48
4.3.4. Keadaan Tembakau VO Samporis di Kecamatan Sukorambi Kecamatan Sukorambi merupakan salah satu daerah penghasil tembakau
VO Samporis di Kabupaten Jember. Tanaman tembakau merupakan tanaman yang strategis untuk diusahakan, karena kondisi wilayah di Kecamatan Sukorambi
cukup cocok untuk ditanami tembakau, khususnya jenis VO Samporis. Tembakau merupakan tanaman yang paling diminati oleh petani di Kecamatan Sukorambi
dan setiap musim mayoritas petani mengusahakan tembakau, karena dinilai mampu meningkatkan pendapatan petani akan tetapi Pada tahun 2013 luas areal
tanam tembakau VO Samporis di Kecamatan Sukorambi hanya 8 Ha dengan hasil produksi mencapai 80 Kw dan produktivitas sebesar 10,00 KwHa ini dikarenakan
pada tahun 2013 banyak petani yang beralih bermitra dengan perusahaan benih mengingat pada tahun 2012 petani banyak yang merugi. Tanaman tembakau di
Kecamatan Sukorambi diusahakan pada bulan mei-juli sama dengan daerah- daerah sentra penghasil tembakau VO Samporis pada umumnya. Disamping itu,
penentuan jadwal tanam tergantung pada kondisi curah hujan pada bulan-bulan tersebut. Petani mulai menanam tembakau pada saat curah hujan mulai rendah,
karena curah hujan sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan kualitas tanaman tembakau yang dihasilkan.
Petani tembakau pada umumnya dalam proses produksi daun tembakau akan dirajang terlebih dahulu kemudian akan di jemur seharian dan di diamkan 1
malam hinga tembakau siap dijual. Mayoritas petani tembakau VO Samporis di Kecamatan Sukorambi sama dengan petani di Kecamatan Jelbuk dalam proses
produksi, Proses penjualan tembakau VO Samporis yang diusahakan oleh petani langsung menjual ke blandang dengan harga yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.
4.4 Gambaran Umum Kecamatan Tempurejo
4.4.1 Letak dan Keadaan Wilayah Kecamatan Tempurejo berada di sebelah tenggara dari pusat kota,
tepatnya 19 km dari kota Jember. Secara geografis, kecamatan Tempurejo merupakan kecamatan terluas di wilayah Kabupaten Jember dengan luas
49
wilayah sebesar 762,43 km2. Kecamatan Tempurejo terdiri dari 8 desa yaitu Desa Andongrejo, Curahnongko, Sanenrejo, Wonoasri, Sidodadi, Pondokrejo,
Curahtakir dan Tempurejo. Secara administrasi, desa yang memiliki wilayah terluas adalah desa Curahnongko dengan persentase 37 dari luas wilayah
kecamatan Tempurejo. Sedangkan desa Wonoasri merupakan desa yang memiliki persentase paling kecil yaitu sebesar 1 dari total wilayah
Kecamatan Tempurejo. Pada peta wilayah Kecamatan Tempurejo di samping, Desa Andongrejo merupakan desa terluas karena wilayahnya juga mencakup
wilayah hutan lindung Merubetiri. Jadi secara administrasi Desa Curahnongko tetap merupakan desa terluas di Kecamatan Tempurejo. Kecamatan Tempurejo
berbatasan dengan beberapa kecamatan. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Mumbulsari dan Silo, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan
Jenggawah dan Ambulu. Sedangkan sebelah selatan berbatasan langsung dengan samudra Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Banyuwangi. Rata-rata curah hujan yang terjadi di Kecamatan Tempurejo pada tahun 2013 tercatat sebesar 237,21 mm3 per bulan.
4.4.2 Kependudukan Penduduk Kecamatan Tempurejo tersebar di delapan desa. Pada tahun
2014 tercatat jumlah penduduk sebanyak 72.353 jiwa. Sedangkan persentase penduduk perempuan sebesar 50,07, nilai tersebut lebih besar dibandingkan
dengan penduduk laki-laki sebesar 49,92. Adapun rincian jumlah penduduk laki-laki sebesar 36.122 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 36.231 jiwa.
Hasil sensus penduduk 2010 menunjukkan adanya sebaran penduduk Kecamatan Tempurejo berdasarkan kelompok usia. Informasi tentang jumlah
penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar pembangunan daerah dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan.
Piramida Penduduk menunjukkan bahwa penduduk Tempurejo memiliki kecenderungan didominasi oleh penduduk mudadewasa. Hal ini berarti bahwa
rata-rata penduduk berada pada usia produktif. Penduduk laki-laki dan perempuan memiliki sebaran data yang relatif sama. Jumlah penduduk yang berpotensi
50
sebagai beban di kecamatan Tempurejo, yaitu penduduk usia belum produktif 0- 14 tahun dan penduduk yang dianggap kurang prodiuktif 65 tahun keatas
sebesar 7,45, yaitu 5.259 Jiwa. Sedangkan jumlah usia produktif sebesar 47.702 jiwa, atau 67 dari total penduduk Tempurejo Hal ini sangat menguntungkan
bagi Kecamatan Tempurejo, karena sebagian besar penduduknya berpotensi sebagai modal pembangunan.
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Desa, Jenis Kelamin, Dan Rasio Jenis Kelamin tahun 2014
No Desa
Penduduk Jiwa Jumlah
Jiwa Rasio Jenis
Kelamin Laki-laki
Perempuan 1
Andongrejo 2.637
2.665 5.302
98,95 2
Curangnongko 3.141
3.171 6.312
99,05 3
Sanenrejo 3.484
3.540 7.024
98,42 4
Wonoasri 4.802
4.743 9.545
101,24 5
Sidodadi 5.252
5.141 10.393
102,16 6
Pondokrejo 3.641
3.884 7.525
93,74 7
Curahtakir 5.454
5.660 11.114
96,36 8
Tempurejo 7.711
7.427 15.138
103,82 Jumlah
36.122 36.231
72.353 99,70
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2014 diolah
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa rasio jenis kelamin tertinggi terdapat pada desa tempurejo yaitu 103,82 yang berarti setiap 100 jiwa
penduduk perempuan ada sekitar 104 jiwa penduduk laki-laki dan bahwa rasio jenis kelamin terendah terdapat pada desa klungkung yaitu 93.44 yang berarti
setiap 100 jiwa penduduk perempuan ada sekitar 94 jiwa penduduk laki-laki.
4.4.3 Keadaan Pertanian di Kecamatan Tempurejo Salah satu pendukung berjalannya roda perekonomian di Kecamatan
Tempurejo adalah sektor pertanian. Data yang tercatat pada UPTD Pertanian tahun 2013, kecamatan Tempurejo produksi padi sebesar 21.791 ton dengan
produktivitas sebesar 69,73 KwHa.. Perkembangan produksi padi dari tahun 2011-2012 mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan luas panen yang
semakin mengecil. Produksi padi menurun dari 21.123 ton pada tahun 2011 menjadi 20.416 ton pada tahun 2012. Selain padi dan jagung pemerintah juga
51
mulai konsentrasi pada produksi tanaman palawija yang diharapkan dapat menggantikan padi atau jagung sebagai makanan pokok. Perkembangan
tanaman palawija maupun tanaman kacang-kacangan pada tahun 2013 tidak mengalami perubahan. Pada komoditi kacang kedelai mengalami penurunan
produktifitas maupun luas panen. Luas panen pada kacang kedelai mengalami penurunan sampai 44,29 sedangkan produktifitas mengalami penurunan
hampir 44,59. Pada tabel disamping dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2013, komoditi tanaman pangan jenis padi dan jagung mengalami
peningkatan produktifitas. Sedangkan kacang kedelai mengalami penurunan hampir 50 dibandingkan tahun 2012. Salah satu faktor penyebabnya adalah
beralihnya fungsi dari lahan pertanian menjadi perumahan. Pola tanam yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Tempurejo pada
umumnya sama dengan daerah-daerah lain yang memiliki keadaan geografis yang sama dengan Kecamatan Tempurejo yaitu padi-tembakau-jagung, padi-jagung-
jagung dan padi-hortikultura-jagung. Penentuan pola tanam tersebut didasarkan pada kondisi cuaca, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya gagal panen
dan serangan hama penyakit tanaman. Pada musim penghujan petani memanfaatkan aliran sungai sebagai sarana
irigasi, sedangkan pada musim kemarau petani menggunakan disel atau pompa air untuk mengairi tanamannya dengan cara membuat galian sumur disekitar sawah.
Akan tetapi, meskipun pada musim penghujan tidak menutup kemungkinan petani juga menggunakan disel atau pompa air untuk mengairi sawah. Hal tersebut
dilakukan pada saat petani tidak mendapatkan bagian air irigasi.
4.4.4 Keadaan Tembakau VO Samporis di Kecamatan Tempurejo Kecamatan Tempurejo merupakan salah satu daerah penghasil tembakau
VO Samporis di Kabupaten Jember. Tanaman tembakau merupakan tanaman yang strategis untuk diusahakan, karena kondisi wilayah di Kecamatan tempurejo
cukup cocok untuk ditanami tembakau, khususnya jenis VO Samporis. Tembakau merupakan tanaman yang cukup diminati oleh petani di Kecamatan Tempurejo
karena kecamatan tempurejo dekat dengan gudang tembakau yaitu diwilayah
52
ambulu menjadikan petani tembakau kecamatan tempurejo optimis untuk terus menam tembakau dan dinilai mampu meningkatkan pendapatan petani. Tanaman
tembakau di Kecamatan Tempurejo diusahakan pada bulan mei-juli sama dengan daerah-daerah sentra penghasil tembakau VO Samporis pada umumnya.
Disamping itu, penentuan jadwal tanam tergantung pada kondisi curah hujan pada bulan-bulan tersebut. Petani mulai menanam tembakau pada saat curah hujan
mulai rendah, karena curah hujan sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan kualitas tanaman tembakau yang dihasilkan.
Petani tembakau VO Samporis Sedikit berbeda dengan Petani tembakau di daerah utara yaitu dalam proses pemanenan petani melakukan pemanenan hanya 4
kali pemanenan sedang petani tembakau di daerah utara melakukan pemanenan tembakau sebanyak 5 sampai 6 kali pemanenan ini bertujuan untuk memangkas
biaya pemanenan namun hasil dari pemanenan tidakj auh ber beda dengan daerah bagian utara.
Petani tembakau pada umumnya dalam proses produksi daun tembakau akan dirajang terlebih dahulu kemudian akan di jemur seharian dan di diamkan 1
malam hinga tembakau siap dijual. Mayoritas petani tembakau VO Samporis di Kecamatan Tempurejo sama dengan Kecamatan Sukorambi dan petani di
Kecamatan Jelbuk dalam proses produksi, Proses penjualan tembakau VO Samporis yang diusahakan oleh petani langsung menjual ke blandang dengan
harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
77
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN