Pengaruh Periodontitis Terhadap Kesehatan Bayi yang Dilahirkan

(1)

PENGARUH PERIODONTITIS TERHADAP KESEHATAN

BAYI YANG DILAHIRKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ELLISSA WIJAYA NIM : 060600133

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2010

Ellissa Wijaya

Pengaruh Periodontitis terhadap Kesehatan Bayi yang Dilahirkan ix + 32 halaman

Penyakit periodontal adalah infeksi bakteri gram negatif anaerob pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi. Infeksi oral seperti periodontitis dapat bertindak sebagai sumber bakteri dan mediator inflamatori yang dapat menyebar secara sistemik ke unit fetal-plasenta via sirkulasi darah dan menginduksi kelahiran prematur bayi.

Bayi berberat badan lahir rendah diartikan sebagai berat badan bayi kurang dari 2500 gram dan kelahiran prematur diartikan sebagai umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Walaupun etiologi kelahiran prematur bersifat multifaktorial, respon inflamasi infeksi adalah faktor utama yang menyebabkan kelahiran prematur. Kelahiran bayi dengan berat badan rendah merupakan suatu penyebab utama kematian perinatal dan kondisi bayi yang cacat atau abnormal.

Sejak tahun 1996, sejumlah penelitian telah meneliti hubungan antara periodontitis dengan kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir rendah. Namun, hasil penelitian memperlihatkan hubungan kontroversial dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menegaskan atau menghapus asosiasi ini. Beberapa penelitian menyatakan bahwa periodontitis dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur. Di


(3)

lain pihak, ada juga peneliti yang menyatakan tidak ditemukan adanya bukti bahwa penyakit periodontal maternal memiliki hubungan dengan kenaikan resiko kelahiran prematur.

Kesehatan rongga mulut adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan selama masa kehamilan. Ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin dan perawatan gigi selama hamil agar tidak terjadi kerusakan pada gigi dan jaringan pendukungnya yang dapat mempengaruhi kesehatan diri dan janinnya.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 Januari 2010

Pembimbing Tanda Tangan

1. Irma Ervina,drg.,Sp.Perio (K) NIP : 19710702 199601 2 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 20 Januari 2010

TIM PENGUJI

Ketua : Irma Ervina, drg.,Sp.Perio (K) ... Anggota : 1. Saidina Hamzah Daliemunthe,drg.,Sp.Perio (K) ……… 2. Zulkarnain, drg., M. Kes ...

KETUA DEPARTEMEN

Zulkarnain, drg., M. Kes NIP : 19551020 198503 1 001


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orangtua tercinta, papa Udin dan mama Yenny yang telah mendoakan penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Sp.Pros. (K), Ph.D selaku dekan FKG USU.

2. Zulkarnain, drg., M.Kes. selaku Ketua Departemen Periodonsia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjalani pemenuhan tugas penulisan skripsi di Departemen Periodonsia.

3. Irma Ervina, drg., Sp.Perio (K) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan masukan, bimbingan, motivasi dan perhatian kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dosen penguji skripsi Zulkarnain, drg., M.Kes. dan Saidina Hamzah Dalimunthe, drg., Sp.Perio. (K) atas saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.


(7)

5. Irmansyah, drg., Ph.D ; Martina Amalia, drg ; Armia Syahputra, drg selaku staf pengajar Departemen Periodonsia serta bang Abdi dan kak Febri selaku karyawan Departemen Periodonsia yang telah memberikan dukungan, bantuan dan masukan selama penulis menjalani penyelesaian skripsi ini.

6. Minasari Nasution, drg., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG USU.

7. Sahabat-sahabat terbaikku Josevina, Jilly, Fani, Sufeni, Ingrid, Eltica, Dewi, Vivi, Indah, dan seluruh teman-teman angkatan 2006 atas kebersamaan, dukungan dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

8. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan yang diberikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan memberikan kemudahan kepada kita.

Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, 20 Januari 2010 Penulis,

NIM : 060600133


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 MEKANISME PERIODONTITIS SEBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN BAYI YANG DILAHIRKAN 2.1 Defenisi kelahiran bayi secara prematur ... 3

2.2 Etiologi kelahiran bayi secara prematur ... 4

2.3 Komplikasi kelahiran bayi secara prematur... 4

2.4 Translokasi organisme patogen periodontal dan atau mediator inflamatori ke unit feto-plasenta... 5

BAB 3 EFEK PERIODONTITIS TERHADAP KESEHATAN BAYI YANG DILAHIRKAN 3.1 Penelitian yang menyatakan adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan... 10

3.2 Penelitian yang menolak adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan... 16

BAB 4 EFEK TERAPI PERIODONTAL TERHADAP KESEHATAN BAYI YANG DILAHIRKAN 4.1 Hubungan perawatan periodontal pada masa kehamilan terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan……….. 20


(9)

4.2 Pencegahan dan perawatan penyakit periodontal

pada kehamilan………... 23

BAB 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN ... 28


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Model regresi logistik multipelhubungan antara periodontitis dan

kelahiran prematur ... 15 2 Hubungan antara PLBW dengan pengukuran status periodontal ... 18 3 Efek dari perawatan gigi terhadap insiden kelahiran prematur... 22 4 Risk ratios dan 95% Confidence Intervals pada kelahiran premature…. 22 5 Pemberian obat-obatan pada pasien hamil………... 27


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Odd ratios yang tidak disesuaikan pada kelahiran prematur oleh pasien

dengan periodontitis generalisata ... 12 2 Odd ratios yang disesuaikan pada kelahiran prematur oleh pasien

dengan periodontitis generalisata. Terjadi kenaikan odd ratios seiring dengan kenaikanprematuritas. Odd ratios ini telah disesuaikan dengan


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2010

Ellissa Wijaya

Pengaruh Periodontitis terhadap Kesehatan Bayi yang Dilahirkan ix + 32 halaman

Penyakit periodontal adalah infeksi bakteri gram negatif anaerob pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi. Infeksi oral seperti periodontitis dapat bertindak sebagai sumber bakteri dan mediator inflamatori yang dapat menyebar secara sistemik ke unit fetal-plasenta via sirkulasi darah dan menginduksi kelahiran prematur bayi.

Bayi berberat badan lahir rendah diartikan sebagai berat badan bayi kurang dari 2500 gram dan kelahiran prematur diartikan sebagai umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Walaupun etiologi kelahiran prematur bersifat multifaktorial, respon inflamasi infeksi adalah faktor utama yang menyebabkan kelahiran prematur. Kelahiran bayi dengan berat badan rendah merupakan suatu penyebab utama kematian perinatal dan kondisi bayi yang cacat atau abnormal.

Sejak tahun 1996, sejumlah penelitian telah meneliti hubungan antara periodontitis dengan kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir rendah. Namun, hasil penelitian memperlihatkan hubungan kontroversial dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menegaskan atau menghapus asosiasi ini. Beberapa penelitian menyatakan bahwa periodontitis dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur. Di


(13)

lain pihak, ada juga peneliti yang menyatakan tidak ditemukan adanya bukti bahwa penyakit periodontal maternal memiliki hubungan dengan kenaikan resiko kelahiran prematur.

Kesehatan rongga mulut adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan selama masa kehamilan. Ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin dan perawatan gigi selama hamil agar tidak terjadi kerusakan pada gigi dan jaringan pendukungnya yang dapat mempengaruhi kesehatan diri dan janinnya.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

Selama hampir dua dekade terakhir, para ilmuan menunjukkan adanya peningkatan minat tentang pengaruh penyakit periodontal terhadap komplikasi kehamilan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya fakta bahwa walaupun terjadi peningkatan perawatan prenatal dan kewaspadaan publik, namun masalah komplikasi kelahiran masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama terjadi di masyarakat dunia.1

Sekitar 25 persen kasus kelahiran prematur terjadi tanpa disertai faktor resiko yang diketahui. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit periodontal kronik memegang peranan penting bagi terjadinya kelahiran prematur.2 Atas dasar tersebut, penulis merasa perlu untuk meninjau lebih lanjut mengenai pengaruh periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan.

Mekanisme periodontitis sebagai faktor yang mempengaruhi kesehatan bayi yang dilahirkan akan dibahas dalam Bab 2, yang meliputi definisi, etiologi dan komplikasi kelahiran bayi secara prematur serta translokasi organisme patogen periodontal dan atau mediator inflamatori ke unit feto-plasenta.

Selanjutnya pada Bab 3 akan dibahas mengenai beberapa penelitian yang menyatakan adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan dan penelitian yang menolak adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan.


(15)

Hubungan perawatan periodontal pada masa kehamilan terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan serta pencegahan dan perawatan penyakit periodontal yang dilakukan pada masa kehamilan akan dibahas pada Bab 4. Kemudian pada Bab 5 akan ditutup dengan diskusi dan kesimpulan.

Dengan pembahasan-pembahasan pada setiap bab, diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pengaruh periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan sehingga dokter gigi dapat bersikap lebih kritis dan meningkatkan peranannya dalam mencegah dan memperbaiki taraf kesehatan ibu hamil dan kandungannya.


(16)

---oOo---BAB 2

MEKANISME PERIODONTITIS SEBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN BAYI

YANG DILAHIRKAN

Penyakit periodontal dapat mempengaruhi kesehatan sistemik bukan merupakan pernyataan baru. Pada tahun 1891, Miller mempublikasikan teori fokal infeksi yang menyatakan bahwa mikroorganime pada rongga mulut dan endotoksin yang dihasilkannya dapat mencapai bagian dari tubuh yang jaraknya dekat maupun jauh dari rongga mulut. Miller dkk. menyatakan infeksi pada rongga mulut berperan menyebabkan sejumlah penyakit baik lokal maupun sistemik.2

Penyakit periodontal adalah infeksi bakteri gram negatif anaerob pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi.3,4 Penyakit periodontal dapat menyebabkan inflamasi intra uterin dan kelahiran prematur melalui pelepasan endotoksin ke sirkulasi ibu hamil ataupun dapat melalui infeksi bakteri pada membran decidua, chorion dan amnion.4

2.1 Definisi kelahiran bayi secara prematur

Kelahiran prematur (preterm birth) diartikan sebagai umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Kelahiran bayi kurang dari 29 minggu dianggap sangat prematur dan disebut sebagai extremely preterm birth sedangkan umur kehamilan kurang dari 33 minggu disebut very preterm birth.5 Preterm low birthweight (PLBW) diartikan sebagai ibu dengan kelahiran prematur danbayi berberat badan lahir rendah.6


(17)

Berdasarkan World Health Organization (WHO), bayi berberat badan lahir rendah diartikan sebagai berat badan bayi kurang dari 2500 gram dan kelahiran prematur diartikan sebagai umur kehamilan kurang dari 37 minggu dihitung dari hari pertama periode menstruasi terakhir.6,7

2.2 Etiologi kelahiran bayi secara prematur

Selama dua dekade terakhir, diyakini kelahiran prematur memiliki hubungan dan mungkin dipengaruhi oleh infeksi bakteri intra uterin.7 Telah dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor resiko lainnya yang mungkin berpengaruh pada kelahiran prematur. Faktor-faktor tersebut adalah usia ibu saat hamil, status sosioekonomi, status pernikahan, kebiasaan merokok, kesehatan mental, konsumsi alkohol, terapi prenatal yang memadai, aktivitas fisik, penyakit kronis (seperti asma dan diabetes) dan infeksi intra uterin. Status kesehatan ibu sebelum kehamilan seperti berat badan rendah, riwayat hipertensi kronis, fungsi fisik pra-kehamilan yang buruk dan kebiasaan merokok juga memiliki pengaruh terhadap kenaikan resiko kelahiran prematur.8 Walaupun etiologi kelahiran prematur bersifat multifaktorial, respon inflamasi infeksi adalah faktor utama yang menyebabkan kelahiran prematur.3

2.3 Komplikasi kelahiran bayi secara prematur

Kelahiran bayi dengan berat badan rendah merupakan suatu penyebab utama kematian perinatal dan kondisi bayi yang cacat atau abnormal. Bayi berberat badan lahir rendah cenderung memiliki angka kematian 40 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan bayi berberat badan lahir normal. Bayi berberat badan lahir rendah juga cenderung memiliki resiko lahir cacat yang lebih besar.2


(18)

Komplikasi kelahiran prematur tidak hanya beresiko terhadap ibu tetapi juga terhadap janin. Bayi yang lahir prematur yang berhasil bertahan hidup pada masa neonatal memperlihatkan gangguan perkembangan neurologi yaitu cerebral palsy, kebutaan, kehilangan pendengaran; gangguan respirasi yaitu asma, infeksi saluran nafas bagian bawah, bronchopulmonary dysplasia, penyakit paru kronis; gangguan kebiasaan yaitu attention deficit hyperactivity disorder; gangguan pembelajaran; gangguan kardiovaskular; abnormalitas metabolisme yaitu obesitas dan diabetes melitus tipe dua.1

2.4 Translokasi organisme patogen periodontal dan atau mediator inflamatori ke unit feto-plasenta

Pada awal tahun 1990-an, Collins dkk. menyatakan hipotesis bahwa infeksi oral, seperti periodontitis dapat bertindak sebagai sumber bakteri dan mediator inflamatori yang dapat menyebar secara sistemik ke unit fetal-plasenta via sirkulasi darah dan menginduksi kelahiran prematur bayi.1 Bakteri dapat menginduksi aktivasi sel imunitas tubuh yang merangsang produksi sitokin seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor alpha (TNF-α); dan pelepasan prostalglandin khusus nya prostalglandin-E2 (PGE2).2,9 Patogen periodontal yang

diduga memiliki hubungan dengan PLBW adalah Treponema denticola, Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forsythus dan Actinobacillus actinomycetemcomitans (Offenbacher dkk. 1998).10

Pada kehamilan trimester kedua terjadi peningkatan jumlah bakteri anaerob gram negatif pada plak gigi dibandingkan dengan jumlah bakteri aerob.11 Pada saat


(19)

kondisi oral higiena kurang baik, bakteri periodontal berakumulasi di daerah servikal gigi dan membentuk suatu struktur yang dikenal sebagai “bacterial biofilm”. Pada

biofilm matang, bakteri menghasilkan banyak faktor virulensi, termasuk

lipopolysaccharide (LPS) yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodontal secara langsung atau menstimulasi host untuk mengaktifkan respon inflamatori lokal.1 Lipopolysaccharide dapat mengaktivasi macrophages dan sel lain yang berfungsi mensintesis dan mensekresi molekul berspektrum luas, termasuk sitokin (IL-1β, TNF-α dan IL-6) dan prostalglandin.11 Respon inflamatori lokal bertujuan untuk mengeliminasi infeksi yang terjadi, namun dapat menyebabkan kehilangan struktur periodontal yang lebih lanjut.1

Kemampuan dari organisme patogen periodontal dan faktor virulensinya menyebar dan merangsang pembentukan respon inflamatori lokal dan sistemik pada

host, telah menghasilkan suatu hipotesis bahwa penyakit periodontal dapat mempengaruhi jaringan selain jaringan periodontal. Konsep ini telah dilaporkan sebelumnya oleh Miller pada tahun 1891.1

Jika respon imun tubuh dan neutrofil tidak mampu melokalisasi proses infeksi (seperti respon IgG maternal rendah terhadap bakteri); kemudian bakteri dan atau faktor virulensinya dan sitokin inflamatori akan masuk secara sistemik melalui sirkulasi darah. Bukti klinisnya akan terlihat melalui perdarahan pada probing dan peningkatan kedalaman saku periodontal selama kehamilan.1

Keberadaan bakteri dalam sirkulasi darah akan merangsang host membentuk respon inflamatori berikutnya secara sistemik, terutama melalui produksi sitokin inflamatori yang lebih banyak dan acute-phase reactants seperti C-reactive protein.


(20)

Pada akhirnya, bakteri dan atau faktor virulensinya dan sitokin inflamatori akan mencapai plasenta; sekitar 40 persen dari semua kehamilan dihubungkan dengan respon antibodi IgM janin terhadap organisme oral maternal. Hal ini akan menciptakan daerah rentan bakteri yang lain dan memungkinkan terjadinya infeksi pada plasenta, yang mengarah kepada pembentukan respon inflamatori baru yang terlokalisasi pada hubungan feto-plasenta, berupa peningkatan produksi sitokin inflamatori. Seperti halnya pada jaringan ikat periodontal, sitokin yang terbentuk pada daerah ini, walaupun diproduksi dengan tujuan melawan proses infeksi, namun juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan ikat. Kenaikan produksi sitokin inflamatori seperti interleukin 1β dan prostalglandin E2 juga memiliki konstribusi

terhadap rupturnya membran secara prematur, kontraksi uterus dan memicu kelahiran prematur.1

Integritas struktur plasenta sangat penting untuk pertukaran nutrisi yang normal antara ibu dan janin. Kerusakan dari jaringan ikat plasenta ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan janin yang dapat memicu bayi lahir dengan berat badan rendah. Selain itu, kerusakan struktur plasenta juga dapat menganggu aliran darah normal antara ibu dan janin, yang mempengaruhi tekanan darah ibu hamil dan memicu kondisi pre-eklamsia.1

Pada akhirnya, bakteri periodontal dan atau faktor virulensinya dan sitokin inflamatori akan melewati plasenta; dan masuk ke sirkulasi janin.Bakteri periodontal dan atau faktor virulensinya dan sitokin inflamatori akan merangsang pembentukan

fetal-host-immune-response yang baru, seperti yang dibuktikan melalui observasi kenaikan level IgM janin terhadap bakteri patogen periodontal. Jika janin tidak dapat


(21)

mengontrol infeksi ini, akan terbuka akses bagi bakteri dan faktor virulensinya ke berbagai jaringan ikat tubuh, merangsang respon inflamatori lokal dan sebagai akibatnya terjadi kerusakan struktur jaringan ikat tubuh dan sistem organ janin. Suatu keadaan dimana janin dapat atau tidak dapat bertahan hidup pada masa perinatal adalah tergantung kepada perluasan kerusakan yang terjadi. Bagaimanapun, bayi yang berhasil bertahan hidup akan menderita cacat yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya, hingga dewasa.1

Dewasa ini infeksi dipertimbangkan sebagai suatu penyebab utama dari

PLBW, berperan dalam 30 persen hingga 50 persen dari semua kasus. Infeksi bakteri pada chorioamnion atau membran ekstraplasenta dapat memicu terjadinya

chorioamnionitis, yaitu suatu kondisi yang berhubungan kuat dengan rupturnya membran secara prematur dan kelahiran prematur. Banyak kasus menegaskan

chorioamnionitis tidak memiliki hubungan dengan infeksi traktus genitourinaria dan kultur memperlihatkan hasil negatif; kedua hal ini menunjukkan bahwa infeksi lokal bukan merupakan penyebab utama chorioamnionitis. Penemuan ini memunculkan pemikiran bahwa infeksi dapat berada jauh dari kompleks plasenta atau traktus genitourinaria; dan masih menjadi faktor resiko bagi PLBW, sebagai akibat dari translokasi produk bakteri seperti endotoksin (lipopolysaccharide atau LPS); atau produksi mediator inflamatori; atau keduanya.2

Pada 18 persen hingga 49 persen membran chorioamniotic yang terinflamasi, tidak ada organisme bakteri yang teridentifikasi. Hal ini menghasilkan pemikiran bahwa peran infeksi periodontal sebagai suatu faktor resiko terjadinya PLBW, lebih sering melibatkan translokasi produk bakteri (khusus nya lipopolysaccharide) atau


(22)

mediator inflamasi (khususnya IL-1, IL-6, TNF-α dan PGE2) daripada penyebaran

bakteri dan translokasi bakterinya sendiri.2

Suatu mekanisme yang mungkin terjadi dalam keterkaitan antara penyakit periodontal dan kelahiran prematur yaitu adanya mikroorganisme, endotoksinnya dan mediator inflamatori host yang dihasilkan dapat mencapai kavitas uterin dari bagian tubuh yang letaknya jauh, seperti rongga mulut, secara langsung atau melalui pembuluh darah dan meningkatkan mediator inflamatori pada decidua dan membran. Mekanisme ini dapat mengakibatkan terjadinya produksi prostalglandin atau kontraksi uterin secara langsung yang dapat memicu dilatasi servikal. Dilatasi serviks memungkinkan masuknya bakteri, produknya dan sitokin lebih jauh ke kavitas uterin yang berlanjut hingga kelahiran prematur atau rupturnya membran secara prematur.10


(23)

---oOo---BAB 3

EFEK PERIODONTITIS TERHADAP KESEHATAN BAYI YANG DILAHIRKAN

Berdasarkan pertimbangan mengenai pengaruh kehamilan terhadap kesehatan rongga mulut, dewasa ini telah dilakukan penelitian dengan cermat mengenai pengaruh penyakit periodontal terhadap bayi yang dilahirkan. Pemikiran mengenai penyakit periodontal dapat memberikan konstribusi terhadap bayi yang dilahirkan dipublikasikan oleh Galloway pada tahun 1931, yang menyatakan bahwa penyakit periodontal dapat mengakibatkan serangan bakteri yang dapat menghasilkan efek yang berbahaya terhadap ibu hamil dan perkembangan janin.9 Sejak tahun 1996, sejumlah penelitian telah meneliti hubungan antara periodontitis dengan kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir rendah. Namun, hasil penelitian memperlihatkan hubungan kontroversial dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menegaskan atau menghapus hubungan ini.11

Pada bab ini akan dibahas mengenai penelitian yang menyatakan adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan; dan penelitian yang menolak adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan.

3.1 Penelitian yang menyatakan adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan

Untuk melihat adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan dikutip dua hasil penelitian oleh Jeffcoat dkk. dan Pitiphat dkk.


(24)

Hasil penelitian yang pertama adalah penelitian Jeffcoat dkk.12 yang bertujuan untuk menguji adanya hubungan antara infeksi periodontal kronik dengan kelahiran prematur. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 1.313 orang ibu hamil yang direkrut dari Perinatal Emphasis Research Center di Universitas Alabama, Birmingham; dengan persyaratan yaitu merupakan pasien obstetric PERC, telah mencapai usia kehamilan 21 mingggu sampai 24 minggu, dan tidak memakai antibiotik profilaksis. Pada seluruh sampel dilakukan pemeriksaan periodontal yaitu pengukuran kedalaman saku, resesi dan kehilangan perlekatan. Setelah persalinan rekam medis dikonsultasikan untuk menentukan usia kehamilan saat persalinan pada setiap bayi. Dari data ini, Jeffcoat dkk. mengkalkulasi hubungan antara penyakit periodontal dan kelahiran prematur, yang disesuaikan dengan kebiasaan merokok, ras dan umur maternal. Mereka menetapkan tiga level penyakit periodontal yaitu periodontitis (tiga atau lebih sisi dengan kehilangan perlekatan sebesar tiga milimeter atau lebih), penyakit periodontal generalisata (90 atau lebih sisi dengan kehilangan perlekatan sebesar tiga milimeter atau lebih) dan tidak ada penyakit (kurang dari tiga sisi dengan kehilangan perlekatan sebesar tiga milimeter). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.


(25)

Gambar 1. Odd ratios yang tidak disesuaikan pada kelahiran prematur oleh pasien dengan periodontitis generalisata

(Jeffcoat MK, Geurs NC, Reddy MS, et.al. J Am Dent Assoc 2001;132:878)

Gambar 2 memperlihatkan terjadinya kenaikan odd ratios dengan kenaikan prematuritas. Hubungan yang terkuat dengan penyakit periodontal terlihat pada kelas kelahiran prematuritas terburuk. Penting untuk dicatat, odd ratios yang tidak disesuaikan ini tidak mempertimbangkan pengaruh faktor resiko lainnya. (Odd ratios

yang tidak disesuaikan adalah odd ratios yang tidak mempertimbangkan pengaruh dari faktor resiko lainnya; seperti kebiasaan merokok, ras dan umur maternal).

kurang dari 37 minggu

kurang dari 35 minggu

kurang dari 32 minggu

kelompok usia kehamilan Odds ratio

yang tidak disesuaikan


(26)

Gambar 2. Odd ratios yang disesuaikan pada kelahiran prematur oleh pasien dengan periodontitis generalisata. Terjadi kenaikan

odd ratios seiringdengan kenaikanprematuritas. Odd ratios

ini telah disesuaikan dengan kebiasaan merokok, ras dan umur maternal (Jeffcoat MK, Geurs NC, Reddy MS, et.al. J Am Dent Assoc 2001;132:879)

Gambar 3 memperlihatkan bahwa diantara 1.313 subjek, resiko kelahiran prematur subjek dengan periodontitis generalisata 4.45 sampai 7.07 kali lebih tinggi dari pasien dengan keadaan periodontal yang sehat. Terjadi kenaikan odd ratios

diiringi dengan kenaikan prematuritas. Secara spesifik, subjek penderita periodontitis yang parah atau generalisatamemiliki odd ratios yang disesuaikan sebesar 4.45 untuk kelahiran prematur dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Odd ratios naik hingga 5.28 untuk kelahiran prematur dengan umur kehamilan kurang dari 35 minggu; dan naik lagi hingga 7.07 untuk kelahiran prematur dengan umur kehamilan kurang dari 32 minggu. (Odd ratios yang disesuaikan adalah odd ratios yang

kurang dari 37 minggu

kurang dari 35 minggu

kurang dari 32 minggu

kelompok usia kehamilan Odds ratio

yang disesuaikan


(27)

mempertimbangkan pengaruh dari faktor resiko lainnya; seperti kebiasaan merokok, ras dan umur maternal).

Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan terdapatnya hubungan antara keberadaan periodontitis pada ibu hamil dengan kelahiran prematur.

Penelitian kedua adalah penelitian kasus kontrol oleh Pitiphat dkk.13 yang bertujuan menguji hubungan antara periodontitis dan kelahiran prematur diantara ibu yang tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 390 subjek, 130 orang disebut sebagai kasus dan 260 orang disebut sebagai kontrol. Kasus terdiri dari 130 orang ibu yang melahirkan dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Kontrol terdiri dari 260 orang ibu yang melahirkan bayi normal pada hari yang sama dengan kasus. Kasus secara signifikan tidak berbeda dari kontrol dalam hal kelompok umur, BMI pra kehamilan dan riwayat perawatan periodontal. Sampel memiliki kesehatan mental yang baik, kemampuan untuk berkomunikasi, keinginan untuk berpartisipasi dan memiliki jumlah minimal 20 gigi. Yang tidak termasuk kriteria sampel adalah ibu yang HIV seropositive, menjalani perawatan di ICU untuk alasan tertentu, memiliki abnormalitas kehamilan, hipertensi kronik, penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus.

Pemeriksaan periodontal dilakukan pada 24 jam post partum. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter gigi yang sama sekali tidak mengetahui status kasus dan kontrol. Status periodontal maternal ditentukan melalui pemeriksaan enam sisi (mesiobukal, midbukal, distobukal, mesiolingual, midlingual, dan distolingual) dari setiap gigi dalam rongga mulut kecuali gigi molar tiga menggunakan prob periodontal. Periodontitis diartikan sebagai keberadaan minimal empat gigi dengan lebih dari atau


(28)

sama dengan satu sisi (> 1 sisi) yang memiliki kedalaman probing lebih dari atau sama dengan empat milimeter (>4mm); kehilangan perlekatan lebih dari atau sama dengan tiga milimeter (>3mm); atau perdarahan pada probing setelah sepuluh detik pada sisi yang sama.

Informasi lainnya dikumpulkan melalui kuisioner dan rekam medis. Kuisioner mencakup informasi mengenai karakteristik umum, status sosialekonomi, merokok, penggunaan alkohol dan antibiotik, perawatan antenatal, riwayat obstetric, riwayat medis, dan riwayat dental. Riwayat obstetric dan riwayat medis diperoleh dari rekam medis. Analisis regresi logistik multipel digunakan untuk menentukan efek periodontitis terhadap kelahiran prematur yang disesuaikan dengan faktor resiko. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Model regresi logistik multipelhubungan antara periodontitis dan kelahiran prematura

(Pitiphat W, et.al. Southeast Asian J Trop Med Public Health 2007;38(3):590)

Kelahiran prematur OR SE Nilai p 95% CI

Penyakit periodontal 4.47 1.39 <0.001 2.43-8.20 Kenaikan berat badan

maternal Sedikit Normal Tinggi 1.00 0.35 0.06 0.11 0.03 0.001 <0.001 0.19-0.66 0.02-0.14 Infeksi genitourinaria

Tidak ada infeksi Pada trimester pertama Pada trimester kedua Pada trimester ketiga

1.00 1.16 0.90 5.66 0.67 0.68 2.13 0.794 0.887 <0.001 0.37-3.62 0.21-3.93 2.71-11.83 a disesuaikan dengan umur, etnik, tempat tinggal, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan,

massa indeks tubuh pra-kehamilan, kenaikan berat badan maternal, riwayat kelahiran prematur, infeksi genitourinaria, penggunaan antibiotik dan riwayat perawatan periodontal.

Setelah disesuaikan dengan kelompok umur, etnik, tempat tinggal, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, massa indeks tubuh pra-kehamilan, kenaikan


(29)

berat badan, frekuensi menerima perawatan antenatal, infeksi genitourinaria, pengunaan antibiotik, dan riwayat perawatan periodontal; ibu yang menderita periodontitis 4.47 kali lipat lebih tinggi untuk melahirkan secara prematur dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita periodontitis (OR=4.47, 95% CI=2.43, 8.20). Hanya kenaikan berat badan maternal dan adanya riwayat infeksi genitourinaria yang memperlihatkan adanya efek pada hubungan antara periodontitis dan kelahiran prematur (tabel 1).

Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa periodontitis dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur bahkan juga di antara ibu yang tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol.

3.2 Penelitian yang menolak adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan

Tidak semua penelitian menemukan adanya hubungan antara penyakit periodontal, kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah.9 Untuk melihat pernyataan penolakan adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan, dikutip hasil penelitian oleh Davenport dkk.

Penelitian yang dilakukan oleh Davenport dkk.14 bertujuan untuk meneliti hubungan antara penyakit periodontal maternal dan PLBW. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 236 orang ibu yang ditetapkan sebagai kasus dan 507 orang ibu yang ditetapkan sebagai kontrol; dengan persyaratan sampel yaitu tidak menderita penyakit jantung bawaan dan mengkonsumsi antibiotik. Kasus mewakili ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram dan lahir pada


(30)

usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kontrol mewakili ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram dan lahir pada usia kehamilan lebih dari 38 minggu.

Pengukuran periodontal dilakukan dengan tidak mengetahui sama sekali status kasus dan kontrol. Kedalaman saku periodontal maksimum (milimeter), level inflamasi jaringan periodontal (berdasarkan pada indeks perdarahan dengan skor 0-3) dan skor CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Need dengan skor 0-4) dicatat pada setiap gigi. Kehilangan perlekatan (milimeter) juga diukur pada sepuluh gigi dengan kerusakan paling parah pada setiap subjek.

Faktor resiko yang dihubungkan dengan penyakit periodontal dan PLBW

diperiksa melalui kuisioner. Kuisioner mencakup informasi mengenai konsumsi tembakau (kebiasaan merokok, mengunyah sirih yang ditambahkan tembakau), konsumsi alkohol, kesehatan umum maternal pada masa kehamilan, infeksi (termasuk infeksi genitourinaria), perawatan dental, tingkat pendidikan dan perawatan ante natal. Pada setiap subjek dikalkulasi nilai rata-rata kedalaman saku, indeks CPITN, dan indeks perdarahan pada setiap gigi. Penelitian ini menggunakan analisa regresi logistik untuk menilai hubungan antara status kasus dan kontrol dan hasil pengukuran keparahan penyakit periodontal.Mereka menemukan bukti bahwa kenaikannilai rata-rata kedalaman saku pada saat persalinan dihubungkan dengan penurunan resiko


(31)

Tabel 2.Hubungan antara PLBW dengan pengukuran status periodontal (ES Davenport, et.al. J Dent Res 2002;81(5):316)

Nilai rata-rata (95% CI) Odds ratios (95% CI) [nilai P] per unit kenaikan* Kasus (n=236) kontrol (n=507) Semua subjek, Perkiraan hubungan yang terjadi Semua subjek, disesuaikan dengan variabel ekstrinsik Pengurangan subjek 70 kasus dengan kelahiran yang diinduksi Nilai rata-rata kedalaman saku pada ibu 3.72 [3.62, 3.83] 3.85 [3.78, 3.92] 0.83 [0.68, 1.00] [0.051] 0.79 [0.64, 0.99] [0.036] 0.87 [0.69, 1.11] [0.26] Nilai rata-rata indeks perdarahan pada ibu 1.05 [0.97, 1.12] 1.09 [1.04, 1.14] 0.88 [0.67, 1.16] [0.38] 0.88 [0.64, 1.19] [0.40] 0.99 [0.70, 1.40] [0.96] Nilai rata-rata CPITN pada ibu

2.59 [2.53, 2.66] 2.63 [2.59, 2.67] 0.85 [0.62, 1.17] [0.32] 0.84 [0.58, 1.21] [0.35] 0.95 [0.63, 1.44] [0.83] * disesuaikan dengan umur maternal, grup etnik, edukasi maternal, merokok, konsumsi alkohol, sejumlah infeksi pada masa kehamilan, dan hipertensi kehamilan

Tabel 2 memperlihatkan nilai rata-rata status periodontal ibu yang ditetapkan sebagai kasus dan kontrol, bersamaan dengan hasil analisis regresi logistik yang menguji hubungan antara status periodontal dengan PLBW. Tidak ada bukti yang memperlihatkan adanya hubungan antara kenaikan level penyakit periodontal dengan kenaikan resiko PLBW. Bukti yang ada memperlihatkan hubungan terbalik antara nilai rata-rata kedalaman saku subjek dan PLBW (OR 0.83, 95% CI, 0.68–1.00). Kontrol terhadap umur maternal, grup etnik, edukasi maternal, merokok, konsumsi alkohol, sejumlah infeksi pada masa kehamilan, dan hipertensi kehamilan menghasilkan sedikit perubahan pada hasil ini (OR 0.79, 95% CI, 0.64–0.99). Saat dilakukan pengurangan sebanyak 70 subjek kasus dengan kelahiran yang diinduksi pada analisis ini, hubungan yang sama juga ditemukan (OR 0.87, 95% CI, 0.69–1.11).


(32)

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tidak ditemukan adanya bukti bahwa penyakit periodontal maternal memiliki hubungan dengan kenaikan resiko PLBW.


(33)

---oOo---BAB 4

EFEK TERAPI PERIODONTAL TERHADAP KESEHATAN BAYI YANG DILAHIRKAN

Kesehatan rongga mulut adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan selama masa kehamilan. Ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin dan perawatan gigi selama hamil agar tidak terjadi kerusakan pada gigi dan jaringan pendukungnya yang dapat mempengaruhi kesehatan diri dan janinnya.15

4.1 Hubungan perawatan periodontal pada masa kehamilan terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan

Berikut penelitian oleh Jeffcoat dkk.16 yang bertujuan untuk menentukan apakah terdapat kecenderungan skeling dan penyerutan akar (dengan atau tanpa tambahan metronidazole) dalam mengurangi insiden kelahiran prematur, dibandingkan dengan kontrol perawatan minimal ( profilaksis dan polis). Sampel dalam penelitian tersebut sebanyak 366 orang ibu hamil dengan periodontitis. Semua sampel yang termasuk ke dalam penelitian berada pada usia kehamilan antara 21 hingga 25 minggu dan memiliki paling sedikit tiga daerah dengan kehilangan pelekatan klinis lebih dari atau sama dengan tiga milimeter (> 3 mm). Ibu yang berpartisipasi dengan penelitian lainnya dikeluarkan dari sampel. Pasien yang menjalani terapi periodontal, mengkonsumsi antibiotik pada masa kehamilan, atau menggunakan obat kumur antimikrobial tidak termasuk ke dalam sampel.


(34)

Sebuah kelompok tambahan lainnya diambil dari populasi yang sama dengan pasien penelitian dan ditetapkan sebagai dasar untuk perbandingan umum (kontrol) dari insiden kelahiran prematur yaitu 723 orang ibu hamil dengan periodontitis.

Sampel dibagi dan ditempatkan secara acak pada salah satu dari ketiga kelompok perawatan berikut:

1. Profilaksis gigi (pembersihan gigi dan polis) ditambah kapsul plasebo tiga kali sehari.

2. Skeling dan penyerutan akar ditambah kapsul plasebo tiga kali sehari.

3. Skeling dan penyerutan akar ditambah metronidazole 250 mg tiga kali sehari selama seminggu.

Sampel juga dikelompokkan atas 3 kelompok berdasarkan riwayat medis pasien yaitu:

1. Kelahiran prematur spontan pada usia kehamilan kurang dari 35 minggu.

2. Indeks massa tubuh (kurang dari 19.8 dibandingkan dengan lebih dari atau sama dengan 19.8)

3. Keberadaan infeksi bacterial vaginosis yang ditentukan melalui skor vaginal gram stain Nugent.

Semua sampel menerima instruksi pelaksanaan oral higiena dan perlengkapan yang terdiri dari sikat gigi, benang gigi, dan pasta gigi. Kelompok profilaksis menerima skeling supragingiva dan polis rubber cup. Pada kelompok skeling dan penyerutan akar dilaksanakan prosedur skeling dan penyerutan akar sesuai dengan prosedur klinis pada umumnya. Melalui riwayat maternal ditentukan usia kehamilan pada saat persalinan oleh para perawat obstetric penelitian yang terlatih dan sama


(35)

sekali tidak mengetahui status periodontal dan perawatan periodontal yang diterima sampel. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Efek dari perawatan gigi terhadap insiden kelahiran prematur (Jeffcoat MK, et.al. J Periodontol 2003;74(8):1217)

Profilaksis + plasebo (N=123)

Skeling dan penyerutan akar + plasebo ( N=123)

Skeling dan penyerutan akar +

metronidazole (N=120) Kelahiran prematur

< 37 minggu

11 (8.9%) 5 (4.1%)* *P=0.12 15 (12.5%) P=0.37 Kelahiran prematur

< 35 minggu

6 (4.9%) 1(0.8%)* *P=0.12 4 (3.3%) P=0.75 *dibandingkan dengan profilaksis ditambah kelompok plasebo (fisher exact test)

catatan : insiden kelahiran prematur pada kelompok yang tidak dirawat adalah 12.7% pada usia kehamilan <37 minggu dan 6.3% pada usia kehamilan <35 minggu.

Tabel 3 menggambarkan nilai insiden kelahiran prematur yang lebih rendah terdapat pada ibu yang menerima skeling dan penyerutan akar ditambah plasebo dibandingkan dengan ibu yang menerima skeling dan penyerutan akar ditambah metronidazole, baik pada usia kelahiran prematur kurang dari 37 minggu dan kurang dari 35 minggu.

Tabel 4. Risk ratios dan 95% Confidence Intervals pada kelahiran prematur* (Jeffcoat MK, et.al. J Periodontol 2003;74(8):1217)

Skeling dan penyerutan akar + plasebo

(N=123)

Skeling dan penyerutan akar + metronidazole

(N=120) Kelahiran prematur

< 37 minggu

0.5 (CI 0.2, 1.3) 1.4 (CI 0.7, 2.9) Kelahiran prematur

< 35 minggu

0.2 (CI 0.02, 1.4) 0.7 (CI 0.2, 2.4) * Skeling dan penyerutan akar/plasebo dan skeling dan penyerutan akar/metronidazole dibandingkan dengan kelompok profilaksis + plasebo.

Tabel 4 menggambarkan bahwa kelompok skeling dan penyerutan akar ditambah plasebo memperlihatkan kecenderungan jumlah kelahiran yang lebih sedikit


(36)

pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dibandingkan dengan kelompok profilaksis ditambah plasebo. Odd ratio insiden kelahiran prematur pada usia kehamilan kurang dari 35 minggu pada kelompok skeling dan penyerutan akar ditambah plasebo dibandingkan dengan kelompok profilaksis gigi adalah 0.2 (95% CI 0.02, 1.4).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah skeling dan penyerutan akar pada ibu hamil dengan periodontitis dapat mengurangi kelahiran prematur. Tambahan terapi metronidazole tidak mempengaruhi insiden kelahiran prematur.

4.2 Pencegahan dan perawatan penyakit periodontal pada kehamilan

Keperluan akan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan penting untuk diperhatikan. Adanya kerusakan gigi atau perdarahan dan pembengkakan gusi atau gejala lainnya di rongga mulut akan menimbulkan berbagai gangguan terutama pada waktu makan. Untuk mencegah timbulnya gangguan di rongga mulut selama masa kehamilan, perlu diciptakan tingkat kebersihan mulut yang optimal. Pelaksanaan program kontrol plak penting dilakukan untuk mencegah peradangan pada gingiva akibat iritasi lokal, gangguan keseimbangan hormonal dan kelainan-kelainan di rongga mulut selama masa kehamilan.17

Tindakan penanggulangan atau perawatan gingivitis pada kehamilan dapat dibagi dalam empat tahap. Pada tahap jaringan lunak yang dilakukan adalah menghilangkan semua jenis iritasi lokal penyebab gingivitis seperti plak, kalkulus, impaksi makanan dan memperbaiki restorasi yang rusak. Pada tahap fungsional dilakukan perbaikan fungsi gigi dan mulut seperti penambalan karies dan pembuatan


(37)

gigi tiruan. Pada tahap sistemik harus diperhatikan kesehatan selama kehamilan secara menyeluruh. Keadaan ini penting diketahui karena sangat menentukan perawatan lain yang dilakukan. Tahap terakhir yaitu tahap pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal dengan pemeliharaan kebersihan mulut di rumah dan pemeriksaan kesehatan jaringan periodonsium secara periodik.15

Ada beberapa hal yang perlu ditekankan kepada ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan, yaitu: 17

1. Bila ibu hamil mengalami muntah-muntah, setelah ini segera bersihkan mulut dengan berkumur-kumur atau menyikat gigi.

2. Mengatur pola makanan empat sehat lima sempurna dan menghindari makanan yang bersifat kariogenik.

3. Menyikat gigi secara teratur.

4. Memeriksakan keadaan rongga mulut ke dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi pada masa kehamilan bukanlah merupakan hal yang kontraindikasi.

Yang penting dilakukan adalah menyikat gigi setelah makan dan berkumur setelah muntah, karena asam dapat mendemineralisasi email dan mengakibatkan karies. Daerah interdental dibersihkan dengan dental floss setiap hari dan kontrol ke dokter gigi minimal satu kali selama masa kehamilan, paling baik setelah triwulan I. Banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin diperlukan untuk memelihara kesehatan gigi dan gusi.15

Sebagai tindakan pencegahan agar tidak terjadi gingivitis selama kehamilan, setiap perempuan hamil harus memperhatikan kebersihan mulut di rumah dan


(38)

pemeriksaan berkala oleh dokter gigi. Dengan demikian semua faktor iritan lokal selama kehamilan dapat dideteksi lebih awal dan dapat dihilangkan sedini mungkin. Hal-hal yang mudah dilakukan adalah menyikat gigi setiap hari, dengan waktu terpenting setelah makan dan sebelum tidur. Berkumur dengan air, mengurangi konsumsi makanan yang banyak menggandung gula dan karbohidrat, dan mengganti sikat gigi dengan yang baru setiap tiga bulan.15

Akademi Periodontologi Amerika dan Assosiasi Dental Amerika menyebutkan pentingnya memelihara kesehatan rongga mulut pada masa kehamilan. Pada suatu survei, diperlihatkan bahwa kebanyakan ibu tidak melakukan kunjungan ke dokter gigi selama masa kehamilan; setengah dari ibu hamil yang dilaporkan memiliki masalah dengan kesehatan rongga mulut, tidak melakukan perawatan karena mereka percaya kesehatan rongga mulut yang jelek pada masa kehamilan merupakan suatu kondisi yang normal; atau mereka takut perawatan gigi dapat membahayakan janinnya.18

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan, dalam melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh pada prinsip kerja rutin dengan melaksanakan prosedur diagnosa yang sistematis melalui pemeriksaan yang lengkap. Dokter gigi harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi bukanlah pasien yang selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu ada kalanya dokter gigi harus menunda perawatan gigi dan mulut terutama pada trimester pertama dan di akhir trimester ketiga. Hal ini berhubungan dengan keadaan medis dari ibu hamil.17 Perawatan gigi yang dianggap aman selama masa kehamilan adalah penambalan biasa dan pemasangan gigi tiruan.15


(39)

Selain itu, apabila seorang perempuan hamil menjalani perawatan atau pengobatan gigi, perlu diperhatikan kemungkinan komplikasi pasca bedah atau pengobatan yang dapat menimbulkan penjalaran keradangan yang membahayakan janin. Hindari trauma psikis seperti rasa takut dan pemakaian anastetikum yang dapat membahayakan janin. Obat anastesi umum yang mengandung adrenalin dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah yang berpengaruh pada plasenta dan dinding rahim dan dapat mengakibatkan abortus.15

Penggunaan sinar rontgen dapat mempengaruhi perkembangan janin, oleh sebab itu tubuh harus dilindungi dengan lapisan anti sinar selama pembuatan foto.15 Penggunaan radiografi sebaiknya dihindari terutama pada trimester pertama dari kehamilan. Pada saat ini perkembangan janin sangat peka terhadap radiasi. Bila wanita hamil terkena radiasi akan mengakibatkan keguguran, perubahan bentuk atau kelainan pertumbuhan pada janin dan kematian pada janin yang sedang dikandung. Apabila radiografi diperlukan sekali, terutama untuk membantu menegakkan diagnosa yang tepat, pada pasien hamil harus diberikan pengamanan untuk menghindari terjadinya pengaruh negatif radiasi pada janin. Baju timah atau apron dapat digunakan sebagai perlindungan yang adekuat.17

Pemberian obat-obatan pada masa kehamilan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Seperti kita ketahui, dalam kedokteran gigi obat-obatan berfungsi untuk menyempurnakan hasil perawatan gigi yang dilakukan. Tetapi pada pasien hamil sebaiknya pemberian obat-obatan sedapat mungkin dihindari, terutama pada trimester pertama. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya pengaruh teratogenik obat pada janin. Pengaruh teratogenik yaitu terjadinya


(40)

gangguan pertumbuhan janin, merupakan kejadian yang sungguh penting karena dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim, keguguran dan cacat bawaan yang sementara ataupun menetap. Faktor penentu terjadinya pengaruh teratogenik pada penggunaan obat bagi wanita hamil yaitu status fisiologi ibu, status patologi ibu, usia kehamilan saat pemberian obat, kemudahan filtrasi obat melalui plasenta, dosis dan lama terapi obat dan daya teratogenik obat.17

Pada tabel 5 menunjukkan obat-obatan yang diindikasikan dan kontraindikasi pasien hamil. Obat ini harus diketahui dokter gigi agar dapat memakai obat yang diindikasikan dan tidak menggunakan obat yang kontraindikasi.17

Tabel 5. Pemberian obat-obatan pada pasien hamil(Hasibuan S. Bagian ilmu

penyakit mulut FKG USU, 2004:6)

Ya Tidak

Analgesik Paracetamol Aspirin

As.Mefenamat Diamorphine

Pentazocine Antibiotik Penisilin

Eritromisin Sefalosporin

Strepmisin Tetrasiklin Rifampisin Anastesi Lokal Lidokain

Lain-lain Kortikosteroid

Karbamazepin Danazol Thalidomide

Diazepam


(41)

---oOo---BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Mekanisme biologis hubungan antara periodontitis dan kelahiran prematur dimulai dari endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri anaerob gram negatif yang berkolonisasi pada daerah subgingiva pada periodontitis. Kerusakan periodontal yang terjadi dihubungkan dengan aktivasi sel mediator imunitas, yang memicu produksi dari sitokin (Interleukin IL-1, IL-6, tumor necrosis factor alpha (TNF-α)); C- reactive protein; dan merangsang sintesis dan pelepasan prostalglandin (khususnya prostalglandin E2). Molekul-molekul ini diproduksi di dalam periodonsium dan dapat mencapai sirkulasi darah, melewati membran plasenta menuju cairan amniotik. Pada kehamilan normal, level intra amniotik dari mediator-mediator ini akan meningkat secara fisiologis hingga tercapai level puncak. Pada level tersebut dilatasi servikal dan persalinan diinduksi. Produksi abnormal dari mediator-mediator ini (sebagai respon dari kenaikan infeksi periodontal), kontraksi uterin dan rupturnya membran secara prematur, akan memicu terjadinya kelahiran prematur.

Sejumlah peneliti telah meneliti hubungan antara periodontitis dengan kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir rendah. Namun, hasil penelitian memperlihatkan hubungan kontroversial. Berikut ini hasil penelitian Jeffcoat dkk., dan Pitiphat dkk. yang memperlihatkan adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan; serta hasil penelitian Davenport dkk. yang menolak adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan.


(42)

Jeffcoat dkk. dalam penelitiannya menyatakan bahwa sampel yang menderita penyakit periodontal generalisata, nilai odd ratio kelahiran prematur terbesar terdapat pada ibu yang melahirkan bayi dengan kelas prematuritas terburuk. Pitiphat dkk. dalam penelitiannya menyatakan bahwa periodontitis dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur bahkan juga di antara ibu yang tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol. Kedua hasil penelitian diatas disebabkan karena periodontitis dapat mengaktivasi sel mediator imunitas, yang memicu produksi sitokin (yang berfungsi untuk melawan proses infeksi, namun juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan ikat) dan pelepasan prostalglandin (yang berfungsi memicu kontraksi uterin dan dilatasi servikal). Produksi abnormal dari mediator-mediator ini, kontraksi uterin dan rupturnya membran secara prematur, akan memicu terjadinya kelahiran prematur. Davenport dkk. dalam penelitiannya menyatakan tidak ditemukan adanya bukti bahwa penyakit periodontal maternal memiliki hubungan dengan kenaikan resiko PLBW. Kenaikan nilai rata-rata kedalaman saku periodontal pada saat persalinan memperlihatkan hubungan dengan penurunan resiko PLBW yang terjadi. Hasil negatif yang diperlihatkan pada penelitian ini disebabkan oleh pemakaian indeks CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Need). Pemakaian indeks CPITN ini memungkinan munculnya hasil penelitian yang meragukan karena indeks CPITN memiliki keterbatasan sensitivitas dalam mendeteksi penyakit yang ada.

Sebuah penelitian oleh Jeffcoat dkk. untuk melihat efektivitas dari penambahan metronidazole pada skeling dan penyerutan akar, memperlihatkan bahwa nilai insiden kelahiran prematur terendah terdapat pada ibu yang menerima skeling dan penyerutan akar ditambah plasebo. Tidak ditemukan adanya


(43)

kecenderungan yang menguntungkan dengan penambahan metronidazole pada skeling dan penyerutan akar. Alasan dari penurunan efektivitas perawatan skeling dan penyerutan akar dalam mengurangi insiden kelahiran prematur dengan penambahan metronidazole masih tidak diketahui.

Pada masa kehamilan, dokter gigi dapat melakukan perawatan gigi dan mulut, tetapi harus dengan mempertimbangkan perlindungan terhadap ibu hamil dan janin yang sedang berkembang. Waktu perawatan yang terbaik adalah pada trimester kedua. Perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan dapat melibatkan beberapa hal yang berbahaya seperti radiografi dan pemberian obat-obatan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jaringan periodonsium yang buruk pada masa kehamilan merupakan salah satu resiko terjadinya kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah. Perawatan jaringan periodonsium pada masa kehamilan dapat mengurangi resiko terjadinya kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Namun, masalah ini masih memperlihatkan hubungan kontroversial dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menegaskan pengaruh periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan, sehingga dapat diupayakan tindakan penanggulangan dini untuk mencegah insiden kelahiran prematur.


(44)

---oOo---DAFTAR PUSTAKA

1. Yiorgos AB, Silvana PB, Offenbacher S. Exploring the relationship between periodontal disease and pregnancy complications. J Am Dent Assoc 2006;137:7S-13S.

2. Gaw MC. Periodontal Disease and Preterm Delivery of Low Birth Weight Infants. J Can Dent Assoc 2002; 68(3):165-9.

3. Pretorius C, Jagaat A, Lamont FL. The relationship between periodontal disease, bacterial vaginosis and preterm birth. J Perinat Med 2007;35:93-9. 4. Klebanoff M, Searle K. The role of inflammation in preterm birth-focus on

periodontitis. BJOG 2006;133(Suppl.3):43-5.

5. Khashan AS, McNamee R, Abel KM, Mortensen PB, et.al. Rates of preterm birth following antenatal maternal exposure to severe life events: a population based cohort study. Human Reproduction 2009;24(2):429-37.

6. Lopez NJ, Smith PC, Gutierrez J. Higher risk of preterm birth and low birth weight in women with periodontal disease. J Dent Res 2002;81(1):58-63.

7. Goldenberg RL, Culhane JF. Low birth weight in the united states. Am J Clin Nutr 2007;85(Suppl):584S-90S.

8. Hass JS, Afflick EF, Stewart AL, Jackson RA, et.al. Prepregnancy health status and the risk of preterm delivery. Arch Pediatr Adolesc Med 2005;159:58-63. 9. Martina Pirie, Inez Cooke, Gerard Linden, Chris Irwin. Review dental

manifestations of pregnancy. Royal college of obstretricians and gynaecologists 2007;9:21-26.


(45)

10. Rajapakse PS, Nagarathne M, Chandrasekra KB, Dasanayake AP. Periodontal disease and prematurity among non-smoking Sri-Lankan Women. J Dent Res 2005;84(3):274-7.

11. Agueda A, Echeverria A, Manau C. Association between periodontitis in pregnancy and preterm or low birth weight: review of literature. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008;13(9):E609-15.

12. Jeffcoat MK, Geurs NC, Reddy MS, et.al. Periodontal infection and preterm birth: results of a prospective study. J Am Dent Assoc 2001;132:875-80.

13. Le HTT, Jareinpituk S, Kaewkungwal J, Pitiphat W. Increased risk of preterm birth among non-smoking, non-alkohol drinking women with maternal periodontitis. Southeast Asian J Trop Med Public Health 2007;38(3):586-93. 14. Davenport ES, William CECS, Sterne JAC, Murad S, Sivapathasundram V,

Curtis MA. Maternal periodontal disease and preterm low birthweight: case control study. J Dent Res 2002;81(5):313-8.

15. Zubardiah L, Dewi MD. Kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah pada perempuan hamil dengan penyakit periodontal. J Dentika 2003;8(2):113-8. 16. Jeffcoat MK, et.al. Periodontal disease and preterm birth: results of a pilot

intervention study. J Periodontol 2003;74(8):1214-8.

17. Hasibuan S. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa

kehamilan. 2004.

Oktober 2009).

18. Wrzosek T, Einarson A. Dental care during pregnancy. Canadian family physician 2009;55:598-9.


(1)

gangguan pertumbuhan janin, merupakan kejadian yang sungguh penting karena dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim, keguguran dan cacat bawaan yang sementara ataupun menetap. Faktor penentu terjadinya pengaruh teratogenik pada penggunaan obat bagi wanita hamil yaitu status fisiologi ibu, status patologi ibu, usia kehamilan saat pemberian obat, kemudahan filtrasi obat melalui plasenta, dosis dan lama terapi obat dan daya teratogenik obat.17

Pada tabel 5 menunjukkan obat-obatan yang diindikasikan dan kontraindikasi pasien hamil. Obat ini harus diketahui dokter gigi agar dapat memakai obat yang diindikasikan dan tidak menggunakan obat yang kontraindikasi.17

Tabel 5. Pemberian obat-obatan pada pasien hamil(Hasibuan S. Bagian ilmu penyakit mulut FKG USU, 2004:6)

Ya Tidak

Analgesik Paracetamol Aspirin

As.Mefenamat Diamorphine

Pentazocine Antibiotik Penisilin

Eritromisin Sefalosporin

Strepmisin Tetrasiklin Rifampisin Anastesi Lokal Lidokain

Lain-lain Kortikosteroid

Karbamazepin Danazol Thalidomide

Diazepam


(2)

---oOo---BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Mekanisme biologis hubungan antara periodontitis dan kelahiran prematur dimulai dari endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri anaerob gram negatif yang berkolonisasi pada daerah subgingiva pada periodontitis. Kerusakan periodontal yang terjadi dihubungkan dengan aktivasi sel mediator imunitas, yang memicu produksi dari sitokin (Interleukin IL-1, IL-6, tumor necrosis factor alpha (TNF-α)); C- reactive protein; dan merangsang sintesis dan pelepasan prostalglandin (khususnya prostalglandin E2). Molekul-molekul ini diproduksi di dalam periodonsium dan dapat mencapai sirkulasi darah, melewati membran plasenta menuju cairan amniotik. Pada kehamilan normal, level intra amniotik dari mediator-mediator ini akan meningkat secara fisiologis hingga tercapai level puncak. Pada level tersebut dilatasi servikal dan persalinan diinduksi. Produksi abnormal dari mediator-mediator ini (sebagai respon dari kenaikan infeksi periodontal), kontraksi uterin dan rupturnya membran secara prematur, akan memicu terjadinya kelahiran prematur.

Sejumlah peneliti telah meneliti hubungan antara periodontitis dengan kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir rendah. Namun, hasil penelitian memperlihatkan hubungan kontroversial. Berikut ini hasil penelitian Jeffcoat dkk., dan Pitiphat dkk. yang memperlihatkan adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan; serta hasil penelitian Davenport dkk. yang menolak adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan.


(3)

Jeffcoat dkk. dalam penelitiannya menyatakan bahwa sampel yang menderita penyakit periodontal generalisata, nilai odd ratio kelahiran prematur terbesar terdapat pada ibu yang melahirkan bayi dengan kelas prematuritas terburuk. Pitiphat dkk. dalam penelitiannya menyatakan bahwa periodontitis dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur bahkan juga di antara ibu yang tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol. Kedua hasil penelitian diatas disebabkan karena periodontitis dapat mengaktivasi sel mediator imunitas, yang memicu produksi sitokin (yang berfungsi untuk melawan proses infeksi, namun juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan ikat) dan pelepasan prostalglandin (yang berfungsi memicu kontraksi uterin dan dilatasi servikal). Produksi abnormal dari mediator-mediator ini, kontraksi uterin dan rupturnya membran secara prematur, akan memicu terjadinya kelahiran prematur. Davenport dkk. dalam penelitiannya menyatakan tidak ditemukan adanya bukti bahwa penyakit periodontal maternal memiliki hubungan dengan kenaikan resiko PLBW. Kenaikan nilai rata-rata kedalaman saku periodontal pada saat persalinan memperlihatkan hubungan dengan penurunan resiko PLBW yang terjadi. Hasil negatif yang diperlihatkan pada penelitian ini disebabkan oleh pemakaian indeks CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Need). Pemakaian indeks CPITN ini memungkinan munculnya hasil penelitian yang meragukan karena indeks CPITN memiliki keterbatasan sensitivitas dalam mendeteksi penyakit yang ada.

Sebuah penelitian oleh Jeffcoat dkk. untuk melihat efektivitas dari penambahan metronidazole pada skeling dan penyerutan akar, memperlihatkan bahwa nilai insiden kelahiran prematur terendah terdapat pada ibu yang menerima skeling dan penyerutan akar ditambah plasebo. Tidak ditemukan adanya


(4)

kecenderungan yang menguntungkan dengan penambahan metronidazole pada skeling dan penyerutan akar. Alasan dari penurunan efektivitas perawatan skeling dan penyerutan akar dalam mengurangi insiden kelahiran prematur dengan penambahan metronidazole masih tidak diketahui.

Pada masa kehamilan, dokter gigi dapat melakukan perawatan gigi dan mulut, tetapi harus dengan mempertimbangkan perlindungan terhadap ibu hamil dan janin yang sedang berkembang. Waktu perawatan yang terbaik adalah pada trimester kedua. Perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan dapat melibatkan beberapa hal yang berbahaya seperti radiografi dan pemberian obat-obatan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jaringan periodonsium yang buruk pada masa kehamilan merupakan salah satu resiko terjadinya kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah. Perawatan jaringan periodonsium pada masa kehamilan dapat mengurangi resiko terjadinya kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Namun, masalah ini masih memperlihatkan hubungan kontroversial dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menegaskan pengaruh periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan, sehingga dapat diupayakan tindakan penanggulangan dini untuk mencegah insiden kelahiran prematur.


(5)

---oOo---DAFTAR PUSTAKA

1. Yiorgos AB, Silvana PB, Offenbacher S. Exploring the relationship between periodontal disease and pregnancy complications. J Am Dent Assoc 2006;137:7S-13S.

2. Gaw MC. Periodontal Disease and Preterm Delivery of Low Birth Weight Infants. J Can Dent Assoc 2002; 68(3):165-9.

3. Pretorius C, Jagaat A, Lamont FL. The relationship between periodontal disease, bacterial vaginosis and preterm birth. J Perinat Med 2007;35:93-9. 4. Klebanoff M, Searle K. The role of inflammation in preterm birth-focus on

periodontitis. BJOG 2006;133(Suppl.3):43-5.

5. Khashan AS, McNamee R, Abel KM, Mortensen PB, et.al. Rates of preterm birth following antenatal maternal exposure to severe life events: a population based cohort study. Human Reproduction 2009;24(2):429-37.

6. Lopez NJ, Smith PC, Gutierrez J. Higher risk of preterm birth and low birth weight in women with periodontal disease. J Dent Res 2002;81(1):58-63.

7. Goldenberg RL, Culhane JF. Low birth weight in the united states. Am J Clin Nutr 2007;85(Suppl):584S-90S.

8. Hass JS, Afflick EF, Stewart AL, Jackson RA, et.al. Prepregnancy health status and the risk of preterm delivery. Arch Pediatr Adolesc Med 2005;159:58-63. 9. Martina Pirie, Inez Cooke, Gerard Linden, Chris Irwin. Review dental

manifestations of pregnancy. Royal college of obstretricians and gynaecologists 2007;9:21-26.


(6)

10. Rajapakse PS, Nagarathne M, Chandrasekra KB, Dasanayake AP. Periodontal disease and prematurity among non-smoking Sri-Lankan Women. J Dent Res 2005;84(3):274-7.

11. Agueda A, Echeverria A, Manau C. Association between periodontitis in pregnancy and preterm or low birth weight: review of literature. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008;13(9):E609-15.

12. Jeffcoat MK, Geurs NC, Reddy MS, et.al. Periodontal infection and preterm birth: results of a prospective study. J Am Dent Assoc 2001;132:875-80.

13. Le HTT, Jareinpituk S, Kaewkungwal J, Pitiphat W. Increased risk of preterm birth among non-smoking, non-alkohol drinking women with maternal periodontitis. Southeast Asian J Trop Med Public Health 2007;38(3):586-93. 14. Davenport ES, William CECS, Sterne JAC, Murad S, Sivapathasundram V,

Curtis MA. Maternal periodontal disease and preterm low birthweight: case control study. J Dent Res 2002;81(5):313-8.

15. Zubardiah L, Dewi MD. Kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah pada perempuan hamil dengan penyakit periodontal. J Dentika 2003;8(2):113-8. 16. Jeffcoat MK, et.al. Periodontal disease and preterm birth: results of a pilot

intervention study. J Periodontol 2003;74(8):1214-8.

17. Hasibuan S. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa

kehamilan. 2004.

Oktober 2009).

18. Wrzosek T, Einarson A. Dental care during pregnancy. Canadian family physician 2009;55:598-9.