Tinjauan Pemanfaatan Total Bencmarking Atas Kebenaran Pembayaran Pajak Di KPP Pratama Bandung Majalaya

(1)

1 1.1.Latar Belakang Kerja Praktek

Dalam Perkembangan ekonomi global saat ini banyak wajib pajak yang memanipulasi laporan keuangan untuk mengecilkan hitungan pajak tetapi sekarang para wajib pajak tersebut akan sulit melakukan kecurangan. Hal ini disebabkan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mengeluarkan kebijakan sistem benchmarking untuk mendeteksi potensi wajib pajak badan atau perusahaan.

Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan surat edaran pada 5 Oktober 2009 No. SE-96/PJ/2009 tentang Rasio Total Benchmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya. Aturan itu menjadi dasar penilaian kewajaran kinerja keuangan dan kewajiban para wajib pajak.

Benchmarking yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak disusun dalam suatu konsep yang di sebut Total Benchmarking. Total Benchmarking

didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait dengan tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha dengan rasio-rasio yang sama yang dianggap standar untuk kelompok usaha tertentu, serta melihat hubungan keterkaitan antar rasio untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.


(2)

Melalui sistem Total Benchmarking, Direktorat Jenderal Pajak memiliki acuan untuk melaksanakan fungsinya memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap wajib pajak serta mengidentifikasi wajib pajak mana saja dengan resiko ketidakpatuhan membayar pajaknya relatif rendah atau di luar kelaziman (undertax). Selanjutnya, Direktorat Jenderal Pajak akan menyisir wajib pajak yang nilai pembayaran pajaknya di bawah hitungan benchmarking dan mengklarifikasi wajib pajak yang pajaknya di bawah rasio kelaziman. Jika wajib pajak tidak dapat menjelaskan, dapat dilakukan tindak lanjut yang sesuai.

Bagi KPP Pratama Majalaya Total Benchmarking merupakan salah satu strategi yang berkaitan dengan upaya penggalian potensi penerimaan pajak untuk mengamankan penerimaan pajak tahun 2009 dan tahun-tahun selanjutnya.

Seringkali terjadi di KPP Pratama Majalaya, wajib pajak yang memiliki kinerja keuangan yang lebih rendah daripada Benchmarking, tidak selalu bahwa wajib pajak tersebut melakukan kewajiban pajaknya dengan tidak benar. Memerlukan diagnosa untuk menentukan apakah wajib pajak tersebut tidak mematuhi kewajibannya atau terdapat beberapa faktor yang menyebabkan wajib pajak memiliki kinerja yang berbeda dengan benchmark.

Total Benchmarking bukan suatu proses dimana wajib pajak diharuskan mengikuti standar yang ditetapkan, melainkan alat bantu yang digunakan aparat pajak di KPP Pratana Majalaya dalam membina wajib pajak dan menilai kepatuhan perpajakannya. Hal tersebut membuat penulis merasa tertarik untuk membahasnya lebih lanjut mengenai pemanfaatan Total Benchmarking tersebut ke dalam sebuah laporan kerja praktek yang berjudul “Tinjauan Pemanfaatan


(3)

Total Benchmarking Atas Kebenaran Pembayaran Pajak Di KPP Pratama Bandung Majalaya”.

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari kerja praktek lapangan ini adalah:

1. Untuk mengetahui pemanfaatan Total Benchmarking dan hubungan rasio-rasio di KPP Pratama Bandung Majalaya.

2. Untuk mengetahui pemanfaatan Total Benchmarking dalam melakukan pengujian kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bandung Majalaya. 3. Untuk mengetahui hambatan dan solusi yang dilakukan dalam melakukan

verufikasi kebenaran pembayaran pajak dengan pemanfaatan Total Benchmarking di KPP Pratama Bandung Majalaya.

1.3. Kegunaan Kerja Praktek

Kegunaan yang diharapkan penulis adalah: 1. Bagi penulis

a. Memperoleh pengalaman yang berharga guna mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja atau dunia usaha.

b. Menambah ilmu pengetahuan, khususnya praktek dan wawasan yang belum didapat di bangku kuliah.

c. Mengetahui keadaan lingkungan kerja yang sebenarnya sebagai bahan perbandingan bagi pengetahuan teoritis yang didapat diperkuliahan.


(4)

2. Bagi perusahaan

a. Ikut menunjang program akademik, serta membantu pemerintah dalam menyiapkan tenaga kerja yang berpengalaman di bidangnya.

b. Sebagai upaya untuk membantu menyiapkan tenaga terampil bagi mahasiswa yang akan terjun ke dunia kerja.

c. Menjalin kerjasama dan saling mengenal antara Instansi kerja dan pendidikan, sehingga bisa dijadikan referensi untuk menyiapkan tenaga kerja yang lebih maju dan kompetitif.

3. Bagi Pihak Luar

Penelitian dalam Kuliah Kerja Praktek ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan.

1.4. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Penulis melakukan kerja praktek untuk memperoleh data yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Majalaya, yang beralamat di Jl. Peta No.7 Bandung.

Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek yang disetujui terhitung dari tanggal 26 Juli 2010 sampai dengan 26 Agustus 2010. Kerja praktek ini dilakukan setiap hari kerja mulai dari pukul 08.00 s.d. 16.00.


(5)

5

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

2.1.1. Sejarah KPP Pratama Bandung Majalaya

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya (yang merupakan gabungan fungsi dari KPP, KP. PBB dan KARIKPA) telah dipersiapkan keberadaannya sesuai dengan SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem administrasi Perpajakan Moderen Pada Kantor Wilayah DJP dan Pembentukan KPP Pratama di Seluruh Indonesia Tahun 2007-2008. Semua ini dilakukan sehubungan dengan adanya reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasrkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007. Adapun Saat Mulai Beroperasi (SMO) KPP Pratama Majalaya adalah tanggal 28 Agustus 2007 setelah diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I.

Kantor Pelayanan Pajak Majalaya telah memiliki gedung sendiri (eks. Karikpa Bandung Satu dan Dua) yang beralamat di Jalan Peta No. 7 Bandung dan memiliki wilayah administrasi fiskal yang merupakan gabungan dari beberapa kantor pajak terdahulu, yaitu: KPP Cimahi dan KP. PBB Bandung Dua.


(6)

Walaupun secara geografis KPP Pratama Majalaya berada di wilayah Kota Bandung, tetapi wilayah yang ‘dikuasainya’ sejatinya adalah Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Garut di timur dan selatan, serta Kabupaten Cianjur di barat dan selatan.

Pada Tahun 2006, Kabupaten bandung terdiri dari 45 Kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya 431 desa dan 9 kelurahan. Sejak tahun 2007, berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2007, kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (dengan ibukota di Ngamprah). Adapun wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi tanggung jawab KPP Pratama Majalaya berjumlah 15 kecamatan, antara lain: Kecamatan Majalaya, Cileunyi dan lain-lain.

Didalam penyusunan monografi fiskal merupakan gambaran umum mengenai potensi fiskal dari wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya yang disajikan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dengan segala aspeknya dalam rangka menentukan arah kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Sedangkan data sekunder yang dijadikan acuan dalam menyusun monografi fiskal ini adalah buku ‘Kabupaten Bandung Dalam Angka 2007 terbitan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung yang bekerjasama dengan Badan Pembangunan Daerah.


(7)

Monografi Fiskal untuk daerah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya antara lain menggambarkan :

1. Keadaan ekonomi sosial dan hal-hal yang spesifik yang ada di masing-masing daerah

Sektor sosial ekonomi yang menonjol pada wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya adalah sektor pertanian tanaman pangan (termasuk perkebunan), peternakan, dan perikanan, hal ini dapat terlihat pada tingkat masyarakat yang bekerja pada usaha tersebut yang secara rata-rata mengalami peningkatan.

2. Sektor-sektor usaha yang menonjol dan mempunyai potensi perpajakan Sektor usaha yang menonjol dan potensial adalah sektor industri pengolahan, baik industri besar maupun sedang, misalnya: industri garment dan lain-lain, disamping sektor lainnya, seperti sektor perdagangan, sektor perhubungan, sektor komunikasi, sektor pariwisata, sektor peternakan dan keuangan dan perbankan serta sektor jasa konstruksi bangunan/properti.

3. Sektor-sektor strategis dari wilayah yang bersangkutan

Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, mempunyai nilai strategis yang menunjang adalah, sektor peternakan, sektor pariwisata, sektor komunikasi, sektor perdagangan dan sektor industri serta sektor jasa konstruksi bangunan/properti.


(8)

2. Potensi yang masih dapat digali dan kendala untuk menggali potensi yang ada

Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, potensi fiskal yang dapat digali adalah sektor perdagangan, sektor peternakan, sektor perikanan, dan sektor pariwisata.

Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung. Sektor ini (dahulu pernah) merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung. Guna meningkatkan penerimaan pajak (seperti PPN, PPh, PBB dan BPHTB) diwilayah administrasi fiskal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, kami berusaha ‘membedah’ seluruh aspek ekstensifikasi dan intensifikasi melalui rekomendasi-rekomendasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah.

2.1.2. Geografis

Peta wilayah yang menjadi wewenang administrasi fiskal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya berbeda dengan luas wilayah administrasi Kabupaten Bandung yang meliputi 15 kecamatan dari 30 kecamatan (sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 2007 tentang pemekaran di Kabupaten Bandung Barat).


(9)

Batas-batas wilayah Kabupaten Bandung :

Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis umum letak Kabupaten Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ – 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 30 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Adapun untuk wilayah kerja KPP Pratama Majalaya,adalah: Batas Utara Kabupaten Subang, Wilayah KPP Pratama Cimahi (Lembang, Parongpong dan sebagainya.) dan Kabupaten Sumedang; sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; sebelah Selatan Kabupaten Garut; sebelah Barat Kota Bandung dan Wilayah KPP Pratama Soreang (Pangalengan, Banjaran dan sebagainya.).

Keadaan Fisik Kabupaten Bandung (Wilayah KPP Pratama Majalaya): 1. Kabupaten Bandung Bagian Utara, merupakan gabungan variasi antara

dataran tinggi yang terdiri dari pegunungan atau bukit-bukit dan dataran rendah yang pada umumnya digunakan sebagai areal perumahan, persawahan, perkebunan.

2. Kabupaten Bandung Bagian Tengah, merupakan daerah yang cenderung stabil walaupun posisi bagian ini lebih rendah diantara lainnya. Sungai


(10)

Citarum yang membelah bagian ini pernah menjadikan sektor industri (garment/tekstil) tumbuh dan berkembang.

3. Kabupaten Bandung Bagian Timur, merupakan dataran tinggi yang didominasi oleh bukit-bukit yang memiliki potensi dan nilai strategis bagi sektor perdagangan dan jasa karena bagian ini dilalui oleh jalan raya lintas propinsi.

4. Kabupaten Bandung Bagian Barat, merupakan dataran rendah yang banyak daerahnya dipakai untuk membangun sarana perumahan (nilai tambah bagi sektor jasa konstruksi) karena aksesnya yang mudah dijangkau dari Kota Bandung serta bernilai strategis bagi sektor perikanan.

5. Kabupaten Bandung Bagian Selatan, merupakan daerah yang didominasi oleh pegunungan dan bukit-bukit. Sektor yang paling menonjol untuk bagian ini adalah perkebunan, lebih spesifik lagi yaitu perkebunan the karena berbatasan langsung dengan Kecamatan Pangalengan (Wilayah KPP Pratama Soreang). Di samping itu, sektor peternakan (yang menghasilkan susu sapi) juga menjadi andalan masyarakat di bagian ini. Semua itu tercermin dengan adanya komunitas resmi yang bernama Koperasi Pengusaha Susu Bandung Selatan (KPBS).


(11)

Wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung sesuai data tahun 2007 meliputi 15 kecamatan terdiri dari 134 desa/kelurahan, yaitu :

1. Wilayah Selatan, meliputi: - Kecamatan Kertasari - Kecamatan Pacet - Kecataman Ibun 2. Wilayah Tengah, meliputi:

- Kecamatan Majalaya - Kecamatan Solokan jeruk 3. Wilayah Utara, meliputi:

- Kecamatan Cimenyan - Kecamatan Cilengkrang - Kecamatan Cileunyi - Kecamatan Rancaekek 4. Wilayah Timur, meliputi:

- Kecamatan Nagreg - Kecamatan Cicalengka - Kecamatan Cikancung - Kecamatan Paseh 5. Wilayah Barat, meliputi:

- Kecamatan Bojongsoang - Kecamatan Ciparay


(12)

2.1.3. Aspek Usaha

Seperti telah digambarkan dalam Monografi Fiskal KPP Pratama Majalaya yang disusun tahun 2008, sektor usaha yang menonjol dan potensial untuk wilayah Kabupaten Bandung ada 3 (tiga) kelompok dan dapat digambarkan/dijelaskan sebagai berikut:

1. Sektor Perindustrian yang terdiri dari industri besar dan industri sedang merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung dan sampai saat ini masih menjadi primadona dalam kaitannya dengan penerimaan pajak karena merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bandung. Sektor ini didominasi oleh industri tekstil disusul oleh industri pakaian jadi dan industri makanan dan minuman.

2. Posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan baik besar atau eceran. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat perekonomian masyarakat yang cenderung meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan pertumbuhan jasa konstruksi (properti). Pertumbuhan yang cukup signifikan pada sektor ini juga mengakibatkan tingkat konsumsi untuk listrik, gas dan air meningkat.

3. Sektor jasa (usaha persewaan), real estat dan perbankan (keuangan) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perputaran cepat arus kas (cash flow) seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung.


(13)

2.1.4. Visi dan MIsi

Dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan Indonesia Direktorat Jenderal Pajak mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai dasar penyelenggaraan perpajakan.

Visi Direktorat Jenderal Pajak

Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Misi Direktorat Jenderal Pajak

Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

2.2. Struktur Organisasi

Dalam suatu perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar, struktur organisasi sangatlah penting, karena struktur organisasi merupakan alur job description dalam pelaksaan kerja yang baik dan terarah, serta dapat diketahui batas tanggung jawab dari suatu pekerjaan. KPP Pratama Bandung Majalaya yang merupakan suatu organisasi yang besar senantiasa mengadakan pembaharuan struktur organisasi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.


(14)

Penulis akan mengemukakan struktur organisasi dan uraian tugas di KPP Pratama Bandung Majalaya. Struktur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya dibuat dalam bentuk garis komando karena alur dan tanggung jawab secara vertikal, dimana terdapat satu komando atau pimpinan yang memerintah dari atas sampai ke bawah. Demikian pula tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan untuk mendapat penyelesaian. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar struktrur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya berikut ini :

Kepala Kantor

Kasubag

Bendahara & Pembuat Daftar Gaji

Pelaksana Kepegawaian Pelaksana Rumah Tangga Kasi Pelayanan Pelaksana Kasi Pengolahan Data & Informasi

Kasi Waskon I Kasi Waskon II Operator Console Account Representatif Account Representatif

Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Supervisor Fungsional Pemeriksa Kasi Waskon III Kasi Penagihan Kasi Ekstensifikasi Kasi Pemeriksaan Juru Sita Pajak Account Representatif Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Fungsional Penilai PBB

Sumber: KPP Pratama Bandung Majalaya

Gambar 2.1


(15)

2.3. Deskripsi Jabatan

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Memiliki wewenang dalam mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memonitor realisasi intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan. Dan memiliki tanggung jawab menegakkan disiplin pegawai memberikan penghargaan atau menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai.

2. Kepala Subbagian Umum

Memiliki wewenang dalam melaksanakan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya. 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki wewenang dalam membantu pelaksanaan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi

e-SPT dan e-filing serta bertanggung jawab dalam penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Bertanggung jawab membantu pelaksanakan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat


(16)

pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, dan pelaksanaan registrasi wajib pajak sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Kepala Seksi Penagihan

Memiliki wewenang dalam melaksanakan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta bertanggung jawab dalam penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Kepala Seksi Pemeriksaan

Bertangung jawab melaksanakan penyusunan rencana

pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Bertanggung jawab dalam penyusunan Profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pendataan obyek dan subyek


(17)

pajak. Dan bertanggung jawab dalam penilaian obyek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

9. Juru Sita Pajak

Bertanggung jawab melakukan urusan penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

10.Account Representative

Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Dan bertanggung jawab dalam penyusunan Profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

11.Operator Console

Bertanggung jawab dalam melaksanakan pemeliharaan dan monitoring data, program administrasi perpajakan, melakukan sosialisasi program administrasi perpajakan, pengecekan, perbaikan komputer dan perangkat penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian komputer dan


(18)

2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan

Di KPP Bandung Majalaya di bagi menjadi beberapa bagian. Dimana setiap bagian memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan. Kegiatan tersebut rutin dilakukan oleh setiap bagian.

Adapun kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh setiap bagian di KPP Pratama Bandung Majalaya yaitu sebagai berikut:

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

a. Menerima konsep penerbitan ketetapan pajak/produk hukum. b. Meneliti ketetapan pajak/produk hukum.

c. Menyetujui dan menandatangani ketetapan pajak/produk hukum. 2. Kepala Subbagian Umum

a. Menerima arsip in aktif (non berkas wajib pajak) yang diserahkan oleh Seksi-seksi terkait dengan membuat berita acara.

b. Menugaskan Pelaksana untuk menyimpan dan menata arsip yang masih mempunyai nilai guna berdasarkan klasifikasi arsip yang berlaku dalam filing, box atau sarana penyimpan arsip lainnya.

c. Menugaskan Pelaksana untuk membuat daftar inventaris penyimpanan arsip.

d. Menugaskan Pelaksana untuk melayani peminjaman arsip dengan membuat bon peminjaman.

e. Memantau dan mengawasi pelaksanaan tugas pemrosesan berkas/arsip. 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi


(19)

a. Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi. b. Menyusun laporan kegiatan Seksi.

c. Menyampaikan laporan kegiatan Seksi kepada Kepala Kantor. 4. Seksi Pelayanan

a. Menugaskan Pelaksana untuk menyusun program penyuluhan perpajakan.

b. Mengusulkan program penyuluhan perpajakan kepada Kepala Kantor. c. Melakukan koordinasi dengan Subbagian Umum dan Seksi terkait. d. Melaksanakan program penyuluhan.

5. Kepala Seksi Penagihan

a. Menugaskan Juru Sita Pajak untuk membuat Surat Teguran, Surat Paksa Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan. b. Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi

Komputer.

c. Meneliti konsep Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan Pemblokiran serta menyampaikan kepada Kepala Kantor untuk ditetapkan.

6. Kepala Seksi Pemeriksaan

a. Menerima penugasan dari Kepala Kantor mengenai rencana pemeriksaan pajak dari Kantor Wilayah.

b. Meneliti dan menganalisis kemampuan beban kerja Kelompok Tenaga Fungsional Pemeriksa Pajak.


(20)

c. Menugaskan Pelaksana untuk menyusun konsep penyesuaian rencana pemeriksaan pajak.

d. Menerima, meneliti dan memaraf serta menyampaikan konsep penyesuaian rencana pemeriksaan pajak kepada Kepala Kantor.

7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

a. Menerima pertanyaan secara tertulis dari wajib pajak tentang ketentuan teknis perpajakan.

b. Menugaskan AR untuk melaksanakan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak atas ketentuan perpajakan yang berlaku serta konsultasi teknis perpajakan dari permasalahan wajib pajak yang disampaikan secara lisan maupun tertulis.

c. Meneliti dan menyetujui konsep surat jawaban atas pertanyaan tentang ketentuan teknis perpajakan serta meneruskan kepada Kepala Kantor untuk ditandatangani.

d. Menugaskan AR untuk menatausahakan surat jawaban serta mengirimkannya melalui Subbagian Umum dengan Buku Ekspedisi. 8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

a. Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi.

b. Menyusun laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak.

c. Menyampaikan laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi kepada Kepala Kantor.


(21)

a. Menerima tugas dari Kepala Seksi Penagihan untuk membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer.

b. Membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan.

c. Menerima kembali Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan Pemblokiran yang telah ditandatangani Kepala Kantor serta menatausahakan dan melaksanakan.

10. Account Representative

a. Mengumpulkan, menerima atau mencari data atau informasi yang berhubungan langsung dengan isi Profil wajib pajak.

b. Membuat/memutakhirkan Profil wajib pajak pada Sistem Aplikasi Komputer dan Profil manual wajib pajak.

c. Membuat usulan rencana kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka pengawasan/pemutakhiran data wajib pajak.

d. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak berdasarkan Surat Tugas.

e. Membuat laporan hasil kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak serta laporan tindak lanjut hasil kunjungan kerja tersebut serta menyampaikan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.


(22)

11. Operator Console

a. Menerima tugas dari Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk menyajikan informasi perpajakan.

b. Memproses, menganalisa dan menyajikan informasi perpajakan. c. Menyampaikan konsep informasi perpajakan kepada Kepala Seksi. d. Pengolahan Data dan Informasi.


(23)

22

3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli 2010 – 26 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di KPP Pratama Bandung Majalaya dan penulis ditempatkan di bagian Pengawasan dan Konsultasi III. Dalam menjalankan Kerja Praktek diharapkan penulis dapat membantu dan mendukung proses perusahaan.

3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Kegiatan–kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan Kerja Praktek di KPP Pratama Bandung Majalaya adalah membantu kegiatan dari karyawan.

Adapun kegiatan rutin yang dilakukan selama mengikuti Kerja Praktek adalah sebagai berikut:

1. Merekam data atau surat yang masuk serta keluar dari Seksi Waskon III 2. Menyampaikan data yang masuk ke Seksi Waskon III

3. Data dari Seksi Waskon III kemudian disampaikan ke Kepala Seksi 4. Mendisposisikan ke staf-staf/AR di Seksi Waskon III


(24)

3.3. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1. Pemanfaatan Total Benchmark dan Hubungan Antar Rasio

Dalam meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak telah menyusun rasio Total Benchmarking. digunakan sebagai alat bantu untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak.

Rasio Total Benchmarking memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Rasio Total Benchmarking disusun berdasarkan kelompok usaha.

b. Benchmarking dilakukan atas rasio-rasio yang berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan.

c. Ada keterkaitan antar rasio benchmark.

d. Fokus pada penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan.

Proses pemanfaatan Total Benchmarking sebagi berikut:

1. Nilai rasio-rasio benchmark ditetapkan untuk masing-masing kelompok usaha berdasarkan 5 (lima) digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) wajib pajak. Klasifikasi Lapangan Usaha dimaksud adalah KLU sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-34/PJ/2003 tanggal 14 Februari 2003.

2. Penetapan rasio benchmark menggunakan data perpajakan tahun 2005 s.d. 2007.


(25)

3. Penetapan rasio-rasio benchmark untuk keseluruhan kelompok usaha dilakukan secara bertahap, dan pada tahap awal kelompok usaha yang telah selesai dilakukan penghitungan rasio-rasio benchmark sebanyak 20 (dua puluh) KLU sebagaimana tercantum dalam lampiran I surat edaran ini.

4. Untuk lebih memudahkan dalam penggunaan dan pemanfaatannya, nilai rasio-rasio benchmark akan dimuat dalam Aplikasi Profile wajib pajak Berbasis Web (Approweb).

5. Segera setelah nilai-nilai rasio benchmark termuat dalam Approweb, para

Account Representative agar memanfaatkannya dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

6. Dalam hal nilai-nilai rasio benchmark belum dapat dimuat dalam Approweb, para Account Representative agar memanfaatkannya secara manual.

7. Tindak lanjut hasil pemanfaatan Total Benchmarking yang berupa himbauan, konseling, atau pemeriksaan mengikuti ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-170/PJ/2007.

8. Memberikan masukan berdasarkan pelaksanaan di lapangan.

9. Masukan dikirimkan kepada Direktur Jenderal Pajak u.p. Direktur Transformasi Proses Bisnis.


(26)

10.Memerintahkan kepada para Kepala Kantor Wilayah DJP agar memantau pelaksanaan pemanfaatan Total Benchmarking oleh Kantor Pelayanan Pajak.

Alur pemanfaatan Total Benchmarking, sebagai berikut:

Kantor Pusat DJP Account Representative Kepala Seksi

Pengawasan dan konsultasi

Sumber: Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-96/PJ/2009

Mulai

Menetapkan rasio-rasio Total Benchmarking

Mengupload rasio benchmark ke dalam

aprroweb

Membuat KKP pemanfaatan Total Benchmarking

Menyetujui dan menandatanganiKKP

pemanfaatan Total Benchmarking Melihat Dashboard Total

Bechmarking pada Approweb

Tindak Lanjut sesuai PER-170/PJ/2007

Selesai Ada WP kategori

merah? Perlu tindak lanjut? ya ya tidak Gambar 3.1


(27)

Rasio-rasio yang berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan yang dilakukan benchmarking terdiri dari :

Rasio Kinerja Operasional

1. Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin (GPM) merupakan perbandingan anatara laba kotor terhadap penjualan. Nilai GPM dihitung sebagai berikut:

Nilai GPM menunjukkan seberapa besar proporsi penjualan perusahaan yang tersisa setelah digunakan untuk menutupi ongkos ubtuk menghasilkan atau memperoleh produk yang dijual.

2. Operating Profit Margin (OPM)

Operating Profit Margin Merupakan perbandingan antara laba bersih dari operasi terhadap penjualan. Nilai OPM dihitung sebagai berikut:

Nilai OPM menunjukkan seberapa besar proporsi penjualan perusahaan masih tersisa setelah digunakan untuk menutup seluruh biaya operasional perusahaan. Makin besar nilai OPM makin efisien dalam memanfaatkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan penjualan.


(28)

3. Pretax Profit Margin (PPM)

Pretax Profit Margin (PPM) merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum pajak terhadap penjualan. Nilai PPM dihitung sebagai berikut:

Nilai PPM menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan relatif terhadap niali penjualan. Makin besar PPM menunjukkan makin tingginya tingkat laba bersih yang dihasilkan baik dari kegiatan operasional maupun dari kegiatan lainnya.

4. Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR)

Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR) merupakan rasiopajak penghasilan terutang terhadap penjualan. Nilai CTTOR dihitung sebagai berikut:

Nilai CTTOR menunjukkan besarnya PPh yang terutang dalam suatu tahun relaif terhadap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Makin besar CTTOR menunjukkan makin besar proporsi hasil penjualan perusahaan yang digunakan untuk membayar pajak penghasilan.

5. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Nilai NPM dihitung sebagai berikur:


(29)

Nilai NPM menunjukkan besarnya laba bersih yang dihasilkan perusahaan setelah memperhiyungkan PPh yang terutang. Makin besar NPM menunjukkan makin tingginya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemilik (pemegang saham).

6. Dividend Payout Ratio (DPR)

Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio nilai pembayaran dividen terhadap laba bersih. Niali DPR dihitung sebagai berikut:

Nilai DPR menunjukkan seberapa besar proporsi laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai.

Rasio PPN

1. Rasio PPN (pn)

Rasio PPN merupakan rasio total pajak masukan yang dikreditkan oleh pengusaha kena pajak dalam satu tahun pajak terhadap penjualan, tidak termasuk pajak masukan yang dikreditan dari transaksi antar cabang. Nilai Rasio PPN dihitung sebagi berikut:


(30)

Rasio Input

1. Rasio Gaji/Penjualan (g)

Rasio Gaji/Penjualan merupakan rasio antara jumlah biaya gaji, upah dan tunjangan atau yang sejenisnya yang dibebankan dalam suatu tahun terhadap paenjualan. Nilai Rasio Gaji/Penjualan dihitung sebagai berikut:

Nilai g menunjukkan besarnya proporsi hasil penjualan yang digunakan untuk membayar biaya tenaga kerja seperti gaji, upah, tunjangan dan pembayaran lainnya yang berhubungan dengan penggunaan tenaga kerja. Makin tinggi nilai g menunjukkan bahwa suatu perusahaan membutuhkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi.

2. Rasio Bunga/Penjualan (b)

Rasio Bunga/Penjualan merupakan rasio antara total beban bunga terhadap penjualan, tidak termasuk bunga yang dibebankan sebagai biaya diluar usaha (other expense). Nilai Rasio Bunga/Penjualan dihitung sebagai berikut:

3. Rasio Sewa/Penjualan (s)

Rasio Sewa/Penjualan merupakan rasio antara total beban dan royalti terhadap penjualan. Nilai Rasio Sewa/Penjualan dihitungn sebagai berikut:


(31)

4. Rasio Penyusutan/Penjualan (py)

RasionPenyusutan/Penjualan merupakan rasio antara total beban penyusutan dan amortisasi terhadap penjualan. Nilai Rasio Penyusutan/Penjualan dihitung sebagai berikut:

5. Rasio Input Lainnya (x)

Rasio Input Lainnya merupakan rasio antara total biaya-biaya yang dibebankan dalam suatu tahun buku selain beban gaji/upah, sewa, bunga, penyusutan dan beban luar usaha terhadap penjualan. Nilai Rasio Input Lainnya/Penjualan dihitung sebagai berikut:

Rasio aktivitas Luar Usaha

1. Rasio Penghasilan Luar Usaha/Penjualan (pl)

Rasio Penghasilan Luar Usaha/Penualan merupakan rasio antara total penghasilan dari luar usaha terhadap penjualan. Nilai RAsio Penghasilan Luar Usaha/Penjualan dihitung sebagai berikut:


(32)

2. Rasio Biaya Luar Usaha/Penjualan (bl)

Rasio Biaya Luar Usaha/Penghasilan merupakan rasio antara total biaya luar usaha terhadap penjualan. Nilai Rasio Biaya Luar Usaha/Penjualan dihitung sebagi berikut:

Keseluruhan input dan output sutu perusahaan diukur dalam bentuk rasio terhadap nilai penjualan, hubungan antar rasio dapat dirumuskan dalam suatu persamaan antara lain:

10pn + g + b + x + OPM = 100%

10pn + g + b + x + PPM – (pl – bl) = 100%

10pn + g + b + x + NPM – (pl – bl) + CCTOR = 100%

Ketiga Persamaan di atas menunjukkan bawha adanya keterkaitan antara rasio. Adanya keterkaitan tersebut mengakibatkan bahwa kewajaran input dan laba suatu perusahaan dapat dinilai dari besarnya rasio masing-masing. Dengan menilai wajib pajak dengan jenis usaha yang sama berdasarkan rasio masing-masing dengan persamaan diatas, kemudian membandingkan dengan rasio-rasio benchmarking. Diperoleh gambaran bagaimana kemungkinan wajib pajak beroperasi serta kinerja keuangan dan kepatuhan perpajakannya.

Rasio-rasio Benchmarking dalam bentuk persamaan hubungan antar rasio digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan analisis lingkungan


(33)

usaha maupun dalam melakukan analisis posisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Contoh:

Hubungan antar rasio benchmark jenis usaha Industri Semen dalah sebagai berikut:

10pn + g + b + x + NPM – (pl – bl) + CCTOR = 100%

39.88% + 8.65% + 1.15% + 40.58% + 16.24% - (1.19% - 0.06%) + 6.60% = 111.97%

Dari Persamaan diatas terlihat bahwa jumlah total persamaan adalah 111.97%, diatas 100%. Hal ini karena input berupa bahan baku dari industri semen merupakan barang yang dikenakan PPN. Nilai pn yang tinggi menunjukkan bahwa bahan baku dari usaha ini merupakan yang dikenakan PPN.

Input berupa biaya tenaga kerja adalah sebesar 8.65%, cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa standar gaji/upah tenaga kerja dalam jenis usaha ini tergolong tinggi. Input berupa biaya bunga adalah sebesar 1.15%, menunjukkan usaha ini mengandalkan modal sendiri dan modal pinjaman. Total persamaan ini sesuai dengan rasio benchmark.


(34)

3.3.2. Pemanfaatan Total Benchmarking dalam Melakukan Pengujian Kepatuhan Wajib Pajak

Untuk dapat menilai kewajaran kinerja keuangan dan kepatuhan wajib pajak, perlu dilakukan adalah membandingkan analisis rasio-rasio keuangan wajib pajak dengan dengan analisis lingkungan usaha berdasarkan persamaan Total Benchmarking.

Dalam pengujian kepatuhan wajib pajak dalam benchmarking yaitu dengan menguji aspek biaya usaha. Biaya usaha meliputi Harga Pokok Penjualan. Biaya usaha wajib pajak dapat dibandingkan dengan benchmark

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membandingkan rasio HPP/Penjualan terhadap rasio benchmark, HPP/Penjualan = 100% - GPM.

2. Membandingkan rasio biaya usaha lain/penjualan terhadap rasio

benchmark dengan rasio, Biaya Usaha Lain/Penjualan = GPM – OPM. 3. Membandingkan hasil penjumlahan rasio HPP/penjualan dan Biaya Usaha

Lain/Penjualan diatas dengan rasio benchmarknya.

4. Melakukan analisis terhadap hasil pembandingan tersebut.

Contoh:


(35)

Tabel 3.1.

Rasio Laporan Keuangan PT. ABC Tahun 2006

GPM OPM g py s b x

18.74% 1.76% 5.42% 0.91% 1.87% 0.00% 13.97%

Tabel 3.2.

Rasio Total Benchmarking Tahun Pajak 2006

GPM OPM g py s b x

13.74% 8.58% 4.90% 4.39% 1.67% 1.53% 18.15%

Sumber : Surat Edaran direktur Jenderal Pajak No. SE-68/PJ/2010

Biaya Usaha WP Benchmark Selisih

1. HPP (100%-GPM) 81.25% 86.26% -5.01%

2. Biaya Usaha Lain (GPM-OPM) 12.97% 5.16% 7.81%

3. Jumlah (1+2) 94.22% 91.42% 2.80%

4. Jumlah g + py + s + b + x 19.28% 30.64% -11.16% 5. Pemakaian Barang Dagangan (3-4) 74.94% 60.78% 14.16%

6. Jumlah (4+5) 94.22% 91.42% 2.80%

Berdasarkan pembandingna rasio diatas diketahui bahwa kinerja oerasional perusahaan masih dibawah benchmark karena beban usaha wajib pajak berada 1.39% diatas benchmark. Tingginya beban usaha tersebut karena biaya usaha lain berada 3.71% diatas benchmark. Dengan demikian penelitian harus di fokuskan pada beban usaha lain.


(36)

Perbandingan antara rasio g, py, s, b dan x wajib pajak terhadap benchmark

menunjukkan bahwa masih di bawah benchmark. Dapat disimpulkan bahwa:

1) Rasio g wajib pajak lebih rendah dari benchmark disebabkan WP menggunakan pekerja yang lebih sedikit karena pemanfaatan teknologi yang intensif dan membayar upah yang lebih murah karena faktor lokasi. 2) Rasio py wajib pajak lebih rendah dari benchmark disebabkan wajib

pajak tidak melakukan investasi dalam bentuk barang modal dalam beberapa tahun terkhir.

3) Rasio s wajib pajak lebih tinggi dari benchmark disebabkan perusahaan lebih mengandalkan aktiva yang disewa dari pihak lain dalam operasionak perusahaan dibandingkan membeli sendiri.

4) Rasio pemakaian bahan terhadap penjualan wajib pajak di atas benchmark. Berarti bahwa wajib pajak lebih tidak efisien dalam menggunakan bahan baku atau bahan pembantu dan harga perolehan bahan lebih tinggi.

Dari selisih diatas terlihat bahwa selisih pemakaian bahan/penjualan terhadap benchmark memiliki tingkat resiko ketidakbenaran yang paling tinggi. Dan dari perbandingan tersebut memiliki tingkat kewajaran di atas


(37)

3.3.3. Hambatan-Hambatan dan Solusi dalam Melaksanakan Verifikasi Kebenaran Pembayaran Pajak dengan Pemanfaatan Total Benchmarking

Hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Majalaya adalah:

1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah dibentuk.

2. Supply data dari sektor terkait yang kadang sulit didapat karena masalah penegakan hukum (termasuk pemeriksaan dan pengawasan subyek dan obyek pajak).

3. Terbatasnya tenaga penyuluh perpajakan.

4. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat wajib pajak terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban perpajakannya.

Solusi yang telah dan akan dilakukan diantaranya adalah: 1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi

2. Melakukan evaluasi secara berkala

3. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data 4. Penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan serta


(38)

37

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan atas pengamatan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rasio Total Benchmarking dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak. Rasio-rasio yang digunakan dalam Total Benchmarking terdiri dari 14 rasio yang mengukur kinerja operasional, rasio input, rasio PPN dan rasio aktivitas luar usaha. Hubungan antar rasio dapat dirumuskan dalam suatu persamaan antara lain:

10pn + g + b + x + OPM = 100%

10pn + g + b + x + PPM – (pl – bl) = 100%

10pn + g + b + x + NPM – (pl – bl) + CCTOR = 100%

2. Untuk dapat menilai kewajaran kinerja keuangan dan kepatuhan wajib pajak, perlu dilakukan adalah membandingkan analisis rasio-rasio keuangan wajib pajak dengan dengan analisis lingkungan usaha berdasarkan persamaan Total Benchmarking dengan menguji aspek biaya usaha. Biaya usaha meliputi Harga Pokok Penjualan.


(39)

1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah dibentuk

2. Supply data dari sektor terkait yang kadang sulit didapat karena masalah penegakan hukum (termasuk pemeriksaan dan pengawasan subyek dan obyek pajak)

3. Terbatasnya tenaga penyuluh perpajakan

4. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat wajib pajak terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban perpajakannya.

Solusi yang telah dan akan dilakukan diantaranya adalah: 1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi

2. Melakukan evaluasi secara berkala

3. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data 4. Penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan serta moderenisasi


(40)

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Dengan adanya Total Benchmarking diharapkan dapat menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dengan lebih baik.

2. Dapat mendeteksi wajib pajak dengan resiko ketidahpatuhan yang tinggi dengan lebih baik dan dilakukan tindak lajut yang sesuai.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan Total Benchmarking dan dilakukan penyempurnaan atas Total Benchmarking.


(41)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang SI

Program Studi Manajemen

Oleh :

NAMA : MELANI KARLINA

NIM

: 21207137

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(42)

Nama : Melani Karlina

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 30 Mei 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Rancasawo No.130 Rt. 03 Rw.19

Ciwastra-Bandung 40286

Pendidikan Formal

1. SD Negeri Rancasawo 01 Tahun 1994-2000

2. SMP Negeri 48 Bandung Tahun 2000-2003

3. SMA Negeri 25 Bandung Tahun 2003-2006

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, November 2010


(1)

3.3.3. Hambatan-Hambatan dan Solusi dalam Melaksanakan Verifikasi Kebenaran Pembayaran Pajak dengan Pemanfaatan Total Benchmarking

Hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Majalaya adalah:

1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah dibentuk.

2. Supply data dari sektor terkait yang kadang sulit didapat karena masalah penegakan hukum (termasuk pemeriksaan dan pengawasan subyek dan obyek pajak).

3. Terbatasnya tenaga penyuluh perpajakan.

4. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat wajib pajak terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban perpajakannya.

Solusi yang telah dan akan dilakukan diantaranya adalah: 1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi

2. Melakukan evaluasi secara berkala

3. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data 4. Penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan serta


(2)

37 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan atas pengamatan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rasio Total Benchmarking dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak. Rasio-rasio yang digunakan dalam Total Benchmarking terdiri dari 14 rasio yang mengukur kinerja operasional, rasio input, rasio PPN dan rasio aktivitas luar usaha. Hubungan antar rasio dapat dirumuskan dalam suatu persamaan antara lain:

10pn + g + b + x + OPM = 100%

10pn + g + b + x + PPM – (pl – bl) = 100%

10pn + g + b + x + NPM – (pl – bl) + CCTOR = 100%

2. Untuk dapat menilai kewajaran kinerja keuangan dan kepatuhan wajib pajak, perlu dilakukan adalah membandingkan analisis rasio-rasio keuangan wajib pajak dengan dengan analisis lingkungan usaha berdasarkan persamaan Total Benchmarking dengan menguji aspek biaya usaha. Biaya usaha meliputi Harga Pokok Penjualan.


(3)

1. Belum optimalnya fungsi tim ekstensifikasi dan intensifikasi yang telah dibentuk

2. Supply data dari sektor terkait yang kadang sulit didapat karena masalah penegakan hukum (termasuk pemeriksaan dan pengawasan subyek dan obyek pajak)

3. Terbatasnya tenaga penyuluh perpajakan

4. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat wajib pajak terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban perpajakannya.

Solusi yang telah dan akan dilakukan diantaranya adalah: 1. Meningkatkan kualitas frekuensi koordinasi

2. Melakukan evaluasi secara berkala

3. Melakukan canvassing, konseling, penyuluhan dan optimalisasi data 4. Penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan serta moderenisasi


(4)

39

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Dengan adanya Total Benchmarking diharapkan dapat menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dengan lebih baik.

2. Dapat mendeteksi wajib pajak dengan resiko ketidahpatuhan yang tinggi dengan lebih baik dan dilakukan tindak lajut yang sesuai.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan Total Benchmarking dan dilakukan penyempurnaan atas Total Benchmarking.


(5)

DI KPP PRATAMA BANDUNG MAJALAYA

Laporan Kerja Praktek

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang SI

Program Studi Manajemen

Oleh :

NAMA : MELANI KARLINA

NIM

: 21207137

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Melani Karlina

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 30 Mei 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Rancasawo No.130 Rt. 03 Rw.19 Ciwastra-Bandung 40286

Pendidikan Formal

1. SD Negeri Rancasawo 01 Tahun 1994-2000 2. SMP Negeri 48 Bandung Tahun 2000-2003 3. SMA Negeri 25 Bandung Tahun 2003-2006

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, November 2010