengan kipas dirapatkan.

Hitungan 2

Kedua tangan membuka kipas sampai ke samping badan, dengan kaki melangkah ke depan.

Hitungan 3

Gerakannya sama dengan hitungan 1 Hitungan 4

Gerakannya sama dengan hitungan 2 Hitungan 5

Gerakannya sama dengan hitungan 1 Hitungan 6

Gerakannya sama dengan hitungan 2 Hitungan 7

Gerakannya sama dengan hitungan 1 Hitungan 8


(39)

NO NAMA GERAK (PUTRA) KETERANGAN

2. Sukhung Sekapan Sebuah gerak yang bergantian tangan kanan dan kiri mendorong ke depan sambil memegang kipas. Kaki berjalan maju ke depan atau bisa juga mundur. Hitungan 1

Tangan kanan mendorong kipas ke depan, dengan kaki kanan maju ke depan.

Hitungan 2

Tangan kiri mendorong kipas ke depan, lalu kaki kiri maju ke depan. Hitungan 3

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 4

Mengulang seperti gerakan hitungan 2 Hitungan 5

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 6

Mengulang seperti gerakan hitungan 2 Hitungan 7

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 8


(40)

NO NAMA GERAK (PUTRA) KETERANGAN 3. Balik Palau

Hitungan 1

Tangan kanan dan kiri di samping dan di depan dada dengan membentuk huruf “L” lalu digerakan sedikit ke kiri, kaki depan dihentakan.

Hitungan 2

Tangan kanan dan kiri di samping dan di depan dada dengan membentuk huruf “L” lalu digerakan sedikit ke kanan, kaki depan dihentakan. Hitungan 3

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 4

Mengulang seperti gerakan hitungan 2 Hitungan 5

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 6

Mengulang seperti gerakan hitungan 2 Hitungan 7

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 8


(41)

NO NAMA GERAK (PUTRA) KETERANGAN

4. Salaman Hitungan 1-2

Posisi badan jongkok kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian pada hitungan ke 2, kedua tangan menggeser ke kanan.

Hitungan 3-4

Posisi badan jongkok kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian pada hitungan ke 4, kedua tangan menggeser kembali ke tengah. Hitungan 5-6

Posisi badan jongkok kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian pada hitungan ke 6, kedua tangan menggeser ke kiri.

Hitungan 7-8

Posisi badan jongkok kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian pada hitungan ke 8, kedua tangan menggeser kembali ke tengah.


(42)

NO NAMA GERAK (PUTRA) KETERANGAN

5. Suali Hitungan 1

Tangan kanan mendorong kipas ke depan, dengan kaki kanan maju ke depan.

Hitungan 2

Tangan kiri mendorong kipas ke depan, lalu kaki kiri maju ke depan.

Hitungan 3

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 4

Mengulang seperti gerakan hitungan 2 Hitungan 5-6

Posisi jongkok dengan kedua tangan Babar Kipas.

Hitungan 7-8

Posisi berdiri badan condong ke belakang, dengan kaki kanan maju ke depan.


(43)

NO NAMA GERAK (PUTRA) KETERANGAN

6. Niti Batang Hitungan 1-2

Kaki kanan melangkah, dengaan tangan kanan ke atas dan tangan kiri ditekuk di depan dada.

Hitungan 3-6

Rapatkan kaki kiri silang ke arah kanan bersamaan memutar badan (setengah lingkaran) sambil merendah

Hitungan 7-8

Tangan kiri lurus ke samping kiri tangan kanan ditekuk di depan dada.


(44)

Tabel 2.2. Deskripsi Gerak Tari Melinting Putri

NO NAMA GERAK (PUTRI) KETERANGAN

1. Babar Kipas Hitungan 1

Kedua tangan diletakan di depan dada, Dengan kipas dirapatkan.

Hitungan 2

Kedua tangan membuka kipas sampai ke samping badan, dengan kaki melangkah ke depan.

Hitungan 3

Gerakannya sama dengan hitungan 1 Hitungan 4

Gerakannya sama dengan hitungan 2 Hitungan 5

Gerakannya sama dengan hitungan 1 Hitungan 6

Gerakannya sama dengan hitungan 2 Hitungan 7

Gerakannya sama dengan hitungan 1 Hitungan 8


(45)

NO NAMA GERAK (PUTRI) KETERANGAN

2. Jong Sembah Hitungan 1-2

Kedua tangan merapat di depan dada dengan posisi jongkok, kemudian dilanjutkan dengan hitungan ke 2 tangan diayun membuka ke samping sejajar dada.

Hitungan 3-4

Kedua tangan diayunkan membuka dan menutup kipas, dengan badan serong ke kanan.

Hitungan 5-6

Kedua tangan diayunkan membuka dan menutup kipas, dengan badan kembali ke tengah.

Hitungan 7-8

Kedua tangan diayunkan membuka dan menutup kipas, dengan badan serong ke kiri


(46)

NO NAMA GERAK (PUTRI) KETERANGAN

3. Sukhung Sekapan Sebuah gerak yang bergantian tangan kanan dan kiri mendorong ke depan sambil memegang kipas. Kaki berjalan maju ke depan atau bisa juga mundur. Hitungan 1

Tangan kanan mendorong kipas ke depan, dengan kaki kanan maju ke depan.

Hitungan 2

Tangan kiri mendorong kipas ke depan, lalu kaki kiri maju ke depan. Hitungan 3

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 4

Mengulang seperti gerakan hitungan 2 Hitungan 5

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 6

Mengulang seperti gerakan hitungan 2 Hitungan 7

Mengulang seperti gerakan hitungan 1 Hitungan 8


(47)

NO NAMA GERAK (PUTRI) KETERANGAN

4. Ngiyau Bias Hitungan 1-4

Posisi badan tegak, kedua tangan sejajar pinggul kanan, kedua tangan memegang kipas dengan mengukel kearah dalam, kemudian kedua tangan pindah sejajar pinggul kiri dengan posisi jari tegak.

Hitungan 5-8

Posisi badan tegak, kedua tangan sejajar pinggul kiri, kedua tangan memegang kipas dengan mengukel kearah dalam, kemudian kedua tangan pindah sejajar pinggul kanan dengan posisi jari tegak.


(48)

NO NAMA GERAK (PUTRI) KETERANGAN 5.

6.

Kenui Melayang

Timbangan

Hitungan 1-8

Posisi badan tegak, tangan kanan ke atas dengan kipas tegak, tangan kiri ke bawah dengan kipas tegak, kipas diukel ke dalam, dengan gerak kaki injak lado. Dilakukan berulang dari hitungan 1 sampai hitungan ke 8.

Hitungan 1-8

Posisi badan berdiri tegak. Kedua tangan kesamping pinggang dengan kipas ditegakkan, kemudian kipas diputar kearah dalam (diukel) gerakan kaki adalah injak lado.

Gerakan ini dari hitungan 1 sampai 8 dilakukan berulang-ulang.


(49)

NO NAMA GERAK (PUTRI) KETERANGAN 7. Injak Tai Manuk Hitungan 1-2

Posisi badan tegak, kaki kanan ujung jari menyentuh lantai (tidak menapak), kedua tangan di depan pinggang memegang kipas.

Hitungan 3-4

Posisi badan tegak, kaki kanan maju ke depan dengan jari menyentuh lantai. Kedua tangan diluruskan kedepan sejajar pinggang.

Hitungan 5-6

Posisi badan tegak dengan

memutarkan badan searah 180º dengan kedua tangan lurus ke depan pinggang,


(50)

NO NAMA GERAK (PUTRI) KETERANGAN

8. Lapah Ayun Hitungan 1

Kaki kanan melangkah ke depan, kedua tangan berada di samping pinggang, posisi badan berdiri tegak, arah pandang ke depan.

Hitungan 2

Kaki kiri melangkah ke depan, kedua tangan berada di samping pinggang, posisi badan berdiri tegak, arah pandang ke depan.

Hitungan 3

Mengulangi gerak hitungan 1 Hitungan 4

Mengulangi gerak hitungan 2 Hitungan 5

Mengulangi gerak hitungan 1 Hitungan 6

Mengulangi gerak hitungan 2 Hitungan 7

Mengulangi gerak hitungan 1 Hitungan 8

Mengulangi gerak hitungan 2


(51)

2.3.4. Makna Gerak Tari

Menurut Igama (2011: 43) makna dalam tari Melinting dibedakan antara gerak putra dan putri.

a. Gerakan Putra 1. Babar Kipas

Sebuah gerakan tangan dengan memainkan kipas dengan cara membuka dan menutup, dan kaki melangkah ke depan. Gerakan ini melambangkan kegagahan dan kesiapan dalam mencari rezeki guna mensejahterakan kebahagiaan hidup.

2. Sukhung Sekapan

Sebuah gerakan yang dilakukan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri yang mendorong ke depan. Gerakan ini melambangkan bahwa dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dimulai dari rumah yaitu sebuah gambaran di mana penghuni rumah mendorong dan membuka daun jendela.

3. Balik Palau

Sebuah gerakan tangan kanan berada disamping sejajar dengan bahu dan tangan kiri di depan dada dengan membentuk huruf “L” dilakukan dengan bergantian tangan. Sedangkan posisi kaki di depan secara bergantian injing (jinjit) kaki belakang ditekuk dan posisi badan tegap, pandangan ke depan. Gerakan ini melambangkan keperkasaan dan jiwa yang besar dalam menjaga martabat keluarga.


(52)

4. Jong Sumbah

Gerakan pada saat memulai tari dan akan mengakhiri tari. Jong Sumbah adalah sebuah sikap penghormatan terhadap ratu, tokoh adat, tamu-tamu agung yang hadir, yaitu dengan menunjukan penghargaan dan kesopanan kepada orang lain.

5. Suali

Gerakan tangan pada hitungan 1-4 seperti Sukhung Sekapan, kaki kanan dan kiri secara bergantian ke depan lalu pada hitungan 5-6 jongkok, kedua tangan Babar Kipas lalu hitungan terakhir posisi berdiri badan condong ke belakang . Gerakan ini mempunyai arti ketangkasan pemuda Lampung.

6. Niti Batang

Gerakan degan langkah panjang sambil berputar dalam posisi setengah jongkok dengan posisi tangan diputar ke depan. Gerakan ini melambangkan kepiawaian dan kelincahan pria Lampung.

7. Salaman

Posisi badan jongkok kedua tangan dirapatkan di depan dada diayun ke kanan dan ke kiri (dilakukan berpasangan). Gerakan ini mempunyai arti bahwa secara sekeli(saudara) harus selalu hidup rukun.


(53)

b. Gerakan Putri 1. Babar Kipas

Sebuah gerakan tangan dengan memainkan kipas dengan cara membuka dan menutup, dan kaki melangkah ke depan. Gerakan ini melambangkan kegagahan dan kesiapan dalam mencari rezeki guna menyejahterakan kebahagiaan hidup.

2. Sukhung Sekapan

Sebuah gerakan yang dilakukan secara bergantian antara tangan kanan dan kiri yang mendorong ke depan. Gerakan ini melambangkan bahwa dalam menjalankan aktifitas sehari-hari dimulai dari rumah yaitu sebuah gambaran dimana penghuni rumah mendorong dan membuka daun jendela.

3. Timbangan/Terpipih Mabel

Posisi badan berdiri tegak kedua kaki dirapatkan kedua tangan ditarik ke belakang lurus gerakan pergelangan tangan dengan memutar kearah dalam. Gerakan ini melambangkan kelembutan seorang gadis.

4. Jong Sembah

Gerakan pada saat memulai tari dan akan mengakhiri tari. Jong Sumbah adalah sebuah sikap penghormatan terhadap ratu, tokoh adat, tamu-tamu agung yang hadir, yaitu dengan menunjukan penghargaan dan kesopanan kepada orang lain.


(54)

5. Ngiyau Bias

Sebuah gerakan kedua pergelangan tangan ke depan yang diukel/putar dan kemudian ke samping kanan kiri, sedangkan posisi kaki tetap di lantai dengan gerak Nginjak Lado. Gerakan ini memiliki makna gadis Lampung yang sedang menyuci beras.

6. Kenui Melayang

Kenui Melayang atau „elang melayang” yaitu sebuah gerakan yang lincah, dengan lengan yang melambai ke belakang dan ke samping. Posisi kaki tetap di lantai seperti gerakan Nginjak Lado. Gerakan ini melambangkan kebebasan dan kemerdekaan dalam berkreasi untuk untuk membangun jati diri.

7. Lapah Ayun

Adalah gerakan pergantian formasi atau pola lantai. Gerakan ini berarti berjalan dengan pelan.

8. Nginjak Lado

Gerakan ini merupakan bahwa wanita mempunyai sifat kelembutan dan memahami nilai-nilai kewanitaan yang harus pandai menjaga kepribadian serta mampu mengatur rumah tangga.

Menurut Igama (2011: 34) tari Cetik Kipas bermakna keperkasaan putera-putera Lampung dalam membela keluarganya atau sebagai bentuk tanggung jawab seorang laki-laki untuk melindungi dan mensejahterakan keluarganya ini terpancar dari gerakannya yang gagah dan lincah, selanjutnya tari ini memperlihatkan kelembutan dan kehalusan budi pekerti putri-putri Lampung dilihat dengan gerakan yang lemah gemulai sesuai dengan sifat kewanitaannya,


(55)

dan juga mencerminkan sikap ramah dan gembira terhadap kedatangan tamu agung. Jenis tari ini menurut fungsi dan tujuannya adalah tari upacara, sebab tari ini ditampilkan pada acara-acara resmi (acara adat) yang dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu agung yang ditampilkan pada permulaan acara.

2.3.5. Teknik Menggunakan Kipas

Tari Melinting merupakan sebuah tarian yang menggunakan properti, yaitu kipas. Biasanya dalam menari keberadaan properti menjadi salah satu kendala dalam melakukan gerak tari, untuk itu agar properti tidak menjadi penghambat dalam menari, dibutuhkan teknik memegang kipas yang baik dan benar. Teknik memegang kipas yang benar adalah jari tengah dan jari manis masuk ke dalam pegangan kipas, kemudian jari telunjuk dan jari kelingking menahan kipas dari atas, sedangkan ibu jari menahan kipas dari bawah.

Gambar 2.1. Teknik memegang kipas yang benar (Foto: Arum, 2014)


(56)

2.3.6. Iringan

Novrida dan Nurhayati (2004: 7) memperkirakan pada abad ke XVI yaitu pada masa silsilah ke 1 Keratuan Melinting Pangeran Panembahan Mas, pengaruh agama Islam mulai mendominasi tata cara kehidupan masyarakat di wilayah Keratuan Melinting. Tari Melinting mempunyai ciri musik pengiring tari yng khas dan baku, disiplin tidak ditabuh secara asal-asalan. Jenis tabuhan yang dipakai untuk mengiringi tari Melinting antara lain : tabuh arus, tabuh cetik, dan tabuh kedanggung.

Adapun perangkat tabuhan yang dipakai meliputi:

Tabel 2.3. Musik Pengiring Tari Melinting

Nama Keterangan

a. Kolintang terdiri dari sembilan atau 12 buah

b. Piang Piang adalah alat musik sejenis

gong yang lebih besar dari canang dengan ketukan 1/2. Piang yang biasa digunakan terdiri dari satu buah


(57)

Nama Keterangan

c. Petuk Petuk berbentuk sama dengan Piang

hanya saja petuk dibunyikan dengan 1/4 ketukan. Petuk yang digunakan terdiri dari satu buah.

d. Canang Canang yang digunakan terdiri dari satu buah.

e. Gong Terdiri dari dua buah, yaitu Gong besar

dan Gong kecil.

f. Ketapak/Redep/Gendang Terdiri dari satu buah.


(58)

Tabel 2.4 Diskripsi Uraian Penyajian Tari Melinting (Tradisional)

1 2 3 4 5 6 7

No Pola lantai

Nama ragam

Penari Hitungan Musik Keterangan

1 Babar

kipas

Pria + Wanita

2X8 Arus Penari pria

berada di depan yang di ikuti penari wanita, jalan memasupi panggung

2 Babar

kipas

Pria + Wanita

4X8 Arus Penari baris

bersap, turun duduk dan nyembah Naik ke atas seperti semula

3 Mapang

randu Surung sekapan Nginyau bias Kenui melayang Pria Pria Wanita Wanita 1X8 1X8 1x8 1x8 Cetik Cetik Cetik Cetik Penari pria mengambil posisi untuk berpasangan Penari pria berpasangan Penari wanita mengambil posisi untuk berpasangan

4 Mapang

randu Nginyau bias Pria Wanita 2x8 2X8 Kedenggung Kedenggung Penari pria mengambil posisi untuk berpasangan dengan penari wanita Penari wanita maju kedepan membentuk dua bagian


(59)

1 2 3 4 5 6 7 No Pola

lantai

Nama ragam

Penari Hitungan Musik Keterangan

5 Mapang

randu Nginyau bias Surung sekapan Pria Wanita Pria + Wanita 2x8 2X8 2X8 Kedenggung Kedenggung Kedengggung Mengambil posisi berhadapan dengan wanita Balik menghadap penari pria Penari pria dan wanita

berhadapan

6 Mapang

randu Kenui melayang Nginyau bias Pria Wanita Wanita 2X8 1X8 1X8 Kedenggung Kedenggung Kedenggung Penari pria menghadap kanan dan kiri Penari wanita mundur membentuk satu barisan

7 Loncat

kijang Nginyau bias Pria Wanita 3X8 1X8 Kedenggung Kedenggung

Dua penari pria lompat

mengambil satu barisan dengan penari pria lain nya

Dua penari wanita balik kanan

8 Kenui

melayang Mapang randu Wanita Pria 1X8 2X8 Kedenggung Kedenggung Berhadapan dengan penari pria Menghadap kanan dan kiri kearah penari wanita


(60)

1 2 3 4 5 6 7

No Pola

lantai

Nama ragam

Penari Hitungan Musik Keterangan

9 Mapang

randu Nginyau bias Surung sekapan Pria Wanita Pria + Wanita 1X8 1X8 2X8 Kedenggung Kedenggung Kedenggung

Penari pria dan wanita

berpasangan

10 Mapang

randu Kenui melayang Pria Wanita 2X8 2X8 Kedenggung Kedenggung Menghadap kanan dan kiri Penari wanita tetap

menghadap penari pria

11 Zikzak Nginyau bias Pria Wanita 2X8 2X8 Kedenggung Kedenggung Melangkah zikzak Melangkah kedepan dengan kaki kijang

12 Mapang

randu Kenui melayang Pria Wanita 2X8 2X8 Kedenggung Kedenggung Menghadap kanan dan kiri Penari wanita tetap

menghadap penari pria 13 Surung

sekapan Zikzak Nginyau bias Pria +Wanita Pria Wanita 2X8 2X8 2X8 Kedenggung Kedenggung Kedengggung

Penari pria dan wanita berpasangan Melangkah zikzak Melangkah kedepan dengan kaki kijang


(61)

1 2 3 4 5 6 7 No Pola

lantai

Nama ragam

Penari Hitungan Musik Keterangan

14 Mapang

randu Kenui melayang Nginyaau bias Pria Wanita Wanita 2X8 2X8 2X8 Kedenggung Kedenggung Kedenggung Bersiap pulang dengan loncat kijang untuk kembali keformasi semula Bersiap keformasi semula Kembali ke formasi semula sampai duduk nyembah

15 Babar

kipas

Pria +Wanita

2X8 Arus Kembali pulang

(S.Ag Zakaria dan MR. Darman, 2012: 12)

2.3.7. Busana dan Aksesoris Tari Melinting 2.3.7.1. Busana dan Aksesoris Penari Putra A.Busana

1. Baju putih

2. Celana putih panjang 3. Sarung tumpal 4. Kikat pudang 5. Kerimbung putih 6. Sabuk


(62)

B. Aksesoris

1. Kopiah emas Melinting 2. Pandan

3. Gelang burung 4. Gelang kano 5. Gelang rawi

6. Papan jajar 3 susun 7. Buturan 3 buah 8. Punduk (keris) 9. Kipas


(63)

Gambar 2.2. Busana dan Aksesoris Penari Putra Tari Melinting (Igama, 2011: 61)


(64)

2.3.7.2. Busana dan Aksesoris Penari Putri A.Busana

1. Tapis cukil

2. Selendang jung sarat dan kain putih tengah 3. Baju putih

4. Kerimbung putih 5. Ikat pinggang bebiting

B.Aksesoris

1. Mahkota / siger Melinting 2. Sanggul dan rambut panjang 3. Anting giwir

4. Gelang burung 5. Gelang kano 6. Gelang rawi

7. Papan jajar 3 susun 8. Buturan 5 susun 9. Kipas

10. Gaharu


(65)

Gambar 2.3. Busana dan Aksesoris Penari Putri Tari Melinting (Igama, 2011: 59)


(66)

2.4. Strategi Pembelajaran PAILKEM

Sebagaimana dikemukakan oleh Uno dan Mohamad (2011: 10) mengatakan bahwa strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dimaksudkan dengan strategi karena bidang garapannya tertuju pada bagaimana cara: (1) pengorganisasian materi pembelajaran, (2) menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, dan (3) mengolah pembelajaran Sereigeluth dan Merill yang telah melakukan dasar-dasar intruksional yang mengoptimalkan proses pembelajaran. PAILKEM merupakn sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik. Sinonim dari PAILKEM tersebut secara singkat diuraikan sebagai berikut ini.

2.4.1. Pembelajaran yang Aktif

Menurut Uno dan Mohamad (2011: 10) konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif. Proses pembelajaran yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya.


(67)

Menurut Amri (2013: 175) manajemen kelas yang mengorientasikan siswa ke arah kepasifan dan kepatuhan dengan peraturan yang ketat dapat merusak keterlibatan mereka dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan kontruksi sosial penegtahuan. Uno dan Mohamad (2011: 10) mengatakan bahwa, dalam suasana pembelajaran yang aktif tersebut, siswa tidak terbebani secara perseorangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar, tetapi mereka dapat saling bertanya dan berdiskusi sehingga beban belajar bagi mereka sama sekali tidak terjadi. Strategi pembelajaran yang aktif ini diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka.

2.4.2. Pembelajaran yang Inovatif

Uno dan Mohamad (2011: 11) mengemukakan dalam bukunya bahwa, “pembelajarn inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Maksud inovatif di sini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, baik oleh guru maupun siswa.” Shoimin (2014: 21) menjelaskan dalam bukunya bahwa kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.


(68)

Menurut Uno dan Mohamad (2011: 11) dalam strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang ia pelajari.

Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi guru. Melalui pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta tentang teknologi dan mereka bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada sekarang ini.

Uno dan Mohamad (2011: 11) dengan demikian pembelajaran diwarnai oleh hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika pembelajaran inovatif ini berjalan dengan baik di sekolah, maka dapat dipastikan bahwa semboyan sekolah sebagai pusat pengembangan kebudayaan benar-benar terwujud.

2.4.3. Pembelajaran yang Menggunakan Lingkungan

Uno dan Mohamad (2011: 11) berpendapat bahwa, strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada dalam buku atau kitab yang merupakan pegangan guru.


(69)

Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya. Uno dan Mohamad (2011: 11) memberikan contoh dalam bukunya misalnya, siswa yang sekolahannya berada di kompleks perkantoran, maka bagaimana memanfaatkan hal-hal yanga ada di kota itu menjadi sumber belajar siswa. Mengetahui lingkungan yang ada di sekitarnya, maka kelak siswa setelah selesai belajar, dia akan berusaha memanfaatkan lingkungan ini sebgai sumber daya yang akan dikelolanya sebagai sumber yang dapat memberikan nilai tambah baginya. Sebagai contoh ketika mengenalkan alat-alat transportasi kepada siswa, sebaiknya berikan contoh transportasi yang ada di kota atau di desa di mana siswa belajar. Jangan memberikan contoh transportasi “kereta api” bagi siswa yang ada di Sulawesi, Maluku, dan Irian, sebab alat transportasi “kereta api” tidak ada di tiga pulau itu. Mungkin cocok bagi mereka diberikan contoh dokar dan sepeda motor ada di Sulawesi, Maluku, dan Irian. Pendek kata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran dan meningkatkan hasil pembelajaran.

Menurut Hosnan (2014: 443) yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah lingkungan fisik berupa tempat dan ruang pembelajaran. Lingkungan ini amat penting dan perlu untuk dibina, dan dikembangkan oleh guru, karena bukan hanya memberikan energi, tetapi juga suasana hati. Lingkungan dapat meliputi suasana psikologis disekitar kita, memberikan rangsangan yang kuat, serta meminimalisir sindrom ruang yang tidak sehat.


(70)

Lingkungan tempat dan ruang belajar yang bersih, nyaman, tenang, indah, terang dan terasa apik akan memberikan energi positif dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif pula.

2.4.4. Pembelajaran yang Kreatif

Menurut Uno dan Mohamad (2011: 12) pembelajaran kreatif juga sebagai salah satu strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dia pelajari. Pembelajaran yang kreatif juga sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yng kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.

Uno dan Mohamad (2011: 12) berpendapat bahwa, pembelajaran yang kreatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran kreatif ini pada dasarnya mengembangkan belahan otak kanan anak yang dalam teori homosfir disebutkan bahwa belahan otak anak terdiri dari belahan kiri dan belahan kanan. Belahan kiri sifatnya konvergen dengan ciri utamanya berpikir linear dan teratur, sementara belahan otak kanan sifatnya difergen degan ciri utamanya berpikir konstruktif, kreatif, dan holistik. Hasil penelitian para pakar psikologi pendidikan dan ahli-ahli instruksional menemukan bahwa belahan otak kanan anak belum banayak dilibatkan dalam proses pembelajaran.


(71)

Kurikulum pendidikan di Indonesia belum menyentuh bagaimana menggali potensi siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran banyak bersifat konstruktif dengan menekankan pada garapan domain kognitif. Hal ini bisa terlihat dari sistem pendidikan kita yang masih lebih banyak mengandalkan hafalan dan ukuran keberhasilan siwa ditentukan oleh bagaimana kemapuan siswa menuliskan jawaban atau memilih pilihan jawaban secara objektif dari masalah yang dihadapkan kepada siswa. Sementara domain menciptakan sesuatu setelah belajar belum menjadi tujuan pembelajaran kita.

Menurut Uno dan Mohamad (2011: 13) akibatnya lulusan sekolah kita masih kaya dengan teori, sementara pasar kerja menghendaki sumber daya yang mampu melahirkan sesuatu sebagai bagian dari penguasaan pendidikan. Pembelajaran yang kreatif menghendaki guru harus kreatif, dan siswa dapat mengembangkan kreativitasnya. Apa yang dimaksud dengan kreativitas? Kreativiitas adalah kemampuan untuk membuat atau menciptakan hal-hal baru atau kombinasi baru berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada. Memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi menghasilkan karya cipta yang diperoleh melalui pengetahuan atau pengalaman hidup serta mampu memunculkan ide-ide kreatif yang inovatif. Di sinilah esensi pembelajaran yang kreatif perlu dikembangkan dalam proses pemebelajaran di Indonesia.

2.4.5. Pembelajaran yang Efektif

Uno dan Mohamad (2011: 13) mengatakan dalam bukunya bahwa, “pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan.”


(72)

Menurut Amri (2013: 87) manajemen kelas yang efektif dapat memaksimalkan kesempatan belajar anak-anak. Para ahli mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik dalam mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan perbuatan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Sedangkan pandangan baru lebih memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan kesempatan untuk meregulasi diri.

Uno dan Mohamad (2011: 14) mengatakan bahwa, strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar di mana dia telah membawa sejumlah potensi lalu. Menerapkan strategi ini tentu tujuan yang akan disusun dalam kompetensi dasar, indikator, dan tujuan perlu mempertimbangkan karakteristik siswa. Untuk itu sebelum strategi ini digunakan,

terlebih dahulu siswa dilakukan analisis karakteristiknya berupa analisis minat, bakat, kemampuan awal, atau motivasi belajar siswa hingga gaya belajar mereka. Hasil analisis ini digunakan sebagai dasar menetapkan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran. Uno dan Mohamad (2011: 14) dengan strategi ini akan terjadi proses pembelajaran yang kondusif karena guru ketika memberikan pembelajaran telah terbekali dengan karkteristik siswa yang menjadi dasar penetapan metode dan penggunaan media pembelajaran. Dengan kata lain, strategi pembelajaran yang efektif adalah strategi pembelajaran yang mempertimbangkan karakteristik siswa, bagaimana kemampuannya, metode apa yang cocok digunakan, media apa yang pas diterapkan serta evaluasi pemebelajaran pun didasarkan pada kemampuan siswa.


(73)

Uno dan Mohamad (2011: 14) mengemukakan dalam bukunya bahwa, segala pertimbangan dalam strategi ini menyangkut tujuan yang disusun berdasarkan, kemapuan siswa, pemilihan materi yang benar-benar menunjang tujuan, penetapan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, penggunaan media yang pas serta eveluasi yang tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan, pada akhirnya tetap terpulang pada bagaimana peran seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran.

2.4.6. Pembelajaran yang Menarik

Menurut Uno dan Mohamad (2011: 14) “muara dari semua strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar. Khanifaatul (2013: 33) mengemukakan dalam bukunya bahwa pembelajaran yang menarik dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan beban psikologis siswa. Selain itu, dapat mengefektifkan sekaligus mengefisienkan aktivitas belajar-mengajar di kelas. Pembelajaran yang efektif dan efisien membutuhkan kerja sama yang kompak antara guru dan siswa.

Menurut Uno dan Mohamad (2011: 15) keefektifan lebih mengarah pada besarnya persentase penguasaan yang dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran dalam limit waktu tertentu, sementara efesiensi juga melihat hasil yang dicapai siswa dengan mempertimbangkan aspek biaya atau berapa besar dana yang dikeluarkan untuk menghasilkan persentase penguasaan, termasuk berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk hasil pembelajaran.


(74)

Khususnya kemenarikan pembelajaran adalah ukuran keberhasilan yang indikatornya makin lama seorang belajar, maka makin tertarik dia mempelajari sesuatu atau makin dia perdalam. Strategi pembelajaran yang menarik tentu tidak akan berjalan tanpa dibarengi dengan penyiapan suasana pembelajaran yang mendorong siswa akan memperdalam apa yang dia pelajari. Terkait dengan ini seorang guru yang baik, sebagaimana disebutkan bahwa peran guru sekarang ini sangat efektif jika guru memosisikan sebagai fasilitator belajar. Artinya guru menyediakan situasi atau suasana agar pembelajaran itu berjalan dengan baik. Hal yang perlu disiapkan guru adalah (1) media pembelajaran disiapkan dengan baik, (2) lingkungan belajar di setting sesuai objek materi yang dipelajari, (3) metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar, sehingga siswa merasa tertarik karena sesuai dengan apa yang diinginkan, (4) siswa diperlakukan sebagai seorang yang perlu dilayani.

Menurut Uno dan Mohamad (2011: 16) inti dari strategi pembelajaran yang menarik terletak pada bagaimana memberikan pelayanan kepada siswa sebab posisi siswa jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu dilayani dengan baik. Jika kegiatan guru sudah seperti yang digambarkan di atas, maka diprediksi bahwa siswa benar-benar tertarik untuk belajar dan mungkin juga siswa merasa lebih suka di sekolah, dekat dengan gurunya daripada di rumah. Karena di sekolah dia memperoleh layanan yang prima yang selama ini belum pernah ia dapatkan. Pertanyaannya dapatkah lembaga sekolah dan guru menciptakan strategi pembelajaran yang menarik? Semuanya kembali pada guru itu sendiri.


(75)

2.5. Model dan Metode dalam Strategi PAILKEM 2.5.1. Model dalam Strategi PAILKEM

1. Model Berbagi Penngalaman 2. Model Kartu Arisan

3. Model Example Non Example 4. Model Picture and Picture 5. Model Cooperative Script

6. Model Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi Numbered Head Together) 7. Model Artikulasi

8. Model Mind Mapping

9. Model Make a Match (Mencari Pasangan) 10. Model Debat

11. Model Role Playing 12. Model Talking Stik 13. Model Bertukar Pasangan 14. Model Snowball Throwlinng

15. Model Student Facilitator and Explaining 16. Model Cours Review Horay

17. Model Explicit Instruction (Pengajaran Langsung)

18. Model Cooperative Integrated Reading and Composision (CIRC) (Cooperatif Terpadu Membaca dan Menulis)

19. Model Inside Outside Circle (Lingkaran Kecil dan Lingkaran Besar) 20. Model Tebak Kata


(76)

22. Model Scramble 23. Model Take and Give 24. Model Concept Sentence 25. Model Pembelajaran Langsung 26. Model Diskusi Kelas

27. Model Creative Problem Solving 28. Model Group Investigation Uno dan Mohamad (2011: 117)

2.5.2.Metode dalam Strategi PAILKEM 1. Metode Pembelajaran dengan Audio Visual 2. Metode Curah Pendapat

3. Metode Studi Kasus 4. Metode Demonstrasi 5. Metode Penemuan 6. Metode Jigsaw

7. Metode Kegiatan Lapangan 8. Metode Ceramah

9. Metode Diskusi Kelompok 10. Metode Pembicara Tamu 11. Metode Tulis Berantai 12. Metode Debat

13. Metode Bermain Peran 14. Metode Simulasi


(77)

15. Metode Tugas Proyek 16. Metode Presentasi

17. Metode Penilaian Sejawat 18. Metode Bola Salju

19. Metode Kunjungan Karya Uno dan Mohamad (2011: 97)

2.6. Kekurangan Strategi Pembelajaran PAILKEM

a. Adanya pergantian musim yang menyebabkan perubahan kondisi lingkungan setiap saat.

b. Timbulnya bencana alam.

c. Pendekatan yang menitik beratkan pada model belajar konvensional seperti ceramah, sehingga kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

d. Pola belajar bersifat teacher centered.

e. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan oleh guru dalam interaksi kelas berupa pertanyaan-pertanyaan dalam kategori kognisi rendah.


(78)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian pendidikan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah jenis deskriptif kualitatif. Penelitian akan mengamati fakta, gejala-gejala dan objek secara naturalistik yang kemudian menjadi hasil penelitian adalah sebuah kesimpulan tindakan tanpa adanya rekayasa data atau manipulasi data. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kuantitatif (Mulyana, 2010: 150).


(1)

kelompok.

f. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk berlatih di lingkungan yang dikehendaki.

g. Guru memberikan kebebasan keepada siswa untuk berkreasi akan gerak dan musik yang telah diberikan, akan tetapi harus berpedoman pada gerak dasarnya.

h. Siswa diminta untuk membuat kipas tarinya sendiri sesuai dengan inovasi dan kreatifitasnya masing-masing kelompok.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Proses pembelajaran tari melinting menggunakan startegi PAILKEM sesuai dengan langkah-langkah dan tahapan yang ditentukan. Selama proses pembelajaran siswa aktif bertanya tentang materi persentasi dan ragam gerak, siswa aktif menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru dan peserta seminar. Selama lima pertemuan siswa aktif berlatih mandiri tanpa bimbingan dari guru. Pembelajaran inovataif berhasil dicapai dengan penyajian materi persentasi melalui power point dan penyajian bentuk pola lantai yang tersusun dengan rapih dan indah. Penggunaaan ruang kelas dan aula sekolah sebagai lingkungan belajar juga telah dimanfaatkan dengan maksimal. Kreativitas siswa tersalurkan dengan baik melalui gerak tari Melinting, pembuatan properti kipas, pengemasan dan penyajian materi persentasi.


(3)

memperhatikan materi yang disampaikan guru. Terwujudnya pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari pembelajaran yang menarik. Pembelajaran tari Melinting sangat menarik dilihat dari persentasi materi, pola lantai dan gerakan yang disajikan oleh masing-masing anggota kelompok tari Melinting.

Selama proses penelitian berlangsung ditemukan beberapa hal yang menghambat proses pembelajaran, secara garis besar yaitu kurang kondusifnya suasana kelas, siswa kurang menguasai materi, kejenuhan belajar, kesiapan belajar, diskusi dan debat, pengulangan, timbulnya faktor lupa, ketidak sesuaian RPP dengan proses pembelajaran, dan efikasi-diri.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan:

1. Bakat siswa dapat terlihat dari latihan yang telah dilakukan, sebaiknya untuk guru tari hendaknya latihan menari ini lebih ditingkatkan lagi untuk kedepannya.

2. Bagi seluruh siwa yang mengikuti pembelajaran tari, sebaiknya menggunakan baju praktik agar dalam proses pembelajarannya siswa dapat leluasa menggerakan ragam gerak yang diberikan.


(4)

3. Bagi guru seni budaya hendaknya mempertahankan strategi PAILKEM sebagai strategi pembelajaran di SMA Negeri 9 Bandar Lampung, karena strategi ini merupakan strategi yang tepat digunakan dalam pembelajaran seni budaya khususnya seni tari.

4. Kepada pihak sekolah hendaknya disediakan ruang khusus untuk praktik menari, karena hal ini penting untuk lebih mengembangkan seni tari di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Daryanto, dkk. 2014. Siap Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Igama IV, Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang. 2011. Mengenal Dari Dekat Tari Daerah Lampung. Bandar Lampung: Bukit Ilmu.

Khanifatul, 2013. Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Kusmoro, 2008. Pengaruh Lingkungan Terhadap Efektivitas Pembelajaran. Jakarta: PT Kencana.

Masunah, Juju, dkk. 2003. Seni dan Pendidikan Seni. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional (P4ST) UPI.

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group.

Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Novrida, Juwita, dkk. 2004. Diskripsi Tari Melinting. Bandar Lampung: UPTD Taman Budaya Provinsi Lampung.


(6)

S.Ag, Zakaria, dkk. 2012. Pembelajaran Tari Melinting. Sukadana: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Timur

Schunk H, Daleh. 2012. Teori-Teori Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alvabeta.

Sukmadinata, N Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun. 2011. “Format Penulisan Karya Ilmiah”. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Uno, B Hamzah, dkk. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara.