Sistem Klasifikasi Tanah Unified

Pemeriksaan CBR laboratorium dilaksanakan dengan dua macam metode yaitu CBR laboratorium rendaman soaked design CBR dan CBR laboratorium tanpa rendaman unsoaked design CBR Sukirman, 1992. Hal yang membedakan pada dua macam metode tersebut adalah contoh tanah atau benda uji sebelum dilakukan pemeriksaan CBR. Uji CBR metode rendaman adalah untuk mengasumsikan keadaan hujan atau saat kondisi terjelek di lapangan yang akan memberikan pengaruh penambahan air pada tanah yang telah berkurang airnya, sehingga akan mengakibatkan terjadinya pengembangan swelling dan penurunan kuat dukung tanah Wikoyah, 2006. Untuk metode CBR rendaman, contoh tanah di dalam cetakan direndam dalam air sehingga air dapat meresap dari atas maupun dari bawah dengan permukaan air selama perendaman harus tetap kemudian benda uji yang direndam telah siap untuk diperiksa. Sedangkan untuk metode CBR tanpa rendaman, contoh tanah dapat langsung diperiksa tanpa dilakukan perendaman ASTM D-1883-87. Sifat Pengembangan Tanah Swelling Proses pengembangan tanah swelling pada prinsipnya adalah peristiwa perubahan volume yang akan terus berlangsung sepanjang tahun seiring dengan perubahan musim. Swelling Potential atau kemampuan mengembang tanah dipengaruhi oleh nilai aktivitas tanah. Setiap tanah lempung memiliki nilai aktivitas yang berbeda- beda, yang diidentifikasikan tingkat aktivitas tanah dalam empat kelompok, yaitu :  Low Rendah : Tanah yang memiliki nilai Swelling Potential ≤ 1,5.  Medium Sedang : Tanah yang memiliki nilai Swelling Potential 1,5 sampai ≤ 5.  High Tinggi : Tanah yang memiliki nilai Swelling Potential 5 sampai ≤ 25.  Very High Sangat Tinggi : Tanah yang memiliki nilai Swelling Potential 25. Tabel 5. Potensi pengembangan berbagai nilai indeks plastisitas. Indeks Plastisitas PI Potensi Pengembangan 0–15 Rendah 10–20 Sedang 20–35 Tinggi 35 Sangat Tinggi Sumber : Chen, 1975 dalam Warsiti, 1998. Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami perubahan volume ketika kadar air berubah. Perubahan itulah yang membahayakan bangunan. Tingkat pengembangan secara umum bergantung pada beberapa faktor, yaitu : 1 Tipe dan jumlah mineral yang ada di dalam tanah. 2 Kadar air. 3 Susunan tanah. 4 Konsentrasi garam dalam air pori. 5 Sementasi. 6 Adanya bahan organik, dan lain-lain. Secara umum sifat kembang susut tanah lempung tergantung pada sifat plastisitasnya, semakin plastis mineral lempung semakin potensial untuk menyusut dan mengembang Usman, 2008. Batas-batas Konsistensi Batas-batas konsistensi atau disebut juga batas-batas Atterberg yang diambil dari nama peneliti pertamanya yaitu Atterberg pada tahun 1911 adalah batas kadar air yang mengakibatkan perubahan kondisi dan bentuk tanah. Kadar air yang terkandung dalam tanah berbeda-beda pada setiap kondisi. Kadar air tersebut bergantung pada interaksi antara partikel mineral lempung, bila kandungan air berkurang maka ketebalan lapisan kation akan berkurang pula yang mengakibatkan bertambahnya gaya-gaya tarik antara partikel- partikel. Sedangkan jika kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh karena itu, berdasarkan kadar air yang dikandung tanah, tanah dapat dibedakan ke dalam empat keadaan dasar, yaitu padat solid, semi padat semi solid, plastis plastic, dan cair liquid. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4 Batas Konsistensi Tanah. Adapun yang termasuk ke dalam batas-batas Atterberg antara lain:  Batas cair Liquid Limit. Batas cair LL adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.  Batas plastis Plastic Limit. Batas plastis PL adalah kadar air pada kedudukan antara daerah plastis dan semi plastis, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan diameter silinder 3 mm mulai retak-retak ketika digulung.  Batas susut Shrinkage Limit. Batas susut SL adalah kadar air yang didefinisikan pada derajat kejenuhan 100, dimana untuk nilai-nilai di bawahnya tidak akan terdapat perubahan volume tanah apabila dikeringkan terus. Harus diketahui bahwa batas susut makin kecil maka tanah akan lebih mudah mengalami perubahan volume.  Indeks plastisitas Plasticity Index. Indeks plastisitas PI adalah selisih antara batas cair dan batas plastis. Indeks plastisitas merupakan interval kadar air tanah yang masih bersifat plastis.  Berat spesifik Specific Gravity. Berat jenis tanah Gs adalah perbandingan antara berat volume butiran padat γs dengan berat volume air γw pada temperatur tº C. = Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah suatu proses memadatnya partikel tanah sehingga terjadi pengurangan volume udara dan volume air dengan memakai cara mekanis. Kepadatan tanah tergantung pada nilai kadar air, jika kadar air tanah sedikit maka tanah akan keras begitu pula sebaliknya, bila kadar air banyak maka tanah akan menjadi lunak atau cair. Pemadatan yang dilakukan pada saat kadar air lebih tinggi daripada kadar air optimumnya akan memberikan pengaruh terhadap sifat tanah. Manfaat dari pemadatan tanah adalah memperbaiki beberapa sifat teknik tanah, antara lain:  Memperbaiki kuat geser tanah yaitu menaikkan nilai θ dan C memperkuat tanah.  Mengurangi kompresibilitas yaitu mengurangi penurunan oleh beban.  Mengurangi permeabilitas yaitu mengurangi nilai k koefisien permeabilitas  Mengurangi sifat kembang susut tanah lempung. Pemadatan tanah dapat dilakukan di lapangan maupun di laboratorium. Di lapangan biasanya tanah akan digilas dengan mesin penggilas yang di dalamnya terdapat alat penggetar, getaran tersebut akan menggetarkan tanah sehingga terjadi pemadatan. Sedangkan di laboratorium menggunakan pengujian standar yang disebut dengan uji proctor, dengan cara suatu palu dijatuhkan dari ketinggian tertentu beberapa lapisan tanah di dalam sebuah mold. Dengan dilakukannya pengujian pemadatan tanah ini, maka akan terdapat hubungan antara kadar air dengan berat volume. Berdasarkan tenaga pemadatan yang diberikan, pengujian proctor dibedakan menjadi 2 macam:  Proktor Standar.  Proktor Modifikasi. Rincian mengenai persamaan ataupun perbedaan dari kedua proctor tersebut, diperlihatkan dalam Tabel 6. Tabel 6. Elemen-elemen uji pemadatan di laboratorium Das, 1988 Proctor Standar ASTM D-698 Proctor Modifikasi ASTM D-1557 Berat palu 24,5 N 5,5 lb 44,5 N 10 lb Tinggi jatuh palu 305 mm 12 in 457 mm 18 in Jumlah lapisan 3 5 Jumlah tumbukanlapisan 25 25 Volume cetakan 130 ft 3 Tanah saringan - No. 4 Energi pemadatan 595 kJm 3 2698 kJm 3 Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian laboratorium yang menjadi bahan pertimbangan dan acuan penelitian ini dikarenakan adanya kesamaan metode digunakan, akan tetapi untuk bahan aditif dan variasi campuran yang berbeda, antara lain : Asnaning 2010 adalah mengenai “Pengujian Dampak Variasi Waktu Perendaman Terhadap Daya Dukung dan Pengembangan Tanah Lempung Lunak yang Distabilisasi Menggunakan Ionic Soil Stabilizer 2500“ mengatakan bahwa nilai CBR untuk tiap masa perendaman cenderung menurun seiring dengan semakin lamanya waktu perendaman. Hal ini disebabkan semakin lamanya waktu perendaman, air yang terserap oleh tanah juga semakin banyak. Tabel 7. Hasil Pengujian CBR Rendaman Asnaning, 2010. Lama Waktu Perendaman Nilai CBR 0 hari 29,5 7 hari 6,9 14 hari 4,8 28 hari 3,6 Fauzi 2011 adalah mengenai “Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Daya Dukung Tanah Lempung Plastisitas Rendah Menggunakan Ionic Soil Stabilizer 2500” mengatakan bahwa nilai CBR untuk tiap masa perendaman cenderung menurun seiring dengan semakin lamanya waktu perendaman. Hal ini disebabkan semakin lamanya waktu perendaman, air yang terserap oleh tanah juga semakin banyak. Tabel 8. Hasil Pengujian CBR Rendaman Fauzi, 2011 Lama Waktu Perendaman Nilai CBR 0 hari 25 7 hari 8 14 hari 7,2 28 Hari 5 Hubungan antara nilai CBR rendaman dengan lama waktu perendaman, disajikan dalam grafik pada Gambar 5. 25 8 7,2 5 N IL A I C B R R E N D A M A N 30 25 20 15 10 5 7 14 21 28 WAKTU PERENDAMAN HARI Hubungan antara nilai CBR dengan variasi waktu perendaman Fauzi, 2011 Komarullah 2011, “Studi Daya Dukung Tanah Lempung Plastisitas Rendah yang Distabilisasi Menggunakan Abu Gunung Merapi” menyatakan bahwa nilai CBR tanpa rendaman dengan waktu pemeraman selama 14 hari mengalami peningkatan sebesar 65,22 dari nilai CBR tanah asli sebesar 11,5 menjadi 19 pada kadar abu gunung Merapi 15. Nilai CBR rendaman dengan waktu perendaman selama 4 hari mengalami peningkatan sebesar 142,11 dari nilai CBR tanah asli sebesar 3,8 menjadi 9,2 pada kadar abu gunung Merapi 15. Berikut adalah tabel hasil pengujian CBR tiap kadar campuran. Tabel 9. Hasil Pengujian CBR Tiap Kadar Campuran Komarullah, 2011. Kadar abu gunung Merapi CBR Tanpa Rendaman CBR Rendaman 11,5 3,8 5 13,5 5,6 10 16,5 7,3 15 19,0 9,2 20 17,0 7,6 C B R Hubungan antara nilai CBR rendaman dan CBR tanpa rendaman terhadap kadar abu gunung Merapi dengan kadar yang berbeda, disajikan dalam grafik pada Gambar 6. 20,0 CBRTanpa Rendaman CBR Rendaman 19,0 16,5 17,0 12,0 4,0 11,5 3,8 13,5 5,6 7,3 9,2 7,6 0,0 5 10 15 20 KADAR ABU GUNUNG MERAPI Hubungan Nilai CBR Rendaman dan CBR Tanpa Rendaman Terhadap Penambahan Kadar Abu Gunung Merapi Komarullah, 2011 Penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa Kadar Abu Gunung Merapi Optimum sebesar 15. Berdasarkan penelitian tersebut dan pertimbangan bahwa tanah yang digunakan sama, maka dalam penelitian lanjutan ini ditetapkan Kadar Abu Gunung Merapi Optimum adalah 15. Safitri 2012, “Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Bagasse Ash Sebagai Bahan Stabilisator Pada Tanah Lempung”. Menyatakan bahwa Penggunaan abu ampas tebu sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung lunak Rawa Sragi mampu meningkatkan kekuatan daya dukungnya, hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Grafik Nilai CBR Pemeraman Perendaman Tanah Lempung Lunak Menggunakan Abu Ampas Tebu. Fitrian Sari 2012, “Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Yang Dicampur Semen Pada Stabilisasi Tanah Lempung Lunak”. Menyatakan bahwa penggunaan bahan campuran abu ampas tebu dan semen sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung lunak Rawa Sragi mampu meningkatkan kekuatan daya dukungnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 8 berikut ini. Tabel 10. Hasil Pengujian CBR Tiap Kadar Campuran. Kadar Abu Ampas Tebu + Semen CBR Tanpa Rendaman CBR Rendaman 0 Tanah Asli 7,7 3,8 6 4 AAT + 2 PC 9,4 5,3 9 6 AAT + 3 PC 11,3 7,8 12 8 AAT + 4 PC 14,2 10 N il a i C B R 16 14 12 10 8 7,7 6 4 3,8 2 9,4 5,3 11,3 7,8 14,2 10 CBR tanpa rendaman CBR rendaman 3 6 9 12 15 Kadar abu ampas tebu + semen Hubungan Nilai CBR Rendaman dan CBR Tanpa Rendaman Terhadap Penambahan Kadar Abu Ampas Tebu + Semen.

III. METODE PENELITIAN

Pekerjaan Lapangan Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di lapangan. Sampel tanah diambil pada beberapa titik di lokasi pengambilan sampel, hal ini dilakukan supaya sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah yang akan mewakili jenis tanah pada lokasi pengambilan sampel. Sedangkan untuk pengambilan abu ampas tebu dilakukan di sekitar tempat pembuangan hasil pembakaran ampas tebu. Sampel tanah yang diambil tidak perlu adanya usaha yang dilakukan untuk melindungi sifat dari tanah tersebut. Sampel tanah tersebut digunakan untuk pengujian analisis saringan, batas-batas konsistensi, pemadatan proctor modified dan CBR. Pengambilan sampel tanah cukup dengan cara memasukan ke dalam karung plastik atau pembungkus. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji batas-batas konsistensi, uji proctor modified, uji CBR dan peralatan pendukung lainnya yang ada di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing Material ASTM. Bahan Uji Bahan uji yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sampel tanah yang di uji pada penelitian ini yaitu tanah lempung lunak dari daerah Rawa Sragi Desa Blimbingsari Kecamatan Jabung Lampung Timur. 2. Abu ampas tebu yang digunakan merupakan sisa pembakaran ampas tebu di pabrik gula Bunga Mayang, Lampung Utara. 3. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Abu Ampas Tebu Bagasse Ash Metode pencampuran masing-masing kadar abu ampas tebu adalah : 1. Abu ampas tebu dicampur dengan sampel tanah yang telah ditumbuk butir aslinya tidak pecah dan lolos saringan No. 4 4,75 mm dengan persentase abu adalah 15. 2. Sampel tanah yang telah tercampur abu ampas tebu siap untuk dipadatkan, lalu diperam selama 14 hari dan dilakukan pengujian CBR, pengujian Atterberg serta pengujian berat jenis. Dan sampel lain diperam 14 hari lalu direndam selama 4 hari dilakukan pengujian kembali. Dari grafik nilai uji CBR untuk semua sampel tersebut, sehingga diperoleh nilai Abu Ampas Tebu optimum. 3. Dilakukan pencampuran tanah dan Abu ampas tebu kembali seperti metode no.1, tetapi menggunakan persentase kadar Abu ampas tebu optimum. Lalu melakukan pemeraman selama 14 hari dan perendaman dengan lama waktu perendaman untuk setiap sampel tanah masing-masing 1 minggu, 2 minggu, dan 4 minggu yang kemudian dilakukan pengujian CBR rendaman.

1. Uji Kadar Air

Sesuai dengan ASTM D-2216-92, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah, yaitu perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat butir kering tanah tersebut yang dinyatakan dalam persen. Bahan-bahan: • Sampel tanah asli • Air secukupnya Peralatan: a. Container b. Oven c. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram d. Desicator Langkah Kerja : a. Menimbang container dalam keadaan bersih dan kering, serta memberi nomor. b. Memasukkan sampel tanah yang akan diuji ke dalam container. c. Menimbang container yang telah berisi sampel tanah. d. Memasukkan container berisi tanah ke dalam oven dengan temperatur 105 o C selama 24 jam. e. Setelah itu, memasukkan container ke dalam desicator untuk menghindari penyerapan uap air dari udara selama proses pendinginan berlangsung. f. Menimbang container beserta tanah yang telah kering. Perhitungan : a. Berat air Ww = Wcs – Wds b. Berat tanah kering Ws = Wds – Wc c. Kadar air ω = Ww x100 Ws Dimana: Wc = Berat cawan yang akan digunakan Wcs = Berat benda uji + cawan Wds = Berat cawan yang berisi tanah yang sudah di oven

2. Uji Berat Jenis

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kepadatan massa butiran atau partikel tanah yaitu perbandingan antara berat butiran tanah dan berat air suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu, sesuai dengan ASTM D-854. Bahan-bahan: • Sampel tanah asli • Air secukupnya Peralatan : a. Picnometer b. Thermometer dengan ketelitian 0,01oC c. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram d. Boiler tungku pemanas Langkah Kerja : a. Menimbang picnometer kosong dalam keadaan bersih dan kering, termasuk tutupnya. b. Memasukkan sampel tanah kering ke dalam picnometer. c. Menimbang picnometer beserta tanah kering. d. Mengisi air ke dalam picnometer yang telah berisi tanah kering sebanyak 23 dari volume picnometer, kemudian memanaskan picnometer di atas tungku pemanas boiler. e. Setelah mendidih, kemudian mendinginkan picnometer hingga temperaturnya sama dengan temperatur ruangan. Lalu menambahkan air ke dalam picnometer hingga mencapai garis batas picnometer dan ditutup rapat. f. Menimbang picnometer yang berisi tanah dan air. g. Mengukur temperatur air di dalam picnometer. h. Membersihkan isi picnometer dari sampel tanah. i. Mengisi picnometer dengan air sampai batas garis picnometer kemudian menutup dan menimbangnya. Perhitungan : Gs = W 2 − W 1 W 4 − W 1 − W 3 − W 2 Dimana : Gs = Berat jenis W1 = Berat picnometer gram W2 = Berat picnometer + tanah kering gram W3 = Berat picnometer + tanah + air gram W4 = Berat picnometer + air gram

3. Uji Batas Atterberg

a. Batas Cair liquid limit Batas cair adalah kadar air minimum dimana tanah tidak mendapat gangguan dari luar Scott.C.R, 1994. Sifat fisik tanah dapat ditentukan dengan mengetahui batas cair suatu tanah, tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair sesuai dengan ASTM D-423. Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Bahan-bahan : • Sampel tanah yang telah dikeringkan di udara atau oven • Air bersih atau air suling sebanyak 300 cc Peralatan : 1. Alat batas cair mangkuk Cassagrande 2. Alat pembuat alur grooving tool ASTM untuk tanah yang lebih 3. plastis 4. Spatula 5. Gelas ukur 100 cc 6. Container 4 buah 7. Plat kaca 8. Porcelain dish mangkuk porselen 9. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram 10. Oven Langkah Kerja : 1. Mengayak sampel tanah yang sudah dihancurkan dengan menggunakan saringan No. 40. 2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Cassagrande setinggi 10 mm. 3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan No. 40 sebanyak 150 gram, kemudian diberi air sedikit demi sedikit dan aduk hingga merata, kemudian dimasukkan ke dalam mangkuk Cassagrande dan meratakan permukaan adonan sehingga sejajar dengan alas. 4. Membuat alur tepat di tengah-tengah dengan membagi benda uji dalam mangkuk Cassagrande tersebut dengan menggunakan grooving tool. 5. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi tanah bertemu sepanjang 13 mm sambil menghitung jumlah ketukan dengan jumlah ketukan harus berada di antara 10 – 40 kali. 6. Mengambil sebagian benda uji di bagian tengah mangkuk untuk pemeriksaan kadar air dan melakukan langkah kerja yang sama untuk benda uji dengan keadaan adonan benda uji yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam benda uji dengan jumlah ketukan yang berbeda yaitu 2 buah di bawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25 ketukan. Perhitungan : 1. Menghitung kadar air ω masing-masing sampel sesuai dengan jumlah ketukan. 2. Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai kadar air. 3. Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar. 4. Menentukan nilai batas cair pada ketukan ke-25 atau x = log 25. b. Batas plastis plastic limit Batas plastis adalah kadar air minimum dimana tanah dapat dibentuk secara plastis, maksudnya tanah dapat digulung-gulung sampai diameter 3 mm. Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat sesuai dengan ASTM D-424. Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Bahan-bahan : 1. Sampel tanah sebanyak 100 gram yang telah dikeringkan 2. Air bersih atau air suling sebanyak 50 cc Peralatan : 1. Plat kaca 2. Spatula 3. Gelas ukur 100 cc 4. Container 3 buah 5. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram 6. Oven Langkah Kerja : 1. Mengayak sampel tanah yang telah dihancurkan dengan saringan No. 40. 2. Mengambil sampel tanah kira-kira sebesar ibu jari kemudian digulung-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm sampai retak-retak atau putus-putus. 3. Memasukkan benda uji ke dalam container kemudian ditimbang. 4. Menentukan kadar air benda uji. Perhitungan : 1. Nilai batas plastis PL adalah kadar air benda uji diameter silinder ± 3 mm. 2. Indeks Plastisitas PI adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah yang diuji, dengan rumus : PI = LL – PL

4. Uji Pemadatan Tanah Modifikasi Proctor Modified

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kepadatan maksimal tanah dengan cara mengetahui hubungan atau kadar air dengan kepadatan tanah. Langkah kerja sesuai dengan ASTM D-698-78. Bahan-bahan : • Sampel tanah lempung • Air suling Peralatan: 1. Mold standar 4” yang terdiri dari : a. Plat dasar b. Mold c. Collar leher penahan tanah 2. Hammer seberat 4,5 kg 3. Pan segi empat talam 4. Sendok pengaduk tanah 5. Gelas ukur 250 cc 6. Pisau pemotong 7. Saringan No.4 4,75 mm 8. Timbangan 1 kg dengan ketelitian 0,01 gram 9. Timbangan 20 kg dengan ketelitian 1 gram 10. Container 11. Kantong plastik 12. Oven 13. Kain lap Langkah Kerja : 1. Penambahan air a. Mengambil tanah sebanyak 12,5 kg dengan menggunakan karung goni lalu dijemur. b. Setelah kering tanah yang masih menggumpal dihancurkan dengan tangan. c. Butiran tanah yang telah terpisah diayak dengan saringan No. 4. d. Butiran tanah yang lolos saringan No. 4 dipindahkan atas 5 bagian masing-masing 2,5 kg, kemudian memasukkan masing-masing bagian ke dalam plastik dan ikat rapat-rapat. e. Mengambil sebagian butiran tanah yang mewakili sampel tanah untuk menentukan kadar air awal. f. Mengambil tanah seberat 2,5 kg, menambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan tanah sampai merata. Bila tanah yang diaduk telah merata, dikepalkan dengan tangan. Bila tangan dibuka, tanah tidak hancur dan tidak lengket di tangan. g. Setelah dapat campuran tanah, mencatat berapa cc air yang ditambahkan untuk setiap 2,5 kg tanah, penambahan air dilakukan dengan selisih 3. h. Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam plastik dapat dihitung dengan rumus : W = Berat tanah Wwb= wb∙W 1+wb wb = Kadar air yang dibutuhkan Penambahan air : Ww = Wwb – Wwa i. Sesuai perhitungan, lalu melakukan penambahan air setiap 2,5 kg sampel di atas pan dan mengaduknya sampai rata dengan sendok pengaduk. 2. Pemadatan tanah a. Menimbang mold standar beserta alas. b. Memasang collar pada mold, lalu meletakkannya di atas papan. c. Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air sesuai dengan penambahannya. d. Dengan modified proctor, tanah dibagi ke dalam 5 bagian. Bagian pertama dimasukkan ke dalam mold, ditumbuk 25 kali sampai merata. Dengan cara yang sama dilakukan pula untuk bagian kedua, ketiga, keempat dan kelima, sehingga bagian kelima mengisi sebagian collar berada sedikit diatas bagian mold. e. Melepaskan collar dan meratakan permukaan tanah pada mold dengan menggunakan pisau pemotong. f. Menimbang mold berikut alas dan tanah di dalamnya. g. Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil bagian tanah alas dan bawah dengan menggunakan 2 container untuk pemeriksaan kadar air ω. h. Mengulangi langkah kerja 2.b sampai 2.g untuk sampel tanah lainnya, maka akan didapatkan 5 data pemadatan tanah. Perhitungan: 1. Kadar air a. Berat cawan + berat tanah basah : W1 gr b. Berat cawan + berat tanah kering : W2 gr c. Berat air : W1 – W2 d. Berat cawan : Wc gr e. Berat tanah kering : W2 – Wc gr f. Kadar air = W1 − W 2 W 2 − Wc 2. Berat ring dan tanah Wcs. a. Berat mold : Wm gr b. Berat mold + sampel : Wms gr c. Berat tanah W : Wms – Wm d. Volume mold e. Berat isi γ = WV f. Kadar air ω g. Berat volume kering γd : γ z = γ 100 + ω x 100 h. Berat Volume Zero Air Void γz γ z = Gs x γ w 1 + Gs x γ w

5. Uji CBR California Bearing Ratio

Tujuannya adalah untuk menentukan nilai CBR dengan mengetahui kuat hambatan campuran tanah dengan abu gunung Merapi terhadap penetrasi kadar air optimum. Adapun langkah kerjanya adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan 4 sampel tanah yang lolos saringan No. 4 masing-masing sebanyak 5 kg ditambah sedikit untuk mengetahui kadar airnya. b. Mencampur tanah dengan abu gunung Merapi sesuai dengan kadar yang telah ditentukan. c. Menentukan penambahan air dengan rumus : Penambahan Air : BeratsampelxOMC-MC 100 dimana : OMC : Kadar air optimum dari hasil uji pemadatan MC : Kadar air mula-mula d. Menambahkan air yang telah didapat pada campuran dan diaduk hingga merata. e. Memasukkan sampel ke dalam mold lalu menumbuk secara merata. Melakukan penumbukan sampel dalam mold dengan 5 lapisan dan banyak tumbukan pada masing-masing sampel adalah : Sampel 1 : Setiap lapisan ditumbuk 10 kali Sampel 2 : Setiap lapisan ditumbuk 25 kali Sampel 3 : Setiap lapisan ditumbuk 55 kali f. Melepaskan collar dan meratakan sampel pada mold lalu menimbang mold berikut sampel tersebut. g. Mengambil sebagian sampel yang tidak terpakai untuk memeriksa kadar air. h. Melembabkan sampel dan setelah itu merendam sampel di dalam bak air, setelah itu dilakukan pengujian CBR. i. Berat volume kering γd γ γd = x 100 grcm 3 100 + ω j. Harga CBR : 1.Untuk 0,1 “ : 2.Untuk 0,2 “ : Penetrasi x 100 3x1000 Penetrasi x 100 3x1500 Dimana : 1. Berat mold = Wm gram 2. Berat mold + sampel = Wms gram 3. Berat sampel Ws = Wms – Wm gram 4. Volume mold = V 5. Berat Volume = Ws V grcm 3 6. Kadar air = ω k. Dari ketiga sampel didapat nilai CBR yaitu untuk penumbukan 10 kali, 25 kali dan 55 kali.

6. Pengembangan Tanah Swelling

Sesuai dengan ASTM D-4829-03, pengujian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar nilai pengembangan tanah pada saat dilakukan perendaman sampel tanah di dalam air. Adapun langkah kerjanya adalah sebagai berikut : Sebelum dilakukan pengujian terhadap CBR rendaman, tanah campuran dengan kadar abu optimum direndam dalam bak berisi air dengan variasi waktu selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Pada saat tanah direndam, dilihat dan dicatat besar pengembangannya swelling. Pembacaan dial pengembangan dilakukan selama umur perendaman dengan jangka waktu setiap 24 jam. Perhitungan : Nilai Pengembangan = Δ H H1 100 Keterangan : Δ H = H2 – H1

Dokumen yang terkait

STUDI DAYA DUKUNG STABILISASI TANAH LEMPUNG LUNAK MENGGUNAKAN CAMPURAN ABU AMPAS TEBU DAN SEMEN

1 17 53

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN (CURING TIME) STABILITAS TANAH LEMPUNG LUNAK MENGGUNAKAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH)

1 6 65

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ABU AMPAS TEBU KAPUR DAN STYROFOAM STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN ABU AMPAS TEBU KAPUR DAN STYROFOAM.

0 3 14

PERBAIKAN TANAH LUNAK MENGGUNAKAN SAMPAH PLASTIK, ABU AMPAS TEBU, DAN KAPUR PERBAIKAN TANAH LUNAK MENGGUNAKAN SAMPAH PLASTIK, ABU AMPAS TEBU, DAN KAPUR.

0 2 15

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAPPENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG YANG Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Penurunan Konsolidasi Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Kapur.

0 2 18

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAPPENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Penurunan Konsolidasi Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Kapur.

0 3 17

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Kuat Dukung Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Kapur.

0 1 19

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Kuat Dukung Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Kapur.

0 1 13

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Kuat Geser Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Kapur.

0 0 17

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu Terhadap Kuat Geser Tanah Lempung Yang Distabilisasi Dengan Kapur.

0 1 16