11 2.
Sokletasi Sokletasi    adalah    ekstraksi    menggunakan    pelarut    yang    selalu    baru
yang umumnya dilakukan dengan alat  khusus   sehingga terjadi ekstraksi  kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti
Digesti  adalah  maserasi  kinetik  dengan  pengadukan  kontinu  pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40 - 50
o
C. 4.
Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 - 98
o
C selama waktu tertentu 15 - 20 menit.
5. Dekoktasi
Dekoktasi  adalah  infus  pada  waktu  yang  lebih  lama  ≥30 menit  dan
temperatur sampai titik didih air.
2.3 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau gugus atom yang memiliki satu atau lebih elektron  tidak  berpasangan,  sehingga  senyawa  tersebut  sangat  reaktif  mencari
pasangan Fessenden dan Fessenden, 1986. Radikal bebas cenderung menangkap elektron  dari  molekul  lain  dan  kemudian  membuat  senyawa  baru  yang  tidak
normal yang akan menyebabkan reaksi berantai Kosasih, 2004. Reaksi ini akan
berlangsung  terus  menerus  dalam  tubuh  dan  bila  tidak  dihentikan  akan
Universitas Sumatera Utara
12 menimbulkan  berbagai  penyakit  seperti  kanker,  jantung  koroner,  katarak,  serta
penyakit degeneratif lainnya Muchtadi, 2013. Mekanisme reaksi radikal bebas terbentuk melalui 3 tahapan reaksi, yaitu :
1 permulaan inisiasi,
initiation
suatu radikal bebas, 2 perambatan propagasi,
propagation
reaksi radikal bebas; 3 pengakhiran terminasi,
termination
reaksi radikal bebas Fessenden dan Fessenden, 1986.
Tahap  inisiasi  adalah  tahap  awal  terbentuknya  radikl  bebas.  tahap propagasi adalah tahap perpanjangan radikal berantai, dimana terjadi reaksi antara
sutau  radikal  dengan  senyawa  lain  dan  menghasilkan  radikal  baru.  Tahap terminasi adalah tahap akhir, terjadi pengikatan suatu radikal bebas dengan radikal
bebas yang lain sehingga membentuk senyawa non radikal yang biasanya kurang reaktif dari radikal induknya Kumalaningsih, 2006.
2.4 Antioksidan
Antioksidan  adalah  senyawa  yang  mempunyai  struktur  molekul  yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus
reaksi  berantai  dari  radikal  bebas  Kumlaningsih,  2006.  Tubuh  memiliki mekanisme  pertahanan  antioksidan  dalam  bentuk  enzim  antioksidan  dan  zat
antioksidan untuk menetralisir radikal bebas, tetapi karena perkembangan industri yang  pesat,  manusia  berkontak  dengan  berbagai  sumber  radikal  bebas  yang
berasal  dari  lingkungan  dan  dari  kegiatan  fisik  yang  tinggi  sehingga  sistem pertahanan antioksidan dalam tubuh tidak memadai Silalahi, 2006.  Senyawa ini
memiliki  berat  molekul  kecil,  tetapi  mampu  menginaktivasi  berkembangnya
Universitas Sumatera Utara
13 reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal atau dengan mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif Winarsi, 2007. Menurut Kosasih 2004 antioksidan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Antioksidan primer Antioksidan primer bekerja untuk mencegah terbentuknya senyawa radikal
bebas    baru  dengan  mengubah    radikal  bebas  yang  ada  menjadi  molekul  yang berkurang dampak negatifnya sebelum radikal bebas bereaksi, contoh antioksidan
ini  adalah  enzim  SOD
superoxide  dismutase
yang  berfungsi  sebagai  pelindung hancurnya sel-sel  dalam  tubuh  serta mencegah proses peradangan karena  radikal
bebas. b. Antioksidan sekunder
Antioksidan  sekunder  berfungsi  menangkap  senyawa  radikal  bebas  serta mencegah terjadinya reaksi berantai, contoh antioksidan sekunder adalah vitamin
E, vitamin C dan β-karoten, bilirubin, albumin. c. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki kerusakan sel- sel  dan  jaringan  yang  disebabkan  radikal  bebas,  contoh  enzim  yang  dapat
memperbaiki DNA pada inti sel adalah
metionin sulfoksidan reduktase.
Antioksidan alami yaitu antioksian yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan  berupa  tokoferol,  vitamin  C,  betakaroten,  flavonoid  dan  senyawa  fenolik
Kumalaningsih, 2006.
2.4.1 Tokoferol
Tokoferol  merupakan  salah  satu  antioksidan  yang  terdapat  dalam tumbuhan.  Tokoferol  adalah  suatu  antioksidan  yang  sangat  efektif    dan  dengan
Universitas Sumatera Utara
14 mudah  menyumbangkan  atom  hidrogen  pada  gugus  hidroksil  ke  radikal  bebas
sehingga radikal bebas menjadi tidak reaktif  Silalahi, 2006. Rumus bangun tokoferol dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Rumus bangun tokoferol 2.4.2 Vitamin C
Vitamin  C  atau  asam  askorbat  mempunyai  berat  molekul  176,13  dengan rumus molekul C
6
H
8
O
6
. Pemerian vitamin C adalah hablur atau serbuk berwarna putih atau agak kekuningan. Pengaruh cahaya lambat laun menyebabkan berwarna
gelap,  dalam  keadaan  kering  stabil  di  udara  namun  dalam  larutan  cepat teroksidasi.  Vitamin  C  mudah  larut  dalam  air,  agak  sukar  larut  dalam  etanol,
praktis  tidak  larut  dalam  kloroform,  dalam  eter  dan  dalam  benzen Depkes  RI,  1979.  Rumus  bangun  vitamin  C  dapat  dilihat  pada  gambar  2.2
berikut:
Gambar 2.2 Rumus bangun vitamin C
Vitamin C adalah antioksidan yang ditemukan pada tumbuhan dan hewan karena  manusia  tidak  mempunyai  enzim  gulunolactone  oxidase  untuk
memproduksi  senyawa  ini  sehingga  vitamin  C  harus  diperoleh  dari  luar.  Asam
Universitas Sumatera Utara
15 askorbat  adalah  agen  pereduksi  sehingga  dapat  mengurangi  oksigen  reaktif
Hamid, dkk., 2010.
2.4.3 Karotenoid
Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, jingga atau merah jingga, mempunyai sifat larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi
tidak  larut  dalam  air.  Sala h  satu  senyawa  karotenoid  adalah  β-karoten,  yaitu
senyawa yang akan dikonversikan menjadi vitamin A oleh tubuh sehingga sering juga disebut sebagai pro-vitamin A Kumalaningsih, 2006.
β-karoten mempunyai berat molekul 536,9 dengan rumus molekul C
40
H
56
. K
arakteristik  β-karoten  adalah  hablur  atau  serbuk  berwarna  coklat-merah  atau merah kecoklatan, praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam sikloheksana,
kurang  larut  dalam  etanol.  β-karoten  peka  terhadap  udara,  panas  dan  cahaya, terutama  ketika  dalam  bentuk  larutan  Komisi  Farmakope  Eropa,  2005.  Rumus
bangun  β-karoten dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3
Rumus bangun β-karoten β-karoten  memperlambat  fase  inisiasi  radikal  bebas  sehingga  dapat
melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit, yaitu menghambat pertumbuhan sel kanker,  mencegah  serangan  jantung,  mencegah  katarak,  serta  meningkatkan
fungsi sistem kekebalan tubuh Silalahi, 2006.
Universitas Sumatera Utara
16
2.4.4  Flavonoid Flavonoid  merupakan  senyawa  polifenol  yang  mengandung  15  atom
karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C
6
-C
3
-C
6
Markham, 1998. Rumus bangun flavonoid dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut :
Gambar 2.4 Rumus bangun flavonoid
Senyawa  ini  adalah  senyawa  pereduksi  yang  dapat  menghambat  reaksi oksidasi sehingga dapat dijadikan sebagai antioksidan Robinson, 1995. Senyawa
ini berperan sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil Silalahi, 2006.
2.4.5   Polifenol
Gambar 2.5 Rumus bangun polifenol
Senyawa fenol dapat di definisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin aromatik  yang  membawa  satu  fenol  atau  lebih  polifenol  gugus  hidroksil,
termasuk  derifat  fungsionalnya.  Polifenol  adalah  kelompok  zat  kimia  yang ditemukan  pada  tumbuhan.  Turunan  polifenol  sebagai  antioksidan  dapat
menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
17 radikal  bebas  dan  menghambat  terjadinya  reaksi  berantai  dari  pembentukan
radikal bebas. Polifenol  merupakan komponen  yang bertanggung jawab terhadap aktivitas  antioksidan  dalam  buah  dan  sayuran  Hattenschwiller  dan  Vitousek,
2000.
2.5  Spektrofotometer UV-Visibel
Spektrofotometer  UV-Visibel  adalah  pengukuran  panjang  gelombang  dan intensitas  sinar  ultraviolet  dan  sinar  tampak  yang  diabsorbsi  oleh  sampel.
Spektrofotometer  yang  sering  digunakan  dalam  dunia  industri  farmasi  salah  satu adalah spektrofotometer ultraviolet dengan panjang gelombang 200 - 400 nm dan
visibel  cahaya  tampak  dengan  panjang  gelombang  400  -  800  nm Dachriyanus, 2004.
Spektrofotometer pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator, tempat  sel  untuk  zat  yang  diperiksa,  detektor,  penguat  arus  dan  alat  ukur  atau
pencatat  Depkes  RI,  1979. Prinsip  kerja  spektrofotometer  Visible  adalah
sinarcahaya dilewatkan melalui sebuah wadah kuvet yang berisi larutan, dimana akan  menghasilkan  spektrum.  Sebagian  dari  cahaya  tersebut  akan  diserap  dan
sisanya  akan  dilewatkan.  Nilai  absorbansi  dari  cahaya  yang  dilewatkan  akan sebanding  dengan  konsentrasi  larutan  dalam  kuvet.  Absorbansi  yang  terbaca
hendaknya  berada  diantara  0,2  -  0,6    0,2 ≤ A ≥ 0,6 karena  pada kisaran nilai
absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal. Alat spektrofotometer    ini  menggunakan  hukum  Lambert  Beer  sebagai  acuan
Ewing, 1975, Rohman, 2007.
Universitas Sumatera Utara
18
2.6  Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH