Analisis Kadar Hemoglobin Darah pada Buruh Wanita di Perusahaan Makanan Beku (Cold Storage) PT X Belawan

ANALISIS KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA BURUH WANITA
DI PERUSAHAAN MAKANAN BEKU (COLD STORAGE) PT X BELAWAN
Halinda Sari Lubis, Evawany Aritonang
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Abstract
Iron deficiency anemia is a problem under nutrition in Indonesia and woman laborer are community
that have high risk to that deficiency because low iron consumption in their food everyday. Many researches
proved that anemia in woman laborer have low productivity than in non anemia laborer. This research aim
to analysis hemoglobin blood level to 40 woman laborer in food cold storage company in Belawan with
cross sectional study. Data consists of: laborer characteristic (age, and income), and anemia status that
analysis in descriptive. Analysis of anemia status has been done with take vena blood by laboratory analyst
and analysis of HB level with cyanmethemoglobin method in Local Health Laboratory, Health Department
in Medan.
This research showed that 57% woman laborer have normal nutritional status (IMT: 18-25); 25%
have under nutrition (IMT: < 18); 12.5% have over nutrition (IMT: 25-27); and 5% in obese (IMT: > 27).
Beside that 42.5% woman laborer in anemia condition (Hb level < 12 gr/dl) and 57.5% did not have anemia
(Hb level ≥ 12 gr/dl).
This research recommend to the company to give extra food to their laborers regularly in order to
increase their energy and iron consumption. It will be hope to prevent anemia that could be reduce
productivity. Another recommendation from this survey is to do analysis (measurement) Hb level regularly

so that will be suggestion to take curative action and preventive action in anemia to the woman laborers.
Keywords: Woman laborer, anemia, hemoglobin blood level, nutritional status

PENDAHULUAN
Anemia merupakan salah satu masalah gizi
utama di Indonesia. Sebagian besar anemia di
Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Anemia yang disebabkan kekurangan zat besi
disebut dengan anemia gizi besi oleh karena zat besi
adalah salah satu unsur gizi yang merupakan
komponen pembentuk Hb atau sel darah merah.
Kelompok masyarakat yang rawan terkena anemia
adalah bayi, balita, remaja, wanita usia subur, ibu
hamil, dan ibu menyusui. Di Indonesia prevalensi
anemia pada kelompok umur ini relative besar yaitu
berkisar 40-57% (Depkes, 2003). Kurangnya
konsumsi zat besi pada masyarakat Indonesia
disebabkan lebih banyak mengkonsumsi makanan

nabati yang lebih rendah kandungan zat besinya
daripada makanan hewani yang tinggi kandungan
zat besi, sehingga sangat beresiko terhadap
terjadinya anemia. Keadaan ini diakibatkan
kemampuan ekonomi yang rendah. Pangan nabati
relative lebih murah dibandingkan pangan hewani.

Dampak anemia pada anak-anak dapat
menyebabkan rendahnya kemampuan belajar,
menghambat pertumbuhan fisik, dan meningkatkan
resiko terhadap penyakit infeksi karena daya tahan
tubuh yang menurun. Sedangkan pada wanita,
anemia ini dapat mengakibatkan rendahnya
produktivitas kerja, turunnya kebugaran, dan
turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
Buruh wanita merupakan kelompok
masyarakat yang sangat berisiko terhadap terjadinya
anemia karena konsumsi zat besi yang rendah dalam
pola makannya sehari-hari. Riset yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan

Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Menteri
Urusan Peranan Wanita mengungkapkan bahwa
sekitar 50% dari 25 juta pekerja wanita di Indonesia
menderita anemia gizi besi yang disebabkan
konsumsi makanan bergizi yang rendah karena upah
yang mereka terima masih rendah. Anemia pada
pekerja wanita ini dapat menurunkan produktivitas
kerja mereka karena berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa pada pekerja yang anemia
mempunyai produktivitas kerja yang lebih rendah
dibandingkan pekerja yang tidak anemia.

58
Universitas Sumatera Utara

Halinda Sari Lubis dan Evawany Aritonang

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008


Berdasarkan masih tingginya prevalensi
anemia
pada
pekerja
wanita,
pemerintah
merekomendasikan agar perusahaan memberikan
vitamin dan obat cacing pada pekerjanya.
Rekomendasi ini dituangkan dalam SKB (Surat
Keputusan Bersama) antar tiga instansi yaitu
Departemen Kesehatan, Departemen Tenaga Kerja
dan Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita.
Perusahaan penanganan makanan beku di
Belawan merupakan salah satu perusahaan yang
banyak mempekerjakan wanita. Penanganan
makanan beku meliputi pembersihan ikan,
penyortiran, dan pengepakan yang dilakukan pada
ruangan dingin (100C). Kondisi yang dingin ini
membutuhkan
kalori

yang
tinggi
untuk
mengantisipasi suhu tubuh sehingga menuntut
konsumsi pangan yang cukup kalori. Rendahnya
konsumsi pangan akan beresiko terhadap banyaknya
kasus gizi kurang dan gizi buruk pada pekerja dan
resiko terjadinya anemia. Selain itu juga dapat
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Hal ini
semuanya
berdampak
terhadap
penurunan
produktivitas kerja buruh wanita sehingga
merugikan bagi perusahaan.
Survey awal yang dilakukan pada
perusahaan makanan beku ini menemukan bahwa
banyak pekerja wanita yang mengalami keluhan
pusing, pucat, menggigil, tangan dan kaki kaku,
serta lemas.

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah untuk
mengetahui status anemia hampir tidak pernah
dilakukan oleh perusahaan terhadap tenaga kerjanya.
Hal ini juga dijumpai pada perusahaan penanganan
makanan beku di Belawan yang banyak
mempekerjakan wanita yang tidak pernah
melakukan pemeriksaan kadar Hb. Disisi lain
perusahaan selalu menuntut produktivitas tinggi dari
tenaga kerjanya. Adanya pemeriksaan kadar
hemoglobin untuk deteksi anemia merupakan hal
yang sangat penting bagi buruh wanita ini agar dapat
mengambil tindakan yang tepat agar keadaan anemia
ini tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi
bagi pekerja maupun bagi perusahaan.

Tinjauan Pustaka
Anemia
adalah
kekurangan
kadar

hemoglobin dalam darah yang disebabkan karena
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian
besar anemia disebabkan karena kekurangan zat besi
(Fe) sehingga disebut anemia gizi besi (Saidin. M,
dkk, 2003).
Stoltzfus, R.J (2003) menyatakan anemia
gizi besi juga dapat terjadi karena:
1. Kandungan zat besi dari makanan yang
dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan
ƒ Makanan yang kaya akan kandungan zat
besi adalah makanan yang berasal dari
hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam)
ƒ Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan)
seperti sayuran hijau tua yang walaupun
kaya akan zat besi namun hanya sedikit
yang bisa diserap dengan baik oleh usus.
2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi
ƒ Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak
dan remaja kebutuhan tubuh akan zat besi

meningkat tajam.
ƒ Pada masa hamil kebutuhan zat besi
meningkat karena zat besi diperlukan untuk
pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan
ibu sendiri.
ƒ Pada penderita penyakit menahun seperti
TBC.
3. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.
Perdarahan atau kehilangan darah dapat
menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada
penderita:
ƒ Kecacingan terutama cacing tambang.
Infeksi cacing tambang menyebabkan
perdarahan pada dinding usus, mesekipun
sedikit tetapi terjadi terus menerus yang
mengakibatkan hilangnya darah atau zat
besi.
ƒ Malaria pada penderita anemia giz besi
dapat memperberat keadaan anemianya.
ƒ Kehilangan darah pada waktu haid berarti

mengeluarkan zat besi yang ada dalam
darah.

Perumusan Masalah
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah pada
tenaga kerja wanita tidak pernah dilakukan sehingga
dapat dianalisis sebagai factor penyebab banyaknya
prevalensi gizi kurang ataupun gizi buruk serta
keluhan sakit yang terjadi pada tenaga kerja wanita
di Perusahaan Makanan Beku (Cold Storage) PT X
Belawan.

Sumarmo I., dkk (1996) menyatakan bahwa
pada umumnya wanita dan remaja putri sering
menderita anemia yang disebabkan:
1) Pada umumnya masyarakat Indonesia lebih
banyak
mengkonsumsi
makanan
nabati

dibandingkan hewani sehingga masih banyak
yang menderita anemia.
2) Wanita lebih jarang mengkonsumsi makanan
hewani dan sering melakukan diit pengurangan
makan karena ingin langsing.
59
Universitas Sumatera Utara

Halinda Sari Lubis dan Evawany Aritonang

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008

3) Mengalami haid setiap bulan sehingga
membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak
daripada pria. Oleh karena itu wanita cenderung
menderita anemia dibandingkan dengan pria.
Tanda-tanda anemia (WHO, 1996):
9 Lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5 L)
9 Sering mengeluh pusing dan mata berkunangkunang

9 Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir,
lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Walter, T (2003) mengemukakan dampak
anemia pada berbagai kelompok usia yaitu:
Anak-anak:
• Menurunkan kemampuan dan konsentrasi
belajar
• Menghambat
pertumbuhan
fisik
dan
perkembangan kecerdasan otak
• Meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi
karena daya tahan tubuh menurun.
Wanita:
• Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga mudah sakit.
• Menurunkan produktivitas kerja
• Menurunkan kebugaran
Remaja putri:
• Menurunkan kemampuan dan konsentrasi
belajar
• Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi
badan tidak mencapai optimal
• Menurunkan kemampuan fisik olahragawati
• Mengakibatkan muka pucat
Ibu hamil:
• Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat
persalinan
• Meningkatkan resiko melahirkan Bayi dengan
Berat Lahir Rendah (< 2,5 Kg)
• Pada anemia berat bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan atau bayinya
Cara Mencegah dan Mengobati Anemia
(Yip and Dalman, 1996):
1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
™ Konsumsi
makanan
yang
banyak
mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan
bahan makanan nabati (sayuran berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, tempe)
™ Konsumsi sayuran dan buah yang banyak
mengandung vitamin C (daun katuk, daun

singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan
nanas)
sangat
bermanfaat
untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam
usus.
2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh
dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD).
3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau
memperberat anemia seperti kecacingan, malaria
dan penyakit TBC.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian:
Untuk mengetahui dan menganalisis kadar
hemoglobin darah pada buruh wanita di perusahaan
makanan beku (cold storage) sebagai deteksi
kejadian anemia (status anemia) yang menimbulkan
dampak terhadap berbagai keluhan sakit dan status
gizi.
2. Manfaat Penelitian:
Memberikan informasi status anemia buruh
wanita pada perusahaan sehingga perusahaan dapat
menindak lanjuti dalam upaya perbaikan status gizi
pekerja, penanganan keluhan sakit dan peningkatan
produktivitas kerja. Pada pemerintah khususnya
Departemen Kesehatan memberikan informasi status
anemia yang terjadi pada buruh wanita sehingga
dapat menindak lanjuti dalam program-progam
perbaikan status gizi masyarakat.

METODE PENELITIAN
1. Lokasi: Perusahaan penanganan makanan beku
(cold storage) di Belawan kota Medan dengan
alasan:
ƒ Belum pernah dilakukan pemeriksaan kadar
Hb pada pekerja.
ƒ Adanya
keluhan
menggigil,
kurang
koordinasi, pucat, kulit dingin pada
beberapa pekerja
ƒ Pekerja terpapar suhu dingin 50C – 100C 7
jam setiap hari dengan 6 hari kerja dalam 1
minggu
2. Jenis Penelitian: survey dengan desain cross
sectional study.
3. Populasi: adalah seluruh pekerja yang bekerja di
bagian cold storage yaitu 40 orang.
Sampel: total sampel yaitu direncanakan 40
orang dengan criteria inklusi bersedia

60
Universitas Sumatera Utara

Halinda Sari Lubis dan Evawany Aritonang

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008

melakukan
pengambilan
pemeriksaan kadar Hb.

darah

untuk

4. Metoda Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data dalam penelitian ada 2 yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data
yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
dengan mengukur ataupun observasi langsung.
Data primer terdiri dari: karakteristik pekerja
(umur, jenis kelamin, pendapatan), keluhan
sakit, dan status anemia pekerja. Data sekunder
merupakan data yang diambil dengan mengutip
dari institusi lain yaitu Perusahaan Cold Storage.
Data sekunder terdiri dari jumlah pekerja, jenis
kegiatan, dan informasi lainnya yang berkaitan
dengan penelitian ini.
2. Cara Pengumpulan Data
Karakteristik pekerja dan keluhan sakit
dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuesioner terstruktur. Sedangkan penilaian
status anemia dilakukan dengan pengambilan
darah dan analisa kadar HB menggunakan
metode cyanmethemoglobin. Pengambilan darah
dilakukan oleh Laboran dan analisis kadar Hb
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah
Departemen Kesehatan di Medan.
5. Analisa Data
Data yang dikumpulkan
distribusi frekuensi dan
deskriptif.

disajikan
dianalisa

dalam
secara

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Pekerja
Berdasarkan karakteristik pekerja diketahui
bahwa 36 orang (90%) pekerja berada pada usia
reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. Sedangkan 3
orang (7,5%) berusia 38 tahun dan 1 orang (2,5%)
berusia 48 tahun. Pada usia reproduksi sehat ini
wanita sangat berisiko anemia karena adanya siklus
haid setiap bulan ataupun adanya kehamilan dan
menyusui sehingga kadar Hb menjadi hal yang
sangat penting diperhatikan untuk mencegah
dampak buruk akibat anemia tersebut. Usia pekerja
wanita yang paling muda dalam penelitian ini adalah
18 tahun dan usia pekerja wanita yang paling tua
adalah 48 tahun.
Selain itu rata-rata berat badan pekerja
wanita adalah 51,7 kg dengan berat badan minimum
adalah 38 kg dan berat badan maksimum adalah 72
kg. Tinggi badan rata-rata pekerja wanita adalah

153,7 cm dengan tinggi badan minimum adalah 145
cm dan tinggi badan maksimum adalah 163 cm.
Tabel 1. Karakteristik Pekerja
Karakteristik
1.
2.
3.

Umur (tahun)
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan
(cm)

Ratarata
25,4
51,7
153,7

Minimum

Maksimum

18
38
145

48
72
163

2. Status Gizi Pekerja
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan
indicator status gizi pada orang dewasa yang diukur
dengan rumus rasio berat badan (kg) dengan tinggi
badan (m)2 yang dibagi atas status gizi kurang, status
gizi normal (baik), status gizi lebih, dan status gizi
obesitas. Pada Tabel 2 terlihat status gizi pekerja
berdasarkan IMT.
Tabel 2. Status Gizi Pekerja Berdasarkan Indeks
Massa Tubuh
No.
1.
2.
3.
4.

Status Gizi berdasar IMT
Kurang (IMT: < 18)
Baik (IMT: 18-25)
Lebih (IMT: 26-27)
Obes (IMT: > 27)
Total

N
10
23
5
2
40

%
25,0
57,5
12,5
5,0
100

3. Status Anemia berdasarkan Kadar Hb
Kadar Hb (hemoglobin) merupakan
indicator status anemia dimana bila kadar Hb < 12
gr/dl dikatakan dengan anemia sebaliknya bila kadar
Hb ≥ 12 gr/dl dikatakan tidak anemia. Dalam
penelitian ini bila dilihat berdasarkan rata-rata Hb
maka tidak ada satu orangpun pekerja wanita yang
mengalami anemia. Rata-rata kadar Hb pekerja
wanita adalah 12,3 gr/dl. Sedangkan bila dilihat
distribusi kadar Hb dengan ambang batas 12 gr/dl
maka akan terlihat jumlah pekerja wanita yang
anemia dan jumlah pekerja wanita yang tidak
anemia yang terlihat pada Tabel 3. Kadar Hb
minimum dalam penelitian ini adalah 10,1 gr/dl dan
kadar maksimum adalah 14,6 gr/dl.
Tabel 3. Distribusi Pekerja
Kadar Hb
No
1.
2.

Status Anemia berdasar
Kadar Hb
Anemia (Hb: < 12 gr/dl)
Tidak Anemia (Hb: ≥ 12
gr/dl)
Total

Wanita

Berdasarkan

N

%

17
23

42,5
57,5

40

100

Dari Tabel 3 terlihat bahwa prevalensi
anemia pada pekerja wanita dalam penelitian ini
cukup tinggi yaitu 42,5%. Prevalensi anemia dalam
penelitian ini sama seperti apa yang dikemukakan
61
Universitas Sumatera Utara

Halinda Sari Lubis dan Evawany Aritonang

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008

oleh Departemen Kesehatan yaitu bahwa di
Indonesia prevalensi anemia berkisar 40-57%
(Depkes, 2003). Beberapa studi yang meneliti
prevalensi wanita pada wanita juga menemukan
tingginya prevalensi anemia seperti studi Dijkhuizen
et al (2001) di Bogor menemukan 52% ibu
menyusui anemia. Studi Aritonang. E (2007) juga
menemukan 33,9% ibu menyusui di Bogor
mengalami anemia. Selain itu riset yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan
Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Menteri
Urusan Peranan Wanita mengungkapkan bahwa
sekitar 50% dari 25 juta pekerja wanita di Indonesia
menderita anemia gizi besi yang disebabkan
konsumsi makanan bergizi yang rendah karena upah
yang mereka terima masih rendah.
Anemia pada pekerja wanita ini dapat
menurunkan produktivitas kerja mereka karena
berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pada
pekerja yang anemia mempunyai produktivitas kerja
yang lebih rendah dibandingkan pekerja yang tidak
anemia (Karyadi, 1989; Suhardjo, 1993).
Dalam penelitian ini terlihat bahwa terjadinya
kejadian anemia pada pekerja wanita ini disebabkan
karena konsumsi zat besi yang kurang. Meskipun tidak
dilakukan analisis zat besi dari konsumsi pangan
namun berdasarkan pengamatan terhadap pola makan
pekerja wanita tersebut pada saat penelitian terlihat
bahwa konsumsi pangan mereka sangat rendah
kandungan zat besinya. Pada saat buruh wanita
istirahat makan siang peneliti melihat bahwa hampir
seluruhnya pekerja mengkonsumsi nasi dengan lauk
pauk seadanya bahkan cenderung sangat minim seperti
tahu, tempe, ikan asin, ataupun ikan basah tetapi
ukuran kecil. Bekal nasi untuk makan siang tersebut
mereka bawa dari rumah.
Minimnya lauk pauk yang dikonsumsi
dikarenakan keberadaan ekonomi pekerja wanita
tersebut yang rendah sehingga dengan keadaan
harga-harga makanan saat ini yang mahal membuat
pemenuhan konsumsi pangan yang layak ataupun
cukup kandungan zat besi menjadi sangat sukar
untuk diwujudkan.

Pangan dengan kandungan zat besi tinggi
umumnya berasal dari pangan hewani yang
harganya lebih mahal dibanding pangan nabati. Pada
tenaga kerja wanita yang berisiko tinggi terhadap
anemia disebabkan masih dalam usia reproduksi dan
setiap bulan mengalami haid, maka dengan
pendapatan yang rendah tidak dapat memenuhi
kecukupan besi dari konsumsi pangan. Selain itu
kondisi pekerjaan tenaga kerja wanita di ruangan
cold storage dalam penelitian ini menuntut asupan
energi yang tinggi. Suhu di tempat kerja tenaga kerja
adalah 100 C.
Berdasarkan wawancara diketahui bahwa
tenaga kerja banyak yang mengalami kekakuan
tangan dan kaki saat bekerja dikarenakan udara
dingin di ruangan cold storage tersebut, demam,
bahkan pusing dan mual. Adanya keluhan-keluhan
yang disampaikan merupakan gejala-gejala anemia.
Gejala-gejala anemia tersebut dapat mengurangi
kecepatan
dalam
bekerja
bahkan
dapat
mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja yang
dapat membahayakan keselamatan jiwa pekerja
tersebut. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan
kerugian bukan saja pada pihak perusahaan karena
berkurangnya produktivitas pekerja bahkan juga
bagi pekerja itu sendiri. Berkurangnya produktivitas
pekerja pada beberapa perusahaan dapat berdampak
pada pengurangan upah kerja bahkan dapat
memberhentikan pekerja dari perusahaan.
Salah satu upaya untuk mencegah anemia
pada pekerja adalah dengan memberikan makanan
tambahan pada pekerja terutama makanan dengan
kandungan besi tinggi. Perusahaan cold storage
dalam penelitian ini ada juga memberi makanan
tambahan pada pekerjanya tetapi tidak rutin. Tidak
dapat dipastikan pada periode kapan pekerja
mendapat makanan tambahan tersebut. Wawancara
terhadap pekerja wanita menyatakan bahwa
sepertinya terserah perusahaan saja kapan memberi
makanan tambahan. Dalam periode satu tahun yang
lalu pekerja wanita hanya mendapat makanan
tambahan hanya 3 kali dengan jenis makanan
tambahan adalah susu dan kacang hijau.

Tabel 4. Tabulasi Silang Status Anemia Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Status Anemia berdasar Kadar Hb

Anemia
(Hb: < 12 gr/dl)
Tidak Anemia (Hb: ≥ 12 gr/dl)
Total

Kurang
(IMT: < 18)
N
%
10
58,82

Status Gizi berdasar Indeks Massa Tubuh
Baik
Lebih
Obes
(IMT: 18-25)
(IMT: 26-27)
(IMT: > 27)
N
%
N
%
N
%
6
35,29
1
5,88
0
0,0

N
17

%
100

5
15

14
20

23
40

100
100

21,74
37,50

Tabulasi silang status anemia dengan indeks
massa tubuh menunjukkan bahwa 29% pekerja
wanita yang anemia mempunyai status gizi kurang

60,87
50,0

3
4

13,04
10,0

1
1

4,35
2,50

Total

meskipun pekerja wanita yang anemia ada juga yang
mempunyai status gizi baik yaitu 35% dan 6%
berstatus gizi lebih. Sebaliknya pada pekerja yang

62
Universitas Sumatera Utara

Halinda Sari Lubis dan Evawany Aritonang

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008

tidak anemia, 21% mempunyai status gizi kurang,
60% berstatus gizi baik, 13% berstatus gizi lebih,
dan 4% berstatus gizi obes. Hal ini menunjukkan
bahwa pekerja yang anemia lebih banyak
mempunyai status gizi kurang yaitu 58,8%,
sebaliknya pada pekerja yang tidak anemia hanya
21,7% yang mempunyai status gizi kurang bahkan
4,35% mempunyai status gizi obes.
Ukuran fisik yang terlihat dari berat badan
dan tinggi badan memang merupakan dampak
konsumsi gizi tetapi lebih kepada konsumsi energi.
Sedangkan anemia merupakan dampak kurangnya
konsumsi zat besi. Meskipun kondisi ukuran tubuh
bukan factor mutlak terhadap kejadian anemia, akan
tetapi dapat berdampak terhadap penurunan berat
badan bila anemia tersebut dibarengi dengan
timbulnya rasa sakit seperti demam, pusing, dan
infeksi lainnya yang menurunkan selera makan yang
akhirnya berdampak terhadap penurunan asupan
makan.
4. Keluhan Sakit yang Dialami Pekerja Wanita
Keluhan sakit merupakan rasa sakit yang
bisa terjadi karena kondisi pekerjaan tertentu
ataupun karena keadaan kesehatan yang kurang baik.
Kondisi pekerjaan yang dingin menuntut asupan
kalori yang tinggi untuk menghasilkan panas tubuh
sehingga dapat mentralisir suhu dingin. Selain itu
kesehatan yang kurang baik yang diakibatkan
kurangnya konsumsi pangan mengakibatkan tubuh
tidak dapat bekerja optimal terutama konsumsi
pangan yang kurang asupan zat besi berdampak
terhadap kondisi tubuh yang lemah tak bertenaga.
Tabel 5 menunjukkan berbagai keluhan sakit yang
dialami pekerja wanita pada keadaan satu minggu
terakhir pada saat penelitian.
Tabel 5. Distribusi Pekerja
Keluhan Sakit
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Keluhan Sakit
Lemas
Menggigil
Pucat
Tangan dan Kaki Kaku
Pusing
Demam

Wanita

Berdasarkan
N
17
23
12
27
30
10

%
42,5
57,5
30,0
67,5
75,0
25,0

kaku, menggigil, dan lemas. Sebaliknya keluhan
sakit yang paling sedikit dialami pekerja wanita
adalah demam. Berdasarkan distribusi keluhan sakit
yang dialami pekerja wanita terlihat bahwa seorang
pekerja wanita tidak hanya mempunyai satu keluhan
sakit saja, akan tetapi dapat mengalami dua atau
lebih keluhan sakit. Keluhan sakit yang dialami oleh
pekerja wanita ini sebagian besar merupakan
dampak anemia gizi besi. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 6.
Berdasarkan tabulasi silang status anemia
dengan banyaknya keluhan sakit diketahui bahwa
pekerja wanita yang mempunyai kadar Hb < 12
(anemia) cenderung banyak mengalami keluhan
sakit. Sebaliknya pada pekerja wanita yang tidak
anemia kebanyakan tidak mempunyai keluhan sakit.
Hal ini berarti anemia yang diderita pekerja wanita
merupakan penyebab dari keluhan sakit yang
dialami pekerja wanita tersebut selama ini.
Salah satu peran zat besi dalam metabolisme
tubuh adalah meningkatkan imunitas dan resistensi
terhadap infeksi. Anemia akan berdampak terhadap
mekanisme yang mengatur suplai oksigen ke
jaringan yaitu ekstraksi oksigen dari hemoglobin
oleh jaringan dan redistribusi aliran darah ke
berbagai organ penting. Pada pekerja yang
mengalami keluhan pusing dan lemas disebabkan
defisiensi besi yang mengakibatkan kerusakan
produksi energi oksidatif dalam otot skeletal yang
menunjukkan berkurangnya kemampuan untuk
melakukan aktivitas dengan lama, berkurangnya
oksidasi glukosa secara efisien dan tingginya
penggunaan jalur glukogenik dimana laktat dari otot
diubah menjadi glukosa dalam hati (Yip and
Dallman, 1996).
Pada pekerja yang mempunyai keluhan
menggigil, tangan dan kaki kaku hal ini berkaitan
dengan terganggunya fungsi pengaturan suhu tubuh.
Defisiensi
zat
besi
akan
mengakibatkan
berkurangnya sekresi TSH (Thyroid Stimulating
Hormon) dan hormone tiroid sehingga terganggunya
(rusaknya) produksi panas yang terlihat sebagai hasil
dari anemia.

Dari Tabel 5 terlihat bahwa keluhan sakit
yang paling banyak dialami oleh pekerja wanita
adalah pusing. Setelah itu adalah tangan dan kaki

Tabel 6. Tabulasi Silang Status Anemia berdasarkan Keluhan Sakit
Status Anemia berdasar Kadar Hb
Tidak Ada

Banyaknya Keluhan Sakit
Satu Keluhan
Dua Keluhan

≥ Tiga

Total

63
Universitas Sumatera Utara

Halinda Sari Lubis dan Evawany Aritonang

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008

Anemia
(Hb: < 12 gr/dl)
Tidak Anemia (Hb: ≥ 12 gr/dl)

N
2

Keluhan
%
11,76

17

73,91

N
5

%
29,41

N
7

%
41,17

N
3

4

17,39

2

8,69

0

KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Pekerja yang anemia lebih banyak mempunyai
status gizi kurang (58,8%) dibanding pekerja
yang tidak anemia mempunyai status gizi kurang
21,7%.
2. Lebih banyak pekerja yang tidak anemia
mempunyai status gizi baik (60,87%) dibanding
pekerja anemia yang hanya mempunyai status
gizi baik 35%.
3. Pekerja yang anemia lebih banyak mempunyai
keluhan sakit baik satu keluhan atau lebih
dibanding pekerja yang tidak anemia.
4. 57,% pekerja wanita mempunyai status gizi baik
(IMT: 18-25); 25% mempunyai status kurang
(IMT: < 18); 12,5% mempunyai status gizi lebih
(IMT: 25-27); dan 5% mempunyai status gizi
obes (IMT: > 27).
5. 42,5% pekerja wanita mengalami anemia (kadar
Hb < 12 gr/dl) dan 57,5% pekerja wanita tidak
mengalami anemia (kadar Hb ≥ 12 gr/dl).
2. Saran
Terhadap Perusahaan
1. Memberikan makanan tambahan bagi pekerja
secara teratur sebagai upaya peningkatan
konsumsi pangan terutama pangan dengan
kebutuhan energi dan zat besi yang bertujuan
untuk memenuhi kecukupan gizi pekerja
sehingga bisa menghindari kejadian anemia
yang akan menurunkan produktivitas kerja pada
akhirnya.
2. Pemeriksaan status anemia secara berkala
sebagai pemantauan kejadian anemia sehingga
dapat mengambil upaya-upaya pengobatan dan
pencegahan kejadian anemia pada pekerja
Terhadap Pekerja
1. Memakai pakaian yang tebal ketika bekerja di
ruangan dengan suhu dingin (cold storage) untuk
mencegah efek dingin yang dapat menimbulkan
gangguan dalam pekerjaan ataupun gangguan
kesehatan
yang
pada
akhirnya
dapat
menurunkan produktivitas kerja.

Keluhan
%
17,65
0

N
17

%
100

23

100

2. Mengupayakan pemilihan makanan-makanan
dengan kandungan zat besi tinggi secara tepat
sesuai dengan kemampuan dana yang ada.
Terhadap Kebijakan Gizi dan Kesehatan
1. Adanya program pemberian tablet besi,
pemberian makanan tambahan pada pekerja
dalam upaya penanggulangan kejadian anemia
ataupun dalam rangka penurunan prevalensi
anemia di Indonesia.
2. Dilakukannya pemeriksaan kadar hemoglobin
darah secara berkala sebagai data dasar
prevalensi anemia maupun dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan anemia yang
prevalensinya relative tinggi pada pekerja
wanita di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Aritonang. E. 2007. Pengaruh Pemberian Mie Instan
Fortifikasi pada Ibu Menyusui terhadap Kadar
Zink dan Besi ASI serta Pertumbuhan Linier
Bayi. Disertasi tidak dipublikasikan. Institute
Pertanian Bogor
Departemen Kesehatan RI. 2000. Rencana
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia
Sehat 2010. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2003. Gizi dalam Angka.
Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Medan. 2006. Profil Dinas
Kesehatan Kota Medan
Saidin. M, Yusuf. M, Moecherdiyantingsih, Sukati,
dan Komala. 2003. Efektivitas Fortifikasi Mie
Instan dengan Zat Besi dan Vitamin A
terhadap Peningkatan Kadar Hb dan Feritin
Serum Ibu Hamil. Penelitian Gizi dan
Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gizi. Bogor
Seksi Pangan dan Gizi Kota Medan. 2006. Evaluasi
dan Kegiatan Seksi Pangan dan Gizi Kota
Medan Tahun 2005
Stoltzfus, R.J. 2003. Iron Deficiency: Global
Prevalence and Consequences. Food and
Nutrition Bulletin Supplement Vol 24 No 4,

64
Universitas Sumatera Utara

Halinda Sari Lubis dan Evawany Aritonang

JURNAL PENELITIAN REKAYASA
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008

2003 Supplement: Proceedings of The
Colloqium “Unlocking The Potential of The
Worlds
Children
through
Sustainable
Fortification and Public Private Partnership”
Cincinnati, Ohio, USA 10-11 October 2002
Walter Thomas. 2003. Effect of Iron Deficiency
Anemia
on
Cognitive
Skills
and
Neuromaturation in Infancy and Childhood.

Food and Nutrition Bulletin 2004 Vol 24
Supplement. United Nation University
World Health Organization (WHO). 1996. Trace
Elements in Human Health and Nutrition.
Geneva.
Yip and Dalman. 1996. Present Knowledge in
Nutrition. Editors Ekhard, Ziegler, and Filerh.
Seventh Edition. ILSI Press. Washington, DC

65
Universitas Sumatera Utara