II. PENYAKIT MALARIA
Malaria adalah salah satu penyakit infeksi, penyebab kematian sekitar 1-2 juta penduduk dunia pertahun terutama di daerah Afrika. Setiap tahun penyakit ini
menyerang hampir 300-500 juta penduduk dunia. Manusia terserang penyakit ini akibat terinfeksi parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
Farmedia, 2005.
II.1. Distribusi daerah endemik malaria
Distribusi Daerah Endemik Malaria di Dunia Tahun 2003 Farmedia, 2005
Penyakit malaria merupakan penyakit yang endemisitasnya terjadi di daerah tropis dan subtropis. Nyamuk Anopheles sebagai vektor pembawa Plasmodium dalam
penyebaran penyakit ini tidak dapat bertahan hidup di bawah suhu 20 °C dan diatas
33 °C.
Penyebaran Plasmodium dapat ditemukan di daerah Afrika Timur, Afrika Sahara, Asia Timur, Papua Nugini, Timur Tengah, Amerika Selatan, yang berhubungan dengan
endemisitas malaria Farmedia, 2005.
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Diperkirakan 300-500 juta penduduk dunia terancam terinfeksi penyakit ini setiap tahunnya, yang dapat menyebabkan kematian pada 1-2 juta penduduk dunia pertahun.
Endemisitas penyakit ini terjadi di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika Timur, Afrika Sahara, Asia Timur, Papua Nugini, Timur Tengah, Amerika Selatan Farmedia,
2005.
Indonesia, sebagai negara tropis yang dilalui garis khatulistiwa yang secara geografis terbentang dari 6°LU – 11°LS dan 95 °BT – 140°BT. Sebagai daerah tropis,
endemisitas malaria ditemukan hampir di seluruh wilayah di Indonesia sejak tahun 1960-an. Pada tahun 2003, dari 227,5 juta penduduk Indonesia, sekitar 89.8 juta tinggal
daerah endemik malaria. Diperkirakan 2,898,698 kasus malaria ditemukan di Indonesia berdasarkan jumlah penduduk yang tinggal di daerah endemik malaria tersebut WHO,
2003.
II.2. Patofisiologi penyakit malaria
Parasit malaria yaitu Plasmodium, menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Setelah nyamuk menghisap darah manusia, sporozoit-sporozoit
malaria memasuki sel-sel hepatosit phase hepar phase di luar eritrosit. Di dalam sel- sel hepatosit, sporozoit-sporozoit akan memperbanyak diri membentuk merozoit-
merozoit dan kemudian merozoit-merozoit ini meninggalkan sel-sel hepatosit memasuki sel-sel eritrosit melalui sirkulasi darah. Di dalam sel-sel eritrosit merozoit-merozoit akan
berkembang membentuk tropozoit dan berlanjut membentuk skizont. Proses ini berlangsung, secara periodik dan juga menyebakan pecahnya sel-sel eitrosit.
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
Ini merupakan phase eritrosit bagi siklus hidup Plasmodium. Pecahnya sel-sel eritrosit setelah terbentuk skizont menyebabkan dilepasnya merozoit-merozoit ke sirkulasi
darah yang kemudian akan memasuki sel-sel eritrosit yang baru dan proses di atas akan berulang secara periodik. Lepasnya merozoit-merozoit ke sirkulasi darah
menimbulkan serangan demam pada infeksi malaria setiap 3 atau 4 hari secara simultan.
Proses ini terus berlangsung berulang-ulang sampai dihentikan oleh mekanisme pertahanan tubuh atau pada infeksi yang berat yang sering disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dapat menimbulkan kematian. Sebagian kecil merozoit- merozoit akan berubah menjadi gametosit-gametosit jantan dan betina. Jika seekor
nyamuk Anopheles menggigit orang yang terinfeksi ini, maka gametosit-gametosit ini akan berpindah ke tubuh nyamuk. Fertilisasi terjadi pada tubuh nyamuk menghasilkan
sprozoit baru yang akan dibawa oleh nyamuk dalam salivanya untuk melakukan siklus seperti di atas Farmedia, 2005.
Siklus Hidup Plasmodium
Mutiara Indah Sari : Hubungan Defisiensi G6pd Dan Infeksi Malaria, 2007
II.3. Manisfestasi klinik penyakit malaria