Volume 1, Nomor 2 Desember 2008
61 melakukan pengambilan darah untuk
pemeriksaan kadar Hb.
4. Metoda Pengumpulan Data 1. Jenis Data
Data dalam penelitian ada 2 yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data
yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dengan mengukur ataupun observasi langsung.
Data primer terdiri dari: karakteristik pekerja umur, jenis kelamin, pendapatan, keluhan
sakit, dan status anemia pekerja. Data sekunder merupakan data yang diambil dengan mengutip
dari institusi lain yaitu Perusahaan Cold Storage. Data sekunder terdiri dari jumlah pekerja, jenis
kegiatan, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Cara Pengumpulan Data Karakteristik pekerja dan keluhan sakit
dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Sedangkan penilaian
status anemia dilakukan dengan pengambilan darah dan analisa kadar HB menggunakan
metode cyanmethemoglobin. Pengambilan darah dilakukan oleh Laboran dan analisis kadar Hb
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Departemen Kesehatan di Medan.
5. Analisa Data
Data yang dikumpulkan disajikan dalam distribusi frekuensi dan dianalisa secara
deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Pekerja
Berdasarkan karakteristik pekerja diketahui bahwa 36 orang 90 pekerja berada pada usia
reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun. Sedangkan 3 orang 7,5 berusia 38 tahun dan 1 orang 2,5
berusia 48 tahun. Pada usia reproduksi sehat ini wanita sangat berisiko anemia karena adanya siklus
haid setiap bulan ataupun adanya kehamilan dan menyusui sehingga kadar Hb menjadi hal yang
sangat penting diperhatikan untuk mencegah dampak buruk akibat anemia tersebut. Usia pekerja
wanita yang paling muda dalam penelitian ini adalah 18 tahun dan usia pekerja wanita yang paling tua
adalah 48 tahun.
Selain itu rata-rata berat badan pekerja wanita adalah 51,7 kg dengan berat badan minimum
adalah 38 kg dan berat badan maksimum adalah 72 kg. Tinggi badan rata-rata pekerja wanita adalah
153,7 cm dengan tinggi badan minimum adalah 145 cm dan tinggi badan maksimum adalah 163 cm.
Tabel 1. Karakteristik Pekerja
Karakteristik Rata-
rata Minimum Maksimum
1. Umur tahun
25,4 18
48 2.
Berat Badan kg 51,7
38 72
3. Tinggi Badan
cm 153,7 145
163
2. Status Gizi Pekerja Indeks massa tubuh IMT merupakan
indicator status gizi pada orang dewasa yang diukur dengan rumus rasio berat badan kg dengan tinggi
badan m
2
yang dibagi atas status gizi kurang, status gizi normal baik, status gizi lebih, dan status gizi
obesitas. Pada Tabel 2 terlihat status gizi pekerja berdasarkan IMT.
Tabel 2. Status Gizi Pekerja Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
No. Status Gizi berdasar IMT
N 1.
Kurang IMT: 18 10
25,0 2.
Baik IMT: 18-25 23
57,5 3.
Lebih IMT: 26-27 5
12,5 4.
Obes IMT: 27 2
5,0 Total
40 100
3. Status Anemia berdasarkan Kadar Hb Kadar Hb hemoglobin merupakan
indicator status anemia dimana bila kadar Hb 12 grdl dikatakan dengan anemia sebaliknya bila kadar
Hb ≥ 12 grdl dikatakan tidak anemia. Dalam
penelitian ini bila dilihat berdasarkan rata-rata Hb maka tidak ada satu orangpun pekerja wanita yang
mengalami anemia. Rata-rata kadar Hb pekerja wanita adalah 12,3 grdl. Sedangkan bila dilihat
distribusi kadar Hb dengan ambang batas 12 grdl maka akan terlihat jumlah pekerja wanita yang
anemia dan jumlah pekerja wanita yang tidak anemia yang terlihat pada Tabel 3. Kadar Hb
minimum dalam penelitian ini adalah 10,1 grdl dan kadar maksimum adalah 14,6 grdl.
Tabel 3.
Distribusi Pekerja Wanita Berdasarkan Kadar Hb
No Status Anemia berdasar
Kadar Hb N
1. Anemia Hb: 12 grdl
17 42,5
2. Tidak Anemia
Hb: ≥ 12
grdl 23 57,5
Total 40
100
Dari Tabel 3 terlihat bahwa prevalensi anemia pada pekerja wanita dalam penelitian ini
cukup tinggi yaitu 42,5. Prevalensi anemia dalam penelitian ini sama seperti apa yang dikemukakan
Universitas Sumatera Utara
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008
62 oleh Departemen Kesehatan yaitu bahwa di
Indonesia prevalensi anemia berkisar 40-57 Depkes, 2003. Beberapa studi yang meneliti
prevalensi wanita pada wanita juga menemukan tingginya prevalensi anemia seperti studi Dijkhuizen
et al 2001 di Bogor menemukan 52 ibu menyusui anemia. Studi Aritonang. E 2007 juga
menemukan 33,9 ibu menyusui di Bogor mengalami anemia. Selain itu riset yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja dan Kantor Menteri
Urusan Peranan Wanita mengungkapkan bahwa sekitar 50 dari 25 juta pekerja wanita di Indonesia
menderita anemia gizi besi yang disebabkan konsumsi makanan bergizi yang rendah karena upah
yang mereka terima masih rendah.
Anemia pada pekerja wanita ini dapat menurunkan produktivitas kerja mereka karena
berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pada pekerja yang anemia mempunyai produktivitas kerja
yang lebih rendah dibandingkan pekerja yang tidak anemia Karyadi, 1989; Suhardjo, 1993.
Dalam penelitian ini terlihat bahwa terjadinya kejadian anemia pada pekerja wanita ini disebabkan
karena konsumsi zat besi yang kurang. Meskipun tidak dilakukan analisis zat besi dari konsumsi pangan
namun berdasarkan pengamatan terhadap pola makan pekerja wanita tersebut pada saat penelitian terlihat
bahwa konsumsi pangan mereka sangat rendah kandungan zat besinya. Pada saat buruh wanita
istirahat makan siang peneliti melihat bahwa hampir seluruhnya pekerja mengkonsumsi nasi dengan lauk
pauk seadanya bahkan cenderung sangat minim seperti tahu, tempe, ikan asin, ataupun ikan basah tetapi
ukuran kecil. Bekal nasi untuk makan siang tersebut mereka bawa dari rumah.
Minimnya lauk pauk yang dikonsumsi dikarenakan keberadaan ekonomi pekerja wanita
tersebut yang rendah sehingga dengan keadaan harga-harga makanan saat ini yang mahal membuat
pemenuhan konsumsi pangan yang layak ataupun cukup kandungan zat besi menjadi sangat sukar
untuk diwujudkan. Pangan dengan kandungan zat besi tinggi
umumnya berasal dari pangan hewani yang harganya lebih mahal dibanding pangan nabati. Pada
tenaga kerja wanita yang berisiko tinggi terhadap anemia disebabkan masih dalam usia reproduksi dan
setiap bulan mengalami haid, maka dengan pendapatan yang rendah tidak dapat memenuhi
kecukupan besi dari konsumsi pangan. Selain itu kondisi pekerjaan tenaga kerja wanita di ruangan
cold storage dalam penelitian ini menuntut asupan energi yang tinggi. Suhu di tempat kerja tenaga kerja
adalah 10
C. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa
tenaga kerja banyak yang mengalami kekakuan tangan dan kaki saat bekerja dikarenakan udara
dingin di ruangan cold storage tersebut, demam, bahkan pusing dan mual. Adanya keluhan-keluhan
yang disampaikan merupakan gejala-gejala anemia. Gejala-gejala anemia tersebut dapat mengurangi
kecepatan dalam bekerja bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja yang
dapat membahayakan keselamatan jiwa pekerja tersebut. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan
kerugian bukan saja pada pihak perusahaan karena berkurangnya produktivitas pekerja bahkan juga
bagi pekerja itu sendiri. Berkurangnya produktivitas pekerja pada beberapa perusahaan dapat berdampak
pada pengurangan upah kerja bahkan dapat memberhentikan pekerja dari perusahaan.
Salah satu upaya untuk mencegah anemia pada pekerja adalah dengan memberikan makanan
tambahan pada pekerja terutama makanan dengan kandungan besi tinggi. Perusahaan cold storage
dalam penelitian ini ada juga memberi makanan tambahan pada pekerjanya tetapi tidak rutin. Tidak
dapat dipastikan pada periode kapan pekerja mendapat makanan tambahan tersebut. Wawancara
terhadap pekerja wanita menyatakan bahwa sepertinya terserah perusahaan saja kapan memberi
makanan tambahan. Dalam periode satu tahun yang lalu pekerja wanita hanya mendapat makanan
tambahan hanya 3 kali dengan jenis makanan tambahan adalah susu dan kacang hijau.
Tabel 4. Tabulasi Silang Status Anemia Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
Status Gizi berdasar Indeks Massa Tubuh Kurang
IMT: 18 Baik
IMT: 18-25 Lebih
IMT: 26-27 Obes
IMT: 27 Total
Status Anemia berdasar Kadar Hb N N
N N N
Anemia Hb: 12 grdl
10 58,82 6 35,29
1 5,88 0 0,0 17 100
Tidak Anemia Hb: ≥ 12 grdl
5 21,74
14 60,87
3 13,04
1 4,35
23 100
Total 15
37,50 20
50,0 4
10,0 1
2,50 40
100
Tabulasi silang status anemia dengan indeks massa tubuh menunjukkan bahwa 29 pekerja
wanita yang anemia mempunyai status gizi kurang meskipun pekerja wanita yang anemia ada juga yang
mempunyai status gizi baik yaitu 35 dan 6 berstatus gizi lebih. Sebaliknya pada pekerja yang
Universitas Sumatera Utara
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008
63 tidak anemia, 21 mempunyai status gizi kurang,
60 berstatus gizi baik, 13 berstatus gizi lebih, dan 4 berstatus gizi obes. Hal ini menunjukkan
bahwa pekerja yang anemia lebih banyak mempunyai status gizi kurang yaitu 58,8,
sebaliknya pada pekerja yang tidak anemia hanya 21,7 yang mempunyai status gizi kurang bahkan
4,35 mempunyai status gizi obes.
Ukuran fisik yang terlihat dari berat badan dan tinggi badan memang merupakan dampak
konsumsi gizi tetapi lebih kepada konsumsi energi. Sedangkan anemia merupakan dampak kurangnya
konsumsi zat besi. Meskipun kondisi ukuran tubuh bukan factor mutlak terhadap kejadian anemia, akan
tetapi dapat berdampak terhadap penurunan berat badan bila anemia tersebut dibarengi dengan
timbulnya rasa sakit seperti demam, pusing, dan infeksi lainnya yang menurunkan selera makan yang
akhirnya berdampak terhadap penurunan asupan makan.
4. Keluhan Sakit yang Dialami Pekerja Wanita
Keluhan sakit merupakan rasa sakit yang bisa terjadi karena kondisi pekerjaan tertentu
ataupun karena keadaan kesehatan yang kurang baik. Kondisi pekerjaan yang dingin menuntut asupan
kalori yang tinggi untuk menghasilkan panas tubuh sehingga dapat mentralisir suhu dingin. Selain itu
kesehatan yang kurang baik yang diakibatkan kurangnya konsumsi pangan mengakibatkan tubuh
tidak dapat bekerja optimal terutama konsumsi pangan yang kurang asupan zat besi berdampak
terhadap kondisi tubuh yang lemah tak bertenaga. Tabel 5 menunjukkan berbagai keluhan sakit yang
dialami pekerja wanita pada keadaan satu minggu terakhir pada saat penelitian.
Tabel 5.
Distribusi Pekerja Wanita Berdasarkan Keluhan Sakit
No Keluhan Sakit N
1. Lemas 17 42,5
2. Menggigil 23 57,5
3. Pucat 12 30,0
4. Tangan dan Kaki Kaku
27 67,5
5. Pusing 30 75,0
6. Demam 10 25,0
Dari Tabel 5 terlihat bahwa keluhan sakit yang paling banyak dialami oleh pekerja wanita
adalah pusing. Setelah itu adalah tangan dan kaki kaku, menggigil, dan lemas. Sebaliknya keluhan
sakit yang paling sedikit dialami pekerja wanita adalah demam. Berdasarkan distribusi keluhan sakit
yang dialami pekerja wanita terlihat bahwa seorang pekerja wanita tidak hanya mempunyai satu keluhan
sakit saja, akan tetapi dapat mengalami dua atau lebih keluhan sakit. Keluhan sakit yang dialami oleh
pekerja wanita ini sebagian besar merupakan dampak anemia gizi besi. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 6.
Berdasarkan tabulasi silang status anemia dengan banyaknya keluhan sakit diketahui bahwa
pekerja wanita yang mempunyai kadar Hb 12 anemia cenderung banyak mengalami keluhan
sakit. Sebaliknya pada pekerja wanita yang tidak anemia kebanyakan tidak mempunyai keluhan sakit.
Hal ini berarti anemia yang diderita pekerja wanita merupakan penyebab dari keluhan sakit yang
dialami pekerja wanita tersebut selama ini.
Salah satu peran zat besi dalam metabolisme tubuh adalah meningkatkan imunitas dan resistensi
terhadap infeksi. Anemia akan berdampak terhadap mekanisme yang mengatur suplai oksigen ke
jaringan yaitu ekstraksi oksigen dari hemoglobin oleh jaringan dan redistribusi aliran darah ke
berbagai organ penting. Pada pekerja yang mengalami keluhan pusing dan lemas disebabkan
defisiensi besi yang mengakibatkan kerusakan produksi energi oksidatif dalam otot skeletal yang
menunjukkan berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas dengan lama, berkurangnya
oksidasi glukosa secara efisien dan tingginya penggunaan jalur glukogenik dimana laktat dari otot
diubah menjadi glukosa dalam hati Yip and Dallman, 1996.
Pada pekerja yang mempunyai keluhan menggigil, tangan dan kaki kaku hal ini berkaitan
dengan terganggunya fungsi pengaturan suhu tubuh. Defisiensi zat besi akan mengakibatkan
berkurangnya sekresi TSH Thyroid Stimulating Hormon dan hormone tiroid sehingga terganggunya
rusaknya produksi panas yang terlihat sebagai hasil dari anemia.
Tabel 6. Tabulasi Silang Status Anemia berdasarkan Keluhan Sakit
Banyaknya Keluhan Sakit Status Anemia berdasar Kadar Hb
Tidak Ada Satu Keluhan
Dua Keluhan ≥ Tiga
Total
Universitas Sumatera Utara
Volume 1, Nomor 2 Desember 2008
64
Keluhan Keluhan N N N
N N
Anemia Hb: 12 grdl
2 11,76 5 29,41 7 41,17 3
17,65 17 100 Tidak Anemia Hb:
≥ 12 grdl 17
73,91 4
17,39 2
8,69 23
100
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
1. Pekerja yang anemia lebih banyak mempunyai
status gizi kurang 58,8 dibanding pekerja yang tidak anemia mempunyai status gizi kurang
21,7. 2. Lebih banyak pekerja yang tidak anemia
mempunyai status gizi baik 60,87 dibanding pekerja anemia yang hanya mempunyai status
gizi baik 35. 3. Pekerja yang anemia lebih banyak mempunyai
keluhan sakit baik satu keluhan atau lebih dibanding pekerja yang tidak anemia.
4. 57, pekerja wanita mempunyai status gizi baik IMT: 18-25; 25 mempunyai status kurang
IMT: 18; 12,5 mempunyai status gizi lebih IMT: 25-27; dan 5 mempunyai status gizi
obes IMT: 27.
5. 42,5 pekerja wanita mengalami anemia kadar Hb 12 grdl dan 57,5 pekerja wanita tidak
mengalami anemia kadar Hb ≥ 12 grdl.
2. Saran Terhadap Perusahaan