Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Di KPP Pratama Bandung Majalaya

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia merupakan program pemerintah dalam memajukan bangsa dengan cara membangun dalam segala bidang, misalnya pembangunan dalam bidang ekonomi, social dan budaya sebagaimana tercantum dalam undang-undang. Pembanguna di Indonesia di tujukan untuk mensejahtrakan rakyat Indoneia. Tapi dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila tidak ada kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembanguanan tersebut berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat dan bangsa Indonsia, di samping itu ada hal yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan yaitu dana atau biaya untuk pembangunan itu sendiri, salah satu sumber dana yang paling besar adalah dari pajak.

Selama ini upaya penegakan hokum belum berjalan efektif, hal ini terlihat dari masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak, masih banyaknya subjek potensial yang belum dilaporkan atau belum dihitung secara benar oleh wajib pajak, maupun banyaknya utang pajak yang belum dibayar penegakan hokum dapat di lakukan dengan pemeriksaan, pemeriksaan pajak merupakan instreumen untuk menentukan kepatuhan baik formal maupun material yang tujuan utamanya adalah untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


(2)

Wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan di tentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan kegotong royongan nasional melalui system menghitung, menperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali,sederhana dan mudah untuk dipahami oleh masyarakat wajib pajak.

Undang – undang No. 7 tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan

(PPh) berlaku sejak 1 januari 1984. Undang – undang ini telah beberapa kali

mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan undang – undang

Nomor 36 Tahun 2008.

Undang – undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan

pajak penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak

yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam undang – undang PPh

disebut wajib pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir pada tahun pajak.


(3)

Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan, yang wajib dipotong, disetorkan dan dilaporkan oleh pemberi kerja wajib pajak orang peribadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak Luar Negeri. PPh Pasal 21 merupakan Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang peribadi subjek pajak Dalam Negeri.

Adapun kendala utama yang dihadapi dalam pembayaran pajak adalah masih banyak wajib pajak yang tidak patuh karena sering terjadi keterlambatan pembayaran pajak, akibatnya penerimaan pajak yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Majalaya belum optimal, hal ini menunjukan bahwa kepatuhan wajib pajak sangat diperlukan dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan, hal ini dilakukan sendiri oleh wajib pajak maka hal tersebut memungkinkan wajib pajak untuk tidak patuh yaitu

dengan adanya keterlambatan pemenuhan kewajiban perpajakan,

berdasarkan hal tersebut jumlah penghasilan wajib pajak menjadi dasar perhitungan PPh pasal 21.

Berdasarkan uraian diatas, maka Penulis bermaksud untuk membuat Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul : PROSEDUR PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA KPP PRATAMA BANDUNG MAJALAYA


(4)

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari kerja praktek lapangan ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosedur perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 21 pada KPP PRATAMA BANDUNG MAJALAYA

1.3. Kegunaan Kerja Praktek

Kegunaan yang diharapkan penulis adalah:

1. Bagi penulis

a. Memperoleh pengalaman secara langsung dalam mempelajari

perhitungan PPh pasal 21.

b. Menambah ilmu pengetahuan, khususnya tentang perpajakan.

c. Mengetahui keadaan lingkungan kerja yang sebenarnya sebagai

bahan perbandingan bagi pengetahuan teoritis yang didapat diperkuliahan.

2. Bagi perusahaan

a. Ikut menunjang program akademik, serta membantu pemerintah

dalam menyiapkan tenaga kerja yang berpengalaman di bidangnya.

b. Sebagai upaya untuk membantu menyiapkan tenaga terampil bagi

mahasiswa yang akan terjun ke dunia kerja.

c. Menjalin kerjasama dan saling mengenal antara Instansi kerja dan

pendidikan, sehingga bisa dijadikan referensi untuk menyiapkan tenaga kerja yang lebih maju dan kompetitif.


(5)

3. Bagi Pihak Luar

Penelitian dalam Kuliah Kerja Praktek ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan.

1.1. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Penulis melakukan kerja praktek untuk memperoleh data yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Majalaya, yang beralamat di Jl. Peta No.7 Bandung.

Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek yang disetujui terhitung dari tanggal 26 Juli 2010 sampai dengan 26 Agustus 2010. Kerja praktek ini dilakukan setiap hari kerja mulai dari pukul 08.00 s.d. 16.00.


(6)

6

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

2.1.1. Sejarah KPP Pratama Bandung Majalaya

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya (yang merupakan gabungan fungsi dari KPP, KP. PBB dan KARIKPA) telah dipersiapkan keberadaannya sesuai dengan SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem administrasi Perpajakan Moderen Pada Kantor Wilayah DJP dan Pembentukan KPP Pratama di Seluruh Indonesia Tahun 2007-2008. Semua ini dilakukan sehubungan dengan adanya reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasrkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007. Adapun Saat Mulai Beroperasi (SMO) KPP Pratama Majalaya adalah tanggal 28 Agustus 2007 setelah diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I.

Kantor Pelayanan Pajak Majalaya telah memiliki gedung sendiri (eks. Karikpa Bandung Satu dan Dua) yang beralamat di Jalan Peta No. 7 Bandung dan memiliki wilayah administrasi fiskal yang merupakan gabungan dari beberapa kantor pajak terdahulu, yaitu: KPP Cimahi dan KP. PBB Bandung Dua.

Walaupun secara geografis KPP Pratama Majalaya berada di

wilayah kota Bandung, tetapi wilayah yang ‘dikuasainya’ sejatinya adalah


(7)

kabupaten Bandung. Kabipaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Garut di timur dan selatan, serta Kabupaten Cianjur di barat dan selatan.

Pada Tahun 2006, Kabupaten bandung terdiri dari 45 Kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya 431 desa dan 9 kelurahan. Sejak tahun 2007, berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2007, kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (dengan ibukota di Ngamprah). Adapun wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi tanggung jawab KPP Pratama Majalaya berjumlah 15 kecamatan, antara lain: Kecamatan Majalaya, Cileunyi dan lain-lain.

Didalam penyusunan monografi fiskal merupakan gambaran umum mengenai potensi fiskal dari wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya yang disajikan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dengan segala aspeknya dalam rangka menentukan arah kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Sedangkan data sekunder yang dijadikan acuan

dalam menyusun monografi fiskal ini adalah buku ‘Kabupaten Bandung

Dalam Angka 2007 terbitan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung yang bekerjasama dengan Badan Pembangunan Daerah.

Monografi Fiskal untuk daerah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya antara lain menggambarkan :


(8)

1. Keadaan ekonomi sosial dan hal-hal yang spesifik yang ada di masing-masing daerah

Sektor sosial ekonomi yang menonjol pada wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya adalah sektor pertanian tanaman pangan (termasuk perkebunan), peternakan, dan perikanan, hal ini dapat terlihat pada tingkat masyarakat yang bekerja pada usaha tersebut yang secara rata-rata mengalami peningkatan.

2. Sektor-sektor usaha yang menonjol dan mempunyai potensi perpajakan

Sektor usaha yang menonjol dan potensial adalah sektor industri pengolahan, baik industri besar maupun sedang, misalnya: industri garment dan lain-lain, disamping sektor lainnya, seperti sektor

perdagangan, sektor perhubungan, sektor komunikasi, sektor

pariwisata, sektor peternakan dan keuangan dan perbankan serta sektor jasa konstruksi bangunan/properti.

3. Sektor-sektor strategis dari wilayah yang bersangkutan

Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, mempunyai nilai strategis yang menunjang adalah, sektor peternakan, sektor pariwisata, sektor komunikasi, sektor perdagangan dan sektor industri serta sektor jasa konstruksi bangunan/properti.

2. Potensi yang masih dapat digali dan kendala untuk menggali potensi


(9)

Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, potensi fiskal yang dapat digali adalah sektor perdagangan, sektor peternakan, sektor perikanan, dan sektor pariwisata.

Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung. Sektor ini (dahulu pernah) merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung. Guna meningkatkan penerimaan pajak (seperti PPN, PPh, PBB dan BPHTB) diwilayah administrasi fiskal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, kami berusaha

‘membedah’ seluruh aspek ekstensifikasi dan intensifikasi melalui

rekomendasi-rekomendasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah.

2.1.2. Geografis

Peta wilayah yang menjadi wewenang administrasi fiskal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya berbeda dengan luas wilayah administrasi Kabupaten Bandung yang meliputi 15 kecamatan dari 30 kecamatan (sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 2007 tentang pemekaran di Kabupaten Bandung Barat).

Batas-batas wilayah Kabupaten Bandung :

Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa


(10)

Kabupaten Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ – 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 30 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Adapun untuk wilayah kerja KPP Pratama Majalaya,adalah: Batas Utara Kabupaten Subang, Wilayah KPP Pratama Cimahi (Lembang, Parongpong dan sebagainya.) dan Kabupaten Sumedang; sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; sebelah Selatan Kabupaten Garut; sebelah Barat Kota Bandung dan Wilayah KPP Pratama Soreang (Pangalengan, Banjaran dan sebagainya.).

Keadaan Fisik Kabupaten Bandung (Wilayah KPP Pratama Majalaya):

1. Kabupaten Bandung Bagian Utara, merupakan gabungan variasi antara

dataran tinggi yang terdiri dari pegunungan atau bukit-bukit dan dataran rendah yang pada umumnya digunakan sebagai areal perumahan, persawahan, perkebunan.

2. Kabupaten Bandung Bagian Tengah, merupakan daerah yang cenderung

stabil walaupun posisi bagian ini lebih rendah diantara lainnya. Sungai Citarum yang membelah bagian ini pernah menjadikan sektor industri (garment/tekstil) tumbuh dan berkembang.

3. Kabupaten Bandung Bagian Timur, merupakan dataran tinggi yang


(11)

bagi sektor perdagangan dan jasa karena bagian ini dilalui oleh jalan raya lintas propinsi.

4. Kabupaten Bandung Bagian Barat, merupakan dataran rendah yang

banyak daerahnya dipakai untuk membangun sarana perumahan (nilai tambah bagi sektor jasa konstruksi) karena aksesnya yang mudah dijangkau dari Kota Bandung serta bernilai strategis bagi sektor perikanan.

5. Kabupaten Bandung Bagian Selatan, merupakan daerah yang

didominasi oleh pegunungan dan bukit-bukit. Sektor yang paling menonjol untuk bagian ini adalah perkebunan, lebih spesifik lagi yaitu perkebunan the karena berbatasan langsung dengan Kecamatan Pangalengan (Wilayah KPP Pratama Soreang). Di samping itu, sektor peternakan (yang menghasilkan susu sapi) juga menjadi andalan masyarakat di bagian ini. Semua itu tercermin dengan adanya komunitas resmi yang bernama Koperasi Pengusaha Susu Bandung Selatan (KPBS).

Wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung sesuai data tahun 2007 meliputi 15 kecamatan terdiri dari 134 desa/kelurahan, yaitu :

1. Wilayah Selatan, meliputi:

- Kecamatan Kertasari

- Kecamatan Pacet


(12)

2. Wilayah Tengah, meliputi:

- Kecamatan Majalaya

- Kecamatan Solokan jeruk

3. Wilayah Utara, meliputi:

- Kecamatan Cimenyan

- Kecamatan Cilengkrang

- Kecamatan Cileunyi

- Kecamatan Rancaekek

4. Wilayah Timur, meliputi:

- Kecamatan Nagreg

- Kecamatan Cicalengka

- Kecamatan Cikancung

- Kecamatan Paseh

5. Wilayah Barat, meliputi:

- Kecamatan Bojongsoang

- Kecamatan Ciparay

2.1.3 Gambaran Sektor Usaha

Seperti telah digambarkan dalam Monografi Fiskal KPP Pratama Majalaya yang disusun tahun 2008, sektor usaha yang menonjol dan potensial untuk wilayah Kabupaten Bandung ada 3 (tiga) kelompok dan dapat digambarkan/dijelaskan sebagai berikut:


(13)

1. Sektor Perindustrian yang terdiri dari industri besar dan industri sedang merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung dan sampai saat ini masih menjadi primadona dalam kaitannya dengan penerimaan pajak karena merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bandung. Sektor ini didominasi oleh industri tekstil disusul oleh industri pakaian jadi dan industri makanan dan minuman.

2. Posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan baik besar atau eceran.

Hal ini berbanding lurus dengan tingkat perekonomian masyarakat yang cenderung meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan pertumbuhan jasa konstruksi (properti). Pertumbuhan yang cukup signifikan pada sektor ini juga mengakibatkan tingkat konsumsi untuk listrik, gas dan air meningkat.

3. Sektor jasa (usaha persewaan), real estat dan perbankan (keuangan)

adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perputaran cepat arus kas (cash flow) seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Bandung.

2.1.4. Visi dan MIsi

Dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan Indonesia Direktorat Jenderal Pajak mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai dasar penyelenggaraan perpajakan.


(14)

Visi Direktorat Jenderal Pajak

Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Misi Direktorat Jenderal Pajak

Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien

2.2. Struktur Organisasi

Dalam suatu perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar, struktur organisasi sangatlah penting, karena struktur organisasi merupakan alur job description dalam pelaksaan kerja yang baik dan terarah, serta dapat diketahui batas tanggung jawab dari suatu pekerjaan. KPP Pratama Bandung Majalaya yang merupakan suatu organisasi yang besar senantiasa mengadakan pembaharuan struktur organisasi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.

Penulis akan mengemukakan struktur organisasi dan uraian tugas di KPP Pratama Bandung Majalaya. Struktur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya dibuat dalam bentuk garis komando karena alur dan tanggung jawab secara vertikal, dimana terdapat satu komando atau pimpinan yang memerintah dari atas


(15)

sampai ke bawah. Demikian pula tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan untuk mendapat penyelesaian. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar struktrur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya berikut ini :

2.3. Deskripsi Jabatan

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Memiliki wewenang dalam mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

2.3. Deskripsi Jabatan

Kepala Kantor

Kasubag

Bendahara & Pembuat Daftar Gaji

Pelaksana Kepegawaian Pelaksana Rumah Tangga Kasi Pelayanan Pelaksana Kasi Pengolahan Data & Informasi

Kasi Waskon I Kasi Waskon II Operator Console Account Representatif Account Representatif

Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Supervisor Fungsional Pemeriksa Kasi Waskon III Kasi Penagihan Kasi Ekstensifikasi Kasi Pemeriksaan Juru Sita Pajak Account Representatif Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Fungsional Penilai PBB

Sumber: KPP Pratama Bandung Majalaya

Gambar 2.1


(16)

2.3. Deskripsi Jabatan

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Memiliki wewenang mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memonitor realisasi intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan. Dan memiliki tanggung jawab menegakkan disiplin pegawai memberikan penghargaan atau menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai

2. Kepala Subbagian Umum

Memiliki wewenang dalam melaksanakan tugas pelayanan kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Memiliki wewenang dalam membantu pelaksanaan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen

perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi

e-SPT dan e-filing serta bertanggung jawab dalam penyiapan laporan

kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Bertanggung jawab membantu pelaksanakan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat


(17)

pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, dan pelaksanaan registrasi wajib pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Kepala Seksi Penagihan

Memiliki wewenang dalam melaksanakan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta bertanggung jawab dalam penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Kepala Seksi Pemeriksaan

Bertangung jawab melaksanakan penyusunan rencana

pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Bertanggung jawab dalam penyusunan Profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengamatan potensi perpajakan, pencarian data dari pihak ketiga, pendataan obyek dan subyek


(18)

pajak. Dan bertanggung jawab dalam penilaian obyek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

9. Juru Sita Pajak

Bertanggung jawab melakukan urusan penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

10.Account Representative

Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Dan bertanggung jawab dalam penyusunan Profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

11.Operator Console

Bertanggung jawab dalam melaksanakan pemeliharaan dan monitoring data, program administrasi perpajakan, melakukan sosialisasi program administrasi perpajakan, pengecekan, perbaikan komputer dan perangkat penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian komputer dan


(19)

2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan

Di KPP Bandung Majalaya di bagi menjadi beberapa bagian.

Dimana setiap bagian memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling berkaitan. Kegiatan tersebut rutin dilakukan oleh setiap bagian.

Adapun kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh setiap bagian di

KPP Pratama Bandung Majalaya yaitu sebagai berikut:

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

a. Menerima konsep penerbitan ketetapan pajak/produk hukum.

b. Meneliti ketetapan pajak/produk hukum.

c. Menyetujui dan menandatangani ketetapan pajak/produk hukum.

2. Kepala Subbagian Umum

a. Menerima arsip in aktif (non berkas wajib pajak) yang diserahkan

oleh Seksi-seksi terkait dengan membuat berita acara.

b. Menugaskan Pelaksana untuk menyimpan dan menata arsip yang

masih mempunyai nilai guna berdasarkan klasifikasi arsip yang berlaku dalam filing, box atau sarana penyimpan arsip lainnya.

c. Menugaskan Pelaksana untuk membuat daftar inventaris

penyimpanan arsip.

d. Menugaskan Pelaksana untuk melayani peminjaman arsip dengan

membuat bon peminjaman.

e. Memantau dan mengawasi pelaksanaan tugas pemrosesan


(20)

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

a. Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi.

b. Menyusun laporan kegiatan Seksi.

c. Menyampaikan laporan kegiatan Seksi kepada Kepala Kantor.

4. Seksi Pelayanan

a. Menugaskan Pelaksana untuk menyusun program penyuluhan

perpajakan.

b. Mengusulkan program penyuluhan perpajakan kepada Kepala

Kantor.

c. Melakukan koordinasi dengan Subbagian Umum dan Seksi terkait.

d. Melaksanakan program penyuluhan.

5. Kepala Seksi Penagihan

a. Menugaskan Juru Sita Pajak untuk membuat Surat Teguran, Surat

Paksa Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan.

b. Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem

Aplikasi Komputer.

c. Meneliti konsep Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, dan Surat

Permintaan Pemblokiran serta menyampaikan kepada Kepala Kantor untuk ditetapkan.

6. Kepala Seksi Pemeriksaan

a. Menerima penugasan dari Kepala Kantor mengenai rencana


(21)

b. Meneliti dan menganalisis kemampuan beban kerja Kelompok Tenaga Fungsional Pemeriksa Pajak.

c. Menugaskan Pelaksana untuk menyusun konsep penyesuaian

rencana pemeriksaan pajak.

d. Menerima, meneliti dan memaraf serta menyampaikan konsep

penyesuaian rencana pemeriksaan pajak kepada Kepala Kantor.

7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi

a. Menerima pertanyaan secara tertulis dari wajib pajak tentang

ketentuan teknis perpajakan.

b. Menugaskan AR untuk melaksanakan bimbingan/himbauan kepada

wajib pajak atas ketentuan perpajakan yang berlaku serta konsultasi teknis perpajakan dari permasalahan wajib pajak yang disampaikan secara lisan maupun tertulis.

c. Meneliti dan menyetujui konsep surat jawaban atas pertanyaan

tentang ketentuan teknis perpajakan serta meneruskan kepada Kepala Kantor untuk ditandatangani.

d. Menugaskan AR untuk menatausahakan surat jawaban serta

mengirimkannya melalui Subbagian Umum dengan Buku Ekspedisi.

8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

a. Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi.

b. Menyusun laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan


(22)

c. Menyampaikan laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi kepada Kepala Kantor.

9. Juru Sita Pajak

a. Menerima tugas dari Kepala Seksi Penagihan untuk membuat Surat

Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer.

b. Membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan

Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan.

c. Menerima kembali Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan

Pemblokiran yang telah ditandatangani Kepala Kantor serta menatausahakan dan melaksanakan.

10. Account Representative

a. Mengumpulkan, menerima atau mencari data atau informasi yang

berhubungan langsung dengan isi Profil wajib pajak.

b. Membuat/memutakhirkan Profil wajib pajak pada Sistem Aplikasi

Komputer dan Profil manual wajib pajak.

c. Membuat usulan rencana kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak

dalam rangka pengawasan/pemutakhiran data wajib pajak.

d. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak berdasarkan Surat


(23)

e. Membuat laporan hasil kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak serta laporan tindak lanjut hasil kunjungan kerja tersebut serta menyampaikan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

11. Operator Console

a. Menerima tugas dari Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi

untuk menyajikan informasi perpajakan.

b. Memproses, menganalisa dan menyajikan informasi perpajakan.

c. Menyampaikan konsep informasi perpajakan kepada Kepala Seksi.

d. Pengolahan Data dan Informasi.

e. Menatausahakan informasi perpajakan dalam file tersendiri sebagai


(24)

24 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli 2010 –

26 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di KPP Pratama

Bandung Majalaya dan penulis ditempatkan di bagian Pengolaha Data dan

Informasi (PDI). Dalam menjalankan Kerja Praktek diharapkan penulis dapat membantu dan mendukung proses perusahaan.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Kegiatan–kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan Kerja

Praktek di KPP Pratama Bandung Majalaya adalah membantu kegiatan dari karyawan.

Adapun kegiatan rutin yang dilakukan selama mengikuti Kerja Praktek adalah sebagai berikut:

1. merekam SPT,

2. Pajak Pertambahan niali (PPN), dan


(25)

3.3. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1. Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap adalah Penghasilan Kena Pajak.

2. Menghitung Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal 21 adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan :

a. Biaya jabatan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (3)

Undang-Undang Pajak Penghasilan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-250/PMK. 03/2008, besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan ditetapkan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp 500.000,00 sebulan.

b. Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto untuk penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pensiunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen)


(26)

dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun atau Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan.

Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah bagi:

a. Wajib Pajak : Rp 15.840.000,-

b. Tambahan status kawin : Rp 1.320.000,-

c. Istri Bekerja : Rp 15.840.000,-

d. Tambahan tanggungan : Rp 1.320.000,- (Maksimal 3)

Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;

b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri

ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP


(27)

untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

4. Ketentuan Penghitungan PPh Pasal 21

a. Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa

pajak, tarif diterapkan atas perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1 (satu) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut:

Atas penghasilan yang bersifat teratur : = Jumlah Penghasilan Teratur Sebulan x 12

Atas tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur : = (Penghasilan Teratur Sebulan x 12) + Penghasilan Tidak Teratur

b. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap masa pajak

adalah:

Atas penghasilan yang bersifat teratur : = PPh Terutang atas Jumlah Penghasilan Teratur

Atas tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur :

= (PPh Terutang Penghasilan Tidak Teratur - PPh Terutang Penghasilan Teratur)


(28)

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong tersebut adalah sebesar 120 % (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Pemotongan PPh Pasal 21 tersebut hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final. Penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi, mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

d. Saat Terutang PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan. PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26 untuk setiap masa pajak. Saat terutang untuk setiap masa pajak sebagaimana dimaksud tersebut adalah akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.


(29)

Rincian Perhitungan PPh pasal 21

a. Penghasilan Bruto

1. Gaji sebulan xxx

2. Tunjangan PPh xxx

3. Tunjangan dan honorium lainnya xxx

4. Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja xxx

5. Penerimaan dalam bentuk natural yang yang di

Kenakanpemotongan PPh pasal 21 xxx

6. Jumlah penghasilan Bruto xxx

b. Pengurangan

7. Biaya Jabatan (5% X penghasilan bruto) xxx

8. Iuran Pensiun atau Iuran THT/JHT xxx

9. Jumlah pengurangan xxx

c. Pengurangan PPh Pasal 21

10.Penghailan Neto sebulan (6-9) xxx

11.Penghasilan neto setahun (10 X 12 bln) xxx

12.Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) (xxx)

13.Penghasilan Kena pajak setahun (11-12) xxx

14.PPh Pasal 21 terutang (13 X tariff psl 17) xxx


(30)

Contoh Perhitungan PPh Pasal 21

Pegawai Tetap Penerima Penghasilan Bulanan

Gaji Bulanan

Indra adalah seorang pegawai pada perusahaan PT. FITZGER, menikah tanpa anak NPWP 04.131.122.0002.000, memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 2.000.000. PT. FITZGER mengikuti program jamsostek, premi jaminan kecelakaan kerja dan Premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. PT. FITZGER menanggung iuran jaminan hari tuasetiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan indra membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT. FITZGER juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT. FITZGER menmbayar iuran pensiun untuk Indra ke dana pensiunyang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000, sedangkan Indra membayar sendiri Iuran pensiun sebesar Rp 50.000.

Perhitungan PPh Pasal 21

Gaji bulanan Rp 2000.000

Premi Jaminan Kecelakaan Rp 10.000

Premi Jaminan Kematian Rp 6.000

Penghasilan Bruto Rp 2.016.000


(31)

1. Biaya Jabatan

5% X 2.016.000 Rp 100.000

2. Iuran pensiun Rp 50.000

3. Iuran jaminan hari tua Rp 40.000

(Rp 190.000)

Penghasilan Neto sebulan Rp 1.826.000

Penghasilan Neto Setahun

12 X 1.825.000 Rp 21.912.000

PTKP

Untuk WP Sendiri Rp 15.480.000

Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000

Rp 17.000.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 4.752.000

PPh Pasal 21 Terutang

5% X 4.752.000 Rp 237.600

PPh Pasal 21 Sebulan


(32)

32 4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21,

menggunakan dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 dengan dasar penghasilan kena pajak yaitu sebesar penghasilan neto di kurangi penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang mana harus sesuai dengan ketentuan perhitungan PPh Pasal 21.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat di berikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

Perhitungan Pajak Penghasilan dalam SPT PPh Pasal 21 wajib pajak orang peribadi seharusnya dilakukan oleh wajib pajak sendiri, namun dalam prakteknya kebanyakan kebanyakan perhitungan diserahkan kepada satu pihak yaitu akuntan, sehingga membutuhkan proses yang memakan waktu lebih lama karena harus menunggu data karyawan lain yang melakukan perhitungan sendiri dalam mengisi SPT wajib pajak sendiri.


(33)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang SI

Program Studi Manajemen

Oleh :

NAMA

: RISMA HARYATI

NIM

: 21207112

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(1)

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong tersebut adalah sebesar 120 % (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Pemotongan PPh Pasal 21 tersebut hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final. Penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi, mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

d. Saat Terutang PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan. PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26 untuk setiap masa pajak. Saat terutang untuk setiap masa pajak sebagaimana dimaksud tersebut adalah akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.


(2)

29

Rincian Perhitungan PPh pasal 21

a. Penghasilan Bruto

1. Gaji sebulan xxx

2. Tunjangan PPh xxx

3. Tunjangan dan honorium lainnya xxx 4. Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja xxx 5. Penerimaan dalam bentuk natural yang yang di

Kenakanpemotongan PPh pasal 21 xxx

6. Jumlah penghasilan Bruto xxx

b. Pengurangan

7. Biaya Jabatan (5% X penghasilan bruto) xxx 8. Iuran Pensiun atau Iuran THT/JHT xxx

9. Jumlah pengurangan xxx

c. Pengurangan PPh Pasal 21

10.Penghailan Neto sebulan (6-9) xxx 11.Penghasilan neto setahun (10 X 12 bln) xxx 12.Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) (xxx) 13.Penghasilan Kena pajak setahun (11-12) xxx 14.PPh Pasal 21 terutang (13 X tariff psl 17) xxx 15.PPh Pasal 21 yang di potong sebulan (14 : 12) xxx


(3)

Contoh Perhitungan PPh Pasal 21

Pegawai Tetap Penerima Penghasilan Bulanan

Gaji Bulanan

Indra adalah seorang pegawai pada perusahaan PT. FITZGER, menikah tanpa anak NPWP 04.131.122.0002.000, memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 2.000.000. PT. FITZGER mengikuti program jamsostek, premi jaminan kecelakaan kerja dan Premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,5% dan 0,3% dari gaji. PT. FITZGER menanggung iuran jaminan hari tuasetiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan indra membayar iuran jaminan hari tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT. FITZGER juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT. FITZGER menmbayar iuran pensiun untuk Indra ke dana pensiunyang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000, sedangkan Indra membayar sendiri Iuran pensiun sebesar Rp 50.000.

Perhitungan PPh Pasal 21

Gaji bulanan Rp 2000.000

Premi Jaminan Kecelakaan Rp 10.000

Premi Jaminan Kematian Rp 6.000

Penghasilan Bruto Rp 2.016.000


(4)

31

1. Biaya Jabatan

5% X 2.016.000 Rp 100.000

2. Iuran pensiun Rp 50.000

3. Iuran jaminan hari tua Rp 40.000

(Rp 190.000)

Penghasilan Neto sebulan Rp 1.826.000

Penghasilan Neto Setahun

12 X 1.825.000 Rp 21.912.000

PTKP

Untuk WP Sendiri Rp 15.480.000

Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000

Rp 17.000.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 4.752.000

PPh Pasal 21 Terutang

5% X 4.752.000 Rp 237.600

PPh Pasal 21 Sebulan


(5)

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, menggunakan dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 dengan dasar penghasilan kena pajak yaitu sebesar penghasilan neto di kurangi penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang mana harus sesuai dengan ketentuan perhitungan PPh Pasal 21.

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat di berikan oleh penulis adalah sebagai berikut :

Perhitungan Pajak Penghasilan dalam SPT PPh Pasal 21 wajib pajak orang peribadi seharusnya dilakukan oleh wajib pajak sendiri, namun dalam prakteknya kebanyakan kebanyakan perhitungan diserahkan kepada satu pihak yaitu akuntan, sehingga membutuhkan proses yang memakan waktu lebih lama karena harus menunggu data karyawan lain yang melakukan perhitungan sendiri dalam mengisi SPT wajib pajak sendiri.


(6)

PROSEDUR PERHITUNGAN

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21

PADA KPP PRATAMA BANDUNG MAJALAYA

Laporan Kerja Praktek

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Dalam menempuh Jenjang SI

Program Studi Manajemen

Oleh :

NAMA

: RISMA HARYATI

NIM

: 21207112

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG