PERSILANGAN DIALEL LENGKAP DUA TETUA ANGGREK PHALAENOPSIS ,PEKECAMBAHAN BIJI DAN PEMBESARAN SEEDLING IN VITRO SERTA AKLIMATISASI PLANLET PHALAENOPSIS

(1)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anggrek merupakan salah satu tanaman anggota famili Orchidaceae yang banyak menarik perhatian para pengemar tanaman hias. Salah satunya adalah genus anggrek Phalaenopsisyang mempunyai daya tarik unik. Keunikan bentuk, ukuran dan warna bunganya yang sangat bervariasi, ditunjang oleh daya tahan bunga yang relatif lama menjadi faktor tingginya nilai ekonomiPhalaenopsis sehingga memberikan prospek pasar yang cukup cerah dan meningkatkan minat para pemulia tanaman untuk menciptakan hibrida-hibrida baru (Direktorat Tanaman Hias, 2005).

GenusPhalaenopsis mempunyai kurang lebih 2000 spesies (Rentoul, 2003), harganya relatif murah, mempunyai warna dan bentuk yang bervariasi, dan relatif mudah perawatannya dan perbanyakannya. Hal ini menjadikanPhalaenopsis menguasai lebih dari separuh bisnis anggrek secara umum di dunia. Hampir seluruh sentra anggrek di dunia didominasi olehPhalaenopsis, baik sebagai bunga pot maupun bunga potong. Laju produksiPhalaenopsis meningkat 25% per tahun dengan harga yang terus meningkat (Stern, 2003).


(2)

Pada saat ini minat masyarakat akan anggrek semakin tinggi. Banyak pecinta anggrek mencari anggrek spesies langka dan hibrida-hibrida baru. Para pelaku bisnis anggrek juga mulai memasuki bidang usaha yang spesifik, misalnya spesialis produksi tanaman dalam botol danseedling, community pot,spesialis anggrek spesies, atau spesialis berdasarkan genus tanaman anggrek seperti Phalaenopsis,Vanda,Cattleyadan lain-lain (Widiastuti, 2006).

Menurut Yusnita (2010,in press), dihasilkannya klon dan hibrida anggrek baru merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha di bidang peranggrekan. Salah satu cara untuk menghasilkan hibrida baru anggrek adalah dengan melakukan hibridasasi dilanjutkan dengan perbanyakan vegetatif hasil-hasil silangan yang mempunyai sifat-sifat unggul.

AnggrekPhalaenopsisspesies maupun hibrida dapat digunakan sebagai tetua persilangan untuk menghasilkan hibrida baru yang sesuai dengan keinginan pasar. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua pasangan anggrek Phalaenopsisdapat disilangkan dan tidak semua tanaman anggrek dapat

diserbukkan sendiri dan menghasilkan biji. Oleh karena itu perlu diidentifikasi di antara koleksi tanaman anggrek, yang dapat digunakan sebagai tetua

persilangan (Darmono, 2004).

Pengecambahan biji anggrek pada umumnya dilakukan secarain vitroatau secara asimbiotik. Hal ini karena biji anggrek sulit berkecambah secara alamiah akibat morfologi biji dan faktor lingkungan yang kurang mendukung (Darmono, 2004). Menurut Pierik 1987, sulitnya biji anggrek berkecambah secara alami disebabkan oleh ukuran bijinya yang sangat kecil (dust seed) dan hanya terdiri dari embrio


(3)

3

dengan beberapa ratus sel. Biji anggrek yang berukuran sangat kecil hanya terdiri dari embrio yang terdiri dari ± 30 sel dengan mericarp (George, 1996). Biji anggrek tidak mempunyai cadangan makanan, jika terdapat cadangan makanan jumlahnya sangat sedikit. Tingkat keberhasilan perkecambahan biji anggrek secara alami sangat rendah. Karena ukurannya yang sangat kecil dan tidak memiliki cadangan makanan, maka untuk berkecambah secara alami diperlukan simbiosis dengan cendawan mikoriza (George, 1996, Arditti, 1992 ).

Formulasi media yang dapat digunakan untuk pengecambahan biji anggrek

diantaranya Knudson C, Vacin dan Went, dan Murashige dan Skoog (1962) yang mengandung garam-garam mineral esensial untuk pertumbuhan kecambah biji anggrek (Yusnita, 2006, George,1996; Khishoret al, 2005; Martin and

Madaserry 2006). Keberhasilan pengecambahan biji anggrekPhalaenopsispada berbagai jenis media telah dilaporkan, misalnya Yusnitaet al. (2006) dengan menggunakan media Vacin dan Went serta Utamiet al. (2007) menggunakan media NewPhalaenopsis(NP). Media Murashige dan Skoog (MS)full strength dapat juga digunakan untuk pengecambahan biji anggrekPhalaenopsiskarena mengandung unsur-unsur nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan biji anggrek.

Kebutuhan hara anorganik di dalam media kultur tersedia dalam berbagai formulasi media seperti Vacin-Went (1949), Knudson C (1946) Reinert-Mohr, Knop’s (1967), dan Murashige dan Skoog (1962). Sumber hara anorganik

alternatif di dalam media kultur dapat digantikan dengan menggunakan pupuk daun seperti Growmore. Pupuk daun Growmore mengandung hara makro (N, P, K, Ca) dan mikro (Mg, S, B, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn) yang penting untuk


(4)

pertumbuhan kulturin vitro(Lingga dan Marsono (2004)yang dikutip dalam Warganegara, 2009).

Media perkecambahan biji anggrekin vitroyang terdiri dari pupuk lengkap mungkin dapat digunakan untuk mengecambahkan bijiPhalaenopsisdengan efektifitas yang tidak kalah baik dibandingkan dengan formulasi lain.

Arang aktif merupakan bahan adenda dalam media kultur yang sering digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pengakaran tunas atau untuk tujuan lain. Arang aktif dilaporkan berpengaruh positif untuk pertumbuhanin vitro seedling Dendrobium.Pengaruh penambahan arang aktif ke dalam media pengecambahan biji anggrekPhalaenopsisperlu dipelajari. Arang aktif adalah bahan adenda untuk media kultur jaringan yang mempunyai sifat sebagai penyerap racun dll. dan menghitamkan media. Penambahan arang aktif dapat meningkatkan pertumbuhan seedlinganggrekDendrobium in vitro(Syaputri, 2009) dan meningkatkan

pertumbuhan akar pada tunas anthuriumin vitro(Sismanto, 2009). Penambahan arang aktif ke media dasar MS atau Growmore mungkin dapat meningkatkan perkecambahan biji dan pertumbuhanseedling Phalaenopsis.

Tahapan aklimatisasi merupakan faktor pembatas dalam mendapatkan bibit anggrek untuk tahap berikutnya hingga siap ditanam pot individu (untuk tanaman berbunga). Hal ini biasanya terjadi karena bibit anggrek yang dihasilkan secarain vitroumumnya peka terhadap kondisi lingkungan seperti cahaya, kelembaban, maupun serangan pathogen. Meskipun tahapan pemindahan plantlet cukup sulit, namun secara umum berbagai faktor dari dalam maupun faktor dari luar plantlet memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan plantlet di lingkunganex vitro, di


(5)

5

antaranya faktor dari luar plantlet yaitu pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) (Yusnita, 2004). Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit selama diaklimatisasi dapat diberikan zat pengatur tumbuh benziladenin (BA) dan giberellin (GA). Pemberian ZPT BA dan GA diharapkan dapat memicu atau merangsang pertumbuhan tunas bibit anggrek selama periode aklimatisasi.

1.2. Rumusan Masalah

Penelitian ini untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan dalam upaya menghasilkan angrek hibrida Phalaenopsis, yaitu

1. Apakah setiap tetua anggrekPhalaenopsis mempunyai kemampuan (kompatibel) untuk disilangkan secara dialel lengkap dan dapat menghasilkan polong buah berbiji.

2. Formulasi media apa yang optimal untuk pengecambahan biji Phalaenopsishibrida in vitro.

3. Apakah penambahan arang aktif ke dalam media berpengaruh terhadap pengecambahan biji dan pertumbuhanseedling phalaenopsis in vitro. 4. Apakah pemberian ZPT BA atau GA dapat meningkatkan pertumbuhan


(6)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan informasi tentang pasangan tetua anggrekPhalaenopsisdari persilangan dialel lengkap yang mempunyai kemampuan untuk disilangkan (kompatibel) dan dapat menghasilkan polong buah berbiji.

2. Memperoleh komposisi media kultur (MS atau Growmore) dengan atau tanpa arang aktif yang optimal untuk pengecambahan bijiPhalaenopsis in vitro.

3. Memperoleh komposisi media kultur (MS atau Growmore) dengan atau tanpa arang aktif yang optimal untuk pertumbuhanseedling Phalaenopsis in vitro.

4. Mempelajari pengaruh ZPT (BA atau GA) terhadap pertumbuhan bibit anggrekPhalaenopsisselama periode aklimatisasi.

1.4. Kerangka Pemikiran

Upaya untuk mendapatkan anggrek hibridaPhalaenopsisharus dilakukan dengan cara mengoleksi, menyeleksi, menyilangkan tetua-tetua anggrekPhalaenopsis, mengecambahkanin vitrobiji hasil persilangan untuk menghasilkanprotokom, dan mengaklimatisasikan bibit botolan secaracommunity potmaupun individu di dalam media tanam.

Langkah awal berupa pengoleksian dan penyeleksian dilakukan dengan cara memilih varietas tanamanPhalaenopsisyang unggul, memiliki pertumbuhan sehat, batang yang kokoh, akar yang banyak, kuntum bunga yang banyak/lebat,


(7)

7

dan bebas dari hama dan penyakit. SSeellaannjjuuttnnyyaaddiillaakkuukkaannkkeeggiiaattaannpersilanganp

tetua, pengecambahan polong, regenerasi plantlet, dan aklimatisasi bibit ke lingkungan luar botol seperti yang tertera pada alur berikut

Skema strategi penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Persilangan dilakukan dengan melakuan penyerbukan buatan dengan cara meletakkan serbuk sari (pollinia) pada putik bunga. Waktu yang baik untuk penyerbukan adalah pada pagi hari. Setelah ditentukan tanaman induk, penyerbukan dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut. Mula-mula ditentukan bunga yang akan digunakan sebagai induk jantan dan induk betina. Setelah penyerbukan, sebaiknya petal termodifikasi/labellum bunga yang telah diserbuki dilepaskan supaya tidak menjadi landasan bagi serangga yang mungkin dapat mengugurkan serbuk sari atau membawa serbuk sari baru. Setiap bunga yang sudah diserbukkan dilabel pada tangkai bunga, bertuliskan tanggal

Mengoleksi (mengumpulkan) tetua anggrekPhalaenopsis

Menyeleksi tetua

Persilangan antar tetua yang terseleksi

Pengecambahan biji hasil persilangan

sampai menjadi protokom dan pembesaranseedling in vitro


(8)

penyerbukan dan kode atau nama tetua betina dan jantan. Penyerbukan yang berhasil ditandai oleh membesarnya bakal buah dan layunya perhiasan bunga. Pengamatan dilakukan untuk perkembangan polong buah setelah penyerbukan bunga, keberhasilan penyerbukan (jadi atau tidaknya polong buah), penomoran populasi hasil silangan, panjang dan diameter polong buah, serta bobot segar polong buah pada 3 sampai 4 bulan setelah penyerbukan.

Setelah didapat hasil silangan berupa polong buah yang cukup masak (kurang lebih 4 bulan), biji-bijiPhalaenopsiskemudian ditanam secara aseptik dalam kultur in vitropada media pengecambahan (MS atau Growmore) yang diperkaya dengan atau tanpa arang aktif (semuanya dengan penambahan 150 ml/l air

kelapa). Keberhasilan pengecambahan ditandai dengan terbentuknya protokom yang berasal dari biji viable. Oleh karena itu, perkembangan awal biji anggrek menjadi protokorm juga akan diamati. Pada percobaan berikutnya, protokorm disubkultur ke media Growmore dengan atau tanpa arang aktif kemudian diamati pertumbuhanseedlingnya setelah dua bulan.

Pada percobaan berikutnya, bibit botolanPhalaenopsisdiaklimatisasa melalui community pot dengan media tanam pakis halus dan sabut kelapa dengan perlakuan pemberian ZPT benziladenin (BA) atai gibberelic acid (GA) yang diharapkan dapat mempercepat proses pertumbuhan plantlet menjadi tanaman yang kuat karena salah satu fungsi fisiologis sitokinin merangsang pembelahan sel dan aktivitassink,dan fungsi gibberelin adalah merangsang pertumbuhan batang. Dengan demikian, penyerapan air dan hara mineral olehseedlingdiharapkan akan


(9)

9

lebih meningkat, sehingga pertumbuhanseedlingpada saat aklimatisasi lebih cepat.

1.5. Hipotesis

1. Akan diperoleh beberapa tetua anggrekPhalaenopsis dan spesies yang kompatibel bila disilangkan secara selfing maupun crossing atau dialel lengkap.

2. Media MS lebih baik daripada Growmore baik untuk pengecambahan biji maupun untuk pertumbuhanseedlinganggrekphalaenopsis. 3. Media tanpa arang aktif lebih baik daripada media arang aktif untuk

pengecambahan bijiphalaenopsis.

4. Terdapat perbedaaan pertumbuhanseedling in vitroakibat pemberian arang aktif kedalam media MS atau Growmore.

5. Pemberian ZPT BA atau GA menghasilkan pertumbuhan bibit anggrek Phalaenopsisterbaik selama periode aklimatisasi.


(10)

2.1 Anggrek bulan (Phalaenopsis)

Phalaenopsis adalah salah satu genus anggrek yang memiliki kurang lebih 2000 species jumlah varietasnya sekitar 140 jenis, 60 diantaranya terdapat di indonesia. Selama ini pemahaman namaPhalaenopsis sering disalah artikan dengan anggrek bulan. Padahal, anggrek bulan atau Phalaenopsis Amabilis hanya lah salah satu spesies dari genusPhalaenopsis . NamaPhalaenopsis berasal dari Yunani, yaitu Phalaenos yang berarti ngengat atau kupu-kupu dan opsis berarti bentuk atau penampakan. Seorang Ahli botani memberi nama genus anggrek ini dengan dengan Phalaenopsis pada tahun 1825 adalah Blume. Phalaenopsis, diberikan pada waktu Blume dalam hutan dan mengira telah melihat sekawanan kupu-kupu putih yang tengah hinggap pada sebatang ranting kayu (Rentoul, 2003).

Phalaenopsis amabilis (L) Blume adalah salah satu spesies dari genus Phalaenopsis yang dianggap cukup penting karena peranannya sebagai induk dapat menghasilkan berbagai keturunan atau hibrida. Keistimewaan lainnya adalah mampu berbunga sepanjang tahun dengan rata-rata berbunga selama satu bulan.


(11)

11

Menurut Yusnita (2011), langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemuliaan

anggrek adalah :

1. Menentukan tujuan pemuliaan dan menentukan karakter apa saja yang ingin

didapatkan dalam pemuliaan tersebut .

2. Mempelajari dan mengumpulkan plasma nufah anggrek yang berpotensi sebagai

tetua /indukan yang karakter unggulnya akan digunakan.

3. Melakukan persilangan antar tetua terpilih.

4. Pengecambahan bijiin vitroyang akan memberikan populasiseedlingdalam

kultur in vitro, dilanjutkan dengan aklimatisasi planlet dan pembesaran serta

pemeliharaan tanaman hingga berbunga di rumah kaca.

5. Evaluasi dan seleksi progeni untuk karakter yang diinginkan.

6. Perbanyakan hibrida Phalaenopsis unggul secara in vitro agar diperoleh jumlah

tanaman klonal yang cukup banyak.

7. Pendaftaran dan pelepasan varietas baru yang siap dipasarkan.

Pemuliaan Anggrek merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetik tanaman anggrek secara tetap (baka) sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pemulia tanaman anggrek tersebut. Pemuliaan anggrek umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi. Dasar pengetahuan mengenai perilaku biologi tanaman anggrek dan pengalaman dalam budidaya diperlukan dalam Pemulian anggrek sehingga sering kali dikatakan sebagai gabungan dari ilmu dan seni (Yusnita, 2011).

Produk pemuliaan tanaman anggrek adalah kultivar dengan ciri-ciri yang khusus dan bermanfaat bagi pemulianya. Dalam kerangka usaha pertanian (agribisnis), pemuliaan tanaman anggrek merupakan bagian awal/hulu dari mata rantai usaha


(12)

peranggrekan dan memastikan tersedianya benih atau bahan tanam yang baik dan bermutu tinggi.

2.2. Anatomi angrekPhalaenopsis Kingdom : Plantae

Devisi : Magnoliophyta Klas : Liliopsida Ordo : Asparagales Family : Orchidaceae Sub Family : Epidendroideae Genus : Phalaenopsis

Spesies : Phalaenopsis amabilis

2.2.1. Bunga

Secara umum, susunan bunga Phalaenopsis sama dengan jenis anggrek lainnya. Bunga tersebut tersusun menurut pola baku, yaitu merupakan bunga sempurna yang mempunyai organ reproduksi jantan (androecium) dan organ reproduksi betina gymnoecium (Utami dkk,2007).

Petal atau mahkota bunga anggrek Phalaenopsis berjumlah tiga buah dua diantaranya terletak berselang seling dengan kelopak bunga, sedangkan yang terbawah termodifikasi menjadi labellum. Sepal atau kelopak bunga juga berjumlah 3 buah yang teratas disebut dengan sepal dorsal, dan 2 lainnya dibagian samping disebut sepal lateral (Yusnita, 2011).


(13)

13

Di bagian tengah bunga terdapat tugu bunga (column atau gymnosium) yang merupakan tempat berkumpulnya organ reproduksi jantan dan betina. Serbuk sari berupa individu pollen (monads) yang berkumpul dalam satu kelompok,atau terdiri dari empat butir yang bergabung dalam massa disebut pollinia umumnya berwarna kuning pucat atau kuning cerah tersimpan dalam kepala sari yang disebutanther capterletak tepat diatas ujung tugu bunga.

Pollinia berjumlah 2-8 buah, terbungkus jaringan tipis berperekat dan terkadang terdapat tangkai sari. Pollinia keras sampai agak lunak denan bagian dasarnya menempel pada tangkai yang disebut caudicle. Putik atau alat reproduksi betina adalah rongga berisi materi lengket yang terletak dibawah anter cap meng hadap ke labellum. Bakal buah atau ovary terletak didasar bunga yaitu dibawah tugu,sepal dan petal. Tugu merupakan tempat alat reproduksi betina yaitu putik dan alat reproduksi jantan (Utami dkk, 2007).

2.2.2. Daun

Posisi daun anggrek Phalaenopsis pada umumnya bertunggangan dan berderet dalam dua baris yang rapat berhadapan. Rata-rata bentuk hellaian daun nya melebar kearah ujung dan bagian pangkalnya menghimpit batang atau pangkal daun diatasnya. Warna daun hijau dengan tekstur tebal dan berdaging karena memiliki zat hijau daun (klorofil) serta berfungsi untuk menyimpan air dan cadangan makanan. Lebar daun rata-rata 5-10 cm (Utami dkk, 2007).


(14)

2.2.3. Batang

Pertumbuhan batang anggrekPhalaenopsisbersifat monofodial yaitu meninggi atau vertical pada satu titik tumbuh dan terdiri dari hanya satu batang utama. Bunga keluar dari sisi batang diantara dua ketiak daunnya. Ukuran batang sangat pendek, bahkan nyaris tidak tampak tidak seperti kebanyakan tanaman anggrek lainnya, anggrek ini tidak menghasilkan umbi semu (pseudo bulb). Disepanjang batang selalu muncul akar-akar udara. Kegunaan akar ini untuk mencari makan sambil merekatkan diri pada benda-benda disekitarnya agar batang tetap tegak (

Utami, dkk ,2007).

2.2.4. Akar

Anggrek Phalaenopsis dihabitat aslinya hidup epifit. Akarnya menempel pada batang atau dahan tanaman lain. Biasanya akar yang menempel tersebut mengikuti bentuk permukaan batang tempat ia menempel. Akarnya nyaris tidak berambut jika ada pun sangat pendek atau menempel kuat pada batang tanaman yang ditumpangi.

Bagian akar yang tidak melekat pada batang pohon tidak ditumbuhi rambut. Pada akar ini terdapat jaringan velemen yang berfungsi memudahkan akar menyerap air hujan yang jatuh pada kulit pohon inang. Jaringan ini juga berfungsi sebagai alat pernafasan anggrek. Dibagian akar anggrek epifit biasanya terdapat jamur mycorhiza yang hidup bersimbiosis dengan anggrek. Jamur ini mengambil zat-zat organik dari humus kemudian mengubahnya menjadi bahan makanan dan di berikan kepada anggrek (Utami dkk, 2007).


(15)

15

2.2.5 .Polong buah

Buah anggrek berwarna hijau ukurannya beragam bentuknya seperti kapsul memanjang. Polong buah tersusun dari tiga buah karpel apabila masak akan pecah mengerluarkan biji yang banyak. Biji terdapat didalam buah yang jumlahnya mencapai jutaan, tetapi biji anggrek tidak mempunyai cadangan makan (endosperm) seperti biji tanaman lain. Panjang biji sekitar 0,3–5 mm dan lebarnya sekitar 0,08-0,75 mm. Embrio pada biji jauh lebih kecil dari biji yaitu sekitar 30-100 um x 100-300 um dan beratnya 0,3-14 um. Di dalam biji embrio yang tersusun dari sekitar 100 sel menempati bagian kecil sel ruang biji yang dibunkus oleh testa mirip jaring jadi sekitar 70-90 % ruangan dalam biji berisi udara. Oleh karena itu untuk perkecambahan dan pertumbuhan awal

membutuhkan unsur-unsur sepeti gula, hara makro, hara mikro dan ZPT dari luar atau lingkungan sekitarnya (Utami dkk, 2007).

2.2.6 Reproduksi tanaman anggrek

Pada tanaman berbunga (termasuk anggrek), akar, batang, dan daun merupakan organ vegetatif dari sporofit (bagian tanaman pembentuk spora), sedangkan bagian tanaman yang memproduksi gamet disebut gametofit (bagian tanaman pembentuk gamet). Setelah tanaman memasuki fase reproduktif, maka

pertumbuhan vegetatif akan diselingi oleh pertumbuhan organ reproduktif (bunga) dan setelah itu bagian vegetatif dapat kembali tumbuh. Selanjutnya secara

periodik bunga dapat terbentuk kembali, demikian terjadi berulang-ulang. Dalam siklus hidup tanaman berbunga, fase reproduktif terdiri dari serangkaian proses


(16)

berurutan, yaitu: Pembentukan mikro spora dan perkembangannya menjadi pollen, Pembentukan megaspora dan kantung embrio, Penyerbukan,

Perkecambahan pollen, Fertilisasi, Perkembangan zigot menjadi embrio, Pembentukan biji dalam buah (Yusnita, 2011).

Reproduksi seksual suatu tanaman dalam kelas angiospermae memerlukan proses penyerbukan. Proses ini kemudian diikuti oleh berkecambahnya pollen yang ditandai oleh tumbuh memanjangnya tabung pollen dan setelah itu diikuti oleh bertemunya inti sel sperma dengan inti sel telur di dalam ovul. Fertilisasi

berakibat pada terbentuknya zigot, yang kemudian berkembang menjadi embrio di dalam biji, dan jika biji berkecambah akan menjadi individu tanaman baru.

Terjadinya fertilisasi pada anggrek mengakibatnya pembesaran ovari dan terbentuknya buah anggrek, yang di dalamnya terdapat ribuan biji. Fase

embrionik dimulai dari terbentuknya zigot hingga terbentuknya embrio dalam biji. Fase juvenil dimulai dari protokrom yang merupakan struktur hasil

pengecambahan biji hingga masa transisi sebelum tanaman memasuki fase dewasa. Fase dewasa merupakan periode pada siklus tanaman, dimana tanman sudah dapat berpotensi untuk berbunga (Yusnita, 2011).

2.2.7 Tipe penyerbukan pada bunga anggrek

Kebanyakan jenis anggrek bersifat allogamus (menyerbuk silang) dengan vektor berbagai jenis hewan, tetapi ada sebagian kecil (sekitar 3%) yang bersifat

autogamus atau menyerbuk sendiri tanpa bantuan vektor, dan yang bersifat apogamus, yaitu cara reproduksi tanpa partisipasi gamet jantan, sehingga biji


(17)

17

terbentuk secara apomiksis (Arditti, 1992). Perbedaan cara reproduksi ini dapat berdampak pada perbedaan konstitusi atau variabilitas genetik, sedangkan penyerbukan sendiri berakibat pada kestabilan genetik dan berkurangnya variabilitas.

2.2.6. Anatomi bungga Anggrek Phalaenopsis

labellum=petal termodifikasi Gambar 1. BungaPhalaenopsis

2.3 Persilangaan dialel lengkap

Persilangan dilakukan dengan membuka alat kelamin bunga (gymnostemium) anggrek. Lidi atau tusuk gigi ditempelkan pada lempeng perekat di putik bunga, kemudian digunakan untuk mengambilpollen.Pollendiletakkan di kepala putik (stigma). Persilangan yang diikuti dengan penyerbukan diakhiri dengan

Petal

Sepal

Anter cap


(18)

membuang lidah bunga untuk menghindari serangga menggagalkan penyerbukan, dan memberikan label pada hasil persilangan tersebut (Widiatoety, 2003).

Persilangan buatan yang dilakukan antar genus hanya baik dilakukan untuk bunga dengan tipe pollen yang sama, yaitu antarapolinia-polinia(misal:Cattleya denganDendrobium) ataupolinaria-polinaria(misal:Vandadengan

Phalaenopsis). Selain itu, faktor kesesuaian (compatibility) juga menentukan faktor keberhasilan dalam proses penyerbukan.

Pemilihan tetua disesuaikan dengan hasil yang diinginkan dalam suatu proses persilangan. Secara garis besar tanaman induk harus sehat, yang dicirikan dengan penampilan fisik segar, hijau, tumbuh tegak, kuat dan kokoh.

Untuk dapat menghasilkan persilangan yang diinginkan, maka perlu diketahui sifat-sifat yang dimiliki oleh tetuanya. Sifat-sifat ini ada yang bersifat dominan (sifat yang kuat dan menonjol) dan sifat-sifat yang tidak nampak (resesif, misalnya keawetan bungan dan proses pembungaannya. Sifat-sifat yang

diturunkan oleh tetua dari hasil persilangan F1 (keturunan pertama) dapat bersifat dominan, resesif ataupun dominan tidak sempurna yaitu mempunyai sifat antara kedua tetua (parental)Widiatoety (2003).

Di Indonesia pada umumnya persilangan anggrek lebih mengarah untuk

menghasilkan warna bunga yang menarik, untuk itu sangatlah perlu diperhatikan zat-zat dan organel pembentuk warna pada bunga yaitu:

1. Anthocyanin, merupakan zat larut dalam cairan sel (sitoplasma). Zat ini menimbulkan warna merah muda, merah tua, dan biru. Warna-warna ini


(19)

19

sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan cairan sel, bila pH rendah akan muncul warna merah, sedangkan bila pH tinggi akan muncul warna biru. 2. Anthoxanthin, merupakan zat kimia organik yang juga larut dalam

sitoplasma. Zat ini menimbulkan warna kuning muda hingga kuning tua. Jika anthoxantin berada bersama-sama dalam sitoplasma, maka kedua warna tersebut dapat tercampur. Perubahan warna ini dikenal dengan sebutan ko-pigmentasi

3. Plastida pembawa pigmen warna berbentuk butiran, sehingga tidak larut dalam sitoplasma seperti pigmen yang lain. Pigmen dari plastida akan nampak jika anthocyanin dan anthoxanthin tidak larut dalam sitoplasma.

Albinismeyang terjadi pada bunga anggrek seringkali memberikan suatu nilai komersial yang tinggi.Albinismeumumnya terjadi jika warna yang muncul tidak sesuai dengan kaidah keilmuan dalam genetika tanaman. Hal ini dikarenakan adanya faktor gen atau kromogen yang bersifat resesif atauupun resesif keduanya.

Teknik penyilangan anggrek mudah dipelajari, namun tingkat keberhasilan penyilangan tersebut ditentukan oleh banyak aspek, antara lain waktu

penyilangan, umur bunga betina, mutu bunga jantan sebagai penghasil pollen, dan yang tidak kalah pentingnya adalah faktor keuletan dan pengalaman penyilang itu sendiri (Widiatoety , 2003).

Persilangan dialel lengkap adalah persilangan dari dua atau lebih tetua yang disilangkan secara resiprokal danselfing(Fehr, 1993).


(20)

Pada persilangan tersebut dilakukan silang dalam (selfing) dan crossing antar tetua persilangan secara bolak balik sehingga dapat diketahui kompatibilitas antara satu tetua dengan tetua yang lain (Fehr, 1993).

Persilangan diallel terdiri dari dua jenis yaitu : persilangan diallel penuh dan parsial. Persilangan parsial masih dapat dibagi lagi menjadi persilangan diallel parsial dengan selfing maupun tanpa selfing. Persilangan penuh digunakan bila diduga ada pengaruh maternal (Fehr, 1993).

Sifat bunga anggrek Phalaenopsis adalah hemaphrodit, di dalam satu kuntum bunga terdapat bunga jantan dan bunga betina sifat kelaminnya disebut monoandrae, yaitu alat kelamin jantan dan betina berada pada satu tempat. Keberhasilan persilangan di tentukan oleh berbagai aspek, antata lain umur bunga, waktu melakukan persilangan, mutu bunga jantan sebagai penghasil polen. Sifat yang diturunkan pada hasil persilangan F1 (turunan pertama) bisa dominan, dominan tidak sempurna yaitu mempunyai sifat antara induk betina dan induk jantan, resesif (Widiastoety, 2003)

2.4 Perkecambahan biji KulturIn vitro

Menurut George (1996), perkecambahan biji anggrek dapat dilakukan in vitro dengan cara menanam biji anggrek pada media kultur.Kultur in vitro merupakan teknik menumbuhkembangkan sel jaringan/organ tanaman secara aseptik pada medium kultur yang mengandung hara lengkap pada kondisi lingkungan terkendali (George, 1996) melalui rangkaian tahapan sebagai berikut: tahap (0) yaitu pemilihan dan persiapan eksplan; tahap (1) yaitu inisiasi kultur; tahap (2)


(21)

21

yaitu perbanyakan atau multiplikasi propagul; tahap (3) pemanjangan tunas dan pengakaran; dan tahap (4) yaitu aklimatisasi plantlet ke lingkungan luar (Murashige dan Soog (1974); Debergh dan Maene (1981) yang dikutip oleh George, 1996).

Pertumbuhan dan perkembangan kultur secara umum ditentukan oleh genotipe tanaman induk dan lingkungan kultur (media dan lingkungan fisik). Menurut George (1996), respon perbanyakan eksplan di dalam media pada lingkungan kultur berbeda antargenus bahkan antarspecies tanaman. Lingkungan fisik yang dibutuhkan adalah kondisi dengan suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan kultur. Kebutuhan ketiga faktor lingkungan tersebut berbeda antarsetiap spesies dan tujuan pengulturan. Bahkan, modifikasi komposisi nutrisi dan zat pengatur pertumbuhan didalam media, serta kondisi ruang kultur sangat dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan tujuan pengulturan.

2.5 Komponen Media Kultur

Kebutuhan hara anorganik di dalam media kultur tersedia dalam berbagai formulasi media seperti Vacin-Went (1949), Knudson C (1946) Reinert-Mohr, Knop’s (1967), dan Murashige dan Skoog (1962). Sumber hara anorganik

alternatif di dalam media kultur dapat digantikan dengan menggunakan pupuk daun seperti Growmore. Pupuk daun Growmore mengandung hara makro (N, P, K, Ca) dan mikro (Mg, S, B, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn) yang penting untuk pertumbuhan kultur in vitro (Lingga dan Marsono (2004) yang dikutip dalam Warganegara, 2009). Menurut George (1996); Arditti dan Ernst (1993): Pierik


(22)

(1987), komposisi media kultur umumnya mengandung unsur anorganik (makro dan mikro), bahan organik (di antaranya vitamin, asam amino, gula/karbohidrat, dan arang aktif), dan zat pengatur tumbuh essensial.

Pupuk majemuk daun yang sering digunakan dalam teknik kultur jaringan antara lain adalah Hyponex, Growmore, Gandasil, Bayfolan, dan Vitabloom. Growmore 32-10-10 merupakan pupuk daun anorganik yang mengandung unsur hara makro, namun selain unsur hara makro Growmore juga dilengkapi dengan unsur hara mikro seperti Mg, Mn, Mo, Fe, Ca, Co, B, S, dan Zn (Lingga dan Marsono, 2004). Persentase hara (N-P2O5-K20) yang dikandung pupuk Growmore biru dapat dilihat pada Tabel 2. Pupuk ini berbentuk butiran yang digunakan untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman (Lingga dan Marsono, 2004).

Zat pengatur tumbuh adalah semua senyawa organik bukan nutrisi (sintetik) yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur (merangsang atau menghambat)

pertumbuhan dan perkembangan sel atau tanaman. Auksin, sitokinin, giberellin, etilen, dan asam absisat adalah kelompok zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media kultur. Zat pengatur tumbuh golongan auksin dan sitokinin baik tunggal maupun campuran keduanya banyak digunakan dan paling berperan dalam proses morfogenesis kulturin vitro(George, 1996).


(23)

23

Tabel 1. Komposisi Growmore 32-10-10.

Sumber: Lingga dan Marsono, 2004

Penambahan bahan pemadat seperti gelrite dan agar ke dalam media dilakukan untuk menghasilkan bentuk fisik media cair, semipadat, dan padat sesuai kebutuhan dan pertumbuhan kultur (Arditti dan Ernst, 1993).

Kandungan Senyawa Persentase (%) Total Total Nitrogen (N)

Fosfat (P2O5) Kalium (K2O) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Sulfur (S)

Boron (B) Tembaga (Cu) Besi (Fe) Mangan (Mn) Molibdenum (Mo) Zing (Zn)

32% 10% 10% 0,05% 0,10% 0,20% 0,02% 0,05% 0,10% 0,05% 0,0005%


(24)

Tabel 2. Formulasi media Murashige dan Skoog (MS) (1962).

Komponen Media Konsentrasi dalam Media MS (mg/l)

NH4NO3

KNO3

MgSO4.7H2O

KH2PO4

1650 1900 370 170

CaCl2.2H2O 440

H3BO3

MnSO4.H2O

ZnSO4.7H2O

6,2 16,9

8,6

KI

Na2MoO4.7H2O

CuSO4.5H2O

CoCl2.6H2O

0,83 0,25 0,025 0,025

FeSO4.7H2O

Na2EDTA

27,8 37,3 Tiamin-HCL Piridixin- HCL Asam Nikotinat Glisin 0,1 0,5 0,5 2 Mio-Inositol 100 Sukrosa Agar-agar

Arang Aktif (sesuai perlakuan)

30.000 7.000 2.000


(25)

25

2.6 Arang Aktif

Menurut George (1996), arang aktif merupakan arang yang sudah dipanaskan selama beberapa jam dengan menggunakan uap atau udara panas. Arang aktif memiliki sifat adsorpsi yang sangat kuat. Arang aktif dapat ditambahkan pada berbagai tahap perkembangan. Bahan ini dapat ditambahkan pada media inisiasi, media regenerasi, atau media perakaran.

Pengaruh arang aktif secara umum sebagai berikut:

1. Mengadsorpsi persenyawaan-persenyawaan toksik yang terdapat dalam media yang dapat menghambat pertumbuhan kultur terutama pesenyawaan-persenyawaan fenolik dari jaringan-jaringan terluka waktu inisiasi. Arang aktif juga memiliki pengaruh dalam mengadsorpsi persenyawaan 5-hidroksimetilfurfural yang diduga terbentuk dari gula yang berada dalam larutan asam lemah dan mengalami pemanasan tekanan tinggi (Nitsch et al, 1968 yang dikutip oleh George, 1996).

2. Mengadsorpsi zat pengatur tumbuh sehingga mencegah pertumbuhan kalus yang tidak diinginkan, seperti dalam androgenesis dan pucuk yang ingin diakarkan, membantu embryogenesis kultur dalam dalam media regenerasi tanpa auksin yang bertindak sebagaisinkyang menarik auksin dari dalam sel sehingga embryogenesis dapat terjadi (Drew, 1979 dikutip oleh George, 1996).

3. Merangsang perakaran dengan mengurangi tingkat cahaya yang sampai ke bagian eksplan yang terdapat dalam media.


(26)

Konsentrasi arang aktif yang umum digunakan bervariasi dari 0,5—6%, tergantung dari tujuan (George, 1996). Pada eksplan tanaman manggis konsentrasi arang aktif yang ditambahkan untuk inisiasi akar sebanyak 0,15% menghasilkan penampakan visual tunas terbaik dibandingkan tanpa menggunakan arang aktif (Sunarlim, Mariska, dan Ragapatmi, 2002).

Penambahan arang aktif dapat meningkatkan pertumbuhanseedlinganggrek Dendrobium in vitro(Syaputri, 2009) dan meningkatkan pertumbuhan akar pada tunas anthuriumin vitro(Sismanto, 2009).

2.7 Aklimatisasi Planlet

Menurut Wattimena (1988) dalam Kesuma (2006), aklimatisasi merupakan suatu proses penyesuaian peralihan lingkungan hidup heterotrof menjadi autotrof pada planlet yang diperoleh melalui kultur in vitro. Pada tahap aklimatisasi bibit hasil kultur jaringan di pindahkan kelingkungan baru dengan kondisi lingkungan yang sangat berbeda pada saat bibit berada dalam botol. Fase ini merupakan fase yang sangat kritis, karena sering menyebabkan kematian bibit.

Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikarakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasai ke kondisi ekternal dengan keberhasilan yang tinggi. Plantet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik,serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan. Tanaman juga memperlihatkan beberapa gejala ketidak normalan, seperti bersifat sukulen, lapisan kutikula tipis dan jaringan vaskulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak


(27)

27

berpungsinya stomata sebagaimana mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah. Dengan karakteristrik seperti itu, planlet mudah menjadi layu atau kering jika di pindahkan kekondisi eksternal secara tiba-tiba. Karena itu, planlet perlu diadaptasi dilingkungan baru yang berbeda, dengan kata lain planlet perlu di aklimatisasi (Yusnita,2003).

2.8 PerananBenziladenin(BA) danGiberellin(GA)

Benziladenin adalah salah satu sitokinin yang banyak di digunakan untuk merangsang pertumbuhan tunas perbanyakan daun dalam kultur jaringan. ZPT sintetik ini memiliki peranan penting di dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman diantaranya (a) menstimulasi pembelahan sel; (b) menstimulasi morfogenesis; (c) menstimulasi pertumbuhan tunas lateral atau adventif; (d) menstimulasi pembesaran daun ; (e) mempengaruhi pembukaan stomata; (f) menstimulasi perkecambahan dalam kondisi gelap; (g) menghambat senensen; dan (h) memicu beberapa tahapan perkembangan akar (Warganegara, H.A., 2009)

Hasil penelitian Wati (2009), pada aklimatisasi anggrek Dendrobium hibrida pemberian 10 mg /l BA dapat meningkatkan pertumbuhan planlet (bibit) secara siknifikan yang ditunjukan oleh peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar dan bobot tanaman. Menurut Zasari (2009), pemberian BA 20 mg /l meningkatkan pertumbuhan angrek Denrobium pada saat aklimatisasi yang di tunjukkan dengan peningkatan bobot tanaman setelah berumur dua bulan.

Jaringan atau organ yang masih muda seperti jaringan meristematik, embrio, ujung-ujung akar, buah, dan benih yang berkecambah kaya akan kandungan


(28)

giberellin (GA). Efek dari GA di dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah (1) menstimulasi perpanjangan batang; (2) menstimulasi pembungan; (3) memecahkan dormansi benih; (4) merangsang perkecambahan; dan (5) menghambat senensen daun dan buah (Warganegara, 2009). Zasari (2009), mendapatkan bahwa pemberian GA pada konsentrasi 20 mg/l pada planlet Dendrobium yang diaklimatisasi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan olehpeninkatan tinggi tanaman.


(29)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini terdiri 4 percobaan yaitu :

I. Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrekPhalaenopsis.

II. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji anggrekPhalaenopsis in vitro

III. Pengaruh beberapa jenis adenda terhadap pertumbuhanseedling Phalaenopsis in vitro,dan

IV. Pengaruh BA atau GA terhadap pertumbuhan planlet Phalaenopsispada saat aklimatisasi.

3.1 Percobaan 1. Persilangan dialel lengkap dua anggrekPhalaenopsis

Percobaan ini dilakukan dari bulan September 2009 sampai hingga bualan April 2011. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kompatibilitas dua tetua anggrekPhalaenopsis yaituPhalaenopsisputih lidah kuning (P1) dan

Phalaenopsisungu (P2) yang penampilan kuntum bunganya ungu polos dengan tetua jantanPhalaenopsisputih ( Gambar 1 ). Persilangan dianggap berhasil jika didapatkan polong buah berbiji viabel. Pada kedua tetua dilakukan persilangan dialel lengkap, sebagaimana Tabel 1 sehingga terdapat empat persilangan yaitu P1 x P1, P1 x P2, P2 x P1 dan P2 x P2. Tetua yang disebutkan pertama adalah


(30)

setiap pasangan tetua dilakukan persilangan sebanyak tiga kali sehingga

seluruhnya terdapat 12 kali persilangan. Bunga Phalaenopsis putih lidah kuning danPhalaenopsisungu diperoleh dari pasar bungga di Bandar lampung.

Tabel 3. Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrekPhalaenopsis.

Tetua Persilangan P1 (Phalaenopsisputih)

P2 (Phalaenopsisungu)

P1 (Phalaenopsisputih) P1 x P1 = P1selfing P1 x P2

P2 (Phalaenopsisungu) P2 x P1 P2 x P2 = P2selfing

Gambar 2. Kuntum Bunga TetuaPhalaenopsis.

a. Kuntum bunga tetuaPhalaenopsisputih lidah kuning ( P1 ) b. Kuntum bunga tetuaPhalaenopsis ungu ( P2 ).

Dari persilangan dialel lengkap tersebut diharapkan akan didapat polong buah yang berbiji viable, dan jika biji anggrek dikecambahkan secara in vitro akan didapatkan populasi tanaman hasil silangan. Waktu yang baik untuk penyerbukan adalah pada pagi hari.


(31)

31 Cara menyilangkan bungaPhalaenopsisadalah sebagai berikut.

1. Mula-mula ditentukan bunga yang akan digunakan sebagai induk jantan dan induk betina. Misalnya paada persilangan, P1 X P2, bunga tanaman P1 digunakan sebagai tetua betina sedangkan pollen diambil dari bunga tanaman P2.

2. Dengan sepotong lidi runcing atau tusuk gigi yang telah dibasahi atau ditempelkan ke putik supaya lengket, pollinia (serbuk sari) diambil dari kantong sari (anther cap) bunga tetua jantan. Anther capdicungkil” dan diusahakan agar serbuk sari berwarna kuning menempel diujung lidi. 3. Selanjutnya, pollinia ditempelkan ke lubang putik bunga pada tetua

betina.(Gambar 3b).

4. Setelah penyerbukan, sebaiknya bibir bunga yang telah diserbuki dilepaskan supaya tidak menjadi landasan bagi serangga yang mungkin dapat menggugurkan serbuk sari atau membawa serbuk sari baru. Setiap bunga yang sudah diserbukkan diberi label pada tangkai bunga,

bertuliskan tanggal penyerbukan dan kode atau nama tetua betina dan jantan.

5. Penyerbukan yang berhasil ditandai oleh membesarnya bakal buah dan layunya perhiasan bunga, beberapa hari setelah persilangan.


(32)

Gambar 3. Cara Menyilangkan a. Pollinia diambil dari tetua jantan, dan b. pollinia diletakkan atau dimasukkan dengan tusuk gigi ke putik tetua betina. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada 4 bulan setelah penyerbukan, untuk mengevaluasi pasangan persilanganresiprocaldan/atauselfingmana saja dari kedua tetua yang mengalami pembuahan dan fertilisasi, yang ditandai dengan perkembangan polong buah setelah penyerbukan bunga. Variabel yang diamati adalah

keberhasilan penyerbukan (jadi atau tidaknya polong buah). Setelah berumur 4 bulan sejak persilangan, polong buah dipanen dan siap untuk dikecambahkan dilaboratorium pada media yang telah ditentukan (Percobaan 2).

3.2.Percobaan. 2. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji angrek Phalaenopsis in vitro.

Tujuan percobaan ini adalah untuk memperoleh komposisi media kultur yang optimal untuk pengecambahanPhalaenopsisin vitro dengan kualitas protokorm dan seedling yang baik. Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(33)

33 3.2.1 Bahan tanaman

Untuk bahan tanaman percobaan 2, dua tetua anggrek yaituPhalaenopsis berbunga merah bertotol disilangkan denganPhalaenopsisberbunga putih ( Gambar 4) dan pada umur 4 bulan 2 minggu setelah penyerbukan di hasilkan polong buah yang bijinya siap ditanaman (Gambar 5).

Gambar 4. Polong buahPhalaenopsis yang dipanen pada umur 4 bulan 2 minggu.

3.2.2 Media Kultur untuk Pengecambahan Biji

Media kultur yang digunakan dalam percobaan ini adalah dari formulasi Murashige dan Skoog dan pupuk Growmore, dengan atau tanpa penambahan arang aktif. Kedua formulasi media tersebut mengandung 20 g/l sukrosa, vitamin-vitamin MS, yaitu Formulasi media MS mengandung hara-hara makro (N, P , K, Ca, Mg, dan S), hara-hara mikro (Cu, Co, Mo, Mn, Zn, B, Fe), energi dalam bentuk sukrosa, gula alkohol (mio-inositol) dan beberapa vitamin (thiamin, piridoksin, asam nikotinat, dan bahan organik dan 150 mg/l air kelapa muda. Formulasi media MS dan Growmore yang digunakan di sajikan pada tabel 2 dan tabel 3 semua media diatur pH-nya menjadi 5,8 sebelum diberi pemadat media


(34)

suhu 1210C dan tekanan 1,5 kg/cm2selama 15 menit.

3.2.3 Disain Percobaan

Percobaan dilaksanakan dengan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah M1= media MS, M2= media MS + 2 g/l arang aktif, M3= media GrowMore, dan M4 = media Growmore + 2 g/l arang aktif. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu botol kultur berisi masing-masing media perlakuan, yang di atas permukaannya ditaburkan biji anggrekPhalaenopsis dengan jumlah yang diusahakan sama, yaitu ditakar dengan ujung spatula steril. Pengamatan dilakukan mulai dari umur 1 minggu hinga 8 minggu (2 bulan) setelah tanam. Variabel yang diamati adalah jumlah protokorm perbotol dan biji yang berkecambah menjadi protokormPhalaenopsis.

3.2.4 Sterilisasi Polong, Penanaman Biji dan Kondisi Ruang Kultur

Sebelum disterilkan, polong buahPhalaenopsisdicuci dibawah air keran yang mengalir setelah diberi dengan detergen di permukaannya. Sterilisasi polong buah anggrek dilakukan didalam laminar air-flow cabinet (LAFC). Mula-mula polong buah direndam dan dikocok dalam larutan Bayclin 30% selama 15 menit lalu dibilas air steril 3 kali. Setelah itu polong buah dicelup ke dalam spritus dengan cepat dan dibakar sampai nyala api di permukaan buah hilang. Pembakaran dilakukan dua kali. Setelah itu, polong diletakkan di atas cawan petri steril dan


(35)

35 dipotong bagian ujung dan pangkalnya dan dibelah dikedua sisinya sehingga biji-biji seperti debu tampak.

Penanaman biji dilakukan dengan menaburkan sejumlah biji yang volumenya diusahakan sama menggunakan ujung spatula keatas permukaan media perlakuan. Setelah biji ditabur, botol ditutup kembali dan diikat dengan karet.

Kemudiankan diletakkan dirak-rak diruang kultur yang suhunya 24-280C dengan pencahayaan lampu fluoresens ±1000 lux.

3.2.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan mulai dari umur 1 minggu hinga 8 minggu setelah tanam. Variabel yang diamati persentase protokorm dan bobot 100 protokorm setelah tanaman berkecambah.

Pengamatan dilakukan pada tiga bulan setelah tanam biji dengan menghitung persentase biji yang berkecambah. Caranya, protokorm pada perlakuan yang tampaknya semua bijinya berkecambah dihitung dan jumlah tersebut dianggap biji berkecambah 100%. Kemudian protokorm pada perlakuan lainnya dihitung dan jumlahnya dibandingkan dengan yang jumlah protokorm terbanyak tadi lalu dikalikan 100%.


(36)

seedlingPhalaenopsis in vitro.

3.3. Disain Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan dengan rancangan kelompok teracak lengkap dengan 3 kelompok dan empat perlakuan. Perlakuan yang dicobakan adalah empat macam adenda yaitu A1= air kelapa, A2= bubur pisang, A3= ekstrak tomat dan A4 = ekstrak kentang. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Satiap satuan percobaan terdiri dari satu botol kultur berisi sekitar 20 protokormPhalaenopsisumur 3 bulan (yang pengecambahan bijinya pada perlakuan yang sama).

3.3.1 Kondisi Ruang Kultur

Kultur protokorm pada semua media yang dicobakan diletakkan di rak-rak di ruang kultur yang suhunya 24-280C dengan pencahayaan lampu fluoresens ±1000 lux.

3.3.2 Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar pada seedlingPhalaenopsisserta bobot segar 5 tanaman setelah protokorm dikulturkan selama 4 bulan. Perbedaan nilai variabel yang diukur dianalisis ragamnya dan jika nyata dilanjutkan menggunakan uji BNT pada taraf 5%.


(37)

37 Percobaan 4. Pengaruh BA atau GA terhadap pertumbuhan planlet

Phalaenopsispada saat aklimatisasi.

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penyemprotan larutan BA atau GA terhadap pertumbuhan planlet Phalaenopsispada saat aklimatisasi.

3.4.1 Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang digunakan dalam percobaan ini adalah planletPhalaenopsis dari tiga spesies yang didapatkan dari laboratorium Kebun Raya Bogor, yaituP. amabilis, P.cornucervidanP. violaceae. Ukuran dan umur planlet dari ke tiga spesiesPhalaenopsistersebut kurang lebih sama (Gambar 4).

Gambar 5. PlanletPhalaenopsisyang akan diaklimatisasi.

3.4.2. Disain Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan dengan rancangan kelompok teracak lengkap. Percobaan ini terdiri dari tiga kelompok (tiga spesiesPhalaenopsisyaituP. amabilis, P.cornucervidanP. violaceae.) yang diaklimatisasi dalam kompot (community pot) dan diperlakukan dengan pupuk sebagai kontrol (K); pupuk + larutan BA 20 mg/l dan pupuk + larutan GA 20 mg/l. Setiap satuan percobaan


(38)

kelapa.

3.4.3. Cara Aklimatisasi planlet

Aklimatisasi planlet dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

1. Mula-mula botol berisi planlet diberi air, lalu dikocok untuk memudahkan pengambilan planlet dari media agar-agar.

2. Planlet dicuci bersih, terutama dibagian akar dengan hati-hati agar akar tidak rusak, tetapi bersih dari media agar yang menempel.

3. Planlet direndam dalam larutan fungisida antracol 2g/l selama sekitar 30 menit lalu ditiriskan diatas kertas koran.

4. Media tanam sudah disiapkan, yaitu cacahan batang pakis dan serat sabut kelapa.

5. Penanaman planlet dilakukan dengan cara menggulung longgar akar planlet, lalu menanam dimedia berisi cacahan pakis. Penanaman dilakukan secara kompot, yaitu 5 planlet ditanam bersamaan dalam satu pot.

6. Kompot diletakkan dimeja rumah kaca bernaungan paranet (± 40% dari cahaya penuh).

7. Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari sekali.

8. Perlakuan larutan BA atau GA diberikan dengan menyemprot planlet dimulai pada umur 1 bulan hingga 4 bulan setelah bibit dikeluarkan dari botol.


(39)

39 3.4.4. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada empat bulan setelah bibit dikeluarkan dari botol. Variabel yang diamati adalah:

1. Jumlah daun. 2. Diameter daun. 3. Jumlah akar.


(40)

4.1 Hasil

4.1.1. Percobaan I: Persilangan dialel lengkap dua tetua anggrek Phalaenopsis.

Perkembangan Ovari menjadi buah (polong buah).

Teknik penyilangan anggrek mudah dipelajari, namun tingkat keberhasilan penyilangan tersebut ditentukan oleh banyak aspek, antara lain waktu

penyilangan, umur bunga betina, mutu bunga jantan sebagai penghasil pollen, dan yang tidak kalah pentingnya adalah factor keuletan dan pengalaman penyilang itu sendiri. Sekitar lima hingga tujuh hari setelah penyerbukan, mahkota bunga yang digunakan sebagai induk betina layu, disertai dengan pembesaran tangkai bunga tempat ovari berada. Tangkai bunga yang semula berwarna putih atau putih kemerahan juga berangsur-angsur berubah warna menjadi hijau. Pada umur dua minggu setelah penyerbukan, ovari tumbuh membesar sebagaimana disajikan pada Gambar 7. Warna polong buah pada tetua betinaPhalaenopsisungu

berwarna hijau keunguan (Gambar 7a), sedangkan warna polong pada tetua betina Phalaenopsisputih berwarna hijau (Gambar 7b). Hingga berumur 4 bulan


(41)

41

Gambar 8. Hasil dari persilangandialel lengkapkedua tetuaPhalaenopsisterpilih (P1 dan P2) di sajikan pada Tabel 4

Gambar 6. Warna polong buahPhalaenopsis dari induk betina berbunga ungu pada umur dua minggu setelah penyerbukan,(a). Warna polong hijau keunguan dari persilangan tetua betinaPhalenopsisungu, (b). Warna polong hijau dari persilangan tetua betinaPhalenopsisputih.

Gambar 7. Polong anggrekPhalaenopsisyang disilangkan secara dialel lengkap polang umur 4 bulan 2 minggu. ,(a). Warna polong hijau keunguan dari persilangan tetua betinaPhalenopsisungu, (b). Warna polong hijau dari persilangan tetua betinaPhalenopsisputih.


(42)

Kemungkinan warna polong anggrekPhalaenopsisini di pengaruhi oleh zat dan organel pembentuk warna pada bunga yaitu:

1. Anthocyanin, merupakan zat larut dalam cairan sel (sitoplasma). Zat ini menimbulkan warna merah muda, merah tua, dan biru. Warna-warna ini sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan cairan sel, bila pH rendah akan muncul warna merah, sedangkan bila pH tinggi akan muncul warna biru. 2. Anthoxanthin, merupakan zat kimia organik yang juga larut dalam

sitoplasma. Zat ini menimbulkan warna kuning muda hingga kuning tua. Jika anthoxantin berada bersama-sama dalam sitoplasma, maka kedua warna tersebut dapat tercampur. Perubahan warna ini dikenal dengan sebutanko-pigmentasi

3. Plastida pembawa pigmen warna berbentuk butiran, sehingga tidak larut dalam sitoplasma seperti pigmen yang lain. Pigmen dari plastida akan nampak jika anthocyanin dan anthoxanthin tidak larut dalam sitoplasma.

Albinismeyang terjadi pada bunga anggrek seringkali memberikan suatu nilai komersial yang tinggi.Albinismeumumnya terjadi jika warna yang muncul tidak sesuai dengan kaidah keilmuan dalam genetika tanaman. Hal ini dikarenakan adanya faktor gen atau kromogen yang bersifat resesif atauupun resesif keduanya.


(43)

43

Tabel 4. Jumlah polong buah yang dihasilkan dari masing-masing tiga kali persilangandialel lengkapdua tetuaPhalaenopsis.

PhalaenopsisPutih Lidah kuning (P1)

PhalaenopsisUngu(P2)

PhalaenopsisPutih Lidah kuning (P1)

1 (33,3%) Selping

2 (67%) Krosing PhalaenopsisUngu

(P2)♂

3 (100%) Krosing

3 (100%) Selping

Dari Tabel 3 terlihat bahwa semua pasangan tetua persilangan atauselfingdapat menghasilkan polong buah. Hal ini dapat diartikan bahwa kedua tetua tersebut kompatibel untuk disilangkan secara resiprokal, walaupun jumlah polong yang dihasilkan berkisar antara 1-3 dari masing-masing tiga persilangan untuk setiap pasangan tetua.

Polong buah dan bijiPhalaenosis

Polong buah yang sudah berumur 4 bulan 2 minggu sejak penyerbukan bunga merupakan buah masak yang masih belum pecah. Biji yang terdapat di dalam polong jumlahnya sangat banyak, dan berukuran sangat kecil seperti debu . Jika dilihat dengan mikroskop dengan perbesaran 200 x, bijiPhalaenopsistampak sebagaimana disajikan pada Gambar 9a, sedangkan ketika disebarkan di atas


(44)

media perkecambahan, bijiPhalaenopsisterlihat sebagaimana disajikan pada Gambar 9b.

Gambar 8. (a). BijiPhalaenopsisdilihat dengan mikroskop dengan perbesaran 200x, (b). BijiPhalaenosistampak seperti debu ketika disebarkan di media perkecambahan.

4.1.2 Percobaan 2: Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap perkecambahan biji

Pengecambahan bijiPhalaenopsis In vitropada media MS atau Growmore dengan atau tanpa arang aktif

Polong biji yang sudah masak tetapi belum pecah, yaitu yang berumur 4 bulan 2 minggu setelah penyerbukan disterilisasi dan bijinya disemaikan secara aseptik di media MS atau Growmore, dengan atau tanpa arang aktif. Setelah 2 bulan jumlah protokormyang mencerminkan jumlah biji yang berkecambah per botol dihitung, dan disajikan pada Gambar 11.


(45)

45

Gambar 9. Jumlah Protokorm perbotol pada perkecambahan bijiPhalaenopsis hibridain vitropada umur dua bulan setelah persemaian biji.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa media Growmore tanpa arang aktif

merupakan media yang lebih baik daripada media MS untuk pengecambahan biji Phalaenopsis, dan penambahan arang aktif ke dalam kedua media dasar tersebut justru menekan pengecambahan biji. Pada media yang mengandung arang aktif, jumlah protokorm atau biji yang berkecambah hanya 5,3 pada media Growmore dan 44,6 pada media MS, namun kedua media tersebut tanpa penambahan arang aktif menghasilkan 600 protokorm pada Growmore dan 267 protokorm pada media MS.

Jika perkecambahan biji pada botol yang menghasilkan jumlah protokorm terbanyak dianggap mempunyai persentase perkecambahan 100 % dan perkecambahan pada botol yang lain dibandingkan dengan botol yang

menghasilkan persen perkecambahan tertinggi tersebut, maka rata-rata persentase perkecambahan bijiPhalaenopsispada media MS atau Growmore dengan atau tanpa arang aktif dapat dilihat pada Gambar 9. Dari Gambar 9 tersebut, media


(46)

perkecambahan biji yang menghasilkan persentase perkecambahan tertinggi adalah media Growmore tanpa arang aktif (85,5 %), hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan perkecambahan biji pada media MS tanpa arang aktif yaitu 30%. Media MS maupun Growmore dengan arang aktif hanya menghasilkan persen perkecambahan berturut-turut sebesar 6 % (MS + AC) dan 0,07% (Growmore + AC) (Gambar 10).

Gambar 10. Pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap Jumlah perkecambahan bijiPhalaenopsishibridain vitropada umur 2 bulan setelah perkecambahan.


(47)

47

Gambar 11. ProtokormPhalaenopsishibrida pada dua jenis media dasar dengan dan tanpa arang aktif pada umur 2 bulan setelah penyemaian biji.

4.1.3 Percobaan 3. Percobaan Pembesaran protokormPhalaenopsis menjadiseedlingpada media dasar MS atau Growmore dengan atau tanpa arang aktif.

ProtokormPhalaenopsisyang didapatkan dari media perkecambahan biji,

kemudian ditransfer ke media baru yang sama untuk studi pertumbuhanseedling. Setelah berumur dua bulan sejak pemindahan protokorm dilakukan pengamatan terhadap beberapa variabel yang mencerminkan pertumbuhanseedling, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar dan bobot basahseedling.


(48)

Tabel 5. Rekapitulasi analisis ragam pada Percobaan Pembesaran protokorm Phalaenopsismenjadiseedlingpada media dasar MS atau Growmore dengan atau tanpa arang aktif.

Variabel Arang Media Interaksi

Tinggi tanaman * tn tn

Jumlah daun tn tn tn

Jumlah akar * tn tn

Panjang akar * tn tn

Bobot Tanaman * tn tn

Hasil percobaan III terlihat bahwa media (MS + AC) dan (Gromore + AC) secara umum lebih baik dibandingkan media (MS - AC) dan ( Growmore–AC) untukseedling Phalaenopsis Pada variable tinggi tanaman,jumlah akar panjang akar dan bobot tanaman berpengaruh nyata sedangkan pada jumlah daun tidak berpengaruh nyata.

Gambar 12. Pengaruh Arang aktif terhadap tinggi tamanam (cm) pada media seedling Phalaenopsis. 1,97 b 3,07 a 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Tanpa arang aktif (2g/l) Dengan arang aktif (2g/l)

Ti n g g i Ta n a m a n ( c m )


(49)

49

Tinggi tanaman dari hasil pengamatan masa pertumbuhanseedling Phalaenopsis terlihat Gambar 12 bahwa media MS dan Growmor tanpa arang aktif tingginya hanya 1,97 cm sedangkan pada media MS dan Growmore dengan arang aktif atau (MS + AC) dan Growmore + AC) mengalami peningkatan tingi tanaman yaitu sebesar 3,07 cm.

Gambar 13. Pengaruh Arang aktif terhadap pada jumlah akar (helai) media seedling Phalaenopsis.

Jumlah akar tanaman dari hasil pengamatan masa pertumbuhanseedling Phalaenopsis seperti terlihat pada Gambar 13 bahwa pada media MS dan Growmore tanpa arang aktif yaitu hanya sebesar 1,9 helai sedangkan pada media MS dan Growmore dengan arang aktif atau (MS + AC) dan (Growmore + AC) mengalami peningkatan yang nyata sebesar 5,9 helai.

1,9 b

5,9 a

0 1 2 3 4 5 6 7

Tanpa arang aktif (2g/l) Dengan arang aktif (2g/l)

J

u

m

la

h

a

k

a

r


(50)

.

Gambar 14. Pengaruh Arang aktif terhadap Panjang akar (cm) pada media seedling Phalaenopsis.

Dari hasil pengamatan selama masa pertumbuhanseedling Phalaenopsisterlihat pada Gambar 14 panjang akar pada media MS dan Growmore tanpa arang aktif sebesar 2,76 sedang kan pada media MS dengan arang aktif dan Growmore dengan arang aktif atau media (MS + AC) dan (Growmore + AC) mengalami peningkatan sebesar 3,25 cm, hal ini sesuai dengan Tabel 3 pertumbuhansedling Phalaenopsispada arang berbeda nyata dengan media .

2,76 b

3,25 a

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Tanpa arang aktif (2g/l) Dengan arang aktif (2g/l)

P

an

jan

g ak

ar

(

cm

)


(51)

51

Gambar 15. Pengaruh Arang aktif terhadap bobot segar tanaman (gram) pada mediaseedling Phalaenopsis.

Dari hasil pengamatan bobot akar tanaman pada masa pertumbuhanseedling Phalaenopsisterlihat pada media tanpa arang aktif sebesar 2,11 sedangkan pada media MS dan Gromore dengan arang aktif atau media (MS + AC) dan

(Growmore + AC) mengalami peningkatan pada bobot tanaman segar yaitu sebesar 3,25 gram hal ini dapat dilihat pada Gambar 15.

2,11 b

3,25 a

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Tanpa arang aktif (2g/l) Dengan arang aktif (2g/l)

B

ob

ot

T

an

am

an

(

g)


(52)

Gambar 16. Menunjukkan hasil pengamatan pembesaranseedling Phalaenopsis pada media MS dan Growmore dengan atau tanpa arang aktif.

4.1.4 Percobaan IV. Respon pertumbuhan dan perkembangan planlet anggrekPhalaenopsisterhadap pemberian BA dan GA pada masa aklimatisasi.

PlantletanggrekPhalaenopsisyang digunakan untuk percobaan berasal dari kultur anggrek yang telah siap diaklimatisasi. Pertumbuhan dan perkembangan plantletdiamati mulai dikeluarkan dari botol hingga berumur 16 minggu selama periode aklimatisasi pengamatan dilakukan pada umur 16 minggu meliputi : jumlah daun,diameter daun, jumlah akar, dan bobot segar tanaman.


(53)

53

Tabel 6. Hasil analisis ragam Respon pertumbuhan dan perkembangan planlet anggrekPhalaenopsisterhadap pemberian BA dan GA pada masa aklimatisasi.

Variabel pengamatan Perlakuan BA atau GA

Jumlah daun ns

Diameter daun **

Jumlah akar **

Bobot segar tanaman *

ns

menunjukkan tidak berbeda nyata pada α0.05 *

menunjukkan berbeda nyata pada tarafα0.05 **

menunjukkan berbeda nyata padaα0.05 danα0.01

Hasil analisis ragam pada Tabel 4 terlihat bahwa pemberian BA dan GA pada planlet Phalaenopsisyang di aklimatisasai tidak berpengaruh pada jumlah daun, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap diameter daun dan jumlah akar serta berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman.

Gambar 17. Jumlah daun (helai) masa aklimatisasi. 4,66 a

5,93 a 5,06 a

0 2 4 6 8 10

KO BA GA

Ju m lah D au n ( H el ai )


(54)

Jumlah daun yang di hasil kan olehseedling Phalaenopsis, setelah di beri

perlakuan dengan BA dan GA pada 4 bulan masa aklimatisasi tidak berbeda satu sama lain , yaitu pada kontrol 4,7 nilai pada perlakuan GA 5,1 dan nilai pada perlakuan BA 6,0. Tampak pada Gambar 17.

Gambar 18. Diameter daun (cm) pada masa aklimatisasi.

Pada Gambar 18 diameter daun dari hasil pengamatan masa aklimatisasiplanlet Phalaenopsisselama empat bulan pemberian BA 20mg/l dapat meningkatkan diameter daun yang semula hanya 20,8 mm pada kontrol menjadi 26,1 mm sedangkan pemberian GA tidak berpengaruh hanya besar 22,1 mm . Gambar 18.

20,83 b

26,06 a

22,06 b

0 5 10 15 20 25 30

KO BA GA

D

iam

et

er

D

au

n

(

cm

)


(55)

55

Gambar 19. Jumlah akar (helai) pada masa aklimatisasi anggrek Phalaenopsis.

Jumlah akar dari hasil pengamatan pada masa aklimatisasi pada gambar 19 terlihat bahwa berbeda nyata yang semula jumlah akar yaitu pada kontrol 4,4 helai BA 7,0 helai dan pada GA 6,0 helai.

Penampilan tanaman phalaenopsis yang tidak diberi ZPT, disemprot dengan BA dengan disemprot dengan GA disajikan pada gambar 20.

Gambar 20. Tanaman phalaenopsis yang tidak diberi perlakuan ZPT (kiri) yang disemprot dengan BA (tengah), dan yang disemprot dengan GA (kanan)

4,36 c

6,93 a

5,7 b

0 1 2 3 4 5 6 7 8

KO BA GA

Ju

m

lah

A

k

ar


(56)

4.2 Pembahasan

4.2.1Percobaan I: Persilangan dialel lengkap dua tetua angrek Phalaenopsis.

Persilangandialel lengkapyang dilakukan pada kedua tetua angrekPhalaenopsis semua menghasilkan polong buah berbiji. Perbandingan dari 4 persilangan 1:2:3:3 sehingga terdapat empat persilangan yaitu P1 x P1, P1 x P2, P2 x P1 dan P2 x P2. Tetua yang disebutkan pertama adalah tetua betina, sedangkan yang disebutkan berikutnya adalah tetua jantan. Semua tetua yang disilangkan dengan dialel lengakapadalah kompatibel.

Dugaan tentang tetuaPhalaenopsistidak menghasilkan polong buah berbiji atau tidak kompataibel disebabkan karena terbatasnya kuntum bunga sebagai bahan persilangan dan kondisi kuntum bunga masih dalam keadaan siap atau tidak untuk diserbuki sehingga hasil persilangan dialel lengkap ada yang tidak menghasilkan polong berbiji atau tidak kompatibel. Faktor kesesuaian

(compatibility) juga menentukan faktor keberhasilan dalam proses penyerbukan.

Pemilihan tetua tentunya disesuaikan dengan hasil yang diinginkan dalam suatu proses persilangan. Secara garis besar tanaman induk harus sehat, yang dicirikan dengan penampilan fisik segar, hijau, tumbuh tegak, kuat dan kokoh.

Perkawinan suatu tanaman normal akan menghasilkan tanaman baru dengan kromosom genap/ 2n., sedangkan apabila kromosomnya bejumlah 3n atau triploid tetua anggrek tersebut mengalami fertilisasi. Tetua yang kromosomnya yang tidak genap akan menghasilkan buah yang cepat rontok adapun yang mempunyai


(57)

57

jumlah kromosom 4 menghasilkan buah yang besar, sedangkan yang

kromosomnya 6n dan 8n justru menghasilkan bunga anggrek yang tidak bagus. Sifat dari tanaman anggrek ditentukan oleh banyak gen sehingga perlu dilakukan persilangan crossing dan resiprokal atau dialel lengkap, agar didapat variasi gen yang besar ditimbulkan pada setiap persilangan.

Untuk dapat menghasilkan persilangan yang diinginkan, maka perlu diketahui sifat-sifat yang dimiliki oleh tetuanya. Sifat-sifat ini ada yang bersifat dominan (sifat yang kuat dan menonjol) dan sifat-sifat yang tidak nampak (resesif, misalnya keawetan bungan dan proses pembungaannya. Sifat-sifat yang

diturunkan oleh tetua dari hasil persilangan F1 (keturunan pertama) dapat bersifat dominan, resesif ataupun dominan tidak sempurna yaitu mempunyai sifat antara kedua tetua (parental).

4.2.2 Percobaan II. Pengaruh media dasar tanpa dan dengan arang aktif terhadap Perkecambahan angrek Phalaenopsis in vitro.

Hasil penelitian ini Pengaruh arang aktif pada perkecambahan anggrek

Phalaenopsisadalah media Growmore tanpa arang aktif merupakan media yang lebih baik daripada media MS untuk pengecambahan bijiPhalaenopsis, dan penambahan arang aktif ke dalam kedua media dasar tersebut justru menekan pengecambahan biji. Pada media yang mengandung arang aktif, jumlah

protokorm atau biji yang berkecambah hanya 5,3 pada media Growmore dan 44,6 pada media MS, namun kedua media tersebut tanpa penambahan arang aktif menghasilkan 600 protokorm pada Growmore dan 267 protokorm pada media MS.


(58)

Menurut George (1996), arang aktif merupakan arang yang sudah dipanaskan selama beberapa jam dengan menggunakan uap atau udara panas. Arang aktif memiliki sifat adsorpsi yang sangat kuat.Mengadsorpsi

persenyawaan-persenyawaan toksik yang terdapat dalam media yang dapat menghambat pertumbuhan kultur terutama pesenyawaan-persenyawaan fenolik dari jaringan-jaringan terluka waktu inisiasi. Arang aktif juga memiliki pengaruh dalam mengadsorpsi persenyawaan 5-hidroksimetilfurfural yang diduga terbentuk dari gula yang berada dalam larutan asam lemah dan mengalami pemanasan tekanan tinggi dan mengadsorpsi zat pengatur tumbuh hingga mencegah pertumbuhan (Nitsch et al, 1968 yang dikutip oleh George, 1996).

4.2.3 Percobaan III. Pengaruh beberapa media MS dan Growmore terhadap pertumbuhanseedling Phalaenopsis in vitro.

Hasil percobaan pengaruh media MS dan Grwmore terhadap perkecambahan anggrekPhalaenopsis in vitro terlihat bahwa media (MS + AC) dan (Gromore + AC) secara umum lebih baik dibandingkan media (MS - AC) dan ( Growmore– AC) untukseedling Phalaenopsis Pada variable tinggi tanaman,jumlah akar panjang akar dan bobot tanaman berpengaruh nyata sedangkan pada jumlah daun tidak berpengaruh nyata.

Growmore adalah salah satu jenis pupuk daun anorganik mengandung hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) maupun hara mikro (Cu, Mn, Zn, B) dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman. . Menurut Stewardet al. (1952); Burnet dan Ibrahim (1973); Rangan (1974) yang dikutip dalamGeorge (1996),


(59)

59

penambahan 10-20% air kelapa ke dalam media kultur tanpa atau mengandung zat pengatur pertumbuhan cukup efektif untuk meningkatkan pertumbuhan eksplanin vitro. Selain sejumlah jenis nutrisi organik sepertidifenil urea, berbagai asam amino, beberapa vitamin, gula serta gula alkohol, air kelapa juga mengandung zat pengatur pertumbuhan seperti auksin dan sitokinin yang keduanya dapat saling bersinergi dalam aksinya mempengaruhi pertumbuhan kulturin vitro(George, 1996).

Tinggi tanaman, jumlah akar, panjang akar dan bobot segar tanaman di peroleh pada perlakuan media MS dan Growmore atau media (MS + AC) dan (Growmore + AC) masing masing yaitu tinggi tanaman mengalami peningkatan sebesar 3,08 cm, jumlah akar mengalami peningkatan sebesar 5,7 helai, panjang akar 3,25 cm dan bobot segar tanaman mengalami peningkaran sebesar 3,25 gr. Hasil ini mengindikasikan bahwa pada media (MS + AC) dan (Growmore + AC) terbukti sangat baik untuk disajikan sebagai media alternatif untuk perbesaranseedling Phalaenopsis. Menurut George (1996), arang aktif merupakan arang yang sudah dipanaskan selama beberapa jam dengan menggunakan uap atau udara panas. Arang aktif memiliki sifat adsorpsi yang sangat kuat. Arang aktif dapat

ditambahkan pada berbagai tahap perkembangan. Bahan ini dapat ditambahkan pada media inisiasi, media regenerasi, atau media perakaran.

Sebelumnya, keberhasilan penggunaan pupuk daun Growmore 2 g/l dalam media kultur untuk pengecambahan dan pertumbuhan anggrekPhalaenopsis, juga telah dilaporkan oleh Ramadianaet al. (2008); Soedjono (2005).


(60)

4.2.4 Percobaan IV: Respon pertumbuhan dan perkembangan plantlet anggrekPhalaenopsisterhadap pemberian BA dan GA selama masa aklimatisasi.

Pengaruh penyemprotan larutan mengandung zat pengatur pertumbuhan BA secara umum memengaruhi pertumbuhan dan perkembanganplantletselama masa aklimatisasi. Perlakuan zat pengatur pertumbuhan meningkatkan diameter daun, bobot segar tanaman, dan persen tumbuh tetapi jumlah daun tidak berbeda nyata. Hasil ini sejalan dengan penelitian Daza dan Chamber (1993)yang dikutip dalamGeorge (1996) bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembanganplantletselama diaklimatisasi dapat diaplikasikan zat pengatur pertumbuhan tertentu. Menurut Yusnita (2004), secara umum zat pengatur pertumbuhan digunakan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel tanaman.

Responplantletberbeda terhadap pemberian BA atau GA. Spesifikasi respon plantletterhadap jenis zat pengatur pertumbuhan terlihat dari masing-masing peubah yang diamati. Perlakuan BA masing-masing menghasilkan nilai tertinggi tanaman, diameter daun,jumlah akar bobot segar tanaman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BA dan GA berperanan sesuai dengan fungsinya dalam memengaruhi pertumbuhan dan perkembanganplantlet. Selain dapatmenyebabkan jaringan atau organ aktif menjadi sink’penyedia nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, BA berperanan diantaranya

menstimulasi pembelahan sel dan morfogenesis; menstimulasi pertumbuhan tunas lateral atau adventif; menstimulasi pembesaran; dan memicu beberapa tahapan


(61)

61

perkembangan akar dan daun. Peranan GA untuk menstimulasi perpanjangan organ (daun atau batang) (George, 1996).

Aplikasi BA atau GA dengan merupakan perlakuan yang menghasilkan peningkatan diameter daun,jumlah akar, bobot basah,plantletselama masa aklimatisasi. Sesuai pendapat Dwijoseputro (1990) bahwa manfaat zat pengatur tumbuh tergantung konsentrasi yang diberikan. Jika konsentrasi zat pengatur tumbuh tepat akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam waktu relatif singkat. Konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terlalu tinggi akan menghambat bahkan meracuni dan mematikan tanaman

Dari penampilan bibit hasil perbesaranplantletselama masa aklimatisasi terlihat bahwa perlakuan BA menunjukkan bibit anggrek dengan pertumbuhan secara proforsional lebih baik daripada perlakuan GA. Dengan demikian, BA dapat dianggap sebagai jenis jenis zat pengatur pertumbuhan yang efektif untuk merangsang pertumbuhan dan perkembanganplantletanggrekPhalaenopsis. Selama masa aklimatisasi. Menurut Yasman dan Smits (1988), meskipun pengaruh zat pengatur pertumbuhan sulit dimengerti,namun dapat menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal.


(62)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil dan pembahasan dari percobaan 1, 2,3 dan 4 yang telah dikemukakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

1. Semua tetua anggrekphalaenopsisyang disilangkan secara dialel lengkap kompatibel yang ditunjukkan oleh terbentuknya polong buah pada setiap pasangan yang disilangkan atau silang dalam.

2. Media Growmore merupakan media yang lebih baik daripada media MS untuk perkecambahan bijiPhalaenopsis.

3. Pemberian arang aktif kedalam media menghambat pertumbuhan biji Phalaenopsis.

4. Pada pembesaran seedlingPhalaenopsisin vitro, jenis media dasar (MS atau Growmore) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tetapi pemberian arang aktif meningkatkan pertumbuhan seedling yang ditunjukkan oleh peningkatan tinggi tanaman, jumlah akar, panjang akar dan bobot basah tanaman.

5. Pemberian BA kepada planletPhalaenopsisyang di aklimatisasi

meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan oleh peningkatan diameter daun, jumlah akar dan bobot tanaman, sedangkan pemberian GA hanya meningkatkan jumlah akar tetapi tidak perpengaruh terhadap diameter daun dan bobot basah tanaman.


(63)

63 5.2 Saran

Untuk mendapatkan data hasil penelitian perbanyakan klonal anggrek

Phalaenopsis,yang lebih akurat disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut.

1. Perlakuan beberapa jenis formulasi media terhadap perkecambahan anggrek phalaenopsis.

2. Perlakukan beberapa jenis formulasi media terhadap pembesaran atau seedlinganggrekPhalaenopsis.

3. Perlakuan jenis pupuk daun dan konsentrasi ZPT terhadap pertumbuhan plantletanggrek lainnya selama aklimatisasi.


(64)

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

1. Tesis dengan judul “Persilangan Dialel Lengkap Dua Tetua Anggrek, Pengecambahan Biji dan Pembesaran SeedlingIn VitroSerta Aklimatisasi PlanletPhalaenopsis” adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan pengutipan atas karya penulis lain dengan cara tidak sesuai dengan etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau disebut dengan plagiarisme.

2. Pembimbing penulisan tesis ini berhak mempublikasikan sebagian atau seluruh tesis ini pada jurnal ilmiah dengan mencantumkan nama saya sebagai salah satu penulisnya.

3. Hak intelektual karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada unila.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya

bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 29 Juli 2011 Pembuat pernyataan,

Yivista Handayani NPM 08240011007


(65)

ABSTRACK

Dialel Crossing of Two

Phalaenopssis

Parent Plants,

In Vitro

Seed

Germination, Seedling Growth and Plantlet Acclimatization

By

YIVISTA HANDAYANI

Phalaenopsisis a popular member of Orchidaceae that has a high

economic value due to its uniqueness of the shape, size, and color of its flowers. Currently, the prospect ofPhalaenopsismarket as well as interest of plant breeders to create new hybrids are increasing. Therefore, research in plant breeding and plant propagation is important.

This study consisted of four experiments that aimed to investigate (1) dialel crossing of twoPhalaenopsisparent plants, (2) the effects of two basic media and activated charcoal (AC) onin vitroseed germination, (3) the effects of two basic media onin vitroseedling growth, and (4) the effects of benzyladenine (BA) or l gibberellic acid (GA) application on plantlet growth during

acclimatization.

The experiments were conducted at laboratory of plant tissue culture and green house at Faculty of Agriculture, The University of Lampung since March 2009 until January 2010. In experiment I, diallel crossing of twoPhalaenopsis parent plant were done, resulting in four mating (crossing and selfing of the two parents). Each mating was repeated three times. In experiment II,Phalaenopsis seeds were sown on two basic media (MS or Growmore) with or without 2g/l activated charcoal. In experiment III, the same combinations of basic media and AC were used two grow two month-oldPhalaenopsisprotocorms resulted from experiment II. In experiment IV, planlets were acclimatized in a shaded

greenhouse and treated with 20 mg/ml BA or 20 mg/l GA or without plant growth regulator as a control treatment. Experiment II and III were conducted in

completely randomized design, whereas experiment IV in completly randomized block design. All combinations of treatments were repeated three times. Data from all experiments were subjected to analysis of variance and if there was any significant F result (s), the means were separated using least significant different


(66)

Results of experiment I showed that all of the four mating between P1 and P2 produced seed pods, which implied that the twoPhalaenopsisparents were cross- and self-compatible.

Results of experiment II, showed that Growmore basic medium was better than MS medium, and the basic medium without AC was better than with addition of AC forin vitro germination ofPhalaenopsisseeds.

Results of experiment III, showed that the two basic media tested did not influence seedling growth. However, addition of 2g/l AC in the medium resulted in better seedling growth which were showed by increasing number of leaves and plant fresh weight.

Results of experiment IV, showed that application of 20 mg/l BA

significantly increased plantlet growth during acclimatization, which was showed by the increase of leave width, plant fresh weight and number of roots. However, application of 20 mg/l GA generally did not influence plantlet growth. This treatment only increased number of roots but did not affect other growth variables.


(67)

ABSTRAK

PERSILANGAN DIALEL LENGKAP DUA TETUA ANGGREK PHALAENOPSIS,PEKECAMBAHAN BIJI DAN PEMBESARAN

SEEDLINGIN VITROSERTA AKLIMATISASI PLANLET PHALAENOPSIS

Oleh

YIVISTA HANDAYANI

Anggrek merupakan salah satu tanaman anggota famili Orchidaceae yang banyak menarik perhatian para pengemar tanaman hias. Salah satunya adalah genus anggrek Phalaenopsisyang mempunyai daya tarik unik. Keunikan bentuk, ukuran dan warna bunganya yang sangat bervariasi, ditunjang oleh daya tahan bunga yang relatif lama menjadi faktor tingginya nilai ekonomiPhalaenopsis sehingga memberikan prospek pasar yang cukup cerah dan meningkatkan minat para pemulia tanaman untuk menciptakan hibrida-hibrida baru.

Penelitian terdiri dari 4 percobaan yang bertujuan untuk mempelajari (1) persilangan dialel lengkap dua tetuaphalaenopsis. (2) pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji angrekphalaenopsis in vitro. (3) pengaruh beberapa macam adenda dalam media pupuk growmore. (4) pengaruh BA atau GA terhadap pertumbuhanplantletselama diaklimatisasi.

Percobaan dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan dan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Maret 2009 sampai dengan January 2010. Percobaan I melakukan persilangan dialel lengkap yaitu dengan dua belas tetua phalaenopsis untuk dapat meng hasilkan polong yang kompatibel. Percobaan II menggunakan rancangan lengkap dengan tiga ulangan meliputi formulasi media MS dan pupuk Growmore dengan atau tampa

penambahan arang aktif gr/l yang disusun dalam rancangan teracak sempurna faktorial. Desain untuk percobaan III dirancang dengan menggunakan perlakuan tunggal berupa BA 10 dan 20 mg/l, serta GA 10 dan 20 mg/l yang disusun dalam rancangan kelompok teracak sempurna.

Hasil penelitian menunjukkan dengan dua tetua phalaenopsis yang

disilangkan secara dialel lengap ovari mulai membengkak dan membentuk polong buah berbiji.


(68)

Semua tetua anggrekphalaenopsisyang disilangkan secara dialel lengkap

kompatibel yang ditunjukkan oleh terbentuknya polong buah pada setiap pasangan yang disilangkan atau silang dalam. Media Growmore merupakan media yang lebih baik daripada media MS untuk perkecambahan bijiPhalaenopsis.Pemberian arang aktif kedalam media menghambat pertumbuhan bijiPhalaenopsis.

Pada pembesaran seedlingPhalaenopsisin vitro, jenis media dasar (MS atau Growmore) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tetapi pemberian arang aktif meningkatkan pertumbuhan seedling yang ditunjukkan oleh peningkatan tinggi tanaman, jumlah akar, panjang akar dan bobot basah tanaman. Pemberian BA kepada planletPhalaenopsisyang di aklimatisasi meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan oleh peningkatan diameter daun, jumlah akar dan bobot tanaman, sedangkan pemberian GA hanya meningkatkan jumlah akar tetapi tidak perpengaruh terhadap diameter daun dan bobot basah tanaman.


(69)

ABSTRAK

PERSILANGAN DIALEL LENGKAP DUA TETUA ANGGREK PHALAENOPSIS,PEKECAMBAHAN BIJI DAN PEMBESARAN

SEEDLINGIN VITROSERTA AKLIMATISASI PLANLET PHALAENOPSIS

Oleh

YIVISTA HANDAYANI MULKAN

Anggrek merupakan salah satu tanaman anggota famili Orchidaceae yang banyak menarik perhatian para pengemar tanaman hias. Salah satunya adalah genus anggrek Phalaenopsisyang mempunyai daya tarik unik. Keunikan bentuk, ukuran dan warna bunganya yang sangat bervariasi, ditunjang oleh daya tahan bunga yang relatif lama menjadi faktor tingginya nilai ekonomiPhalaenopsis sehingga memberikan prospek pasar yang cukup cerah dan meningkatkan minat para pemulia tanaman untuk menciptakan hibrida-hibrida baru.

Penelitian terdiri dari 4 percobaan yang bertujuan untuk mempelajari (1) persilangan dialel lengkap dua tetuaphalaenopsis. (2) pengaruh media dasar dan arang aktif terhadap pengecambahan biji angrekphalaenopsis in vitro. (3) pengaruh beberapa macam adenda dalam media pupuk growmore. (4) pengaruh BA atau GA terhadap pertumbuhanplantletselama diaklimatisasi.

Percobaan dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan dan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Maret 2009 sampai dengan January 2010. Percobaan I melakukan persilangan dialel lengkap yaitu dengan dua belas tetua phalaenopsis untuk dapat meng hasilkan polong yang kompatibel. Percobaan II menggunakan rancangan lengkap dengan tiga ulangan meliputi formulasi media MS dan pupuk Growmore dengan atau tampa

penambahan arang aktif gr/l yang disusun dalam rancangan teracak sempurna faktorial. Desain untuk percobaan III dirancang dengan menggunakan perlakuan tunggal berupa BA 10 dan 20 mg/l, serta GA 10 dan 20 mg/l yang disusun dalam rancangan kelompok teracak sempurna.

Hasil penelitian menunjukkan dengan dua tetua phalaenopsis yang

disilangkan secara dialel lengap ovari mulai membengkak dan membentuk polong buah berbiji.


(1)

Judul Tesis

: PERSILANGAN DUA TETUA

ANGGREK,PENGECAMBAHAN BIJI

DAN PEMBESARAN SEEDLING

IN

VITRO

SERTA AKLIMATISASI

PLANLET ANGGREK

PHALAENOPSIS

Nama Mahasiswa

: Yivista Handayani

No. Pokok Mahasiswa

: 0824011007

Program Studi

: Pascasarjana Magister Agronomi

Fakultas

: Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Yusnita, M.Sc.

Dr. Ir. Nyimas

Sa’diyah

, M.P

NIP. 196108031986032002

NIP. 196002131986102001

2. Ketua Program Studi

Pascasarjana Magister Agronomi

Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc

NIP. 196104021986031003


(2)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :

Dr. I r. Yusnita, M.Sc.

Sekretaris :

Dr. I r. Nyimas Sa’diyah, M.P.

Penguji

Bukan Pembimbing :

Dr. I r. Dwi Hapsoro, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. I r. Wan Abbas Zakaria, M.S.

NI P. 19610826 198702 1 001

3. Direktur Program Pascasarjana

Prof. Dr. I r. Abdul Kadir Salam, M.Sc.

NI P. 19610826 198702 1 001


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuripan Kotaagung Tanggamus Lampung, pada tanggal 6 Agustus 1974 yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Hi. Mulkan Nurdin dan Ibu Maryani Abdul Zalil.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 6 di Kotaagung Lampung tahun 1984, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 di Kotaagung Lampung tahun 1990, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 di Kotaagung Lampung tahun 1993. Pada tahun 2000, penulis menyelesaikan pendidikan Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan tahun 2008 mengikuti pendidikan Pascasarjana Program Magister Agronomi Universitas Lampung di Bandar Lampung. Sejak tahun 2008, penulis diangkat sebagai Pegawai Negri Sipil di Lingkungan Kabupaten Tanggamus Lampung.


(4)

SANWACANA

Alhamdulillah, pujian syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan menulis tesis sebagai tugas akhir.

Dalam melaksanakan penelitian dan menulis tesis ini, telah banyak pihak yang terlibat dan membantu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku pencetus ide penelitian ini, pembimbing pertama, dosen pengajar, dan Kepala Laboratorium Kultur Jaringan yang telah banyak memberikan bantuan moral dan material, pemikiran, serta bimbingan selama penulis menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister Agronomi.

2. Ibu Dr. IrNyimas Sa’diyah, M.P., selaku pembimbing kedua, dan dosen pengajar Program Magister Agronomi yang telah memberikan saran, nasihat, motivasi, pemikiran, serta bimbingan selama penulis menyelesaikan

pendidikan Program Pascasarjana Magister Agronomi.

3. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku pembahas , penguji, dosen

pengajar, dan Ketua Jurusan Program Pascasarjana Magister Agronomi yang memberikan saran, kritik, motivasi, serta pemikiran selama penulis


(5)

ii 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian dan dosen pengajar pada Program Pascasarjana Magister Agronomi.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, M.Sc., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung dan dosen pengajar pada Program Pascasarjana Magister Agronomi.

6. Ibu Ir. Mintarsih Adimiharja, Ph.D., Ibu Dr. Ir. Maimun Barmawi, M.S., Ibu Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P., Ibu Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc., Ibu Dr. Ir.Sri Yusnaini, M.Sc., Ibu Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc., dan Bapak Ir. Saiful Hikam, Ph.D., selaku dosen pengajar pada Program Pascasarjana Magister Agronomi yang sangat dihormati dan dicintai penulis.

7. Bapak Ir. Baheram selaku Kepala Laboratorium Rumah Kaca Fakultas Pertanian Unila dan Bapak Triyadi selaku teknisi rumah kaca yang telah memberikan bantuan dan saran selama penulis menyelesaikan penelitian di rumah kaca.

8. Ayahanda Drs.Hi. Mulkan Nurdin, Ibunda Hj. Maryani Abdul Zalil, Relyandi Mulkan, Nugroho Pangestu, Sandi Puji Lestari SE, Habby bullohzumirotin, Nursabilah, selaku keluarga penulis yang senantiasa memberikan bantuan dukungan dan doa dalam menyelesaikan Pendidikan Program Magister Agronomi.


(6)

iii 9. Febrian Pursyah, Ibnu Azis Murad, Mera zasari, Sri Widarti, , Ronald Bunga

Mayang, Maman, Ardeade, Rini, Yuliansyah, Maulina, Hayane Adeline Warganegara, Rio, Ida, Arum, Lia, Titik, Eka, Mas Toto, Eva, selaku teman-teman penulis selama menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister Agronomi.

Semoga Allah SWT membalaskan semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Amin.

Bandar Lampung, 7 Agustus 2011