Konsep Produk Penggolongan Produk

6

2. KERANGKA TEORITIS

2.1. Konsep Produk

Produk dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi, yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran Assauri, 1999. Produk dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan Kotler, 2000. Produk dalam penelitian ini adalah produk jamu yang merupakan obat tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang akar-akaran, daun-daunan dan kulit batang, buah. Menurut Assauri 2004, pada dasarnya produk yang dibeli konsumen dapat dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu : 1. Produk inti core product, yang merupakan inti atau dasar yang sesungguhnya dari produk yang ingin diperoleh atau didapatkan oleh seorang pembeli atau konsumen dari produk tersebut. 2. Produk formal formal product, yang merupakan bentuk, model, kualitas atau mutu, merek dan kemasan yang menyertai produk tersebut. 3. Produk tambahan augemented product adalah tambahan produk formal dengan berbagai jasa yang menyertainya, seperti pemasangan instalasi, pelayanan, pemeliharaan dan pengangkutan secara cuma-cuma. Produk seperti jamu dapat dikategorikan sebagai produk formal karena selain konsumen membeli manfaat inti dari produk tersebut, konsumen juga tentunya menghendaki agar produk tersebut memiliki kualitas atau mutu yang terjamin, dikemas dengan baik dan menarik serta juga tentu saja produk tersebut mereknya sudah terkenal atau familiar di masyarakat.

2.2. Penggolongan Produk

Produk dapat digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang. Menurut wujudnya, produk dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Rismiati dan Suratno, 2001: 1. Produk berwujud Produk yang berwujud disebut juga barang, seperti makanan, pakaian, mobil dan sebaginya. Barang dikatakan berwujud karena secara fisik produk ini bisa dilihat dengan mata atau dapat diraba wujudnya sebagai alat pemuas kebutuhan. Secara nyata produk yang berwujud adalah produk yang mempunyai wujud secara konkret. 2. Produk tidak berwujud Produk yang tidak berwujud disebut juga jasa. Jasa yaitu kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. sebagai contohnya bengkel sepeda motor, cleaning service, salon kecantikan, jasa pendidikan yang disediakan oleh sekolah atau perguruan tinggi, jasa kesehatan yang disediakan oleh rumah sakit dan lain sebagainya. Jasa disebut sebagai produk yang tidak berwujud karena secara fisik jasa tersebut tidak bisa dilihat atau diraba. Menurut tingkat pemakaiannya, produk dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Rismiati dan Suratno, 2001: 1. Produk tahan lama Produk tahan lama adalah produk yang berwujud yang biasanya dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Dengan kata lain, produk tahan lama adalah produk yang dapat dipakai berkali-kali dalam waktu yang relative lama dan tidak habis meski dipakai berkali-kali. Sebagai contohnya, pemakaian peralatan kantor seperti mesin ketik, penggaris, komputer, kendaraan dan sebagainya. 2. Produk tidak tahan lama Produk tidak tahan lama adalah produk berwujud yang biasanya dapat dikonsumsi hanya satu atau beberapa kali saja dan akan cepat habis. Sebagai contohnya, pemakaian sabun, makanan, parfum dan sebagainya. Menurut tujuan pemakaiannya, produk dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Rismiati dan Suratno, 2001: 1. Barang konsumsi Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli dengan tujuan untuk dipakai sendiri dan bukan untuk dijual maupun diproses lagi. Jadi pembeli barang konsumsi adalah konsumen akhir. Barang konsumsi dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu: a. Barang konvinien atau barang kebutuhan sehari-hari Barang konvinien adalah barang-barang yang pada umumnya dipakai sering kali dan mudah dicari. Untuk mendapatkan barang konvinien konsumen dapat membeli barang tersebut di sembarang tempat. Barang konvinien ini dapat dibagi-bagi menjadi barang pokok, barang impulsif dan barang darurat. Barang pokok adalah barang yang dibeli konsumen secara tetap, contohnya adalah beras, kecap, pasta gigi. Barang impulsif adalah barang yang dibeli tanpa perencanaan atau usaha untuk meneliti terlebih dahulu, contohnya permen, tisu. Barang darurat adalah barang yang biasanya dibeli dalam keadaan mendesak seperti membeli payung di musim hujan. b. Barang shopping atau barang belanjaan Barang belanjaan adalah barang yang dalam proses memilih dan membelinya harus membandingkan kesesuaian harga, mutu dan modelnya. Untuk membeli barang belanjaan, konsumen terlebih dahulu harus mencari dan membutuhkan waktu yang relative lama untuk membandingkan atau memutuskan pilihannya. c. Barang spesial atau barang khusus Barang khusus adalah barang-barang yang mempunyai ciri khas atau merek tertentu dan hanya dapat dibeli di tempat tertentu saja. Contoh barang spesial adalah perhiasan, barang antik, mobil mewah. d. Barang yang tidak dicari Konsumen dapat mengetahui atau tidak mengetahui mengenai produk ini, namun pada umumnya konsumen tidak berminat untuk membelinya. Contoh barang ini adalah asuransi jiwa, kamus ensiklopedia dan sebagainya. 2. Barang industri Barang industri adalah barang-barang yang dibeli dengan tujuan untuk diproses kembali bagi kepentingan industri. Barang industri dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu: a. Bahan dan suku cadang Bahan dan suku cadang adalah barang-barang yang seluruhnya digunakan untuk membuat barang jadi. b. Barang modal Barang modal adalah barang-barang yang sebagian masuk ke hasil barang jadi akhir. c. Perbekalan dan pelayanan Kedua jenis ini sama sekali tidak masuk ke barang jadi akhir. Barang-barang yang termasuk dalam perbekalan operasional misalnya minyak pelumas, batu bara, pita mesin ketik dan sebagainya. Sedangkan termasuk dalam bahan pemeliharaan dan reperasi adalah cat, paku, sikat dan sebagainya. Berdasarkan pengelompokkan produk di atas, berdasarkan wujud atau kekonkretannya maka produk jamu dapat dikategorikan sebagai produk yang berwujud karena secara fisik produk jamu bisa dilihat dengan mata atau diraba wujudnya sebagai alat pemuas kebutuhan para penggunanya. Berdasarkan tingkat pemakaiannya, produk jamu dapat dikategorikan sebagai produk yang tidak tahan lama karena biasanya hanya dapat dikonsumsi satu kali atau beberapa kali saja dan akan cepat habis. Sedangkan berdasarkan tujuan pemakaian oleh pemakainya maka produk jamu dapat dikategorikan sebagai barang konsumsi. Sebagai barang konsumsi, produk jamu digolongkan sebagai barang konvinien karena produk jamu ini merupakan barang kebutuhan sehari-hari yang umumnya seringkali dikonsumsi masyarakat dan produknya mudah dicari.

2.3. Atribut Produk