Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE

Masing-masing ekstrak addenda dicampurkan pada larutan media dasar. Setelah itu, larutan kembali dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirrer. Larutan yang telah homogen dimasukkan ke dalam labu ukur dengan menambahkan aquades hingga tera. Larutan kembali dihomogenkan. Setelah homogen, larutan diukur keasamannya pH dan ditetapkan menjadi 5,8 dengan menggunakan pH meter. Jika larutan memiliki pH kurang dari 5,8 ditambahkan beberapa tetes KOH, sedangkan jika lebih dari 5,8 ditambahkan HCl. b Pembuatan Bubur Pisang Jenis pisang yang digunakan adalah pisang ambon yang sudah matang. Brix pisang ambon yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 22, nilai ini hampir sama dengan Brix pisang ambon yang digunakan pada penelitian Septiana 2012 yaitu sebesar 21. Pisang ambon yang digunakan sebanyak 100 gl. Pisang tidak dihaluskan menggunakan blender, melainkan dihancurkan dengan menggunakan spatula diatas petridish. Berbeda dengan ekstrak addenda, pencampuran bubur pisang ke media dasar dilakukan sesudah larutan ditera dan diukur keasamannya pH. Selanjutnya, masing-masing larutan media yang telah dicampur sesuai dengan perlakuan dimasukkan ke dalam panci dan diberi bahan pemadat berupa bubuk agar sebanyak 7 gl. Larutan media dimasak dan diaduk hingga mendidih. Larutan media seban yak 30−35 ml dituang ke dalam botol kultur steril, ditutup plastik dan diikat dengan karet. Setelah itu, botol-botol kultur yang telah terisi media disterilisasi dengan autoklaf Tomy dengan suhu 121 C dan tekanan 1,2 atm selama 7 menit. 3.4.3 Subkultur Subkultur adalah pemindahan kultur dari media lama ke media yang baru untuk memperoleh pertumbuhan baru yang diinginkan. Seedling anggrek Cattleya yang berasal dari botol kultur sebelumnya, disubkulturkan ke media perlakuan. Setiap botol berisi 10 seedling berukuran 0,7−1 cm. Pemindahan dilakukan secara hati- hati dan dalam kondisi aseptik di dalam laminar air-flow cabinet LAFC. Tahap- tahap subkultur ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Tahap-tahap subkultur, a pemisahan seedling anggrek Cattleya dari kultur sebelumnya, b pengambilan seedling, c penanaman seedling ke media, d botol yang telah berisi 10 seedling a b c d 3.4.4 Pengamatan Pengamatan dilakukan pada awal subkultur dan satu bulan sekali hingga berumur 3 bulan setelah seedling ditransfer ke media perlakuan 4 MST, 8 MST, dan 12 MST. Variabel pengamatan meliputi: 1. Jumlah tunas seedling Tunas baru yang muncul dihitung per seedling. 2. Jumlah akar seedling Jumlah akar dihitung per seedling. 3. Panjang akar seedling Masing-masing akar diukur dari pangkal hingga ujung akar dan dirata-rata dalam satuan sentimeter cm. 4. Tinggi seedling Tinggi tanaman diukur dari pangkal seedling hingga ujung daun terpanjang. 5. Bobot basah Penimbangan bobot basah seedling dilakukan pada awal penanaman seedling ke media perlakuan dan setelah 3 bulan atau 12 MST. Kesepuluh seedling pada setiap botol ditimbang dan dirata-rata untuk mengetahui bobot basah per seedling. 6. Persentase albino Persentase albino diamati setelah seedling anggrek berumur 12 MST.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Jumlah tunas, bobot basah terbaik, dan persentase albino terendah seedling anggrek Cattleya hibrida in vitro diperoleh pada media dasar Growmore 32:10:10 3 gl, sedangkan jumlah akar, panjang akar, dan tinggi tanaman terbaik dihasilkan oleh media dasar Growmore 32:10:10 2 gl. 2. Media dasar pupuk lengkap Growmore 32:10:10 3 gl yang diberi penambahan tomat, pisang ambon, atau nanas menghasilkan jumlah tunas, bobot basah yang sama baiknya. Dari ketiga bahan addenda tersebut yang menghasilkan persentase albino terendah adalah addenda tomat sebesar 2. 3. Interaksi antara media dasar Growmore 32:10:10 dan addenda organik hanya terjadi pada panjang akar seedling anggrek Cattleya. Panjang akar seedling dipengaruhi oleh konsentrasi Growmore pada media yang ditambahkan pisang ambon. Pada konsentrasi Growmore 2 gl panjang akar meningkat, namun pada konsentrasi 3 gl panjang akar menurun drastis.

5.2 Saran

Penulis menyarankan pada penelitan selanjutnya dilakukan hingga tahap aklimatisasi untuk melihat apakah seedling Cattleya yang albino dapat bertahan hidup selama proses aklimatisasi di lingkungan eksternal. PUSTAKA ACUAN Akter, S., K.M. Nasiruddin, and A. B. M. Khaldun. 2007. Organogenesis of Dendrobium orchid using traditional media and organic extract. J. Agric Rural Dev. 52:30−35. Amiruddin, C. 2013. Pembuatan tepung wortel Daucus carrota L. dengan variasi suhu pengering. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Universitas Hasanuddin Makasar. 46 hlm. Araujo, A. G. de., M. Pasqual, F. Villa, and F. C. Costa. 2006. Coconut water and banana pulp for in vitro growth of orchid planlets. J. Agronomy. 53310:608−613. Arditti, J., and R. Ernst. 1992. Micropropagation of orchids. http:books.google.co.id . Departement of Horticulture. Diakses pada tanggal 17 Februari 2015. Badan Pusat Statistik. 2015. Data Produksi Nasional. http:www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 17 Februari 2015. Cahyono, B. 2002. Wortel Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 94 hlm. Cunningham, Jr. F. X., B. Pogsos, Z. Sun, K. A. McDonald, D. Dellapenna., and E. Grantt. 1996. Functional analysis of the β and ε lucopene cyclase enzymes of Arabidopsis reveals a mechanism for control of cyclic carotenoid formation. The Plant Cell. 18:1613−1626. Dressler, R. L. 1993. Philogeny and Classification of the Orchid Family. Cambridge University Press. Melbourne. Australia. Erfa, L., Ferziana, dan Yurniansyah. 2012. Pengaruh formulasi media dan konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Phalaenopsis in vitro. J. Penelitian Pertanian Terapan. 123:169−174. Fortner, L. 2002. Anatomy of an Orchid Flower. http:www.orchidlady.com. Diakses pada tanggal 16 Februari 2015. Ginting, Y. C. 2012. Pengaruh konsentrasi ekstrak wortel dan air kelapa terhadap pertumbuhan tunas anggrek Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’ secara in vitro pada media dasar pupuk lengkap. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Gnasekaran, P., R. Poobathy, M. Mahmood, M. R. Samian, and S. Subramaniam. 2012. Effect of organic additives on improving the growth of PLBs of Vanda kasem’s delight. Australian Journal of Crop Science. 68:1245−1248. Gunawan, L. W. 2005. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 hlm. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 hlm. Hawkes, A. D. 1965. Encyclopedia of Cultivated Orchids. Faber. London. http:books.google.co.id. 602 hlm. Diakses pada tanggal 14 Februari 2015. Kailaku, S. I., K. T. Dewandari, dan Sunarmani. 2007. Potensi likopen dalam tomat untuk kesehatan. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 31:50−58. Larassati, I. S. 2011. Pengaruh Berbagai Jenis Buah Pisang dan Arang Aktif terhadap Pembesaran Seedling Anggrek Dendrobium secara in vitro. Skripsi. Jurusan Agroteknologi. Universitas Lampung. Mercuriani, I. S., dan E. Semiarti. 2009. Peningkatan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan embrio anggrek bulan alam Phaleonopsis amabilis L. pada medium diperkaya dengan ekstrak tomat dan likopen. Prosiding Bioteknologi. Seminar Nasional Biologi XX dan Kongres Perhimpunan Biologi Indonesia XIV. 11360−365. Mundiflora. 2015. Cattleya gigas. http:www.mundiflora.com. Diakses pada tanggal 16 Februari 2015. Orchidswiki. 2009. Cattleya labiata. http:www.orchidswiki.com. Diakses pada tanggal 16 Februari 2015. Paul, P. C., and H. H. Palmer. 1975. Food Theory and Aplication. John Wiley and Sons Inc. New York. 797 hlm. Pratomo, A. 2013. Studi eksperimen pembuatan bolu kering substitusi tepung pisang ambon. Skripsi. Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi. Universitas Negeri Semarang. 190 hlm. Rosati, C., R. Aquilani, S. Dharmapuri, P. Pallara, C. Marusic, R. Tavazza, F. Bouvier, B. Camara, and G. Giuliano. 2000. Metabolic engineering of beta carotene and lycopene content in tomato fruit. The Plant Journal. 243:413−419.