Musabaqah Tilawatil Qur’an

30 manusia telah terikat dengan aturan-aturan atau norma yang telah berlaku dilingkungannya. Menurut Jamaludin Kafie dalam bukunya psikologi dakwah, mengemukakan bahwasanya manusia terikat dalam sistem hidup tiga dimensi: yakni dimensi kultural kebudayaan dan peradaban, dimensi struktural bentuk hubungan sosial dan dimensi normatif tatakrama dalam kehidupan sosial.

D. Musabaqah Tilawatil Qur’an

1. Pengertian Musabaqah Tilawatil Qur’an MTQ Jumlah umat Islam yang dapat memahami al-Qur’an sebagai kitab suci dan mukjizat sangat sedikit, sebagian besar tidak mengetahuinya, namun mereka senang membacanya baik dengan Tartil maupun Mujawwad. Faktor apakah yang mendorong mereka untuk membacanya berulangkali bahkan menghafalnya bahwa perbuatannya itu merupakan ibadah kepada Allah SWT. Menurut A. Mukti Ali, bahwa al-Qur’an mempunyai dimensi yang sangat luas dan dapat menimbulkan tiga hal sekaligus, yaitu seni, ilmu dan agama. Dengan seni hidup menjadi maju dan indah, dengan agama hidup menjadi bermakna dan bahagia. Tanpa seni hidup menjadi kasar, tanpa ilmu hidup menjadi sulit dan tanpa agama hidup menjadi tidak bermakna. Oleh karena al-Qur’an merupakan sumber hidayah, maka para sahabat Nabi mempunyai perhatian yang sangat besar. Ada diantara para sahabat Nabi yang dapat membaca al-Qur’an dengan bacaan yang sangat 31 menarik seperti Abu Musa al-Asy’ari karena ia memiliki suara yang merdu, sehingga Rasulullah SAW sangat senang mendengarkan bacaannya Tilawah al-Qur’an mendapat perhatian yang culuk besar dari kalangan ummat Islam, mengingat tujuan al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup, untuk dibaca, dipelajari, dipahami dan diamalkan sebagaimana yang sering diungkapkan dalam al-Qur’an itu sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak cara dan usaha yang telah dilakukan oleh ummat Islam, salah satu diantaranya dengan mengadakan MTQ. Musabaqah Tilawatil al-Qur’an adalah suatu jenis lomba membaca al-Qur’an dengan bacaaan mujawwad dan murattal yaitu bacaan al-Qur’an yang mengandung nilai ilmu membaca, seni baca dan adab membaca menurut pedoman yang telah ditentukan. MTQ kini telah demikian membudi daya di masyarakat, baik tingkat Nasional maupun Internasional. Hal ini merupakan media dan sarana dakwah yang cukup efektif, tidak kurang dari 30 Provinsi di seluruh Indonesia yang turut ambil bagian baik sebagai peserta maupun sebagai penyelenggara, karena MTQ diadakan secara bergilir dari satu Provinsi ke Provinsi lain. Demikian juga MTQ Internasional saat ini ada 13 Negara yang mengadakan Musabaqoh Tilawatil Qur’an dengan partisipan lebih kurang 50 Negara yang turut ambil bagian. Tilawah identik dengan kata qira’ah, yang mempunyai arti bacaan. Berkaitan dengan MTQ yang dimaksud tilawah yaitu Qiraatul Qur’an bi al-alhan atau membaca al-Qur’an dengan lagu. 32 MTQ merupakan suatu manifestasi budaya Islam. Dalam bentuk asalnya membaca al-Qur’an merupakan suatu pelaksanaan ajaran, suatu ibadah, bentuk persembahan dan pengabdian suci seorang hamba kepada Allah, Zat yang berfirman. Firman atau kalam Allah dalam wujud al- Qur’an al-Karim terlalu agung untuk didekati manusia, karena mengandung kemukjizatan dalam berbagai dimensi. Tak ada yang bisa menyentuhnya kecuali mereka yang disucikan QS. Al-Waqiah: 77-80. Maka segala pendekatan pun dilakukan, dengan membacanya, menghafalnya dan mempelajarinya. Qurra jamak ‘Qori’ Huffazh jamak ‘Hafizh selalu tampil dikalangan kontemporer berupaya menggali maknanya dengan menyusun kitab-kitab tafsir serta ilmu-ilmu al-Qur’an dengan memakai berbagai perangkat keilmuan. Semuanya adalah bentuk pengabdian dalam rangka mewujudkan fungsi utamanya untuk membimbing perjalanan hidup manusia melalui jalan yang paling lurus Inna haadzal-Qur’ana yahdy lillaty hiya aqwam, QS. Al-Isra: 9. Membaca al-Qur’an Tilawah al-Qur’an jelas merupakan ibadah utama yang sangat dianjurkan. Selain itu membaca al-Qur’an merupakan langkah pembuka atau pintu masuk untuk menyelami kedalaman al- Qur’an dan mengarungi luasnya lautan maknanya yang tiada bertepi. Bila semua orang tak sanggup melakukan upaya menyelami kedalaman dan keluasan maknaya, maka sekurang-kurangnya berilah kesempatan kepada mereka untuk ikut meneguk kenikmatan dan keagungan firman itu dengan membacanya. Betapa indah firman-firman itu dilantunkan dengan tartil, suatu aturan baca sesuai dengan nada dan ritme bawaannya yang tepat. 33 Apalagi bila lantunan firman itu dibawakan dengan suara merdu dalam lagu dan gaya bahasa asalnya yang indah, bil luhun al-A’rab. Membaca al- Qur’an dengan cara demikian sungguh mengasyikan, tidak jemu pembacanya, tidak bosan pendengarannya. Tidak heran bila Tilawah al-Qur’an hidup mengakar dan tumbuh subur dalam budaya Nusantara, bumi pemeluk Islam setia, meski mereka bangsa ‘ajam non Arab. Ketika Tilawah al-Qur’an tumbuh melalui suatu pengajaran disuatu tempat terus akan merambah menyebah keranah lain tak terbendung. Dan ketika Tilawah al-Qur’an menyebar, para Qori bermunculan serta kelompok-kelompok pengajian tilawah al-Qur’an menjamur diberbagai daerah maka apresiasi itu secara kuantitatif dan kualitatif bermuara pada lomba membaca al-Qur’an yang lazim dikenal dengan sebutan Musabaqah Tilawatil Qur’an MTQ. Dengan apresiasi yang meriah kemudian MTQ menjadi pesta budaya keagamaan yang penuh makna. Maka pemerintah Indonesia pun sejak tahun 1968 mengakomodasinya menjadi salah satu program rutin negara, sebagaimana negara-negara muslim lainnya. Karena melalui al-Qur’an itulah seluruh umat Islam bersatu padu terpanggil tanpa memandang faham atau aliran yang dianut, kelompok atau golongan yang menjadi apresiasinya. Setiap mukmin yakin, bahwa membaca al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu adalah kitab Allah SWT. Al-Qur’an adalah sebagai bacaan 34 bagi orang mukmin, baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira ataupun dikala sedih. Terlebih membaca al-Qur’an bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obor dan penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. Bacaan al-Qur’an yang dapat memukau dan dapat melunakan hati adalah bacaan al-Qur’an yang baik bertajwid dan berirama yang merdu. Bila al-Qur’an itu dibaca dengan lidah yang fashih, dengan suara yang baik dan merdu akan memberi pengaruh kepada jiwa orang yang mendengarkannya, sehingga seolah-olah yang mendengarkannya sudah di alam ghaib, bertemu langsung dengan Khalik-nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Anfal ayat 2 yang artinya sebagai berikut: ☺ ☺ ☺ Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka karenanya, dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” QS. Al-Anfal : 2 Membaca al-Qur’an itu terkandung unsur Ta’abbudi. Artinya membaca al-Qur’an harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku menurut Shahibul Kalamnya. Para Sahabat Nabi, Tabi’in dan Imam-Imam Qira’at telah berijma’ mengenai bolehnya membaguskan suara dalam 35 membaca al-Qur’an dengan suara yang baik, ini mengandung beberapa manfaat, diantaranya: a. Lebih meresap ke dalam hati dan memberi bekas kepada jiwa dan dapat memperhatikan pendengarnya b. Memberikan dorongan untuk memperhatikan suara baik c. Sebagai media dakwah. 2. Sejarah Perkembangan Musabaqoh Tilawatil Qur’an MTQ Memperindah suara, membaguskan dan mengangkat adalah berdasarkan sunnah Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, sejak masa Nabi Muhammad SAW tilawah telah dimulai berkembang. Banyak diantarnya Sahabat beliau yang terkenal dengan suaranya yang bagus dalam membaca al- Qur’an, seperti Abu Musa al-Asy’ari yang mendapat pujian dari Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat, seperti Salim Maula, Abi Hudzaifah, Utbah Bin Amir, Alqomah bin Nakhai, Umar Bin Abdul Aziz. 16 Setelah zaman Rasulullah SAW, kemudian tilawah berkembang lagi pada masa sahabat, masa tabi’in , masa tabi’in-tabi’in dan seterusnya. Dalam perkembangan ini muncullah para Qurra’ yang terkenal dari berbagai generasi dengan pesatnya. Perlu diketahui bahwa perkembangan yang paling pesat dalam masalah tilawah adalah perkembangan yang ada di Mesir. Negara tersebut menjadi kiblat bagi seluruh Qurra’ dari segala penjuru dunia dewasa ini. Diantaranya Syaikh-Syaikh Qurra’ yang muncul dengan prestasi yang tinggi adalah Syaikh 16 Kamal al-Din al-Ta’i, Qawaid al-Tilawah al-Qahirah: Usmaniyah, 1971, h. 8. 36 Mahmud Khalil al-Husari, Syaikh Yusuf al-Maulawi, Syaikh ‘Abd. al-Siddiq al-Munsyawi, Syaikh Abd. al-Basit Abd. al-Somad, Syaikh Mahmud Ali al- Banna, Syaikh Abu al-Ainain Syu’aisya’ dan lain-lain. Di Indonesia, Tilawatil Qur’an berkembang pesat karena menjadi bagian dari kebudayaan yang hidup dalam masyarakat, sebagaimana dilihat dalam buktinya pada: a. Dalam berbagai upacara telah terbiasa dibuka dengan pembacaan al- Qur’an b. Terdapat berbagai pengajian, kursus-kursus, diklat serta kegiatan-kegiatan lain yang bersifat individual Training Center tentang tilawatil Qur’an c. Diselenggarakannya diberbagai Haflah Tilawah al-Qur’an d. Dengan diselenggarakannya MTQ, baik tingkat Nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun MTQ yang diselenggarakan oleh instansi-instansi maupun lembaga-lembaga. 3. Tata Cara Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an MTQ a. Cabang MTQ Cabang tilawah al-Qur’an terdiri dari enam golongan yang bisa diikuti oleh kelompok pria Qori dan wanita Qoriah, yaitu : 1 Golongan Tartil al-Qur’an 2 Golongan Anak-anak 3 Golongan Remaja 4 Golongan Dewasa 37 5 Golongan Cacat Netra 6 Golongan Qiraah Sab’ah b. Peserta MTQ Peserta Musabaqah cabang Tilawah al-Qur’an adalah Qari atau Qariah yang memenuhi ketentuan umum dengan persyaratan umur sebagai berikut: 1 Golongan Tartil, umur maksimal 9 tahun 11 bulan 29 hari 10 tahun 2 Golongan Anak-anak, umur maksimal 13 tahun 11 bulan 29 hari 14 tahun 3 Golongan Remaja, umur maksimal 21 tahun 11 bulan 29 hari 22 hari 4 Golongan cacat Netra, umur maksimal 40 tahun 11 bulan 29 hari 41 tahun 5 Golongan Qiraat, umur maksimal 40 tahun 11 bulan 29 hari 41 tahun. c. Qiraat Qiraat Cabang Tilawah yang digunakan adalah Qiraat Imam Ashim riwayat Hafsh Thariq al-Syatibiyah dengan Martabat mujawwad. d. Maqra 1 Maqra adalah ayat-ayat yang harus dibaca oleh peserta dalam pelaksanaan Musabaqah yang ditetapkan oleh LPTQ untuk semua peserta pada MTQ atau STQ, baik pada babak penyisihan dan atau pada babak final 2 Maqra untuk setiap golongan baik dalam babak penyisihan maupun 38 dalam babak final ditentukan sebagai berikut: a Golongan Tartil - Juz 1 s.d. Juz 10 b Golongan Anak-anak - Juz 1 s.d. Juz 10 c Golongan Dewasa - Juz I s.d. Juz 20 d Golongan Dewasa - Juz 1 s.d. Juz 30 e Golongan Cacat Netra - Juz 1 s.d. Juz 30 f Golongan Qiraat - Juz 1 s.d. Juz 30 e. Susunan Lagu atau Irama yang dibawakan 1 Bayyaati 2 Shobah 3 Hijaz 4 Nahawan 5 Rast 6 Syika 7 Jiharka f. Cara Penampilan 1 Babak Penyisihan a Penentuan Maqra Penentuan maqra peserta yang akan tampil dilakukan sebagai berikut: 1. Peserta Dewasa, 10 menit sebelum naik mimbar tilawah 2. Pesera Tartil, Anak-anak dan Remaja, 16 jam sebelum tampil 3. Peserta Cacat Netra, 30 menit sebelum acara penampilan. Ditentukan salah satu dari 3 maqra yang dilaporkan pada 39 waktu pendaftaran. b Penampilan Penampilan peserta musabaqah dilaksanakan seperti berikut: 1. Giliran tampil: a. Penampilan peserta diatur berdasarkan giliran b. Penentuan giliran urutan membaca pada penampilan harian dilaksanakan 30 menit sebelum musabaqah dimulai. 2. Lama Penampilan Lama penampilan bagin setiap peserta sebagai berikut: a. Golongan Tartil : 5-7 menit penyisihan dan final b. Golongan Anak-anak : 7-8 menit penyisihan dan final c. Golongan Remaja dan Cacat Netra : 8-9 menit penyisihan dan final d. Golongan Dewasa : 9-10 menit babak penyisihan : 10-12 menit babak final 3. Cara Tampil a. Peserta musabaqah cabang tilawah tampil dengan cara membaca maqra wajib melalui mushaf, baik babak penyisihan maupun babak final b. Tanda persiapan, mulai, persiapan akhir dan selesainya waktu diatur oleh Majelis Hakim c. Penentuan Finalis Finalis ditetapkan oleh Majelis Hakim dan disahkan oleh 40 Dewan Hakim d. Pengumuman Finalis dilaksanakan oleh Dewan Hakim 2 Babak Final a Penentuan maqra Penentuan maqra bagi semua golongan yang akan tampil sebagai berikut: 1. Maqra Golongan Dewasa, diberikan kurang lebih 10 menit sebelum naik mimbar tilawah 2. Maqra Golongan Remaja, Anak-anak dan Tartil diberikan 30 menit sebelum acara musabaqah 3. Maqra Golongan Cacat Netra: a. Menyerahkan 3 maqra hafalan selain yang telah dibaca pada babak penyisihan selambatnya 4 jam sebelum tampil dan ditentukan 30 menit sebelum acara penampilan b. Yang akan tampil membaca Mushaf Brille melaporkan selambatnya 5 jam sebelum tampil, selanjutnya ditentukan 30 menit sebelum acara penampilan. b Penampilan 1. Cara penampilan giliran dan lama tampil peserta pada babak final sama dengan cara penampilan pada babak penyisiahan 2. Penampilan finalis golongan remaja dilaksanakan bersama- sama dengan penampilan finalis golongan dewasa. g. Cara Penilaian atau Perhakiman 41 1 Norma Penilaian Cara penilaian Cabang Tilawah al-Qur’an adalah ketentuan- ketentuan penilaian yang diterapkan dalam perhakiman cabang tersebut, baik yang berhubungan dengan bidang da materi penilaian maupun yang berkaitan dengan teknis penilaian. Norma penilian tersebut meliputi: bidang penilaian dan materi yang dinilai, ketentuan penilaian dan tata cara penilian a Bidang dan materi yang dinilai: 1 Bidang Tajwid dan materi: a Makharij al-Huruf b Shifat al-Huruf c Ahkam al-Huruf d Ahkam al-Mad wa al-Qashar. 2 Bidang Fashahah, dengan materi: a. Ahkam al- Waqf wa al-Ibtida b. Mura’at al huruf wa al- Harakat c. Mura’at al kalimat wal ayat. 3 Bidang Suara: a. Kejernihan atau kebeningan suara b. Kehalusan suara c. Kenyaringan suara d. Keutuhan suara e. Pengaturan nafas yang baik. 42 4 Bidang Lagu: a. Lagu pertama dan penutup b. Jumlah lagu c. Peralihan, keutuhan dan tempo lagu d. Irama dan gaya e. Variasi. b Kriteria Kesalahan 1 Bidang Tajwid dan Fashahah a. Kesalahan Jali, yaitu kesalahan dalam pengucapan lafazd al-Qur’an yang merusak ketentuan-ketentuan qiraat atau bacaan menurut riwayat Hafsh, baik yang mengakibatkan rusaknya makna maupun tidak seperti, Pengucapan huruf tho dibaca ta, Perubahan harakat kasrah dibaca fathah b. Kesalahan Khofi, yaitu kesalahan dalam pengucapan lapadz sehingga menyimpang dari ketentuan Qiraat Ashim riwayat Hafsh, tetapi tidak merusak makna. Kesalahan Khofi terbagi menjadi 2 bagian: a. Kesahan Khofi yang hanya diketahui oleh Ulama Qiraat theory, seperti meninggalkan idgham, idzhar, ikhfa, iklab, dan lain-lain b. Kesalahan Khofi yang hanya diketahui oleh orang-orang yang mahir practicy dalam Qiraah seperti, Menggetar- getarkan huruf ra, Mendemonstrasikan nafas panjang tanpa menghiraukan norma al-Waqf wa al ibtida, dan lain-lain. 43 2 Bidang Suara dan Lagu a. Lagu yang dipergunakan dalam cabang tilawah al-Qur’an adalah lagu-lagu Arabi yang sudah masyhur dikalangan para Qori Qori’ah, baik yang dianggap sebagai lagu Mishri maupun lagu-lagu Makkawi, seperti Bayyati atau Husaini, Hijaz, Sika dan lain-lain dengan segala variasinya b. Jumlah lagu yang harus dibawakan oleh golongan dewasa dan remaja minimal 5 jenis lagu, baik pada babak penyisihan maupun babak final c. Jumlah lagu yang harus dibawakan oleh golongan anak- anak dan cacat netra minimal 4 jenis lagu baik pada babak penyisihan maupun babak final d. Lagu pertama harus dimulai dengan lagu Bayyati atau Husaini yang dibawakan minimal dengan tiga tangga nada, setelah itu baru pindah kepada jenis lagu yang lain. Dan juga haruis ditutup dengan lagu bayyati atau husaini. Ketentuan ini berlaku, baik pada babak penyisihan maupun babak final. 2 Perhakiman a Personalia 1 Komposisi Majlis Hakim Majlis Hakim tiap golongan pada cabang tilawah al-Qur’an terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota dibantu oleh seorang 44 panitera. 2 Ketua majlis merangkap sebagai anggota. Anggota adalah hakim penilai yang terdiri dari: a. Hakim penilai bidang tajwid b. Hakim penilai bidang fashahah c. Hakim penilai bidang suara d. Hakim penilai bidang lagu. 3 Kompetensi yang diperlukan peserta a. Memiliki suara yang bagus b. Mampu membaca al-Qur’an dengan lancar c. Menguasai ilmu tajwid d. Menguasai tausyih e. Memahami makna secara lafdziyyah f. Memahami Qiraat g. Hafal al-Qur’an, minimal hafal Maqra yang akan dibaca. Pada MTQ, peserta dituntut untuk melakukan beberapa hal, antara lain: 1. Usaha memahami ayat-ayat al-Qur’an. Jika seorang Qori Qoriah memahami makna ayat-ayat yang dibaca maka akan mampu melahirkan bacaan yang indah, syahdu serta disertai dengan tadabbur al-ma’ani. Bacaan demikian akan menimbulkan pengaruh bagi orang yang mendengarkan, sehingga pendengar ingin mengetahui isi yang terkandung didalamnya. Hal ini pernah terjadi pada MTQ Nasional ke-6 di Mataram. “…..satu keluarga menyatakan masuk Islam karena pada mulanya hati mereka terketuk dengan bacaan al-Qur’an pada MTQ yang berlangsung 45 di kota itu” 17 2. Berperilaku atau berakhlak sesuai dengan ajaran al-Qur’an. Peserta adalah penyampai Firman Allah, maka mereka harus mengawali pengamalan al- Qur’an pada dirinya sendiri. Adanya penilaian “adabuttilawah” dengan maksud untuk mendidik peserta agar berprilaku sesuai dengan kesucian al-Qur’an. 17 Panitia KKN PTIQ, MTQ dan Aspek-Aspeknya Jakarta: 1975, h. 13.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL