Sistem penguasaan lahan dan cara perolehannya
21
mempunyai makna dan arti masing‐masing. Sehingga dengan demikian mereka
punya ketentuan kawasan mana yang dapat dimanfaatkan baik secara individu
maupun secara bersama‐sama dan kawasan yang tidak boleh dibuka artinya tidak
bisa dimanfaatkan menurut ketentuan adat.
Di antara kawasan yang tidak boleh dimanfaatkan yaitu kawasan yang
mempunyai nilai religi bagi masyarakat Dayak seperti tajahan, pukung pahewan,
pahewan dan sepan. Perusakan pada kawasan ini dianggap akan membawa bencana
dan membawa petaka bagi masyarakat maupun penggarapnya. Selain itu ada
kawasan yang boleh dimanfaatkan namun tidak boleh dikuasai secara individu
seperti, kawasan rawa, danau, sungai dan kaleka. Selain di luar kawasan ini,
masyarakat boleh memanfaatkannya dan menguasainya secara individu tergantung
kemampuan si penggarap seberapa luas ia mampu mengusahakan lahan. Ciri dari
kawasan yang berstatus kepemilikan individu biasanya berbentuk ladangbekas
ladang dan kebun. Untuk memperkuat status kepemilikan tanah, warga membuat
surat tanah seperti SKT surat Keterangan Tanah danatau SKTA Surat Keterangan
Tanah Adat.
Berikut adalah pola penguasaan lahan oleh masyarakat.
a. Usaha mahimba atau Berladang Melalui
pekerjaan mahimba atau berladang, seorang petani yang membuka hutan
di kawasan Lewu atau Kampung akan mempunyai hubungan langsung dengan
tanah ladangnya itu, dan kemudian tanah bekas ladangnya itu tetap di bawah
kekuasaannya. Lebih kuat lagi sebagai tanah milik apabila dia menanam tanaman
keras atau tanaman perkebunan di atas tanah itu. b. Tukar MenukarJual Beli
Sebidang tanah dapat diperoleh dengan barter dengan barang lain yang
dianggap sebanding nilainya. Misalnya, tanah ditukar dengan perahu atau kayu‐
kayu untuk bangunan rumah. Selain tukar menukar, sekarang lazom juga
dilakukan cara jual beli untuk memperolehmelepaskan tanah.
c. Petak Palaku
22
Palaku merupakan salah satu sarat perkawinan. Palaku ini berbentuk sebidang
tanah atau perkebunan. Dengan cara seperti ini, pihak perempuan memiliki
sebidang tanah perkebunan sebagai haknya. Namun sekarang peristiwa ini
jarang terjadi karena palaku bisa diserahkan dalam bentuk uang.
d. Petak Waris Selain
untuk menanam padi, ladang juga dapat ditanami dengan buah‐buahan atau
tanaman lainnya untuk diwariskan kapada anak‐anaknya di kemudian hari.
e. Petak Handil Handil
merupakan pola pertanian berkelompok. Setiap anggota dalam kelompok handil
akan mendapatkan pembagian petak lahan atau kepeng oleh kepala handil.
f. Tatas Tatas
pada masa HPH merupakan jalur untuk mengeluarkan kayu hasil tebangan dari
dalam hutan. Secara fisik tatas ini berbentuk parit dengan lebar + 2 meter dan
kedalaman antara 1 – 1,5 meter. Pada masa HPH tatas ini ada pemiliknya artinya
tatas ini dimiliki oleh sang pembuat tatas. Kemudian lahan kiri dan kanan tatas
diklaim sebagai lahan pemilik tatas. Masyarakat secara umum memandang hal
ini lazim‐lazim saja karena dalam adat mereka bahwa siapa yang membuka hutan
pertama kali maka dialah yang menjadi penguasanya.