Latar Belakang HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT PESTISIDA DI DESA PLAOSAN KECAMATAN PLAOSAN KABUPATEN MAGETAN

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia. Meski ada kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian, masih berjumlah sekitar 40 dari angkatan kerja. Banyak wilayah Kabupaten di Indonesia yang mengandalkan pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahan-bahan pokok sehingga petani mulai mencari cara untuk meningkatkan hasil tanaman, salah satunya dengan meminimalkan hama yang menyerang tanaman dengan menggunakan obat kimia pembasmi hama tanaman seperti pestisida, karena tanaman yang sudah terserang hama akan berdampak pada kerusakan tanaman yang berakibat turunnya nilai jual bahkan sampai mengalami gagal panen. Walaupun memberi dampak baik akan hasil tanaman, pestisida juga dapat memberikan dampak buruk pada petani Shobib, 2013. Setiap hari petani beresiko teracuni oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat di pertanian menderita keracunan akibat pestisida. Perkiraan World Health Orgazation WHO pada tahun 2009 terjadi sekitar 600.000 kasus dan 60.000 kematian terjadi di India dan yang paling rentan adalah anak-anak, perempuan, pekerja di sektor informal dan petani miskin. Dampak dari pestisida yang sangat berbahaya seperti iritasi pada kulit, gangguan pada pernafasan, pusing, mual dan hingga kematian di Kamboja, setidaknya 88 petani mengalami dampak akut keracunan pestisida di China, antara 53.000 dan 123.000 orang keracunan pestisida setiap tahun. Sekitar 5.000 sampai 10.000 mengalami dampak yang sangat berbahaya seperti kanker, cacat, mandul dan hepatitis setiap tahunya. Penelitian yang di lakukan Meliala 2005 tentang dampak pestisida di kabupaten Karo bahwa sebesar 54,4 para petani melakukan penyemprotan pestisida selama 3 –4 jam sehari dan 51,9 menyemprotkan pestisida secara teratur yaitu 2 –3 kali seminggu. Paparan pestisida dapat dialami para petani pengguna pestisida ketika petani melakukan pencampuran pestisida dengan air, pada waktu pengadukan, sampai kepada kegiatan penyemprotan. Paparan terhadap zat-zat pestisida juga berbahaya bagi kesehatan, dimana paparan tersebut lebih besar bagi petani karena penggunaan pupuk dan pestisida Lawlis, 2006. Pada waktu melaksanakan pencampuran pestisida, petani tidak menggunakan alat pelindung diri APD, kebanyakkan petani ada yang melakukannya sambil merokok, hal tersebut memperlihatkan petani tidak memakai masker dimana masker adalah salah satu bagian dari alat pelindung diri, sehingga hal tersebut akan memberikan dampak yang buruk pada petani. Dari cara petani melakukan penyemprotan pestisida, terlihat bahwa petani kurang peduli terhadap bahaya yang dapat mengancam kesehatan bahkan nyawa mereka. Pemakaian alat pelindung diri APD harus sesuai berdasarkan Keputusan Dirjen P2PL Depkes RI Nomor 31-IPD.03.04.LP Tahun 1993 tentang perlengkapan alat pelindung diri minimal yang harus digunakan berdasarkan jenis pekerjaan dan klasifikasi pestisida, beberapa jenis APD yang harus digunakan untuk penyemprotan diluar gedung antara lain: pelindung kepala topi atau caping, pelindung mata kacamata goggle atau face shield pelindung muka atau pelindung pernapasan masker, pelindung badan baju lengan panjang dan celana panjang yang terusan maupun yang terpisah, pelindung tangan sarung tangan dan pelindung kaki sepatu boot yang berlaras panjang, terbuat dari karet, tidak mudah robek dan tidak mudah mengkerut Kementrian Pertanian 2011 dalam Shobib, 2013. Petani yang kurang kepatuhan tentang perilaku penggunaan alat pelindung diri APD saat bekerja dapat berdampak kepada dirinya sendiri maupun lingkunggan di sekitarnya akibat dan paparan dari bahan kimia yang di gunakannya contohnya pestisida. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku petani tidak menggunakan APD tersebut yaitu tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan tentang efek dari pestisida dan tidak tersediaan alat pelindung diri, rasa nyaman dapat di akibatkan ketidakbiasaan petani menggunakan alat pelindung diri APD. Perilaku petani yang di indikasi dapat di jelaskan berdasarkan teori self-efficacy yang membahas tentang keyakinan pada perilaku dapat di jelaskan bahwa self-efficacy menjadi penentu keberhasilan performansi dan pelaksanaan pekerjaan seseorang. Self- efficacy juga sangat mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional, dalam membuat suatu keputusan Bandura dalam Anizar, 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Lunenburg 2011 tentang Self-Efficacy in the Workplace: Implications for motivation and Performance, mengatakan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan tentang kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas- tugas atau masalah-masalah tertentu. Self-efficacy mempengaruhi tingkat usaha dan ketekunan seseorang ketika menghadapi suatu masalah atau tugas-tugas yang sulit. Sumber-sumber self-efficacy adalah performance, vicarious experience, verbal persuasion, dan emotional cues. Self-efficacy berpengaruh terhadap keyakinan individu dalam belajar dan menetapkan keyakinan dalam mencapai suatu tujuan. Individu yang yakin pada dirinya sendiri dapat menggunakan kontrol pada situasi yang mengancam, tidak akan membangkitkan pola-pola pikiran yang mengganggu atau negatif. Sedangkan bagi individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam akan mengalami kecemasan yang tinggi. Individu yang memikirkan ketidakmampuan koping dalam dirinya dan memandang banyak aspek dari lingkungan sekeliling sebagai situasi ancaman yang penuh bahaya, akhirnya akan membuat individu membesar-besarkan ancaman yang mungkin terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut, individu menekan dirinya sendiri dan meremehkan kemampuan dirinya sendiri Luszczynska., et all, 2011. Self-efficacy sangat berhubungan dengan kemampuan individu dalam meningkatkan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD. Salah satu fungsi self- efficacy yaitu self-efficacy menentukan beberapa lama individu dapat bertahan dalam mengatasi hambatan, dan situasi yang kurang menyenangkan. Individu yang memiliki keyakinan tinggi terhadap kemampuan yang dimiliki ketika menghadapi tugas-tugas yang sulit akan menganggap hal tersebut sebagai tantangan yang harus dikuasai, mempertahankan komitmen diri dalam mencapai tujuan, memperoleh kembali upayah-upayah ketika menghadapi kegagalan, ketika menghadapi situasi yang kurang menyenangkan, mampu mengontrol dirinya, sehingga mampu menghasilkan pencapaian diri yang lebih baik. Individu yang meragukan kemampuan dirinya akan menganggap tugas-tugas tersebut sebagai ancaman, memiliki harapan yang rendah, memiliki komitmen yang rendah terhadap tujuan yang dicapai, cepat menyerah, dan kurang berusaha ketika menghadapi tugas yang sulit Bandura dalam Artha Supriadi, 2013. Self-efficacy yang tinggi akan memotivasi seorang petani untuk meningkatkan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD agar terhidar dari dampak yang kurang baik yang di sebabkan oleh pestisida. Menurut Afriyanto 2014 menyebutkan bahwa ada hubungan antara pemakaian APD dengan kejadian keracunan atau gangguan kesehatan yang di alami petani yang disebabkan pestisida. Pada umumnya perilaku petani menggunakan APD yang tidak lengkap, mereka hanya menggunakan rata-rata tiga APD berupa baju lengan panjang, celana panjang dan topi. Self-efficacy sangat berhubungan dengan kinerja dalam pekerjaan, pilihan karir, pembelajaran, dan pencapaian, serta kemampuan beradaptasi. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung menunjukkan tingkat motivasi dan kinerja yang lebih tinggi Ivancevich, 2007. Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Maret kepada gabungan kelompok petani GAPOKTAN, serta hasil wawancara kepada ketua dari kelompok tani POKTAN, dan beberapa tani yang ada di lahan pertanian di desa Plaosan, kecamatan Plaosan, kabupaten Magetan, mengatakan bahwa petani belum yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam pemakaian APD, sehingga petani tidak mampu menerapkan penggunaan alat pelindung diri APD untuk pencegahan penyakit yang disebabkan oleh pestisida. Petani mengatakan bahwa tidak mengetahui bahaya dari pestisida, sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri APD saat bekerja. Data yang di dapat peneliti bahwa dari tahun 2010 hingga maret 2015, sudah ada 5 orang petani meninggal akibat keracunan pestisida, dan lebih dari 50 petani mengalami iritasi pada kulit contohnya gatal-gatal, kudis dan kurap, dan 30 petani mengalami pusing dan sesak nafas. Perilaku penggunaan APD berdasarkan teori Lawrence green, memiliki beberapa faktor yaitu faktor prediposisi pengetahuan, perepsi, motivasi, sikap, dll, faktor enabling faktor pendukung dan faktor reinforcing kebijakkan, pengawasan, peraturan, dll. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Hubungan antara self-efficacy dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD pada petani untuk pencegahan penyakit akibat pestisida di desa Plaosan kecamatan Plaosan kabupaten Magetan.

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

5 44 184

Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2014

1 12 100

(ABSTRAK) HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT HAMA DI DESA NGRAPAH KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2008.

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT HAMA DI DESA NGRAPAH KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2008.

1 1 73

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 3 16

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 2

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 0 5

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

1 5 37

Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Dan Alat Pelindung Diri (Apd) Serta Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Sukajulu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Tahun 2014

0 2 2

88 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU TERHADAP KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

0 0 9