29
Rasio Input 1.
Rasio GajiPenjualan g
Rasio GajiPenjualan merupakan rasio antara jumlah biaya gaji, upah dan tunjangan atau yang sejenisnya yang dibebankan dalam suatu tahun
terhadap paenjualan. Nilai Rasio GajiPenjualan dihitung sebagai berikut:
Nilai g menunjukkan besarnya proporsi hasil penjualan yang digunakan untuk membayar biaya tenaga kerja seperti gaji, upah, tunjangan dan
pembayaran lainnya yang berhubungan dengan penggunaan tenaga kerja. Makin tinggi nilai g menunjukkan bahwa suatu perusahaan
membutuhkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi.
2. Rasio BungaPenjualan b
Rasio BungaPenjualan merupakan rasio antara total beban bunga terhadap penjualan, tidak termasuk bunga yang dibebankan sebagai biaya
diluar usaha other expense. Nilai Rasio BungaPenjualan dihitung sebagai berikut:
3. Rasio SewaPenjualan s
Rasio SewaPenjualan merupakan rasio antara total beban dan royalti terhadap penjualan. Nilai Rasio SewaPenjualan dihitungn sebagai
berikut:
30
4. Rasio PenyusutanPenjualan py
RasionPenyusutanPenjualan merupakan rasio antara total beban penyusutan
dan amortisasi
terhadap penjualan.
Nilai Rasio
PenyusutanPenjualan dihitung sebagai berikut:
5. Rasio Input Lainnya x
Rasio Input Lainnya merupakan rasio antara total biaya-biaya yang dibebankan dalam suatu tahun buku selain beban gajiupah, sewa, bunga,
penyusutan dan beban luar usaha terhadap penjualan. Nilai Rasio Input LainnyaPenjualan dihitung sebagai berikut:
Rasio aktivitas Luar Usaha 1.
Rasio Penghasilan Luar UsahaPenjualan pl
Rasio Penghasilan Luar UsahaPenualan merupakan rasio antara total penghasilan dari luar usaha terhadap penjualan. Nilai RAsio Penghasilan
Luar UsahaPenjualan dihitung sebagai berikut:
31
2. Rasio Biaya Luar UsahaPenjualan bl
Rasio Biaya Luar UsahaPenghasilan merupakan rasio antara total biaya luar usaha terhadap penjualan. Nilai Rasio Biaya Luar UsahaPenjualan
dihitung sebagi berikut:
Keseluruhan input dan output sutu perusahaan diukur dalam bentuk rasio terhadap nilai penjualan, hubungan antar rasio dapat dirumuskan dalam
suatu persamaan antara lain:
10pn + g + b + x + OPM = 100
10pn + g + b + x + PPM – pl – bl = 100
10pn + g + b + x + NPM – pl – bl + CCTOR = 100
Ketiga Persamaan di atas menunjukkan bawha adanya keterkaitan antara rasio. Adanya keterkaitan tersebut mengakibatkan bahwa kewajaran
input dan laba suatu perusahaan dapat dinilai dari besarnya rasio masing- masing. Dengan menilai wajib pajak dengan jenis usaha yang sama
berdasarkan rasio masing-masing dengan persamaan diatas, kemudian membandingkan dengan rasio-rasio benchmarking. Diperoleh gambaran
bagaimana kemungkinan wajib pajak beroperasi serta kinerja keuangan dan kepatuhan perpajakannya.
Rasio-rasio Benchmarking dalam bentuk persamaan hubungan antar rasio digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan analisis lingkungan
32
usaha maupun dalam melakukan analisis posisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Contoh: Hubungan antar rasio benchmark jenis usaha Industri Semen dalah sebagai
berikut:
10pn + g + b + x + NPM – pl – bl + CCTOR = 100
39.88 + 8.65 + 1.15 + 40.58 + 16.24 - 1.19 - 0.06 + 6.60 = 111.97
Dari Persamaan diatas terlihat bahwa jumlah total persamaan adalah 111.97, diatas 100. Hal ini karena input berupa bahan baku dari industri
semen merupakan barang yang dikenakan PPN. Nilai pn yang tinggi menunjukkan bahwa bahan baku dari usaha ini merupakan yang dikenakan
PPN. Input berupa biaya tenaga kerja adalah sebesar 8.65, cukup tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa standar gajiupah tenaga kerja dalam jenis usaha ini tergolong tinggi. Input berupa biaya bunga adalah sebesar 1.15,
menunjukkan usaha ini mengandalkan modal sendiri dan modal pinjaman. Total persamaan ini sesuai dengan rasio benchmark.
33
3.3.2. Pemanfaatan Total Benchmarking dalam Melakukan Pengujian