PENYELENGGARAAN KSDAHE dan PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI

7 Keanekaragaman jenis ikan di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi cukup tinggi, saat ini lebih dari 500 jenis ikan yang telah teridentifikasi terdapat di Taman Nasional Wakatobi dan masih banyak yang belum diidentifikasi. Umumnya berukuran kecil dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal dengan ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah baik dalam jumlah individu maupun jenisnya serta cenderung bersifat teritorial. Banyak jenis ikan indikator dan ikan target bernilai ekonomis penting juga beberapa jenis ikan komersial yang selalu diburu seperti ikan napoleon Cheillinus undulatus, ikan kerapu Serranedae, ikan kakap Lutjanidae, ikan ekor kuning Caesionidae, ikan baronang Siganidae, ikan bibir tebal Haemulidae, dll LIPI, 2006. Tingginya keanekaragaman ikan di Kepulauan Wakatobi terutama ikan-ikan karang menunjukkan bahwa keadaan karang di Wakatobi masih baik, beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ditemukan tempat- tempat pemijahan ikan breeding site di daerah terumbu karang.

5. PENYELENGGARAAN KSDAHE dan PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI

Balai Taman Nasional Wakatobi mengelola kawasan seluas 1.390.000 Ha dan secara struktural BTNW memiliki tiga 3 Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah SPTNW yaitu SPTNW I berkedudukan di Kota Wanci Pulau Wangi-Wangi, SPTNW II berkedudukan di Ambeua Pulau Kaledupa dan SPTNW III di Waha Pulau Tomia. Sementara itu kantor Balai Taman Nasional berkedudukan di Kota Bau-Bau. Saat ini pengelolaan Taman Nasional tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan parapihak oleh sebab itu pengelolaannya Taman Nasional Wakatobi dikelola secara kolaboratif yang sudah dimulai sejak tahun 2003. Salah satu kegiatannya adalah revisi zonasi Taman Nasional Wakatobi. Revisi zonasi dilakukan secara partisipatif dengan melakukan kunjungan dan dialog kepada nelayan, kelompok masyarakat dan pertemuan di tingkat kampung. Dan kemudian pada tahun 2004 dilakukan rangkaian lokakarya di tingkat kecamatan dan kabupaten sampai muncul satu kesepahaman bersama tentang tata ruang pengelolaan Taman Nasional Wakatobi. Untuk lebih menyempurnakan rumusan revisi zonasi maka dilakukan pengkajian efektifitas pengelolaan TN Wakatobi oleh tim independen. Berdasarkan hasil Tim Kajian ini, Menteri Kehutanan telah mengeluarkan surat No. S.723Menhut-IV2005 tanggal 30 November 2005. Dalam surat tersebut Menteri Kehutanan menegaskan bahwa batas TN Wakatobi tidak mengalami perubahan, namun kawasan daratan pada pulau-pulau yang berpenghuni dijadikan sebagai “daerah penyangga” TNW. Penetapan sebagai daerah penyangga dimaksudkan agar pola mata pencaharian masyarakat dan kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan daratan Wakatobi sejalan dengan pengembangan wilayah. Akhirnya Revisi zonasi Taman Nasional disyahkan berdasarkan keputusan Dirjend PHKA NO. SK.149IV-KK2007 dan ditandatangani bersama oleh Dirjend PHKA, Bupati Wakatobi dan Kepala Balai TN Wakatobi pada tanggal 23 Juli 2007. Sistem zonasi yang dihasilkan ini merupakan bagian dari tata ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi tata ruang wilayah perairan. Berikut ini hasil revisi zonasi Taman Nasional Wakatobi : Gambar Clown fish Gambar Glass Coral Tree Gambar Coral Tree Fern 8 Zona I nti : 1.300 Ha Zona Perlindungan Bahari : 36.450 Ha Zona Pariwisata : 6.180 Ha Zona Pemanfaatan Lokal : 804.000 Ha Zona Pemanfaatan Umum : 495.700 Ha Zona Khusus Daratan : 46.370 Ha Selain itu sebagai bentuk perlindungan dan pengamanan kawasan, Balai TN Wakatobi melakukan kegiatan patroli rutin, patroli gabungan dan monitoring spesies yaitu surveillance, reef check, inventarisasi mangrove, monitoring ekosistem padang lamun, ekosistem burung pantai, ekosistem penyu, dll. Selain itu, beberapa kegiatan riset juga pernah dilakukan seperti kegiatan operation wallacea, Coremap, LIPI, dll. Sementara itu pendekatan ke masyarakat juga dilakukan dengan melakukan penyuluhan, training, kampanye lingkungan, bantuan maupun pembinaan kepada masyarakat nelayan dalam bentuk mata pencaharian alternatif. usaha modal. Peningkatan kapasitas staf Balai dan masyarakat juga dilakukan seperti pelatihan kader konservasi, pelatihan pemandu wisata, pelatihan menyelam, dll. Kemitraan pengelolaan Taman Nasional juga diwujudkan dengan menjalin kerjasama intensif dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi, Departemen Kelautan dan Perikanan, LIPI dan TNC-WWF.

6. KONDISI SOSIAL EKONOMI BUDAYA MASYARAKAT.