KONDISI SOSIAL EKONOMI BUDAYA MASYARAKAT.

8 Zona I nti : 1.300 Ha Zona Perlindungan Bahari : 36.450 Ha Zona Pariwisata : 6.180 Ha Zona Pemanfaatan Lokal : 804.000 Ha Zona Pemanfaatan Umum : 495.700 Ha Zona Khusus Daratan : 46.370 Ha Selain itu sebagai bentuk perlindungan dan pengamanan kawasan, Balai TN Wakatobi melakukan kegiatan patroli rutin, patroli gabungan dan monitoring spesies yaitu surveillance, reef check, inventarisasi mangrove, monitoring ekosistem padang lamun, ekosistem burung pantai, ekosistem penyu, dll. Selain itu, beberapa kegiatan riset juga pernah dilakukan seperti kegiatan operation wallacea, Coremap, LIPI, dll. Sementara itu pendekatan ke masyarakat juga dilakukan dengan melakukan penyuluhan, training, kampanye lingkungan, bantuan maupun pembinaan kepada masyarakat nelayan dalam bentuk mata pencaharian alternatif. usaha modal. Peningkatan kapasitas staf Balai dan masyarakat juga dilakukan seperti pelatihan kader konservasi, pelatihan pemandu wisata, pelatihan menyelam, dll. Kemitraan pengelolaan Taman Nasional juga diwujudkan dengan menjalin kerjasama intensif dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi, Departemen Kelautan dan Perikanan, LIPI dan TNC-WWF.

6. KONDISI SOSIAL EKONOMI BUDAYA MASYARAKAT.

Penduduk di Kabupaten Wakatobi tercatat +100.000 jiwa, yang tersebar di 64 desa, 7 kecamatan. Sebagian besar penduduk wakatobi memanfaatkan sumberdaya laut yang ada di perairan kawasan Taman Nasional Wakatobi sebagai sumber pendapatanmata pencahariannya yaitu sebagai nelayan tradisional, dan petani budidaya rumput laut. Sisanya sebagai pedagang atau berlayar dengan jarak berlayar bisa sampai ke Singapura atau Malaysia, selanjutnya adalah sebagai petani sederhana yang hanya berkebun singkong dan jagung mengingat kondisi tanah di pulau-pulau Wakatobi adalah berupa karangberbatu. Penduduk Wakatobi terdiri dari berbagai macam etnis yaitu etnis wakatobi asli, bugis, buton, jawa dan Bajau. Namun kebudayaan etnis asli masih kuat belum banyak mengalami akulturasi dan masing-masing etnis hidup dengan teratur, rukun dan saling menghargai. Etnis bajau merupakan etnis yang sangat unik, karena kehidupan mereka sangat tergantung pada kehidupan laut, mulai dari mata pencaharian sampai membangun pemukiman yang berada di Gambar ; Peta Zonasi Taman Nasional Wakatobi 9 atas pesisir laut dengan memanfaatkan batu karang. Masyarakat Wakatobi hampir 100 memeluk agama Islam. Masyarakat asli Wakatobi terdiri dari 9 masyarakat adatlokal, yaitu masyarakat adatlokal wanci, masyarakat adatlokal mandati, masyarakat adatlokal Liya, dan masyarakat adat kapota yang terdapat di Pulau Wangi-wangi dan Kapota, seelanjunya masyarakat adatlokal kaledupa yang terldapat di P. Kaledupa, masyarakat adatlokal Waha, masyarakat adatlokal Tongano dan masyarakat adat Timu yang terdapat di P. Tomia, selanjutnya masyarakat adatlokal mbeda-beda di P. Binongko, Selain itu terdapat dua masyarakat adatlokal yang merupakan pendatang yaitu maasyarakat bajau dan masyarakat adat cia-cia yang berasal dari etnis Buton. Setiap masyarakat adatlokal tersebut memiliki bahasa yang khas untuk adatlokalnya masing-masing, tetapi walaupn bahasa yang digunakan berbeda-beda tetapi dianatara mereka tetap bisa saling memahami kalau terjadi komunikasi Meskipun begitu secara keseluruhan kehidupan masyarakat Wakatobi tidak dapat dipisahkan dari laut. Kedekatan dengan laut inilah yang membentuk tradisi kehidupan sebagai masyarakat kepulauan dan pesisir sehingga budaya masyarakat yang dimiliki lebih bersifat budaya pesisir marine antropologis. Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap sumberdaya laut mendorong mereka untuk melakukan pengelolaan secara tradisional agar terjaga keberlanjutannya salah satunya di sekitar Pulau Hoga yang mensepakati sebuah daerah dilarang untuk areal penangkapan yaitu di sebelah barat Pulau Hoga luas 500 x 300 m yang sering disebut dengan tubba dikatutuang Tubba = habitat, tempat hidup, karang ; dikatutuang = disayangi, dipelihara, dirawat; Bahasa Bajo karena daerah tersebut menjadi wilayah pemijahan ikan. Masyarakat Kepulauan Wakatobi juga kaya dengan kesenian tradisionalnya yang menunjukkan masih berlakunya tradisi lokal yang ada di masyarakat. Berbagai macam tarian yang masih sering disaksikan seperti tarian lariangi, tarian balumpa, tarian kenta-kenta, dll. Sementara itu aktifitas masyarakat sebagai tukang besi juga masih banyak yang melakukannya sementara ibu-ibu membuat kain tenun khas Wakatobi. Sementara itu aktifitas ekonominya juga menggeliat seiring dengan terbentuknya Kabupaten Wakatobi dan semakin terkenalnya potensi keanekaragaman hayati TN Wakatobi di tingkat nasional maupun internasional. Di kota Wanci, ibukota Kabupaten Wakatobi telah beroperasi lembaga perbankan BRI dan BPD Sulawesi Tenggara dan rencananya akhir tahun 2008 akan dioperasikan lapangan terbang. Gambar kegiatan menangkap dengan cara tradisionaltombak Gambar aktifitas masyarakat budidaya rumput laut Gambar perkampungan nelayan wakatobi 10

7. OBYEK WISATA ALAM TN WAKATOBI