Langkah-langkah Pemecahan Masalah Metodologi Penelitian Masalah

Sampai pada tahun 1944 telah diproduksi satu milyar gallon Coca Cola, dan tahun 1945 karena penggemar Coca Cola sering menyebut Coca Cola dengan Coke saja, maka nama Coke ini didaftarkan sebagai singkatan dari nama Coca Cola. Sampai tahun 1953 telah diproduksi dua milyar gallon Coca Cola. Setiap hari seratus juta orang minum Coca Cola diseluruh dunia dan sekarang Coca Cola telah dinikmati lebih dari 166 negara. Gambar 4.1. Timeline Coca Cola di Indonesia Pada tahun 1927, Coca-Cola masuk ke Nusantara. Kemudian atas prakarsa dan modal sendiri, seorang saudagar banga Belanda bernama Bernie Konings pada tahun 1932 mendirikan pabrik Coca Cola pertama di Indonesia bernama De Nederland Indische Mineral Water Fabriek di jalan Antara dh Post Weg Batavia. Dalam rentang Antara 1942-1945 pada jaman penjajahan Jepang produksi, Coca- Cola lumpuh. Pada tanggal 7 Maret 1953 tepat setelah kemerdekaan, Bernie Konings bekerja sama dengan 6 enam orang putra Indonesia yaitu: M. Tabrani, Prof. Dr. Mr. TSG Mulia, Tatang Nana. Aminoedin Pohan serta Gouw Hoan Giok dan istri mendirikan kembali Coca-Cola namun kembali berproduksi dengan nama The Indonesian Bottles Ltd NV IBL dan mengambil alih serta membeli mesin-mesin terdahulu. Pada tahun 1957, Bernie Konings dan istri kembali ke Belanda dan sejak saat itulah Indonesian Bottler Ltd . IBL dikelola dan dimiliki 100 oleh bangsa Indonesia.Pada saat pertama kali berdiri, IBL banyak sekali mengalami kesulitan dalam memproduksi Coca-Cola karena: 1. Impor bahan baku dibatasi secara ketat. 2. Terjadi konfrontasi antara pemerintah RI dengan pihak luar, sehingga hubungan luar negeri sebagian besar tertutup. 3. Keterbatasan modal untuk mengembangkan pabrik. 4. Kapasitas produksi hanya mencapai 500 peti per hari. 5. Sering terjadi aliran listrik mati, sehingga menggangu kelancaran produksi. Kebutuhan untuk mengatasi permasalahan diatas menyebabkan IBL berusaha untuk mencari tambahan modal dan pada tanggal 12 April 1971, IBL bergabung dengan 3 tiga perusahaan Jepang yaitu Mitsui Toatsu Chemical Inc., Mitsui Co. Ltd., Mikuni Coca-Cola Bottling Co. , dan berubah nama menjadi PT Djaya Beverages Bottling Company PT DBBC. Dengan penggabungan IBL dengan tiga perusahaan Jepang tersebut, kapasitas pabrik meningkat sebagai berikut: 1. Tahun 1971 – 1974 memiliki 1 mesin kapasitas 500 botolmenit 2. Tahun 1975 – 1981 memiliki 2 mesin kapasitas 1000 botolmenit 3. Tahun 1982 – 1996 memiliki 3 mesin kapasitas 1800 botolmenit Peningkatan kapasitas produksi diikuti pula dengan penambahan macam produk yang dihasilkan dalam berbagai ukuran kemasan, jika semula hanya memproduksi Coca-Cola saja, maka sejak saat itu pula diproduksi produk minuman lain; Sprite dan Fanta dengan berbagai rasa dan aroma. Perkembangan usaha yang terasa semakin cerah mengakibatkan pada tanggal 28 April 1987, mayoritas saham telah dimiliki oleh putra Indonesia. Dua perusahaan Jepang mengundurkan diri dari PT DBBC, dan menjual kepemilikkan saham PT DBBC kepada pihak IBL. Pemegang saham di PT DBBC yang menggantikan dua perusahaan Jepang tersebut adalah Coca-Cola Holding Asia Ltd. yang berpusat di Hongkong, dan disahkan dengan Akte Notaris No. 8951988 sehingga komposisi pemegang saham tersebut menjadi : 1. PT Indonesia Bottler Ltd. Sebesar 51 saham 2. Coca-Cola Holding Asia Ltd. Hongkong sebesar 29 saham 3. Mikuni Coca-Cola Bottling Co. sebesar 20 saham Tepat pada tanggal 6 Oktober 1993 seluruh saham PT DBBC diambil alih oleh Coca-Cola Amatil Ltd. yang berpusat di Sydney, Australia yang merupakan suatu grup perusahaan pembotolan Coca-Cola di kawasan Asia Pasifik dan Eropa Timur. Dikarenakan terjadinya pemindahan saham mengakibatkan nama PT. DBBC berubah menjadi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia PT. CCAI dan pada tahun 2000 seluruh pabrik pembotolan minuman merek dagang Coca-Cola yang ada di Indonesia resmi bergabung menjadi satu di bawah PT. CCAI. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling PT. CCAIB yang bertugas untuk memproduksi botol dan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Distribution PT. CCAID bertugas untuk memasarkan dan mempromosikan minuman ringan yang dihasilkan PT. CCAIB. Untuk meningkatkan volume penjualan ke seluruh wilayah Indonesia maka PT. CCAI mengoperasikan pabrik pembotolan di 10 kota besar di Indonesia yaitu Medan, Padang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Pandaan, Bali, Makassar, dan Banjar Baru. Salah satu pabrik pembotolan terbesar yaitu terdapat di Jakarta. Pada tahun 2002, PT. CCAIB berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia PT. CCBI dan PT. CCAID berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Distribution Indonesia PT. CCDI. Seluruh pabrik pembotolan Coca-Cola di