17 yang kebutuhan nutrisinya terpenuhi dan berimbang, siklus hidupnya akan lebih cepat
bila dibandingkan dengan serangga hama yang kebutuhan nutrisinya tidak cukup Nair, 2000.
2. Kemampuan Beradaptasi
Kemampuan hidup dan sifat-sifat lainnya dari serangga untuk dapat tetap hidup
dengan keadaan di sekitarnya sangat penting karena banyak faktor seperti kelem- bapan udara memengaruhi secara langsung atau tidak langsung terhadap kehidupan
serangga. Serangga yang hidup di lingkungan yang kering mempunyai cara dalam mengenfisienkan penggunaan air misalnya dengan cara menyerap kembali air yang
terdapat pada kotoran yang akan dibuang dan menggunakan kembali air metabolik tersebut. Contohnya serangga yang mempunyai kemampuan tersebut adalah rayap.
Oleh karena itu, kelembapan udara sebagai keadaan lingkungan harus diperhatikan dengan baik.
Selain itu, predator juga sangat mempengaruhi tinggi rendahnnya suatu populasi serangga hama yang mana predator adalah suatu organisme yang hidup bebas yang
mana organisme tersebut mandapatkan makanannya dengan membunuh mangsanya dan biasanya mengambil mangsa lebih dari seekor dalam hidupnya. Predator tidak
memiliki kekhususan dalam hal pemilihan mangsa. Oleh karena itu, predator dapat berupa berbagai serangga atau hewan lain yang memakan serangga hama, dan en-
tomopatogen dapat menimbulkan penyakit, meliputi cendawan, bakteri, virus, ne- matoda atau hewan mikro lainnya yang dapat memengaruhi kehidupan serangga
18 hama, dan entomopatogen sudah mulai dikembangkan sebagai insektisida alami
untuk mengendalikan serangga hama Natawigena, 1990.
3. Faktor Makanan
Faktor makanan yang mempengaruhi perkembangan populasi serangga yaitu
banyaknya tanaman, karena makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama keberadaan makanan dipengaruhi oleh suhu, kelembapan, curah hujan, dan tindakan
manusia. Apabila semua faktor lingkungan mendukung keberadaan makanan, maka pertambahan populasi serangga hama akan sejalan dengan makin bertambahnya
makanan. Hubungan faktor makanan dengan populasi serangga itu disebut hubungan bertautan padat. Oleh karena itu, faktor makanan dapat digunakan untuk menekan
populasi serangga hama. Daun merupakan konsumsi besar dalam sumber makanan bagi kehidupan serangga hama Nair, 2007.
19
III. BAHAN DAN METODE A.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada pada bulan April sampai Mei 2012. Lokasi penelitian
adalah di lahan persemaian Hutan Tanaman Rakyat milik Koperasi Subur Rezeki yang terletak di Desa Ngambur Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten
Lampung Barat.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pinset, stoples, kaca pembesar
loupe, gunting, pisau, sweep net jaring serangga, label nama, kamera digital, GPS, alat tulis, lembar pengamatan dan buku panduan identifikasi hama. Adapun bahan
yang digunakan yaitu alkohol 70.
C. Metode Pengumpulan Data
1.
Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan langsung secara visual di lapangan, yang meliputi jenis-jenis hama yang berada pada bibit jabon Anthocephalus chinensis,
sengon laut Paraserianthes falcataria dan kayu afrika Maesopsis eminii. Data primer yang lainnya adalah densitas populasi hama, dan tingkat serangan hama.
20
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi keadaan umum lokasi, studi literatur, dan informasi dari
masyarakat maupun pekerja setempat mengenai hama dan keadaan lingkungan di lokasi persemaian.
D. Pelaksanaan Penelitian
1.
Pengambilan Sampel
Inventarisasi jenis hama dan intensitas serangannya dilaksanakan di lahan persemain dengan luasan total 0,37 ha dilakukan dengan menggunakan plot sampel yang
dirancang secara diagonal pada setiap lahan persemaian. Pada masing-masing lahan persemaian yang mempunyai luas jabon 0,06 ha, sengon laut 0,05 ha, dan kayu
afrika 0,05 ha dan ditentukan 5 plot sampel untuk pengamatan jenis-jenis hama dan intensitas kerusakan mutlak serta 5 plot sampel untuk pengamatan jenis-jenis hama
dan intensitas kerusakan nisbi pada setiap plot diamati 20 bibit, dengan jarak tiap plot 5-10 m yang di sesuaikan dengan luasan tiap lahan persemaian. Hama yang ada pada
setiap plot sampel diambil dan diamati langsung secara visual. Peta lokasi penelitian tertera pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3.
21
Gambar 1. Letak lokasi persemaian hutan tanaman rakyat milik Koperasi Subur Rezeki yang terletak di Desa Ngambur Kecamatan Bengkunat Belimbing
Kabupaten Lampung Barat
22
Gambar 2. Denah lokasi persemaian hutan tanaman rakyat milik Koperasi Subur Rezeki yang terletak di Desa Ngambur Kecamatan Bengkunat Belimbing
Kabupaten Lampung Barat.
23 Gambar 3. Denah sample pengamatan
Gambar 3. Tata letak plot sampel sampel pengamatan hama Keterangan : = Sampel pengamatan Indeks Kerusakan Nisbi
= Sampel pengamatan Indeks Kerusakan Mutlak
Gambar 3. Tata letak plot sampel pengamatan secara diagonal
Keterangan: = sampel pengamatan intensitas kerusakan mutlak
= sampel pengamatan intensitas kerusakan nisbi 20 = jumlah sampel bibit tanaman
5 m = jarak antar sampel pengamatan intensitas kerusakan nisbi dengan sampel pengamatan intensitas kerusakan
mutlak.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang diamati adalah sebagai berikut.
a.
Jenis hama dan densitas masing – masing jenis.
Jenis hama yang terdapat pada setiap plot sampel diamati, diidentifikasi, dan dihitung jumlahnya dengan pengambilan sample hama tanpa pengembalian.
20 20
20
20 20
20
20 20
20
20 5 m
5 m
24 b.
Intensitas kerusakan mutlak Pengumpulan data intensitas kerusakan mutlak dilakukan dengan cara sensus sampel,
diperoleh berdasarkan perhitungan jumlah bibit yang terserang hama secara mutlak rusak titik tumbuh dari semua bibit dalam setiap plot sampel Asmaliyah dkk.,
2008. c.
Intensitas kerusakan nisbi Tingkat kerusakan nisbi diamati berdasarkan persentase pengamatan per tanaman
yang dinilai berdasarkan klasifikasi hama sesuai tingkat serangan. Untuk peng- hitungan tingkat kerusakan tanaman I dilakukan menurut kriteria Unterstenhofer
1963 hama sesuai tingkat serangan, sebagaimana dikutip oleh Asmaliyah dkk. 2008.
E. Analisis Data
Variabel penelitian yang diamati yaitu: jenis hama dan densitas masing-masing jenis,
intensitas kerusakan mutlak, dan intensitas kerusakan nisbi. Anilisis data dilakukan menggunakan rumus dan klasifikasi sebagai berikut Unterstenhofer, 1963 dalam
Asmaliyah dkk., 2008.
25 1.
Intesitas kerusakan mutlak
Keterangan :
IKM = intensitas kerusakan mutlak a
= jumlah tanaman sampel yang rusak mutlak b
= jumlah tanaman sampel yang tidak rusak 2.
Intesitas kerusakan nisbi
Keterangan :
IKN = intensitas kerusakan nisbi n
i
= jumlah tanaman yang terserang dengan klasifikasi kerusakan tertentu v
j
= nilai klasifikasi kerusakan z = nilai klasifikasi kerusakan tertinggi
N = jumlah pohon seluruhnya yang diamati
dengan klasifikasi tingkat kerusakan daun sebagai berikut.
Tingkat kerusakan
Persentasi kerusakan pada tanaman Klasifikasi
kerusakan
Sehat kerusakan daun ≤ 5
Ringan kerusakan daun antara 5 - 25
1 Agak berat
kerusakan daun antara 26 - 50 2
Berat kerusakan daun antara 51 - 75
3 Sangat berat
pohon gundul hampir gundul ≥ 75 4
45
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis serangga hama yang menyerang bibit tanaman jabon, sengon laut, dan
kayu afrika dalah Daphnis hypothous, belalang, Hyblaea puera, kepik pengisap, ulat kantong, ulat daun, kutu dompolan atau kutu berlilin, kupu
kuning dan bekicot, sedangkan jenis serangga predatornya adalah semut rangrang.
2. Intensitas kerusakan mutlak tertinggi yaitu pada tanaman jabon sebesar 18 ,
dan terendah pada tanaman sengon laut maupun kayu afrika yaitu sebesar 15. 3.
Intensitas kerusakan nisbi tertinggi yaitu pada tanaman jabon sebesar 16,5, sengon laut sebesar 10,5 dan terendah pada tanaman kayu afrika sebesar
8,5. 4.
Tingkat kerusakannya masih dalam kategori serangan ringan, namun keberada- an hama serangga pada tanaman jabon, kayu afrika, dan sengon laut di per-
semaian harus terus dimonitor agar keberadaannya tidak sampai merugikan tanaman.
46
B. Saran
Inventarisasi merupakan kegiatan awal di lapangan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman
hutan dan penghasil bibit yang berkualitas. Dari hasil penilitian ini, dapat disarankan bahwa dalam mengidentifikasi jenis hama harus benar, karena apabila
terjadi kesalahan justru akan menimbulkan permasalahan baru, seperti munculnya serangan hama baru akibat dari kesalahan pemilihan tindakan pengendalian hama
dan pemusnahan serangga predator alami.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan N. Hadjib. 2006. Pemanfaatan kayu hutan untuk komponen bahan bangunan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Balai Penelitian Kehutanan. Bogor. 130-140 p. Adisanjaya. Hama tanaman. Kumpulan Artikel Hama. 19 Februari 2011.
Diakses pada tanggal 24 Juni 2012. http:moneyonlineadisanjaya.blogspot. com201102hama-tanaman.html.
Ajiyoshidafarm. 2012. Semut rangrang. Makalah Pelatihan Budidaya Semut Kroto Tanpa Pohon. Denpasar Bali. 14 p.
Amrullah. Hutan tanaman rakyat. Amrullah’s blog. May 2010. Diakses pada
tanggal 2 Desember 2012. http:amrullha.wordpress.comhutan-tanaman- rakyat-htr.
Anonymous. 2011. Pengertian persemaian. Artikel Difinisi dan Pengertian Persemaian. Group Belajar Silvikultur. 25 Maret 2012. http:www.
silvikultur.compengertian_persemaian.html. Asmaliyah, I., Andika, dan M. Imam. 2008. Serangan hama pada tanaman
tanjung Mimusops elengi Linn. di persemaian. Prosiding Workshop Sintesa Hasil Penelitian Hutan Tanaman. Balai Penelitian Kehutanan
Palembang. Palembang. 235-239 p.
Avry. 2010. Serangan hama dan tingkat kerusakan daun akibat hama Defoliator pada tegakan jabon Anthcephalus Cadamba Miq. Jurnal Penelitian dan
Konservasi Alam. Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat Kuok. Riau. 44 : 451−458.
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. 2011. Hutan rakyat. Departemen Kehutanan. Diakses 24 Juni 2012. Supported by LumbungMedia
http:www.Dinas-Kehutanan-Provinsi-Jawa-Tengah.htm. Donald, M. 2006. Pemanfaatan semut rangrang sebagai musuh alami di areal
perkebunan. Makalah hama tumbuhan. Universitas Nusa Cendana. Nusa Tenggara. 17 p.